1
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD), dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
5. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional (Rencana Kerja Pemerintah; RKP),
dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
6. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
RKPD), dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
7. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga (Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga; Renja-KL), dokumen perencanaan Kementrian/Lembaga untuk
periode 1 (satu) tahun.
8. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah; Renja-SKPD), dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Tabel 4.1
Ruang Lingkup Perencanaan
NASIONAL DAERAH
Rencana Kerja Pemerintah Per Pres Rencana Kerja Pemerintah Peraturan KDh
(RKP) (Ps. 26 Ayat 1) Daerah (RKPD) (Ps. 26 Ayat 2)
Tabel 4.2
Materi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
NASIONAL DAERAH
Penjabaran Tujuan Nasional ke dalam: Mengacu pada RPJP Nasional dan memuat:
• Visi • Visi
• Misi • Misi
• Arah Pembangunan Nasional • Arah Pembangunan Daerah
2
Tabel 4.3
Materi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
• Penjabaran visi, misi, program • Penjabaran visi, misi, program Kepala Daerah
Presiden • Berpedoman pada RPJP Daerah dan
• Berpedoman pada RPJP Nasional memperhatikan RPJM Nasional
Materi: Materi:
1. Strategi Pembangunan Nasional 1. Strategi Pembangunan Daerah
2. Kebijakan Umum 2. Kebijakan Umum
3. Kerangka Ekonomi Makro 3. Kerangka Ekonomi Makro
4. Program kementerian, lintas 4. Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, dan lintas
kementerian, kewilayahan, dan lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam:
kewilayahan yang memuat kegiatan - Kerangka Regulasi
dalam: - Kerangka Anggaran
- Kerangka Regulasi
- Kerangka Anggaran
Tabel 4.4
Materi Rencana Kerja Pemerintah (RKP)/ Rencana Kerja PemerintahDaerah(RKPD)
RKP RKPD
Materi: Materi:
1. Prioritas Pembangunan Nasional 1. Prioritas Pembangunan Daerah
2. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro 2. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro Daerah
3. Arah Kebijakan Fiskal 3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
4. Program kementerian, lintas 4. Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, dan
kementerian, kewilayahan, dan lintas lintas kewilayahan yang memuat kegiatan
kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: dalam:
- Kerangka Regulasi - Kerangka Regulasi
- Kerangka Anggaran - Kerangka Anggaran
Tabel 4.5
Materi Rencana Kerja-KL/ Rencana Kerja SKPD
RENJA-KL RENJA-SKPD
3
Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi:
• Penyusunan Rencana
– Rancangan Rencana Pembangunan Nasional/Daerah
– Rancangan Rencana Kerja Kementrian-Lembaga/SKPD
– Musyawarah Perencanaan Pembangunan
– Rancangan Akhir Rencana Pembangunan
• Penetapan Rencana
– RPJP dengan UU / Perda
– RPJM dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah
– RKP / RKPD dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah
• Pengendalian Pelaksanaan Rencana
• Evaluasi Kinerja
Berikut ini adalah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang berlaku berdasarkan
Undang-undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2004.
UUD 1945
RKP RENJA KL
Prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi Memuat kebijakan, program, dan kegiatan
makro serta program Kementerian/Lembaga, lintas pembangunan baik yang dilaksanakan
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk langsung oleh Pemerintah maupun yang
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
bersifat indikatif. masyarakat.
PENYUSUNAN APBN
Gambar
PENYUSUNAN 4.1
APBD
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4
Proses penyusunan Rencana Pembangunan jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah dan proses penyusunan sistem perencanaan pembangunan nasional adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.2
5
sedangkan proses penyusunan Rencana Tahunan sebagai berikut:
RENSTRA KL
Peraturan Pimpinan Kementerian/Lembaga
RANCANGAN RKP
Menteri
MUSRENBANG (MENTERI)
Unsur-unsur Penyelenggara Pemerintahan. Paling lambat
bulan April
RENSTRA SKPD
Peraturan Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah
RANCANGAN RKPD
Bapeda
MUSRENBANG (BAPEDA)
Unsur-unsur Penyelenggara Pemerintahan. Paling lambat
bulan Maret
6
P
PEMERI
R R P Ri
PUSAT
NTAH
ed
P en e ed RK nci
o Di o A-
RP P ed R
st m acnj P
Dij m KL
an
ra ab a ed AP
JP ed o PJ an uR
ar an RA AP
m K
o Dip - K o
Diserasikan BN
Na an ML ka K L
PB BN
P erh R
m Dij m
PEMERIN
melalui
DAERAH
n R
RP
sio an Na
atik ab P Musrenbang
P
an
N
TAH
ed ar K ed RA AP
JP
nal o PansiP - Di
Da m edon J ka P o PB BD
R Pn acR m P RK
D Ri
era ano al M ed uD an ed
h m Den
U o ae o A nci
anaest n m SK U an
U m er
U
SPra
ra an aj an PD AP
K
PNS
h ha N
BD
K S
P K
D P
D
Gambar 4.4
Alur Penganggaran
Gambar 4.5
Penyusunan dan Penetapan RPJP
7
Sumber: Lampiran SE Mendagri No. 050 / 2020 / SJ Tahun 2005
tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM
Daerah, 11 Agustus 2005
Gambar 4.6
Tata Cara Penyusunan RPJPD
(7)
Gambar 4.7
Penyusunan dan Penetapan RPJM
Gambar 4.8
Tata Cara Penyusunan RPJM Daerah
Gambar 4.9
Penyusunan dan Penetapan RKP/D
Pada dasanya sistem perencanaan pembangunan nasional mengatur juga hal-hal sebagai
berikut terkait dengan aspek kelembagaan:
1. Pengendalian pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh masing-masing pimpinan
KL/SKPD.
2. Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksana
rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan KL/SKPD sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
3. Pimpinan KL/SKPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
KL/SKPD periode sebelumnya.
4. Menteri/Ke[ala Bappeda menyusun evaluasi rencanapembangunan berdasarkan hasil
evaluasi pimpinan KL/SKPD.
5. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan nasional/daerah
untuk periode berikutnya.
Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, maka lembaga yang cukup berperan dalam
melakukan koordinasi, sehingga tugas Bappeda:
1. bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan
di Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota (ps. 1 butir 23).
2. menyiapkan rancangan RPJP Daerah (ps 10 ayat 2).
3. menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah (ps. 11 ayat 3).
8
4. menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang
Daerah (ps. 12 ayat 2).
5. menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah (ps 14 ayat 2).
6. menyusun rancangan RPJM Daerah (ps 15 ayat 4).
7. menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah (ps 16 ayat 4).
8. menyiapkan rancangan awal RKPD (ps. 20 ayat 2).
9. mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD (ps 21 ayat 4).
10. menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD. (ps. 22 ayat 4).
11. menyusun rancangan akhir RKPD (ps. 24 ayat 2).
12. menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan
dari masing-masing pimpinan KL/SKPD (ps. 28 ayat 2).
13. menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan KL (ps.
29 ayat 3).
14. membantu KDh dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah (ps 32
ayat 2).
PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG
Pembiayaan Perizinan
Insentif &
Disinsentif
Sanksi
Gambar 4.10
Sistem Penataan Ruang Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007
Lingkup penataan ruang berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang ini terdiri atas:
9
1. PENGATURAN PENATAAN RUANG: upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
2. PEMBINAAN PENATAAN RUANG: upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
3. PELAKSANAAN PENATAAN RUANG: upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Pelaksanaan ini mencakup:
(a). PERENCANAAN TATA RUANG: suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang meliputi pola dan sStruktur pemanfaatan ruang serta kebijakan tata
guna lahan, air dan udara.
(b). PEMANFAAN RUANG: upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang meliputi program
pembangunan, tahapan pembangunan dan pembiayaan Pembangunan
(c). PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG: upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi Peraturan Zonasi,
Insentif dan Disinsentif, perizinan dan pengenaan sanksi
4. PENGAWASAN PENATAAN RUANG: upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Produk tata ruang berdasarkan Undang-undang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Produk Tata Ruang Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007
Undang-undang No. 26/2007 mencakup semua aspek di bidang penataan ruang sebagai dasar
bagi pengaturan lebih lanjut yang dituangkan dalam bentuk peraturan tersendiri. Peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan substansi penataan ruang pendukung undang-undang
tersebut adalah:
10
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
Rencana Tata Ruang Kota merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Provinsi, Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional. Substansi setiap produk rencana tata ruang dapat di lihat dalam
Tabel 6.7.
Tabel 4.7
Perwatakan RTRW Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA
11
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA
12
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA
13
SUBSTANSI
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RTRW KOTA
Peninjauan 5 Tahun sekali 5 Tahun sekali atau 5 Tahun sekali 5 Tahun sekali atau
Kembali atau lebih dari 1 lebih dari 1 kali atau lebih dari 1 lebih dari 1 kali dalam
kali dalam 5 tahun dalam 5 tahun pada kali dalam 5 tahun 5 tahun pada kondisi
pada kondisi kondisi lokasi pada kondisi lokasi strategis
lokasi strategis strategis tertentu lokasi strategis tertentu
tertentu tertentu
Untuk kota pesisir atau pulau maka ketentuan Undan-undang No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Sistem perencanaan pada kota di pesisir
dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini.
RTRW Prov/Kab/Kota
Gambar 4. 11
Sistem Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Berdasarkan UU No.
27 Tahun 2007
Tabel 4.8
Rencana dan Ketentuan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
Rencana Ketentuan
Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kota, meliputi:
1. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan;
2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kota.
3. Rencana umum tata ruang wilayah kota.
14
4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Rencana Umum Tata Ruang Kota adalah kebijaksanaan yang menetapkan lokasi dari kawasan
yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah yang akan diprioritaskan
pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan. Rencana Tata Ruang wilayah Kota berisi:
1. Pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya.
2. Pengelolaan kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu;
3. Sistem kegiatan pembangunan dan sistem permukiman;
4. Sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana
pengelolaan lingkungan;
5. Penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan sumber daya alam Iainnya, serta
memperhatikan keterpaduan dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
Rencana Tata Ruang wilayah Kota menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk
menetapkan lokasi kegiatan pembangunan dalam memanfaatkan ruang serta dalam menyusun
program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di daerah tersebut dan
sekaligus menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang,
sehingga pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan selalu sesuai dengan Rencana
Tata Ruang wilayah Kota yang sudab ditetapkan. Rencana Tata Ruang wilayah Kota juga
menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan.
15
Gambar 4.12
Sistem Penataan Ruang di Indonesia
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Kegiatan penyusunan rencana tata ruang sendiri menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 137 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan dan Perhitungan Biaya Rencana Tata
Ruang di Daerah, meliputi:
16
Rencana tata ruang di wilayah Nasional, provinsi dan kabupaten atau kota berlaku sah setelah
disahkan oleh peraturan pemerintah atau peraturan pemerintah daerah (dapat dikatakan
sebagai kosensus antara masyarakat melalui DPR/DPRD dan pemerintah pusat/daerah).
Rencana tata ruang menjadi produk perundangan yang mempunyai kekuatan hukum dan
pelanggaran terhadapnya merupakan pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang sah.
Peraturan perundangan yang dapat menganulir rencana tata ruang yang sah adalah peraturan
perundangan yang mempunyai kekuatan hukum sama dan/atau lebih kuat. Dokumen rencana
yang berlaku sebagai landasan utama bagi pelaksanaan pemanfaatan ruang adalah dokumen
rencana tata ruang yang disahkan sebagai peraturan perundangan yang mengikat masyarakat
dan juga aparat pemerintah. Proses pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan
berdasarkan rencana tata ruang yang sah tersebut.
Rancangan Perda tentang RTRW Kota disiapkan oleh Bappeda Kota dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh Bagian Hukum Setwilda Kota dan dimantapkan dalam forum TKPRD Kota.
Rancangan peraturan ini kemudian dikonsultasikan dengan TKPRD Kota sebelum dibahas di
DPRD Kota. Perda tentang RTRW Kota disahkan Oleh Walikota Kepala Daerah bersangkutan
setelah mendapat rekomendasi dari provinsi dan menerima persetujuan substansi oleh pusat.
Pemerintah daerah menetapkan RTRW Kota paling lambat 1 tahun sejak dokumen RTRW
selesai disusun.
Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diperkenalkan satu
perangkat pengendalian pemanfaatan ruang, yaitu Peraturan Zonasi. Pengertian Peraturan
zonasi ini adalah:
Fungsi peraturan zonasi adalah sebagai salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan
ruang, Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi (ps. 35) serta sebagai
pedoman pengendalian pemanfaatan ruang (ps 36 ayat 2). Pelaksanaan RRTR untuk
mengoperasionalkan RUTR harus tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana
rinci dan peraturan zonasi. Penyempurnaan RRTR berdasarkan aspirasi masyarakat harus
tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana rinci dan peraturan zonasi
(penjelasan ps. 14 ayat 1).
Peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tata ruang kabupaten/kota menjadi salah
satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang (penjelasan
umum angka 6).
17
Tabel 4.9
Materi dan Penetapan Peraturan Zonasi
Jenjang Penetapan
• Arahan peraturan zonasi sistem nasional (ps. 36 ayat 3) Peraturan Pemerintah
• indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional …(ps. 20 ayat 1
huruf f)
• Arahan peraturan zonasi sistem provinsi (ps. 36 ayat 3) Perda provinsi
• indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi … (ps. 23 ayat 1
huruf f)
• arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan … (ps. 51 ayat 2 Perda kabupaten (lembaga
huruf e). kerma kab u/ wil>1prov)
Tabel 4.10
Peraturan Zonasi dalam RTRW
Rencana Umum Muatan Peraturan Zonasi
RTRWN arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem nasional …(ps. 20 ayat 1 huruf f)
RTRWP arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem provinsi …(ps. 23 ayat 1 huruf f)
RTRW Kabupaten/Kota ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi… (ps. 26 ayat 1 huruf f)
18
Rencana Pemb. Jangka Panjang - RPJP RPJP
(20 th) (20 th)
RTRW Nasional RTRWN
RTRW Propinsi (20 th) RTRW
RTRW Kabupaten/Kota (20 th) Prop
RTRW
20 tahunan (antaradministrasi Kab/Kota
pemerintahan)
RPJM RPJM RPJM RPJM RPJM
Renst
Daera Renst Renst Renst Renst
5 tahunanDaera Daera Daera
(tiap administrasi Daera
ra
h ra
h
pemerintahan) ra
h ra
h ra
h
RKPD dan
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
APBD
0 5 Renja SKPD
1 1 2 25
tahunan0 5 0 th
Sumber: Zulkaidi.2005
Gambar 4.13
Sinkronisasi Dokumen Program/Pembangunan dengan Dokumen Tata Ruang
Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang
masing-masing memiliki pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah tersebut mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah yang dimaksud adalah:
a. Pemerintahan Daerah Provinsi yang terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD
Provinsi.
b. Pemerintahan Daerah Kota yang terdiri atas Kepala Daerah dan Perangkat Daerah
Kabupaten.Kota
19
Kewenangan daerah provinsi merupakan urusan skala provinsi yang meliputi :
Kewenangan Pemerintahan Daerah untuk kota merupakan urusan yang berskala kota meliputi :
20
sedangkan kewajiban daerah adalah :
Dalam UU No. 32 tahun 2004, disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah, disusun pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Perencanaan pembangunan daerah disusun secara
berjangka, meliputi;
a. Rencana Pembangunan Jangka panjang (RPJP) daerah, dengan jangka waktu 20 tahun
yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP
Nasional;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah untuk jangka waktu 5 tahun,
yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang
penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJP
Nasional.
c. RPJM daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja
perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
d. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), merupakan penjabaran dari RPJM daerah
untuk jangka waktu 1 tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat, dengan mengacu pada rencana kerja pemerintah;
e. RPJP daerah dan RJMD ditetapkan dengan perda berpedoman pada Peraturan
Pemerintah
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 penataan ruang tidak diatur secara khusus sebagaimana
“kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat”. Pada awal-awal dilaksanakannya otonomi daerah sempat terjadi perdebatan apakah
proses perencanaan menjadi bottom up. Namun pada akhirnya, proses penataan ruang
dispakati dilakukan secara top down sekaligus bottom-up. Oleh karena tata cara kesepakatan
antara Provinsi dan Kabupaten/Kota belum ditetapkan lebih lanjut, maka diperlukan
21
pengaturan mengenai tata cara kesepakatan yang legal dan mengikat seluruh tingkat
pemerintahan yang terlibat di dalamnya.
URUSAN
PEMERINTAHAN
Urusan pemerintahan
Urusan pemerintahan yang dikelola secara
yang sepenuhnya bersama antar
menjadi kewenangan tingkatan dan susunan
pemerintah pemerintahan
(konkuren)
Urusan Urusan
Urusan
Pemerintah Pemerintah
Pemerintah
Provinsi Kab/Kota
Gambar 4.14
Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat adalah urusan politik luar
negeri, pertahanan, kemanan, moneter dan fiskal nasional, yustisi dan agama. Selebihnya
merupakan urusan pemerintah daerah. Urusan pemerintahan yang bersifat konkuren secara
proporsional dibagi antara Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota berdasarkan kriteria:
22
– Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan
tersebut menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
– Apabila dampaknya bersifat lintas kabupaten/kota dan/atau regional maka
urusan pemerintahan itu menjadi kewenangan pemerintahan provinsi
Apabila dampaknya bersifat lintas provinsi dan/atau nasional, maka urusan itu menjadi
kewenangan Pemerintah.
Penggunaan ketiga kriteria tersebut diterapkan secara kumulatif sebagai satu kesatuan dengan
mempertimbangkan keserasian dan keadilan hubungan antar tingkatan dan susunan
pemerintahan.
Disamping urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan
kota/kabupaten, terdapat urusan pemerintahan sisa yang antara lain merupakan urusan:
1. yang berskala nasional atau lintas provinsi menjadi kewenangan Pemerintah (pusat),
2. yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintahan
daerah provinsi,
23
3. yang berskala kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintahan daerah
kabupaten/kota.
Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari tiga puluh satu urusan:
1. Urusan wajib
– Urusan pemerintahan yang terkait dengan pelayanan dasar (basic services) bagi
masyarakat, seperti pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup,
perhubungan, kependudukan dan sebagainya.
2. Urusan pilihan
– Urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan daerah untuk
diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan
(core competence) yang menjadi kekhasan daerah.
– potensi unggulan mengacu pada produk domestik regional bruto (PDRB),
mata pencaharian penduduk, dan pemanfaatan lahan yang ada di daerah.
Urusan pemerintahan di luar urusan wajib dan urusan pilihan yang diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah, sepanjang menjadi kewenangan daerah yang bersangkutan tetap harus
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah yang bersangkutan.
1. Urusan wajib:
Urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Terdiri
dari: a. pendidikan; b. kesehatan; c. lingkungan hidup; d. pekerjaan umum; e. penataan
ruang; f. perencanaan pembangunan; g. perumahan; h. kepemudaan dan olahraga; i.
penanaman modal; j. koperasi dan usaha kecil dan menengah; k. kependudukan dan
catatan sipil; l. ketenagakerjaan; m. ketahanan pangan; n. pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak; o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; p. perhubungan;
q. komunikasi dan informatika; r. pertanahan; s. kesatuan bangsa dan politik dalam
negeri; t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; u. pemberdayaan masyarakat dan
desa; v. sosial; w. kebudayaan; x. statistik; y. kearsipan; an; z. perpustakaan.
2. Urusan pilihan
Urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan. Terdiri dari: a. kelautan dan perikanan; b. pertanian; c.
kehutanan; d. energi dan sumber daya mineral; e. pariwisata; f. industri; g. perdagangan;
h. ketransmigrasian.
a. menyelenggarakan sendiri;
b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada kepala instansi vertikal
atau kepada gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dalam rangka
dekonsentrasi; atau
c. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan
daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
24
Mengingat sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh daerah terbatas, maka prioritas
penyelenggaraan urusan pemerintahan difokuskan pada urusan wajib dan urusan pilihan
yang benar-benar mengarah pada penciptaan kesejahteraan masyarakat disesuaikan dengan
kondisi, potensi, dan kekhasan daerah yang bersangkutan. Di luar urusan pemerintahan
yang bersifat wajib dan pilihan, setiap tingkat pemerintahan juga melaksanakan urusan-urusan
pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan menjadi
kewenangan yang bersangkutan atas dasar prinsip penyelenggaraan urusan sisa (lihat lampiran
PP No. 38/2007)
Pemberdayaan dari Pemerintah kepada pemerintahan daerah menjadi sangat penting untuk
meningkatkan kapasitas daerah agar mampu memenuhi norma, standar, prosedur, dan
kriteria sebagai prasyarat menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya. Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dapat berbentuk pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan
pemberdayaan lainnya yang diarahkan agar pemerintahan daerah mampu menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Khusus untuk NSPK, mengingat
kemampuan anggaran yang masih terbatas, maka penetapan dan pelaksanaan standar
pelayanan minimal pada bidang yang menjadi urusan wajib pemerintahan daerah
dilaksanakan secara bertahap dengan mendahulukan sub-sub bidang urusan wajib yang
bersifat prioritas. Pengertian terkait dengan NSPK adalah sebagai berikut:
1. Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
3. Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
4. Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Rincian urusan pemerintahan dan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dapat
dilihat pada lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
25