Anda di halaman 1dari 25

4.

1 Sistem Perencanaan Kota di Indonesia


Sistem perencanaan kota di Indonesia setidaknya merujuk pada Undang-undang No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan aturan pelaksanaannya; Undang-
undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan aturan pelaksanaannya; serta jika kota
tersebut berada di pesisir atau kepulauan merujuk juga Undang-undang No. 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Berikut ini akan dibahas sistem
perencanaan pembangunan dan perencanaan ruang di Indonesia.

Sistem Perencanaan Pembangunan


Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan (1) tindakan masa depan yang tepat,
melalui (2) urutan pilihan, dengan (3) memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Pengertian Pembangunan Nasional sendiri adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, merujuk pada Undang-undang No. 25 Tahun 2004, merupakan satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Asas dan tujuan pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan


prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Untuk
pembangunan daerah, disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. SPPN diselenggarakan berdasarkan
asas umum penyelenggaraan negara, meliputi:
1. Asas kepastian hukum
2. Asas tertib penyelenggaraan negara
3. Asas kepentingan umum
4. Asas keterbukaan
5. Asas proporsionalitas
6. Asas profesionalitas
7. Asas akuntabilitas

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) sendiri bertujuan untuk:


1. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
2. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
3. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan;
4. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan,
5. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) terdiri atas:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dokumen perencanaan untuk


periode 20 (dua puluh) tahun.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dokumen perencanaan untuk
periode 5 (lima) tahun.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga (Renstra-KL),
dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.

1
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD), dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
5. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional (Rencana Kerja Pemerintah; RKP),
dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
6. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
RKPD), dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
7. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga (Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga; Renja-KL), dokumen perencanaan Kementrian/Lembaga untuk
periode 1 (satu) tahun.
8. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah; Renja-SKPD), dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Tabel 4.1
Ruang Lingkup Perencanaan

NASIONAL DAERAH

Dokumen Penetapan Dokumen Penetapan


Rencana Pembangunan UU Rencana Pembangunan Perda
Jangka Panjang Nasional (Ps. 13 Ayat 1) Jangka Panjang Daerah (Ps. 13 Ayat 2)
(RPJP-Nasional) (RPJP-Daerah)

Rencana Pembangunan PerPres Rencana Pembangunan Peraturan KDh


Jangka Menengah Nasional (Ps. 19 Ayat 1) Jangka Menengah Daerah (Ps. 19 Ayat 3)
(RPJM-Nasional) (RPJM-Daerah)
Renstra Peraturan Renstra Satuan Kerja Peraturan
Kementerian/Lembaga Pimpinan KL Perangkat Daerah Pimpinan SKPD
(Renstra KL) (Ps. 19 Ayat 2) (Renstra SKPD) (Ps. 19 Ayat 4)

Rencana Kerja Pemerintah Per Pres Rencana Kerja Pemerintah Peraturan KDh
(RKP) (Ps. 26 Ayat 1) Daerah (RKPD) (Ps. 26 Ayat 2)

Rencana Kerja Peraturan Rencana Kerja Satuan Kerja Peraturan


Kementerian/Lembaga Pimpinan KL Perangkat Daerah Pimpinan SKPD
(Renja KL) (Ps. 21 Ayat 1) (Renja SKPD) (Ps. 21 Ayat 3)

Tabel 4.2
Materi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

NASIONAL DAERAH

Penjabaran Tujuan Nasional ke dalam: Mengacu pada RPJP Nasional dan memuat:

• Visi • Visi
• Misi • Misi
• Arah Pembangunan Nasional • Arah Pembangunan Daerah

2
Tabel 4.3
Materi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

RPJM Nasional RPJM Daerah

• Penjabaran visi, misi, program • Penjabaran visi, misi, program Kepala Daerah
Presiden • Berpedoman pada RPJP Daerah dan
• Berpedoman pada RPJP Nasional memperhatikan RPJM Nasional
Materi: Materi:
1. Strategi Pembangunan Nasional 1. Strategi Pembangunan Daerah
2. Kebijakan Umum 2. Kebijakan Umum
3. Kerangka Ekonomi Makro 3. Kerangka Ekonomi Makro
4. Program kementerian, lintas 4. Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, dan lintas
kementerian, kewilayahan, dan lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam:
kewilayahan yang memuat kegiatan - Kerangka Regulasi
dalam: - Kerangka Anggaran
- Kerangka Regulasi
- Kerangka Anggaran

Tabel 4.4
Materi Rencana Kerja Pemerintah (RKP)/ Rencana Kerja PemerintahDaerah(RKPD)

RKP RKPD

Penjabaran RPJM Nasional • Penjabaran RPJM Daerah


• Mengacu pada RKP

Materi: Materi:
1. Prioritas Pembangunan Nasional 1. Prioritas Pembangunan Daerah
2. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro 2. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro Daerah
3. Arah Kebijakan Fiskal 3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
4. Program kementerian, lintas 4. Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, dan
kementerian, kewilayahan, dan lintas lintas kewilayahan yang memuat kegiatan
kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: dalam:
- Kerangka Regulasi - Kerangka Regulasi
- Kerangka Anggaran - Kerangka Anggaran

Tabel 4.5
Materi Rencana Kerja-KL/ Rencana Kerja SKPD

RENJA-KL RENJA-SKPD

Penjabaran Renstra KL Penjabaran Renstra SKPD


Materi: Materi:
1. Kebijakan KL 1. Kebijakan SKPD
2. Program dan Kegiatan Pembangunan 2. Program dan Kegiatan Pembangunan
• Dilaksanakan Pemerintah • Dilaksanakan Pemerintah
• Mendorong Partisipasi Daerah
Masyarakat • Mendorong Partisipasi
Masyarakat

3
Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi:
• Penyusunan Rencana
– Rancangan Rencana Pembangunan Nasional/Daerah
– Rancangan Rencana Kerja Kementrian-Lembaga/SKPD
– Musyawarah Perencanaan Pembangunan
– Rancangan Akhir Rencana Pembangunan
• Penetapan Rencana
– RPJP dengan UU / Perda
– RPJM dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah
– RKP / RKPD dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah
• Pengendalian Pelaksanaan Rencana
• Evaluasi Kinerja

Urutan Penyusunan RPJP:


a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. musyawarah perencanaan pembangunan; dan
c. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Berikut ini adalah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang berlaku berdasarkan
Undang-undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2004.
UUD 1945

RPJP NASIONAL RPJM NASIONAL RENSTRA KL


Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Strategi Pembangunan Nasional, kebijakan umum,
Nasional Visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
program Kementerian/Lembaga dan lintas
dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga
kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro.

RKP RENJA KL
Prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi Memuat kebijakan, program, dan kegiatan
makro serta program Kementerian/Lembaga, lintas pembangunan baik yang dilaksanakan
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk langsung oleh Pemerintah maupun yang
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
bersifat indikatif. masyarakat.

PENYUSUNAN APBN

RPJP DAERAH RPJM DAERAH RENSTRA SKPD


Visi, Misi, dan Arah arah kebijakan keuangan Daerah, strategi Visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
Pembangunan Nasional pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program dan kegiatan pembangunan yang disusun
Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai Perangkat Daerat
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.

RKPD RENJA SKPD


Rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas Kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pembangunan baik yang dilaksanakan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh langsung oleh Pemerintah Daerah maupun
pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
partisipasi masyarakat. masyarakat.

Gambar
PENYUSUNAN 4.1
APBD
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Urutan Penyusunan RPJM Nasional/Daerah dan RKP/RKPD:


a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. penyiapan rancangan rencana kerja;
c. musyawarah perencanaan pembangunan; dan
d. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

4
Proses penyusunan Rencana Pembangunan jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah dan proses penyusunan sistem perencanaan pembangunan nasional adalah sebagai
berikut:

RANCANGAN RPJP NASIONAL RANCANGAN AWAL RPJM NASIONAL RANCANGAN RENSTRA KL


Menteri Menteri Pimpinan Kementrian/Lembaga

RANCANGAN RPJM NASIONAL


MUSRENBANG
Menteri
Penyelenggara Negara dan Masyarakat.
Paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya
RPJP yang sedang berjalan MUSRENBANG JANGKA MENENGAH PENETAPAN RENSTRA KL
Penyelenggara Negara dan Masyarakat.
Peraturan Pimpinan Kementerian/Lembaga
Paling lambat 2 bulan setelah Presiden dilantik.
RANCANGAN AKHIR
RPJP NASIONAL RANCANGAN AKHIR RPJM NASIONAL
Menteri
Menteri

PENETAPAN DENGAN UU PENETAPAN RPJM DENGAN


PERATURAN PRESIDEN
Paling lambat 3 bulan setelah Presiden dilantik

RANCANGAN RPJP DAERAH RANCANGAN AWAL RPJM DAERAH RENSTRA SKPD


Bapeda Bapeda Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

RANCANGAN AWAL RPJM DAERAH


MUSRENBANG
Bapeda
Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Paling
lambat 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP
Daerah yang sedang berjalan MUSRENBANG JANGKA MENENGAH
Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Paling lambat 2
bulan setelah pimpinan daerah dilantik
RANCANGAN AKHIR RENSTRA SKPD
RPJP DAERAH
RANCANGAN AKHIR RPJM DAERAH Peraturan Kepala Satuan Kerja Perangkat
Bapeda Daerah
Bapeda

PENETAPAN DENGAN PERDA PENETAPAN RPJM DAERAH DENGAN


PERATURAN KEPALA DAERAH
Paling lambat 3 bulan setelah Kepala Daerah dilantik

Gambar 4.2

Proses Penyusunan RPJP, RPJM, Renstra KL dan Renstra SKPD

5
sedangkan proses penyusunan Rencana Tahunan sebagai berikut:

RENSTRA KL
Peraturan Pimpinan Kementerian/Lembaga

RPJM NASIONAL RANCANGAN AWAL RKP RANCANGAN RENJA KL


Menteri Menteri Pimpinan Kementrian/Lembaga

RANCANGAN RKP
Menteri

MUSRENBANG (MENTERI)
Unsur-unsur Penyelenggara Pemerintahan. Paling lambat
bulan April

RANCANGAN AKHIR RKP


Menteri

PENETAPAN RPJM DENGAN


RENJA KL
PERATURAN PRESIDEN

RENSTRA SKPD
Peraturan Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah

RPJM DAERAH RANCANGAN AWAL RKPD RANCANGAN RENJA SKPD


Bapeda Bapeda Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

RANCANGAN RKPD
Bapeda

MUSRENBANG (BAPEDA)
Unsur-unsur Penyelenggara Pemerintahan. Paling lambat
bulan Maret

RANCANGAN AKHIR RKPD


Bapeda

PENETAPAN RKPD DENGAN


RENJA SKPD
PERATURAN KEPALA DAERAH
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
Gambar 4.3

Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan

6
P

PEMERI
R R P Ri

PUSAT
NTAH
ed
P en e ed RK nci
o Di o A-
RP P ed R
st m acnj P
Dij m KL
an
ra ab a ed AP
JP ed o PJ an uR
ar an RA AP
m K
o Dip - K o
Diserasikan BN
Na an ML ka K L
PB BN
P erh R
m Dij m

PEMERIN
melalui

DAERAH
n R
RP
sio an Na
atik ab P Musrenbang
P
an
N

TAH
ed ar K ed RA AP
JP
nal o PansiP - Di
Da m edon J ka P o PB BD
R Pn acR m P RK
D Ri
era ano al M ed uD an ed
h m Den
U o ae o A nci
anaest n m SK U an
U m er
U
SPra
ra an aj an PD AP
K
PNS
h ha N
BD
K S
P K
D P
D
Gambar 4.4
Alur Penganggaran

Gambar 4.5
Penyusunan dan Penetapan RPJP

7
Sumber: Lampiran SE Mendagri No. 050 / 2020 / SJ Tahun 2005
tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM
Daerah, 11 Agustus 2005

Gambar 4.6
Tata Cara Penyusunan RPJPD

(7)

Gambar 4.7
Penyusunan dan Penetapan RPJM

Sumber: Lampiran SE Mendagri No. 050 / 2020 / SJ Tahun 2005


tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM
Daerah, 11 Agustus 2005

Gambar 4.8
Tata Cara Penyusunan RPJM Daerah

Gambar 4.9
Penyusunan dan Penetapan RKP/D

Pada dasanya sistem perencanaan pembangunan nasional mengatur juga hal-hal sebagai
berikut terkait dengan aspek kelembagaan:
1. Pengendalian pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh masing-masing pimpinan
KL/SKPD.
2. Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksana
rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan KL/SKPD sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
3. Pimpinan KL/SKPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
KL/SKPD periode sebelumnya.
4. Menteri/Ke[ala Bappeda menyusun evaluasi rencanapembangunan berdasarkan hasil
evaluasi pimpinan KL/SKPD.
5. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan nasional/daerah
untuk periode berikutnya.

Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, maka lembaga yang cukup berperan dalam
melakukan koordinasi, sehingga tugas Bappeda:
1. bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan
di Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota (ps. 1 butir 23).
2. menyiapkan rancangan RPJP Daerah (ps 10 ayat 2).
3. menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah (ps. 11 ayat 3).

8
4. menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang
Daerah (ps. 12 ayat 2).
5. menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah (ps 14 ayat 2).
6. menyusun rancangan RPJM Daerah (ps 15 ayat 4).
7. menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah (ps 16 ayat 4).
8. menyiapkan rancangan awal RKPD (ps. 20 ayat 2).
9. mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD (ps 21 ayat 4).
10. menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD. (ps. 22 ayat 4).
11. menyusun rancangan akhir RKPD (ps. 24 ayat 2).
12. menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan
dari masing-masing pimpinan KL/SKPD (ps. 28 ayat 2).
13. menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan KL (ps.
29 ayat 3).
14. membantu KDh dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah (ps 32
ayat 2).

Sistem Perencanaan Tata Ruang


Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengemukakan bahwa
penyelenggaraan penataan ruang terdiri atas pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang terdapat kegiatan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10
berikut ini.

PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian

Program PR Peraturan Zonasi

Pembiayaan Perizinan

Insentif &
Disinsentif

Sanksi

Gambar 4.10
Sistem Penataan Ruang Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007
Lingkup penataan ruang berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang ini terdiri atas:

9
1. PENGATURAN PENATAAN RUANG: upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
2. PEMBINAAN PENATAAN RUANG: upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
3. PELAKSANAAN PENATAAN RUANG: upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Pelaksanaan ini mencakup:
(a). PERENCANAAN TATA RUANG: suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang meliputi pola dan sStruktur pemanfaatan ruang serta kebijakan tata
guna lahan, air dan udara.
(b). PEMANFAAN RUANG: upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang meliputi program
pembangunan, tahapan pembangunan dan pembiayaan Pembangunan
(c). PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG: upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi Peraturan Zonasi,
Insentif dan Disinsentif, perizinan dan pengenaan sanksi
4. PENGAWASAN PENATAAN RUANG: upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Produk tata ruang berdasarkan Undang-undang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6
Produk Tata Ruang Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007

Tingkatan Rencana Umum Penetapan Rencana Rinci Penetapan


Nasional RTRWN Peraturan RTRW Peraturan
Pemerintah Pulau/Kepulauan Presiden
RTR Kawasan Strategis
Nasional
Provinsi RTRWP Perda Provinsi RTR Kaw. Strategis Perda Provinsi
Provinsi
Kabupaten RTRW Kab Perda RDTR Kabupaten Perda
Kabupaten RTR Kawasan Kabupaten
Strategis Kabupaten
Kota RTRW Kota Perda Kota RDTR Kota Perda Kota
RTR Kawasan
Strategis Kota

Undang-undang No. 26/2007 mencakup semua aspek di bidang penataan ruang sebagai dasar
bagi pengaturan lebih lanjut yang dituangkan dalam bentuk peraturan tersendiri. Peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan substansi penataan ruang pendukung undang-undang
tersebut adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan


Ruang.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
3. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2008 tentang Tata cara dan Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

10
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

Rencana Tata Ruang Kota merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Provinsi, Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional. Substansi setiap produk rencana tata ruang dapat di lihat dalam
Tabel 6.7.

Tabel 4.7
Perwatakan RTRW Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA

MEMEPER-  Wawasan  perkembangan  perkembangan  perkembangan


TIMBANGKAN Nusantara dan permasalahan permasalahan permasalahan
Ketahanan nasional dan hasil provinsi dan provinsi dan hasil
Nasional; pengkajian hasil pengkajian pengkajian implikasi
 perkembangan implikasi penataan implikasi penataan ruang
permasalahan ruang provinsi; penataan ruang kabupaten;
regional dan  upaya pemerataan kabupaten;  upaya pemerataan
global, serta pembangunan dan  upaya pembangunan dan
hasil pengkajian pertumbuhan pemerataan pertumbuhan
implikasi ekonomi provinsi; pembangunan ekonomi kabupaten;
penataan ruang  keselarasan dan  keselarasan aspirasi
nasional; aspirasi pertumbuhan pembangunan
 upaya pembangunan ekonomi kabupaten;
pemerataan provinsi dan kabupaten;  daya dukung dan daya
pembangunan pembangunan  keselarasan tampung lingkungan
dan kabupaten/kota; aspirasi hidup;
pertumbuhan  daya dukung dan pembangunan  rencana
serta stabilitas daya tampung kabupaten; pembangunan jangka
ekonomi; lingkungan hidup;  daya dukung panjang daerah;
 keselarasan  rencana dan daya  rencana tata ruang
aspirasi pembangunan tampung wilayah kabupaten
pembangunan jangka panjang lingkungan yang berbatasan; dan
nasional dan daerah; hidup;  rencana tata ruang
pembangunan  rencana tata ruang  rencana kawasan strategis
daerah; wilayah provinsi pembangunan kabupaten.
 daya dukung dan yang berbatasan; jangka panjang
daya tampung  rencana tata ruang daerah;
lingkungan kawasan strategis  rencana tata
hidup; provinsi; dan ruang wilayah
 rencana  rencana tata ruang kabupaten yang
pembangunan wilayah berbatasan; dan
jangka panjang kabupaten/kota.  rencana tata
nasional; ruang kawasan
 rencana tata strategis
ruang kawasan kabupaten.
strategis
nasional; dan
 rencana tata
ruang wilayah
provinsi dan
rencana tata
ruang wilayah
kabupaten/kota.

11
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA

ACUAN  Rencana Tata  Rencana Tata  Rencana Tata Ruang


Ruang Wilayah Ruang Wilayah Wilayah Nasional dan
Nasional; Nasional dan rencana tata ruang
 pedoman bidang rencana tata wilayah provinsi;
penataan ruang; ruang wilayah  pedoman dan
dan rencana provinsi; petunjuk pelaksanaan
pembangunan  pedoman dan bidang penataan
jangka panjang petunjuk ruang; dan
daerah. pelaksanaan  rencana
bidang pembangunan jangka
penataan panjang daerah.
ruang; dan
 rencana
pembangunan
jangka panjang
daerah.

SUB-STANSI  tujuan,  tujuan, kebijakan,  tujuan,  tujuan, kebijakan, dan


kebijakan, dan dan strategi kebijakan, dan strategi penataan
strategi penataan ruang strategi ruang wilayah
penataan ruang wilayah provinsi; penataan ruang kabupaten;
wilayah  rencana struktur wilayah  rencana struktur
nasional; ruang wilayah kabupaten; ruang wilayah
 rencana struktur provinsi yang  rencana kabupaten yang
ruang wilayah meliputi sistem struktur ruang meliputi sistem
nasional yang perkotaan dalam wilayah perkotaan di
meliputi sistem wilayahnya yang kabupaten yang wilayahnya yang
perkotaan berkaitan dengan meliputi sistem terkait dengan
nasional yang kawasan perdesaan perkotaan di kawasan perdesaan
terkait dengan dalam wilayah wilayahnya dan sistem jaringan
kawasan pelayanannya dan yang terkait prasarana wilayah
perdesaan dalam sistem jaringan dengan kabupaten;
wilayah prasarana wilayah kawasan  rencana pola ruang
pelayanannya provinsi; perdesaan dan wilayah kabupaten
dan sistem  rencana pola ruang sistem jaringan yang meliputi
jaringan wilayah provinsi prasarana kawasan lindung
prasarana yang meliputi wilayah kabupaten dan
utama; kawasan lindung kabupaten; kawasan budi daya
 rencana pola dan kawasan budi  rencana pola kabupaten;
ruang wilayah daya yang memiliki ruang wilayah  penetapan kawasan
nasional yang nilai strategis kabupaten yang strategis kabupaten;
meliputi provinsi; meliputi  arahan pemanfaatan
kawasan lindung  penetapan kawasan kawasan ruang wilayah
nasional dan strategis provinsi; lindung kabupaten yang berisi
kawasan budi  arahan kabupaten dan indikasi program
daya yang pemanfaatan ruang kawasan budi utama jangka
memiliki nilai wilayah provinsi daya menengah lima
strategis yang berisi indikasi kabupaten; tahunan; dan,
nasional; program utama  penetapan  ketentuan
 penetapan jangka menengah kawasan pengendalian
kawasan lima tahunan; dan strategis pemanfaatan ruang
strategis  arahan kabupaten; wilayah kabupaten
nasional; pengendalian  arahan yang berisi ketentuan
 arahan pemanfaatan ruang pemanfaatan umum peraturan
pemanfaatan wilayah provinsi ruang wilayah zonasi, ketentuan
ruang yang yang berisi indikasi kabupaten yang perizinan, ketentuan
berisi indikasi arahan peraturan berisi indikasi insentif dan
program utama zonasi sistem program utama disinsentif, serta,
jangka provinsi, arahan jangka  arahan sanksi,
menengah lima perizinan, arahan menengah lima  rencana penyediaan
tahunan; dan insentif dan tahunan; dan, dan pemanfaatan
 arahan disinsentif, serta  ketentuan ruang terbuka hijau;

12
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA

pengendalian  arahan sanksi. pengendalian  rencana penyediaan


pemanfaatan pemanfaatan dan pemanfaatan
ruang wilayah ruang wilayah ruang terbuka
nasional yang kabupaten yang nonhijau; dan
berisi indikasi berisi  rencana penyediaan
arahan ketentuan dan pemanfaatan
 peraturan zonasi umum prasarana dan sarana
sistem nasional, peraturan jaringan pejalan kaki,
arahan zonasi, angkutan umum,
perizinan, ketentuan kegiatan sektor
arahan insentif perizinan, informal, dan ruang
dan disinsentif, ketentuan evakuasi bencana,
serta insentif dan yang dibutuhkan
 arahan sanksi. disinsentif, untuk menjalankan
serta arahan fungsi wilayah kota
sanksi. sebagai pusat
pelayanan sosial
ekonomi dan pusat
pertumbuhan
wilayah.

PEDOMAN  penyusunan  penyusunan  penyusunan  penyusunan rencana


rencana rencana rencana pembangunan jangka
pembangunan pembangunan pembangunan panjang daerah;
jangka panjang jangka panjang jangka panjang  penyusunan rencana
nasional; daerah; daerah; pembangunan jangka
 penyusunan  penyusunan  penyusunan menengah daerah;
rencana rencana rencana  pemanfaatan ruang
pembangunan pembangunan pembangunan dan pengendalian
jangka jangka menengah jangka pemanfaatan ruang di
menengah daerah; menengah wilayah kabupaten;
nasional;  pemanfaatan ruang daerah;  mewujudkan
 pemanfaatan dan pengendalian  pemanfaatan keterpaduan,
ruang dan pemanfaatan ruang ruang dan keterkaitan, dan
pengendalian dalam wilayah pengendalian keseimbangan
pemanfaatan provinsi; pemanfaatan antarsektor;
ruang di wilayah  mewujudkan ruang di  penetapan lokasi dan
nasional; keterpaduan, wilayah fungsi ruang untuk
 mewujudkan keterkaitan, dan kabupaten; investasi; dan
keterpaduan, keseimbangan  mewujudkan  penataan ruang
keterkaitan, dan perkembangan keterpaduan, kawasan strategis
keseimbangan antarwilayah keterkaitan, dan kabupaten.
perkembangan kabupaten/kota, keseimbangan
antarwilayah serta keserasian antarsektor;
provinsi, serta antarsektor;  penetapan
keserasian  penetapan lokasi lokasi dan
antarsektor; dan fungsi ruang fungsi ruang
 penetapan lokasi untuk investasi; untuk investasi;
dan fungsi ruang  penataan ruang dan
untuk investasi; kawasan strategis  penataan ruang
 penataan ruang provinsi; dan kawasan
kawasan  penataan ruang strategis
strategis wilayah kabupaten.
nasional; dan kabupaten/kota.
 penataan ruang dasar untuk
wilayah provinsi penerbitan
dan perizinan lokasi
kabupaten/kota. pembangunan dan
administrasi
pertanahan.

Jangka Waktu 20 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 20 Tahun

13
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA

Peninjauan 5 Tahun sekali 5 Tahun sekali atau 5 Tahun sekali 5 Tahun sekali atau
Kembali atau lebih dari 1 lebih dari 1 kali atau lebih dari 1 lebih dari 1 kali dalam
kali dalam 5 tahun dalam 5 tahun pada kali dalam 5 tahun 5 tahun pada kondisi
pada kondisi kondisi lokasi pada kondisi lokasi strategis
lokasi strategis strategis tertentu lokasi strategis tertentu
tertentu tertentu

Penetapan Peraturan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Peraturan Daerah Kota


Pemerintah Provinsi Kabupaten

Untuk kota pesisir atau pulau maka ketentuan Undan-undang No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Sistem perencanaan pada kota di pesisir
dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini.

RTRW Prov/Kab/Kota

Gambar 4. 11
Sistem Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Berdasarkan UU No.
27 Tahun 2007
Tabel 4.8
Rencana dan Ketentuan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
Rencana Ketentuan

RSWP-3-K • Tidak terpisah dari RPJP,


(Rencana Strategis Wilayah • 20 th, ditinjau tiap 5 th
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil) • Perda prov/kab/kota
RZWP-3-K • Selaras dg RTRWP/Kab/Kota
(Rencana Zonasi Wilayah • 20 th, ditinjau tiap 5 th
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil) • Perda prov/kab/kota
RPWP-3-K 5 th, ditinjau 1 x
(Rencana Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil)
RAPWP-3-K 1-3 th
(Rencana Aksi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil)
HP-3 20 th, diperpanjang 20 th 2 kali
(Hak Pengusahaan Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil)

Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kota, meliputi:
1. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan;
2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kota.
3. Rencana umum tata ruang wilayah kota.

14
4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota memperhatikan antara lain:


1. Kepentingan nasional dan provinsi.
2. Arah dan kebijaksanaan penataan ruang wilayah tingkat nasional dan provinsi.
3. Pokok permasalahan kota dalam mengutamakan kepentingan kesejahteraan masyarakat
dan pertahanan dan keamanan;
4. Keselarasan dengan aspirasi masyarakat.
5. Persediaan dan peruntukan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya serta daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabpaten lainnya yang berbatasan.

Rencana Umum Tata Ruang Kota adalah kebijaksanaan yang menetapkan lokasi dari kawasan
yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah yang akan diprioritaskan
pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan. Rencana Tata Ruang wilayah Kota berisi:
1. Pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya.
2. Pengelolaan kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu;
3. Sistem kegiatan pembangunan dan sistem permukiman;
4. Sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana
pengelolaan lingkungan;
5. Penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan sumber daya alam Iainnya, serta
memperhatikan keterpaduan dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

Sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan pengelolaan lingkungan,


penatagunaan air, penatagunaan tanah, dan penatagunaan udara merupakan satu kesatuan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

Rencana Tata Ruang wilayah Kota menjadi pedoman untuk:


1. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang
di wilayah Kota.
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan pertumbuhan antar wilayah Kota.
3. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan
Pemerintah dan atau masyarakat di Kota.
4. Penyusunan rencana rinci tata ruang di Kota.
5. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan
ruang bagi kegiatan pembangunan.

Rencana Tata Ruang wilayah Kota menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk
menetapkan lokasi kegiatan pembangunan dalam memanfaatkan ruang serta dalam menyusun
program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di daerah tersebut dan
sekaligus menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang,
sehingga pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan selalu sesuai dengan Rencana
Tata Ruang wilayah Kota yang sudab ditetapkan. Rencana Tata Ruang wilayah Kota juga
menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan.

15
Gambar 4.12
Sistem Penataan Ruang di Indonesia
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Kegiatan penyusunan rencana tata ruang sendiri menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 137 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan dan Perhitungan Biaya Rencana Tata
Ruang di Daerah, meliputi:

a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah terdiri dari:


a. Menyusun rencana kerja.
b. Merumuskan/menyempurnakan pedoman dan metodologi.
c. Menyusun laporan pendahuluan.
d. Melaksanakan diskusi laporan pendahuluan.
b. Identifikasi potensi, masalah dan analisis pengembangan, terdiri dari:
a. Melaksanakan survei lapangan.
b. Menyusun kompilasi data.
c. Menganalisis aspek dan faktor yang berpengaruh.
d. Menyusun laporan fakta dan analisis.
e. Diskusi laporan fakta dan analisis.
c. Perumusan rencana tata ruang, terdiri dari:
a. Menyusun rumusan materi rencana kebijaksanaan dan strategi dasar.
b. Menyusun rumusan materi rencana tata ruang.
c. Menyusun konsep laporan akhir.
d. Diskusi konsep rencana tata ruang.
e. Seminar rencana tata ruang dengan instansi terkait.
f. Menyempurnakan rencana tata ruang.
g. Merumuskan rencana akhir.
h. Menyusun laporan akhir.

16
Rencana tata ruang di wilayah Nasional, provinsi dan kabupaten atau kota berlaku sah setelah
disahkan oleh peraturan pemerintah atau peraturan pemerintah daerah (dapat dikatakan
sebagai kosensus antara masyarakat melalui DPR/DPRD dan pemerintah pusat/daerah).
Rencana tata ruang menjadi produk perundangan yang mempunyai kekuatan hukum dan
pelanggaran terhadapnya merupakan pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang sah.
Peraturan perundangan yang dapat menganulir rencana tata ruang yang sah adalah peraturan
perundangan yang mempunyai kekuatan hukum sama dan/atau lebih kuat. Dokumen rencana
yang berlaku sebagai landasan utama bagi pelaksanaan pemanfaatan ruang adalah dokumen
rencana tata ruang yang disahkan sebagai peraturan perundangan yang mengikat masyarakat
dan juga aparat pemerintah. Proses pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan
berdasarkan rencana tata ruang yang sah tersebut.

Rancangan Perda tentang RTRW Kota disiapkan oleh Bappeda Kota dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh Bagian Hukum Setwilda Kota dan dimantapkan dalam forum TKPRD Kota.
Rancangan peraturan ini kemudian dikonsultasikan dengan TKPRD Kota sebelum dibahas di
DPRD Kota. Perda tentang RTRW Kota disahkan Oleh Walikota Kepala Daerah bersangkutan
setelah mendapat rekomendasi dari provinsi dan menerima persetujuan substansi oleh pusat.
Pemerintah daerah menetapkan RTRW Kota paling lambat 1 tahun sejak dokumen RTRW
selesai disusun.

Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diperkenalkan satu
perangkat pengendalian pemanfaatan ruang, yaitu Peraturan Zonasi. Pengertian Peraturan
zonasi ini adalah:

1. Ketentuan Umum (psl 1) danPenjelasan umum angka 6:


“Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang Persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan isusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang”. (definisi ini yang
digunakan dalam PP No. 26/2008 tentang RTRWN ps. 1 angka 27)

2. Penjelasan ps. 36 ayat 1:


“Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur‐
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang”.

Fungsi peraturan zonasi adalah sebagai salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan
ruang, Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi (ps. 35) serta sebagai
pedoman pengendalian pemanfaatan ruang (ps 36 ayat 2). Pelaksanaan RRTR untuk
mengoperasionalkan RUTR harus tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana
rinci dan peraturan zonasi. Penyempurnaan RRTR berdasarkan aspirasi masyarakat harus
tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana rinci dan peraturan zonasi
(penjelasan ps. 14 ayat 1).

Peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tata ruang kabupaten/kota menjadi salah
satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang (penjelasan
umum angka 6).

17
Tabel 4.9
Materi dan Penetapan Peraturan Zonasi

Jenjang Penetapan
• Arahan peraturan zonasi sistem nasional (ps. 36 ayat 3) Peraturan Pemerintah
• indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional …(ps. 20 ayat 1
huruf f)
• Arahan peraturan zonasi sistem provinsi (ps. 36 ayat 3) Perda provinsi
• indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi … (ps. 23 ayat 1
huruf f)

• Peraturan zonasi kabupaten/kota (ps. 36 ayat 3) Perda kabupaten/kota


• ketentuan umum peraturan zonasi… (ps. 26 ayat 1 huruf f)

• arahan peraturan zonasi kawasan metropolitan dan/atau Perda masing2 kab/kota,


megapolitan … (ps. 44 ayat 2 huruf e). provinsi (lembaga pengelola
u/ wil>1 prov)

• arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan … (ps. 51 ayat 2 Perda kabupaten (lembaga
huruf e). kerma kab u/ wil>1prov)

Tabel 4.10
Peraturan Zonasi dalam RTRW
Rencana Umum Muatan Peraturan Zonasi
RTRWN arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem nasional …(ps. 20 ayat 1 huruf f)

RTRWP arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem provinsi …(ps. 23 ayat 1 huruf f)

RTRW Kabupaten/Kota ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi… (ps. 26 ayat 1 huruf f)

RTR ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan metropolitan dan/atau


Kaw. Metropolitan Kaw. megapolitan yang berisi arahan peraturan zonasi … (ps. 44 ayat 2 huruf e).
Megapolitan
RTR Kaw. Agropolitan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi
arahan peraturan zonasi … (ps. 51 ayat 2 huruf e).

Sinkronisasi Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


Sebelum ditetapkan Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), dokumen pembangunan atau program dengan dokumen tata
ruang seolah-olah berjalan sendiri-sendiri dan tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Pasca
Undang-undang No. 25 tahun 2004, kedua dokumen tersebut telah disenergikan supaya saling
rujuk, demikian pula dengan jangka waktu perencanaannya. Berikut ini adalah sinkronisasi
keduanya.

18
Rencana Pemb. Jangka Panjang - RPJP RPJP
(20 th) (20 th)
RTRW Nasional RTRWN
RTRW Propinsi (20 th) RTRW
RTRW Kabupaten/Kota (20 th) Prop
RTRW
20 tahunan (antaradministrasi Kab/Kota
pemerintahan)
RPJM RPJM RPJM RPJM RPJM
Renst
Daera Renst Renst Renst Renst
5 tahunanDaera Daera Daera
(tiap administrasi Daera
ra
h ra
h
pemerintahan) ra
h ra
h ra
h
RKPD dan
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
APBD
0 5 Renja SKPD
1 1 2 25
tahunan0 5 0 th

Sumber: Zulkaidi.2005
Gambar 4.13
Sinkronisasi Dokumen Program/Pembangunan dengan Dokumen Tata Ruang

4.2 Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Pembangunan


Perkotaan
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak (Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah):

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;


b. Memilih pimpinan daerah;
c. Mengelola aparatur daerah;
d. Mengelola kekayaan daerah;
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah;
g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan,
h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang
masing-masing memiliki pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah tersebut mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah yang dimaksud adalah:

a. Pemerintahan Daerah Provinsi yang terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD
Provinsi.
b. Pemerintahan Daerah Kota yang terdiri atas Kepala Daerah dan Perangkat Daerah
Kabupaten.Kota

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah, pemerintah


daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

19
Kewenangan daerah provinsi merupakan urusan skala provinsi yang meliputi :

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;


b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten;
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas
kabupaten;
j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten;
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten; dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan

Kewenangan Pemerintahan Daerah untuk kota merupakan urusan yang berskala kota meliputi :

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;


b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan pendidikaan;
g. Penanggulangan masalah sosial;
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan;
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. Pelayanan administrasi penanaman modal;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah memiliki hak ;

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;


b. Memilih pimpinan daerah;
c. Mengelola aparatur daerah;
d. Mengelola kekayaan daerah;
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah;
g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan,
h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

20
sedangkan kewajiban daerah adalah :

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta


keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi kependudukan;
m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya; dan
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004, disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah, disusun pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Perencanaan pembangunan daerah disusun secara
berjangka, meliputi;
a. Rencana Pembangunan Jangka panjang (RPJP) daerah, dengan jangka waktu 20 tahun
yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP
Nasional;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah untuk jangka waktu 5 tahun,
yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang
penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJP
Nasional.
c. RPJM daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja
perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
d. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), merupakan penjabaran dari RPJM daerah
untuk jangka waktu 1 tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat, dengan mengacu pada rencana kerja pemerintah;
e. RPJP daerah dan RJMD ditetapkan dengan perda berpedoman pada Peraturan
Pemerintah

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 penataan ruang tidak diatur secara khusus sebagaimana
“kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat”. Pada awal-awal dilaksanakannya otonomi daerah sempat terjadi perdebatan apakah
proses perencanaan menjadi bottom up. Namun pada akhirnya, proses penataan ruang
dispakati dilakukan secara top down sekaligus bottom-up. Oleh karena tata cara kesepakatan
antara Provinsi dan Kabupaten/Kota belum ditetapkan lebih lanjut, maka diperlukan

21
pengaturan mengenai tata cara kesepakatan yang legal dan mengikat seluruh tingkat
pemerintahan yang terlibat di dalamnya.

Berkaitan dengan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah


provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota (Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007), pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah. Sejak
ditetapkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004, maka terjadi:

1. otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan


berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
2. desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah
dengan Pemerintahan Daerah

URUSAN
PEMERINTAHAN

Urusan pemerintahan
Urusan pemerintahan yang dikelola secara
yang sepenuhnya bersama antar
menjadi kewenangan tingkatan dan susunan
pemerintah pemerintahan
(konkuren)

1. Politik luar negeri, Urusan pemerintahan


2. Pertahanan, selain urusan
3. Kemanan, pemerintahan yang
4. Moneter dan fiskal sepenuhnya menjadi
nasional, urusan pemerintah
5. Yustisi,
6. Agama

Urusan Urusan
Urusan
Pemerintah Pemerintah
Pemerintah
Provinsi Kab/Kota

Gambar 4.14

Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pusat, Provinsi dan Kota/Kabupaten

Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat adalah urusan politik luar
negeri, pertahanan, kemanan, moneter dan fiskal nasional, yustisi dan agama. Selebihnya
merupakan urusan pemerintah daerah. Urusan pemerintahan yang bersifat konkuren secara
proporsional dibagi antara Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota berdasarkan kriteria:

1. Eksternalitas dalam konteks semangat demokrasi


Kriteria eksternalitas didasarkan atas pemikiran bahwa tingkat pemerintahan yang
berwenang atas suatu urusan pemerintahan ditentukan oleh jangkauan dampak yang
diakibatkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Eksternalitas adalah
kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang timbul
sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

22
– Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan
tersebut menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
– Apabila dampaknya bersifat lintas kabupaten/kota dan/atau regional maka
urusan pemerintahan itu menjadi kewenangan pemerintahan provinsi
Apabila dampaknya bersifat lintas provinsi dan/atau nasional, maka urusan itu menjadi
kewenangan Pemerintah.

2. Akuntabilitas dalam semangat demokrasi


Kriteria akuntabilitas didasarkan pada pemikiran bahwa tingkat pemerintahan yang
paling dekat dengan dampak yang timbul adalah yang paling berwenang untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan tersebut untuk mencegah terjadinya tumpang
tindih pengakuan atau klaim atas dampak suatu urusan pemerintahan. Akuntabilitas
adalah kriteria pembagian urusan Pemerintahan dengan memperhatikan
pertanggungjawaban Pemerintah, pemerintahan daerah Provinsi, dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan tertentu kepada
masyarakat.

– Apabila dampak penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan secara langsung


hanya dialami secara lokal (satu kabupaten/kota), maka pemerintahan daerah
kabupaten/kota bertanggungjawab mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan tersebut.
– Apabila dampak penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan secara langsung
dialami oleh lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi, maka
pemerintahan daerah provinsi yang bersangkutan bertanggungjawab mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan tersebut
– Apabila dampak penyelenggaraan urusan pemerintahan dialami lebih dari satu
provinsi dan/atau bersifat nasional maka Pemerintah bertanggungjawab untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dimaksud.
3. Efisiensi dalam semangat ekonomi
Kriteria efisiensi didasarkan pada pemikiran bahwa penyelenggaraan urusan
pemerintahan sedapat mungkin mencapai skala ekonomis, agar seluruh tingkat
pemerintahan wajib mengedepankan pencapaian efisiensi dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya yang sangat diperlukan dalam menghadapi
persaingan di era global. Efisiensi adalah kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan
memperhatikan daya guna tertinggi yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan suatu
urusan pemerintahan.

– Apabila urusan pemerintahan lebih berdayaguna ditangani pemerintahan


daerah kabupaten/kota, maka diserahkan kepada pemerintahan daerah
kabupaten/kota,
– Apabila akan lebih berdayaguna bila ditangani pemerintahan daerah provinsi,
maka diserahkan kepada pemerintahan daerah provinsi
– Apabila suatu urusan pemerintahan akan berdayaguna bila ditangani
Pemerintah maka akan tetap menjadi kewenangan Pemerintah.

Penggunaan ketiga kriteria tersebut diterapkan secara kumulatif sebagai satu kesatuan dengan
mempertimbangkan keserasian dan keadilan hubungan antar tingkatan dan susunan
pemerintahan.

Disamping urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan
kota/kabupaten, terdapat urusan pemerintahan sisa yang antara lain merupakan urusan:

1. yang berskala nasional atau lintas provinsi menjadi kewenangan Pemerintah (pusat),
2. yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintahan
daerah provinsi,

23
3. yang berskala kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintahan daerah
kabupaten/kota.

Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari tiga puluh satu urusan:

1. Urusan wajib
– Urusan pemerintahan yang terkait dengan pelayanan dasar (basic services) bagi
masyarakat, seperti pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup,
perhubungan, kependudukan dan sebagainya.
2. Urusan pilihan
– Urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan daerah untuk
diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan
(core competence) yang menjadi kekhasan daerah.
– potensi unggulan mengacu pada produk domestik regional bruto (PDRB),
mata pencaharian penduduk, dan pemanfaatan lahan yang ada di daerah.

Urusan pemerintahan di luar urusan wajib dan urusan pilihan yang diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah, sepanjang menjadi kewenangan daerah yang bersangkutan tetap harus
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah yang bersangkutan.

1. Urusan wajib:
Urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Terdiri
dari: a. pendidikan; b. kesehatan; c. lingkungan hidup; d. pekerjaan umum; e. penataan
ruang; f. perencanaan pembangunan; g. perumahan; h. kepemudaan dan olahraga; i.
penanaman modal; j. koperasi dan usaha kecil dan menengah; k. kependudukan dan
catatan sipil; l. ketenagakerjaan; m. ketahanan pangan; n. pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak; o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; p. perhubungan;
q. komunikasi dan informatika; r. pertanahan; s. kesatuan bangsa dan politik dalam
negeri; t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; u. pemberdayaan masyarakat dan
desa; v. sosial; w. kebudayaan; x. statistik; y. kearsipan; an; z. perpustakaan.

2. Urusan pilihan
Urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan. Terdiri dari: a. kelautan dan perikanan; b. pertanian; c.
kehutanan; d. energi dan sumber daya mineral; e. pariwisata; f. industri; g. perdagangan;
h. ketransmigrasian.

3. Urusan pilihan ditentukan oleh Pemerintah Daerah


4. Urusan wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan
Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap.
Pemerintahan daerah yang melalaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
bersifat wajib, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan
bersumber dari APBD yang bersangkutan. Dalam hal ini Pemerintah dapat:

a. menyelenggarakan sendiri;
b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada kepala instansi vertikal
atau kepada gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dalam rangka
dekonsentrasi; atau
c. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan
daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

24
Mengingat sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh daerah terbatas, maka prioritas
penyelenggaraan urusan pemerintahan difokuskan pada urusan wajib dan urusan pilihan
yang benar-benar mengarah pada penciptaan kesejahteraan masyarakat disesuaikan dengan
kondisi, potensi, dan kekhasan daerah yang bersangkutan. Di luar urusan pemerintahan
yang bersifat wajib dan pilihan, setiap tingkat pemerintahan juga melaksanakan urusan-urusan
pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan menjadi
kewenangan yang bersangkutan atas dasar prinsip penyelenggaraan urusan sisa (lihat lampiran
PP No. 38/2007)

Pemberdayaan dari Pemerintah kepada pemerintahan daerah menjadi sangat penting untuk
meningkatkan kapasitas daerah agar mampu memenuhi norma, standar, prosedur, dan
kriteria sebagai prasyarat menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya. Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dapat berbentuk pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan
pemberdayaan lainnya yang diarahkan agar pemerintahan daerah mampu menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Khusus untuk NSPK, mengingat
kemampuan anggaran yang masih terbatas, maka penetapan dan pelaksanaan standar
pelayanan minimal pada bidang yang menjadi urusan wajib pemerintahan daerah
dilaksanakan secara bertahap dengan mendahulukan sub-sub bidang urusan wajib yang
bersifat prioritas. Pengertian terkait dengan NSPK adalah sebagai berikut:

1. Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
3. Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
4. Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Rincian urusan pemerintahan dan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dapat
dilihat pada lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.

25

Anda mungkin juga menyukai