Anda di halaman 1dari 99

Ministry of Foreign Affairs

Republic of Indonesia

Pemanfaatan
Konektivitas
Perdagangan
dan Investasi
Zona Ekonomi
Khusus Aqaba

2019
Pemanfaatan
Konektivitas
Perdagangan
dan Investasi
Zona Ekonomi
Khusus Aqaba

2019

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan


Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona Ekonomi Khusus Aqaba

Pimpinan Redaksi
Dr. Siswo Pramono, LL.M, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan,
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Diterbitkan oleh:
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada tahun 2019
Jakarta Pusat 10110
Indonesia

E-mail: aspasaf.bppk@kemlu.go.id

Dicetak oleh
© 2019 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
KATA PENGANTAR

Zona Ekonomi Khusus Aqaba (ASEZA) adalah kawasan


ekonomi terpadu yang ditujukan untuk pengembangan investasi
dan perdagangan Yordania. Zona ekonomi yang diinisiasi pada
tahun 2001 ini terdiri dari kawasan industri dengan berbagai
insentif fiskal dan sebuah pelabuhan untuk menjadi hub ke
hinterland dan entry point ke kawasan lain.

ASEZA berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai lokasi investasi


maupun dioptimalkan penggunaan fasilitas pelabuhannya untuk
kepentingan pebisnis asal Indonesia. Oleh karena itu, pertanyaan
yang muncul adalah peluang apa yang dapat dimanfaatkan
dengan keberadaan ASEZA, baik dari sisi perdagangan maupun investasi dan langkah-langkah
apa yang dapat ditempuh Indonesia untuk optimalisasi pemanfaatan ASEZA.

Kajian Mandiri Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona Ekonomi Khusus
Aqaba ini akan difokuskan pada identifikasi peluang dan tantangan dalam lingkup internal dan
eksternal ASEZA dalam kaitannya dengan diplomasi dan kepentingan ekonomi Indonesia.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dari sumber-sumber
terpecaya seperti pejabat pemerintah dan kalangan bisnis dari Yordania, Uni Emirat Arab,
Saudi Arabia, Mesir, Turki, dan India. Penelitian ini menghasilkan peningkatan pemahaman
pemangku kepentingan di Indonesia akan potensi ekonomi di wilayah ASEZA.

Saya berharap penelitian ini dapat memberikan kita informasi tentang Zona Ekonomi Khusus
Aqaba dilihat dari sudut prospek dan tantangannya.

Jakarta, April 2019

Dr. Siswo Pramono, LL.M


Direktur Jenderal/ Kepala Badan
Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ii
DAFTAR FIGUR ……………………………………………………………... iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ASEZA …………………………………………………… 1
B. Fokus Kajian …………………………………………………… 3
C. Rumusan Masalah …………………………………………………… 4
D. Metode Penelitian …………………………………………………… 4
BAB II: PENGEMBANGAN ASEZA DAN
DAMPAK EKONOMINYA
A. Pengembangan ASEZA sebagai Agenda ..............................................
Reformasi Ekonomi Yordania .............................................. 5
B. Perkembangan ASEZA dan Dampaknya dalam ..............................................
Ruang Lingkup Kawasan .............................................. 12

BAB 3: OBSERVASI ASEZA DARI SUDUT


PANDANG NEGARA LAIN
A. Mesir …………………………………………………… 23
B. Perserikatan Emirat Arab …………………………………………………… 29
C. Turki …………………………………………………… 36
D. Belanda …………………………………………………… 40
E. Australia …………………………………………………… 45
F. European Commission …………………………………………………… 49
BAB IV: PELUANG KERJA SAMA
INDONESIA – YORDANIA …………………………………………… 51
BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………………………….. 67
LIST OF ABBREVIATIONS ……………………………………………………... 79
LAMPIRAN

ii
DAFTAR FIGUR

Figur 2.1 Nilai Perdagangan dan Komoditas Dagang Yordania ……………….. 6


Figur 2.2 Kota Aqaba ……………………………………………………….. 8
Figur 2.3 Pelabuhan Utama Aqaba ………………………………….…. 16
Figur 2.4 Aqaba Container Terminal ………………………………….…. 18
Figur 2.5 Peta Pipa Gas Arab ………………………………….…. 19
Figur 3.1 Ekspor Mesir Tahun 2016 ………………………………….…. 24
Figur 3.2 Impor Mesir Tahun 2016 ………………………………….…. 24
Figur 3.3 Ekspor Mesir ke Yordania Tahun 2016 ……………………………… 25
Figur 3.4 Impor Mesir dari Yordania Tahun 2016 ……………………………… 26
Figur 3.5 Ekspor PEA Tahun 2016 ………………………………….…. 29
Figur 3.6 Impor PEA Tahun 2016 ………………………………….…. 30
Figur 3.7 Outwards’ Investment PEA ………………………………….…. 31
Figur 3.8 Volume Perdagangan PEA-Yordania Tahun 2017 …………………… 32
Figur 3.9 Volume Perdagangan PEA-
Yordania Tahun 2009-2017 ………………………………….…. 32
Figur 3.10 Ekspor Turki Tahun 2016 ………………………………….…. 36
Figur 3.11 Impor Turki Tahun 2016 ………………………………….…. 37
Figur 3.12 Ekspor Belanda Tahun 2016 ………………………………….…. 40
Figur 3.13 Impor Belanda Tahun 2016 ………………………………….…. 41
Figur 3.14 Ekspor Belanda ke Yordania Tahun 2016 …………………………... 41
Figur 3.15 Impor Belanda dari Yordania Tahun 2016 …………………………... 42
Figur 3.16 Ekspor Australia Tahun 2016 ………………………………….…. 45
Figur 3.17 Impor Australia Tahun 2016 ………………………………….…. 46

iii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang ASEZA


Zona Ekonomi Khusus Aqaba (ASEZA) adalah kawasan ekonomi terpadu yang
ditujukan untuk pengembangan investasi dan perdagangan Yordania. Zona ekonomi
yang diinisiasi pada tahun 2001 ini terdiri dari kawasan industri dengan berbagai
insentif fiskal dan sebuah pelabuhan untuk menjadi hub ke hinterland dan entry point
ke kawasan lain. Aqaba sendiri mencakup wilayah seluas 375 km2 dengan populasi
sebanyak 150.000 (2015). Aturan mengenai penanaman modal di ASEZA diatur khusus
oleh Undang-Undang ASEZA 32/2007. Dengan demikian, UU ASEZA merupakan
rezim yang berbeda dengan UU Penanaman Modal ataupun UU Bea Cukai Yordania
secara umum. Salah satu keuntungan yang diperoleh, barang-barang yang diproduksi
di ASEZA akan diperlakukan sebagai produk dalam negeri melalui mekanisme
certificate of origin, tidak ada pembatasan investasi kepemilikan asing, tanah dapat
dimiliki pihak asing, lokasi strategis di Kawasan, kondisi keamanan yang relatif stabil,
akses darat ke lima negara, dan sarana finansial dan setiap proyek dapat
memperkerjakan 70% pekerja asing.

Selain itu, ASEZA juga memiliki aturan fiskal sendiri, yang dianggap lebih ringan
dibanding wilayah lain di Yordania, diantaranya: Tidak ada pajak social service,
ataupun pajak tanah dan bangunan tahunan untuk bangunan tambahan, Tidak ada pajak
pembagian dividen atau profit, Pajak penghasilan hanya 5% (jauh lebih rendah
ketimbang pajak di luar ASEZA yang sebesar 35%.), kecuali dari aktivitas perbankan,
asuransi, dan transportasi darat. Pajak sebesar 7% untuk barang-barang pribadi tertentu
dan jasa hotel/restoran (di luar ASEZA pajak barang mewah sebesar 13%).

Zona Ekonomi Khusus Aqaba dikelola oleh Aqaba Special Economic Zone Authority
(ASEZA). ASEZA dipimpin oleh enam orang Komisioner yang ditunjuk oleh kabinet
dan melapor langsung kepada Perdana Menteri Yordania. ASEZA memproyeksikan
untuk menjadikan Aqaba sebagai business hub dan tujuan wisata berkelas dunia,
membantu meningkatkan kualitas hidup dan kemakmuran masyarakat sekitar melalui
pembangunan berkelanjutan, dan menjadikan Aqaba sebagai driving force untuk
pertumbuhan ekonomi di Yordania dan seluruh wilayah Timur Tengah.

1
Selain Zona Ekonomi Khusus, ASEZA juga memiliki sebuah pelabuhan yang dikelola
oleh Aqaba Port Company (APC). Pelabuhan yang terintegrasi dengan ASEZA ini
secara lokasi juga merupakan entry point untuk wilayah-wilayah di sekitar Yordania,
seperti Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Lebanon. Pelabuhan Aqaba juga terbagi atas
tiga zona, zona pelabuhan utama, zona pelabuhan kontainer, dan zona pelabuhan
industri. Pelabuhan Aqaba merupakan satu-satunya pelabuhan laut di Yordania dan
menjadi tempat utama lalu lintas perdagangan negara tersebut (melayani 78% ekspor
dan 65% impor Yordania). Pelabuhan Aqaba juga diklaim menjadi gerbang masuk
untuk 1.6 miliar konsumen di Kawasan Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Utara.
Pelabuhan Aqaba saat ini mampu menampung kapal dengan Panjang 300 m dan
kedalaman 15-23 m, serta memiliki kapasitas kargo tahunan sebesar 1.3 juta TEU atau
setara dengan kapasitas TEU dari Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang.

Dalam pemberitaan Khaleej Times, pada tahun 2016 investasi di Aqaba telah melewati
angka USD 20 miliar (melampaui target investasi 2020 sebesar USD 6 miliar). ASEZA
juga telah menjadikan Aqaba sebagai wilayah dengan tingkat pengangguran paling
rendah di Yordania1. Melihat perkembangan tersebut, ASEZA berpeluang untuk
dimanfaatkan sebagai lokasi investasi maupun dioptimalkan penggunaan fasilitas
pelabuhannya untuk kepentingan pebisnis asal Indonesia. Salah satu peluang yang
dapat dimanfaatkan, berdasarkan kajian yang dilaksanakan oleh Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf), BPPK,
Yordania adalah salah satu penghasil fosfat terbesar di dunia dengan produksi mencapai
8.3 juta MT (2016) dan cadangan fosfat sebesar 1.2 miliar MT. Melimpahnya produksi
fosfat Yordania dapat menjadi sebuah peluang untuk investasi industri pupuk di
ASEZA. Peluang ini juga didukung dengan rencana pembangunan terminal LPG dan
LNG di ASEZA, hal ini akan menyokong pembangunan industri pupuk yang
menggunakan gas alam sebagai salah satu faktor produksi utama industri pupuk. Zona
investasi ASEZA sendiri akan dibagi dalam beberapa bagian: 50% pariwisata, 30%
jasa, 13% industri berat, dan 7% industri ringan.

Lokasi Aqaba yang dekat dengan Terusan Suez adalah salah satu faktor yang dapat
dipertimbangkan untuk proses shipping ke wilayah Timur Tengah, atau bahkan ke

1
https://www.khaleejtimes.com/aqaba-jordans-investment-darling-stares-down-an-economic-boom

2
wilayah Eropa, Amerika Utara, dan Turki. Khusus untuk ekspor ke wilayah Eropa,
Yordania merupakan salah satu mitra Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa
yang sudah berlaku sejak tahun 2002. Dalam FTA tersebut, disepakati hal-hal sebagai
berikut:

 Liberalisasi perdagangan dua arah, pembebasan pajak untuk semua produk. Sementara
untuk produk agrikultur, agro-food, dan perikanan dikenakan pajak selektif dan
progresif.
 Pengaturan untuk pembatasan kuantitatif dan standardisasi produk
 Hak-hak umum untuk bisnis dan penyediaan jasa di wilayah lain
 Pengaturan untuk pembayaran dan perpindahan modal
 Aturan standar mengenai kompetisi dan hak intelektual.

Sejak tahun 2016, sebagai kompensasi untuk menampung pengungsi dari Suriah, Uni
Eropa melakukan simplifikasi rule of origin, dengan syarat produk diproduksi di 18
area spesifik industri dan ekonomi di Yordania dan telah memenuhi persentasi pekerja
asal Suriah (15% dan tumbuh menjadi 25% dalam tiga tahun), serta bahan baku impor
diperbolehkan melebihi 70%. Dengan fasilitasi-fasilitasi tersebut, total perdagangan
Uni Eropa dan Yordania telah mencapai hingga 4.4 miliar Euro dan 1.4 miliar Euro
untuk jasa (2016), Uni Eropa dan Yordania juga tengah dalam tahap negosiasi untuk
menyetujui Deep and Comprehensive Free Trade Area (DCFTA). Selain itu, Yordania
juga telah memiliki perjanjian Free Trade Area dengan Amerika Serikat. hal ini
tentunya dapat dimanfaatkan oleh investor asal Indonesia yang berkeinginan untuk
meningkatkan aktivitas perdagangan ke Eropa ataupun Amerika Serikat.

B. Fokus Kajian

Kajian Mandiri akan difokuskan pada identifikasi peluang dan tantangan dalam lingkup
internal dan eksternal ASEZA dalam kaitannya dengan diplomasi dan kepentingan
ekonomi Indonesia.

3
C. Rumusan Masalah

1. Peluang apa yang dapat dimanfaatkan dengan keberadaan ASEZA, baik dari sisi
perdagangan maupun investasi?
2. Keuntungan dan kendala apa yang perlu diantisipasi oleh Indonesia dalam upaya
pemanfaatan ASEZA?
3. Langkah-langkah apa yang dapat ditempuh Indonesia untuk optimalisasi
pemanfaatan ASEZA?

D. Metode Penelitian

Penyusunan Kajian Mandiri bersifat kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan


data dilakukan dengan: (i) studi lapangan untuk memperoleh data primer dan sekunder
di beberapa negara dengan konektivitas bisnis dan nilai investasi signifikan ke ASEZA
antara lain, Yordania, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Mesir, Turki, dan India yang
dinilai dapat memberikan gambaran terhadap peluang dan tantangan pemanfaatan
ASEZA; (ii) studi kepustakaan; (iii) proses konsultasi dengan para pakar dalam format
Focus Group Discussion (FGD) dan Pertemuan Kelompok Ahli (PKA); serta (iv) kerja
sama dengan KBRI di negara-negara yang akan dikunjungi.

4
BAB II
Pengembangan ASEZA dan Dampak Ekonominya

A. Pengembangan ASEZA sebagai Agenda Reformasi Ekonomi Yordania

Yordania merupakan salah satu negara yang terbentuk setelah perjanjian Sykes-Picot
antara Inggris dan Perancis. Pada tahun 1921, Raja Abdullah I mendapat mandat dari
Inggris memimpin wilayah Transjordan. Mandat tersebut berubah menjadi wilayah
keamiran dan kemudian beralih menjadi kerajaan, setelah Yordania menerima
kemerdekaan penuh pada tahun 1946. Raja Hussein, cucu dari Raja Abdulah I,
memimpin Kerajaan Yordania modern dari tahun 1953-19992.

Di bawah kepemimpinan Raja Hussein, Yordania mulai membentuk identitas


nasionalnya. Yordania mmebentuk perspesi sebagai sebuah wilayah vital di Kawasan
Timur Tengah. Mengingat kestabilan politik dan kedekatan Yordania dengan barat,
terdapat peluang bahwa Yordania dapat menjembatani antara dunia arab dengan dunia
barat, ataupun terlibat langsung dalam proses perdamaian di Kawasan Timur Tengah.
Belakangan, ketidakstabilan Kawasan, seperti isu Palestina-Israel dan Irak, serta
Suriah, justru menekan kestabilan politik Yordania dan kemudian berdampak pada
pertumbuhan ekonomi Yordania.

Perekonomian Yordania sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan geografis dan


kekayaan sumber daya alamnya. Secara geografis, Yordania nyaris merupakan negara
landlocked dengan sumber daya alam yang sangat terbatas. Sumber daya alam
Yordania terbatas pada fosfat dan potash. Keadaan ini juga dipersulit dengan
kelangkaan tanah pertanian, yang hanya sebesar 10 persen dari keseluruhan daratan
Yordania dan kelangkaan air, serta jumlah penduduk yang sedikit. Disamping itu, tidak
seperti negara-negara di sekitarnya, Yordania juga merupakan negara net pengimpor
minyak. Keadaan-keadaan ini membuat neraca perdagangan Yordania selalu dalam
keadaan defisit.

2
Nazzal, Mary. Economic Reform in Jordan: An Analysis of Structural Adjustment and Qualified Industrial
Zones. 2005

5
Namun demikian, banyak analis berpendapat bahwa Yordania mampu bertahan dalam
situasi sulit karena sumber daya manusia mereka yang unggul. Pendidikan merupakan

Figur 2.1 Nilai Perdagangan dan Komoditas Dagang Yordania.


(https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/jor/).
salah satu prioritas utama dalam pengembangan di Yordania, dalam sepuluh tahun
terakhir Yordania telah berhasil meningkatkan secara signifikan jumlah studi, pola
pendidikan, dan kurikulum pendidikan tingginya. Rasio angka populasi berpendidikan
tinggi juga sangat tinggi, setiap tahun terdapat hingga 200.000 orang3 yang mendaftar
di Universitas di Yordania atau sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Sistem
pendidikan di Yordania juga adalah salah satu yang terbaik di Kawasan Timur Tengah.
Berdasarkan perhitungan Programme for Internatonal Student Assessment (PISA),
Yordania menempati posisi ke-59 dunia dan berada pada posisi ke-10 di Asia, atau
berada di satu tingkat di atas Indonesia4.

Tingginya tingkat pendidikan di Yordania membuat Sumber Daya Manusia mereka


tersebar untuk menjadi pekerja sektor formal di Kawasan Timur Tengah bahkan sejak
empat dekade lalu. Di era 1970-1980-an, remitansi dari pekerja Jordan di luar negeri

3
http://www.mohe.gov.jo/en/pages/BriefMohe1.aspx. Diakses pada 12 Juli 2018
4
http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. Diakses pada 12 Juli 2018.

6
dan dana bantuan asing kemudian menjadi fondasi utama dari perekonomian Yordania.
Keadaan ini membuat perekonomian Yordania sangat rentan terhadap situasi keamanan
Kawasan.

Satu contoh mengenai kerentanan perekonomian Yordania adalah ketika terjadi


revolusi Islam Iran di tahun 1979 dan perang Irak-Iran. Terganggunya stabilitas
keamanan Kawasan menganggu arus remitansi dan bantuan bilateral ke Yordania.
Dengan berkurangnya pendapatan utama tersebut, Yordania kemudian bergantung pada
pinjaman eksternal. Pada tahun 1988, hutang Yordania telah mencapai dua kali lipat
dari jumlah Gross Domestic Products (GDP). Di tahun 1989, Yordania
menandatangani structural adjustment agreement yang pertama dengan International
Monetary Fund (IMF) dan World Bank5.

Dengan hutang yang besar, tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi,
Yordania pada pertengahan 1990-an mengalami pertumbuhan yang cenderung stagnan,
dengan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 3% per tahun. Pada saat yang sama upaya
mengurangi pengangguran dan mendongkrak kegiatan ekonomi harus didorong dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga sebesar 6%. Perubahan pada awalnya
ditargetkan pada hal-hal yang bersifat institusional. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan privatisasi perusahaan-perusahaan milik negara. Namun,
privatisasi ini juga tidak serta-merta mampu memperbaiki perekonomian, terutama
melihat dari dimensi sosial dari tingkat pengangguran yang membutuhkan upaya lebih
untuk ditangani terutama oleh Pemerintah.

Pemerataan pembangunan kemudian menjadi upaya lain yang dianggap mampu


menggairahkan perekonomian Yordania. Pembangunan yang terfokus pada Kawasan
metropolitan dan Greater-Amman mulai untuk dialihkan kepada wilayah-wilayah yang
selama ini luput dari perhatian, pembangunan di wilayah Selatan Yordania kemudian
menjadi agenda prioritas nasional. Pada medio 1990-an, pembangunan Aqaba
kemudian menjadi wacana untuk pengembangan Zona Ekonomi Khusus.

5
Nazzal, Mary. Economic Reform in Jordan: An Analysis of Structural Adjustment and Qualified Industrial
Zones. 2005

7
Aqaba sebagai satu-satunya kota di Yordania yang memiliki pelabuhan, merupakan
kunci utama dari pembangunan ekonomi. Melihat kondisi geografis dan akses yang
dimiliki Aqaba, maka peluang pengembangan Aqaba terfokus pada transportasi,
industri, dan pariwisata. Namun demikian, Aqaba sampai dengan saat itu masih
menjadi wilayah yang belum terbangun dengan baik, dengan infrastruktur dan fasilitas
yang sangat terbatas. Stabilitas Kawasan, terutama situasi di Irak dan Palestina juga
sempat menghambat upaya pembangunan di Aqaba.

Figur 2.2 Kota Aqaba. Sumber: Aqaba Special Economic Zone Authority

Aqaba memiliki segala potensi untuk menjadi hub transportasi dan suplai logistik.
Dalam sejarahnya, Aqaba merupakan pelabuhan penting untuk lalu lintas barang,
terutama setelah koreksi harga minyak yang meningkatkan kegiatan ekonomi di
Kawasan Timur Tengah. Pada perkembangan selanjutnya, Aqaba juga menjadi
pelabuhan penting dalam suplai kebutuhan peralatan perang dan logistik ketika terjadi
perang Irak-Iran, sekaligus juga menjembatani perpindahan orang dan logistic dari
Mesir ke Irak. Dalam skema tersebut, kemampuan Aqaba dalam menjadi penghubung
antar negara dalam Kawasan telah terlihat dan peluang tersebut dapat terpelihara

8
mengingat akses yang sangat baik antara Yordania dengan wilayah barat jazirah Arab
dengan hinterland Arab Saudi, Irak, dan Suriah.

Namun, situasi keamanan Kawasan kembali menjadi penghambat pembangunan di


Aqaba. Keterpurukan ekonomi yang dialami Yordania pada tahun 1990-an dan
terjadinya perang Teluk kedua, membuat aktivitas di Aqaba kembali menurun.
Kompetisi dari pelabuhan-pelabuhan di Kawasan seperti Latakia, Dubai, dan Beirut
juga menurunkan ketergantungan wilayah Hinterland terhadap Aqaba. Pada akhir
1990-an, pelabuhan Aqaba tidak dimanfaatkan dengan optimal, per tahun Aqaba hanya
menerima 12.5 juta ton barang, padahal pelabuhan Aqaba memiliki kapasitas ketika itu
per tahun sebesar 30 juta ton per tahun.

Pamor Aqaba semakin menurun karena pada 1998, Irak mulai mengalihkan suplai
logistik dari pelabuhan Suriah. Daya saing Aqaba dalam menjalankan peran sebagai
pelabuhan regional semakin terpuruk karena pengelolaan yang masih birokratis dan
tersentralisasi di Pemerintah Pusat. Integrasi Aqaba sebagai pusat kegiatan ekonomi
pun belum dicanangkan menjadi sebuah cetak biru perencanaan yang komprehensif.

Baru pada 1999, rencana pembangunan Aqaba menjadi mulai terbentuk. Aqaba mulai
diproyeksikan sebagai pelabuhan kelas internasional, di saat yang sama Pemerintah
Yordania juga telah mencapai kesepakatan dengan European Investment Bank untuk
peminjaman dana sebesar 30 juta Ecu untuk modernisasi pelabuhan Aqaba. Fase ini
juga disertai dengan kajian untuk menjadikan Aqaba sebagai pusat pariwisata dengan
beberapa marina dan pusat kegiatan ataupun leisure di Aqaba.

Sebuah studi untuk mempelajari pembentukan sebuah zona ekonomi spesial di Aqaba
kemudian dilakukan oleh The Service Group (TSG). Studi tersebut diantaranya
mengevaluasi Pelabuhan Aqaba dalam hal lokasi dan aktivitas komersial dibandingkan
dengan pelabuhan lain. Lebih jauh, studi ini juga mengevaluasi infratsruktur,
pelayanan, dan mekanisme untuk modernisasi, serta evaluasi terhadap kerangka legal
dan institusi Aqaba.

Dari hasil kajian ini, TSG kemudian merekomendasikan beberapa hal, diantaranya:
Presiden Aqaba Special Economic Zone melapor langsung kepada Perdana Menteri;

9
ASEZA harus memiliki otoritas khusus yang secara signifikan dapat mengatur
perencanaan ekonomi, otonomi, manajemen industri dan pemasaran, privatisasi,
regulasi lingkungan, dan perizinan; Petinggi adalah ex officio dari ASEZA untuk
penyelerasan perencanaan pemerintahan daerah dengan ASEZA; membentuk
manajemen ASEZA yang kuat; membubarkan pemerintah kota Aqaba; penyelarasan
Aqaba Port Corporation (APC) dengan ASEZA, dengan demikian APC melapor
kepada ASEZA6.

Pengembangan Aqaba membutuhkan pendekatan-pendekatan revolusioner untuk


menjadikan Kawasan memiliki daya saing dalam menjadi transport dan supply hub.
Dengan studi tersebut, diharapkan ASEZA dapat menyediakan fleksibilitas dan
efisiensi untuk mendorong perekonomian Yordania.

Raja Abdullah II yang baru dilantik pada tahun 1999 adalah pendukung utama dari
proyek ASEZA. Setelah hasil kajian TSG dirilis, kabinet terpecah opininya dalam
pelaksanaan proyek ASEZA yang kemudian berakibat pada sempat terhentinya proyek
tersebut. Beberapa pendapat yang menolak proyek ASEZA lebih condong untuk
membentuk Qualifying Industrial Zone (QIZ) seperti yang dilakukan di wilayah Utara
dan Tengah Yordania.

Upaya untuk mewujudkan ASEZA terus dilakukan dengan membentuk Economic


Consultative Council (ECC). Lembaga yang beranggotakan anggota parlemen dan
mantan menteri inilah yang kemudian menjadi task force bentukan Raja Abdullah II
untuk menyusun perencanaan transformasi ekonomi. Pada akhirnya, ECC-lah yang
menyusun rekomendasi tahap akhir pengembangan ASEZA.

Proyek pengembangan Aqaba menuju ASEZA secara umum merombak keseluruhan


sistem administrasi dan infrastruktur Aqaba. Ali Abburragheb, yang ketika itu
memimpin task force untuk ASEZA meyakinkan bahwa Pemerintah tidak perlu
mengeluarkan uang untuk pengembagan ASEZA, karena ASEZA mampu mendukung
keuangannya sendiri dengan manajemen yang tepat.

6
Marwan A. Kardoosh, The Aqaba Special Economic Zone, Jordan: A Case Study of Governance. Zentrum fur
Entwicklungsforschung, Universitat Bonn. 2005

10
Kesuksesan Abburragheb dalam meyakinkan Raja membawa dampak politik.
Aburragheb ditunjuk menjadi PM pada tahun 2000 menggantikan PM Abdurra’ouf
Rwabdeh yang dianggap kurang efisien dalam menjalankan reformasi ekonomi di
Yordania, terutama dalam mewujudkan proyek ASEZA. Hal ini terlihat ketika
kemudian Parlemen Yordania menyetujui Rancangan Undang-Undang pembentukan
ASEZA7.

Pemerintah Yordania kemudian melakukan penunjukan lima komisioner ASEZA untuk


membantu transformasi Aqaba menjadi special economic zone pada tahun 2001.
ASEZA terdiri dari lima cabang utama yakni; Keuangan dan Administrasi, Cukai dan
Pendapatan, Investasi dan Pengembangan Ekonomi, Tanah, Infrastruktur, dan
Pelayanan; serta Regulasi Lingkungan dan Pengimplementasiannya. ASEZA kemudian
diresmikan oleh Raja Abdullah II pada tanggal 17 Mei 2001. Peresmian tersebut
dihadiri oleh invetor internasional, perwakilan dari agensi bantuan, diplomat, dan
pengusaha; ditengarai 400 pengusaha telah terdaftar untuk beroperasi di ASEZA pada
saat itu8.

ASEZA memiliki banyak ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang


tersendiri (Undang-Undang Aqaba 32/2007). Dengan demikian, UU ASEZA
merupakan rezim yang berbeda dengan UU Penanaman Modal ataupun UU Bea Cukai
Yordania secara umum. Salah satu keuntungan yang diperoleh, barang-barang yang
diproduksi di ASEZA akan diperlakukan sebagai produk dalam negeri melalui
mekanisme certificate of origin, tidak ada pembatasan investasi kepemilikan asing,
tanah dapat dimiliki pihak asing, lokasi strategis di Kawasan, kondisi keamanan yang
relatif stabil, akses darat ke lima negara, dan sarana finansial dan setiap proyek dapat
memperkerjakan 70% pekerja asing. Dalam Undang-Undang tersebut juga diatur
bahwa ASEZA memiliki keistimewaan untuk mengatur administrasinya sendiri di
bawah Aqaba Special Economic Zone Authority (ASEZA) yang dipimpin oleh enam
orang komisaris berdasarkan penunjukan langsung oleh Perdana Menteri. Undang-

7
Pembentukan ASEZ sempat mengalami pasang surut setelah draft resolusi disetujui oleh Parlemen. Isu yang
mengemuka dalam kontoversi pengembangan ASEZ duantaranya adalah isu ketanagakerjaan asing, lingkungan,
moral, kedaulatan dan sentimen warga lokal. Isu ini akan dijelaskan secara lebih lanjut di bab selanjutnya.
Silahkan merujuk pada (Marwan A. Kardoosh, The Aqaba Special Economic Zone, Jordan: A Case Study of
Governance. Zentrum fur Entwicklungsforschung, Universitat Bonn. 2005)
8
Ibid.

11
Undang ini juga mengatur insentif-insentif ASEZA yang dapat diberikan kepada
investor yang akan menanamkan modalnya di ASEZA.

ASEZA juga memiiki otoritas penuh untuk mengatur roadmap, perencanaan,


pengembangan infrastruktur, model penanaman modal, hingga mekanisme
penyelesaian sengketa di ASEZA. Wewenang dari Kementerian pusat sangat terbatas
pada masukan, saran, dan evaluasi, namun semua keputusan untuk tahap implementasi
Kawasan ASEZA tetap merupakan hak dari ASEZA. Sementara itu, wewenang
Pemerintah Kota Aqaba juga sangat terbatas pada penjamin keamanan, mengingat
akses dan rantai koordinasi yang dimiliki Pemerintah Kota dengan kepolisian maupun
tentara nasional Yordania. Independensi ASEZA dari struktur Pemerintah juga
tercermin dari kemampuan ASEZA dalam menyediakan kebutuhan finansialnya sendiri
tanpa dukungan dari Pemerintah Pusat maupun daerah.

Selain itu, ASEZA juga memiliki aturan fiskal sendiri, yang dianggap lebih ringan
dibanding wilayah lain di Yordania, diantaranya: Tidak ada pajak social service,
ataupun pajak tanah dan bangunan tahunan untuk bangunan tambahan, Tidak ada pajak
pembagian dividen atau profit, Pajak penghasilan hanya 5% (jauh lebih rendah
ketimbang pajak di luar ASEZA yang sebesar 35%.), kecuali dari aktivitas perbankan,
asuransi, dan transportasi darat. Pajak sebesar 7% untuk barang-barang pribadi tertentu
dan jasa hotel/restoran (di luar ASEZA pajak barang mewah sebesar 13%).

B. Perkembangan ASEZA dan Dampaknya dalam Ruang Lingkup Kawasan


Sebagai salah satu bentuk reformasi ekonomi yang dicanangkan oleh Pemerintah
Yordania, ASEZA diharapkan mampu menjadi katalis untuk perkembangan Yordania
secara nasional. Berdasarkan masterplan ASEZA, Aqaba dibagi menjadi lima area
khusus yaitu, perkotaan, pelabuhan, pantai koral, zona industri selatan, dan zona
bandara. Area lainnya adalah area konservasi lingkungan dan sejarah.

Salah satu yang menjadi indikator terhadap pertumbuhan ekonomi dalam hal ini adalah
realisasi investasi. Investasi merupakan bagian terpenting dari pengembangan ASEZA.
ASEZA menargetkan investasi sebesar USD 6 miliar pada tahun 2020, namun pada
tahun 2008, nilai investasi di ASEZA telah mencapai USD 18 miliar dan pada tahun

12
2017 nilai investasi di Aqaba telah melebihi USD 20 miliar, dengan realisasi USD 11
miliar. Sementara itu, target lain yang hendak dicapai juga berada di jalur yang tepat.
Sebagai contoh, target 250.000 penduduk Aqaba pada 2020, hingga saat ini sudah ada
200.000 penduduk di Yordania dengan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun
ke tahun.

Target strategis lain yang dicanangkan adalah target dua juta wisatawan per tahun pada
tahun 2025 juga diharapkan dapat tercapai, saat ini Aqaba telah berhasil menarik
700.000 wisatwan per tahun. Selain itu, target lain yang ingin dicapai adalah
peningkatan jumlah kamar hotel menjadi 12.000 kamar, penambahan jumlah logistic
hub, kapasitas penanganan dua juta kontainer per tahun pada tahun 2025. Peningkatan
kapasitas Aqaba, diharapkan mampu meningkatkan industri dan pelayanan value-
added sebagai tulang punggung ekonomi di Yordania secara keseluruhan.

Kemudahan berinvestasi di ASEZA dapat disimpulkan menjadi kunci sukses tren


positif pengembangan Aqaba. ASEZA dengan berbagai pertimbangan, telah
menargetkan investasi-investasi khusus, seperti logistik, pergudangan, transportasi, dan
pariwisata untuk menjadi industri yang dikembangkan di ASEZA. Kemudahan-
kemudahan investasi, seperti pajak keuntungan yang rendah, kepemilikan asing 100%,
dan hak untuk mmperkerjakan 70% tenaga kerja asing merupakan keuntungan yang
banyak dimanfaatkan oleh investor-investor di ASEZA. Berdasarkan, pengamatan tim
kajian, ASEZA telah dengan secara cermat dan berhati-hati dalam menentukan investor
yang akan melakukan investasi di ASEZA. Pertimbangan proporsionalitas dan
lingkungan menjadi hal utama dari pengembangan industri Aqaba. Hal ini disebabkan
karena wilayah industri, perkotaan, dan pariwisata di Aqaba sangat terintegrasi. Dengan
demikian, kenyamanan untuk tinggal dan leisure di Aqaba lebih menjadi prioritas
dibanding dengan pengembangan industri berat. Industri saat ini yang dikembangkan
di Aqaba lebih merupakan industri kecil/menengah seperti pabrik pemrosesan makanan
dengan kapasitas kecil, pengepakan sepatu, pengolahan alumunium, tekstil dan garmen.
Belakangan, terdapat juga perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidag teknologi dan
energi terbarukan. Lewat pengembangan industri ini pula, Aqaba telah berhasil
menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan baik di Aqaba, maupun di wilayah
lainnya di Yordania.

13
Ketidakstabilan Kawasan di negara-negara sekitar Yordania, tidak terlalu berpengaruh
pada aktivitas industri di Aqaba. Perusahaan-perusahaan yang membuka industri di
Aqaba malah semakin meningkat dalam beberapa tahun belakangan. Salah satu
penyebab dari hal ini adalah relokasi perusahaan-perusahaan yang berada di Libya dan
Suriah. Yordania yang relatif stabil menjadi lokasi yang dianggap aman untuk
memindahkan bisnis mereka dari wilayah-wilayah terdampak konflik seperti Suriah,
Libya ataupun Irak.

Pengembangan kawasan industri Aqaba memiliki prospek yang cenderung positif.


Dalam lima tahun ke depan, ekspansi kawasan industri diperkirakan akan tumbuh
hingga 250 perusahaan dengan nilai investasi hingga USD 1 miliar dan menambah
lapangan pekerjaan bagi 5000 orang.

Pada tahun 2015, telah ditandatangani nota kesepahaman antara ASEZA dengan
Shenzen Chamber of Investment untuk pengembangan kawasan logistic dan industri di
wilayah selatan ASEZA. Dengan nilai investasi sebesar USD 700 juta, pengembangan
ini diharapkan mampu untuk menyerap 2500 pekerja baru. Dengan proyek-proyek baru
tersebut, sektor industri telah menjadi ujung tombak dalam penyerapan tenaga kerja di
Aqaba.

Saat ini telah ada 1500 perusahaan asing yang tercatat melakukan investasi di ASEZA
yang berasal dari AS, Eropa, RRT, India, dan dari negara lain di Kawasan Timur
Tengah. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di bidang ICT, pariwisata,
tekstil/garmen, sepatu, makanan olahan, pengolahan logam, dan lain-lain. ASEZA juga
sangat terbuka untuk pembukaan perusahaan start-up digital. Disebutkan bahwa
Yordania saat ini menjadi tempat investasi perusahaan digital terkemuka di seluruh
Kawasan Timur Tengah, dengan penetrasi internet hingga 85% dari keseluruhan
populasi. Perusahaan-perusahaan seperti Google, Amazon, Alibaba, dan Uber telah
beroperasi di Yordania.

Dalam pertemuan yang dilakukan dengan Rania Madanat, VP Sales dari Aqaba
International Industrial State (AIIS). AIIS adalah anak perusahaan ASEZA yang
memiliki fungsi untuk pengelolaan kompleks industri di ASEZA Zona Selatan.
Disebutkan bahwa telah ada beberapa perusahaan yang bergeak di bidang renewable

14
energy, pemrosesan makanan, pengolahaan alumunium, tekstil/garmen, dan sepatu
yang berasal dari Lybia, RRT, dan India yang telah beroperasi di Zona Selatan.

Zona Utara memiliki luas 400.000 m² dan direncanakan untuk diperluas hingga 1,7 juta
m². Zona diperuntukan bagi industri-industri menengah yang memiliki dampak
lingkungan rendah. Disebutkan bahwa industri berat seperti pabrik pupuk akan
ditempatkan di Zona Selatan mengingat luas lahan yang dibutuhkan dan dampak
lingungan yang dapat ditimbulkan. Wilayah Selatan sendiri berada jauh dari
pemukiman masyarakat dan memiliki fasilitas serta lahan yang memadai dalam
pengelolaan limbah industri-industri besar.

Disebutkan bahwa hanya ASEZA-lah yang memberikan kesempaan kepada investor


untuk membeli dan memiliki 100% lahan di seluruh Kawasan Timur Tengah. Harga
tanah diperkirakan sebesar USD 65-85 per m², harga tersebut bervariasi tergantung
pada jenis operasi industri dan added value yang ditawarkan. Lahan industri di ASEZA
juga telah memiliki akses dengan telekomunikasi, air, pembuangan, dan listrik yang
memadai.

Konektivitas
Perekonomian Aqaba sangat terkait dengan konektivitas yang dimiliki Aqaba terhadap
Kawasan dengan keberadaan pelabuhan dan bandara yang berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi ini. Pelabuhan Aqaba yang dikelola oleh Aqaba Port
Company, memiliki kapasitas 28 juta ton kargo per tahun.

Pelabuhan ini telah mengalami modernisasi dan perluasan dalam beberapa tahun
belakangan. Masalah handling barang juga menjadi hal yang mendapat perhatian.
Aqaba menjadikan Pelabuhan di Dubai atau Singapura sebagai benchmark untuk
mejadikan Aqaba tetap kompetitif.

Pelabuhan Aqaba terdiri dari 12-berth dengan kedalaman hingga 24 meter keruk.
Pelabuhan dilakukan untuk kargo, ekspor fosfat dan gandum; 7-berth pelabuhan tengah,
yang digunakan untuk pelabuhan penumpang, kontainer, dan kapal Ro/Ro; dan
pelabuhan industri dengan fasilitas pipa minyak, dan berth untuk industri dan kayu.

15
Pelabuhan Aqaba telah beroperasi sejak tahun 1965 dan kini melayani 1116 kapal per
tahun (2017).

Figur 2.3 Pelabuhan Utama Aqaba. Sumber: Aqaba Company for Port Operation and
Management.

Pelabuhan dan fasilitas kontainer Aqaba adalah salah satu aspek penting yang
menjadikan ASEZA lebih unggul dibanding zona lain di Yordania. Secara umum,
pelabuhan ini mampu menampung kapal kargo besar dengan kapasitas 15.000 TEU.
Saat ini, terminal kontainer Aqaba mampu menampung hingga 1.3 juta TEU per tahun
dan dwelling time selama 7 hari, namun tengah diupayakan agar dwelling time dapat
dikurangi hingga ke 2 hari.

Konektivitas di Aqaba juga ditunjang oleh keberadaan bandara King Hussein


International Airport (KHIA), bandara ini dikelola oleh Aqaba Airports Company
(AAC) di bawah supervisi Aqaba Development Corporation (ADC). KHIA memiliki

16
kapasitas untuk menampung 2 dua juta penumpang. KHIA juga memiliki akses khusus
di Queen Alia International Airport.

KHIA rencananya akan dikembangkan untuk mampu melayani kebutuhan pariwisata


dan kargo yang semakin meningkat. Dalam rangka meningkatkan konektivitas dari dan
ke Aqaba, ASEZA juga berencana untuk membeli maskapai Royal Wings untuk
mendirikan maskapai Fly Aqaba. Selain itu, maskapai Turkish Airlines juga sudah
membuka penerbangan langsung Istanbul-Aqaba.

ASEZA memiliki akses yang cukup memadai, baik dari transportasi udara, darat,
maupun laut. Berdasarkan pemantauan, jalan darat yang membentang di sepanjang
Yordania cukup memadai dan mampu untuk menjadi jalur utama transportasi kargo
darat ke wilayah lain yang berbatasan langsung dengan Yordania. Selain itu, telah ada
jalur kereta untuk mengangkat kargo dari Aqaba ke dry port di Provinsi Ma’an.

Aqaba juga memiliki infrastruktur yang memadai dalam pergudangan, logistik, dan
dukungan kargo yang letaknya bersebelahan dengan terminal kontainer Aqaba. Saat ini,
pusat pergudangan atau Aqaba Logistic Village (ALV) telah berdiri di atas lahan seluas
260,000 meter persegi. Kapasitas dari ALV ini saat ini telah digunakan untuk
menampung barang-barang impor dengan klasifikasi yang tertata dengan cukup baik.
Bantuan dari International Committee of the Red Cross (ICRC) untuk pengungsi Suriah
dan Irak juga telah memanfaatkan ALV untuk penyimpanan dan transit barang-barang
bantuan.

17
Figur 2.4 Aqaba Container Terminal. Sumber: Aqaba Company for Port Operation and
Management.

Ketersediaan Energi
Aqaba memiliki power station dengan kekuatan 1250 MW, yang menyediakan
kebutuhan listrik di Aqaba dan sekitarnya, energi di Aqaba juga disuplai oleh kabel
bawah tanah dari Mesir. Pada 2015, terminal LNG juga telah dibangun di Aqaba untuk
menyediakan suplai energi ke seluruh Yordania. Terminal LNG ini dimaksudkan untuk
diversifikasi suplai gas Yordania. Selama ini, Yordania bergantung pada Mesir untuk
suplai gas. Di wilayah ASEZA, terdapat tiga komponen utama infrastruktur. Yang
pertama adalah, konstruksi terminal berupa tanki-tanki khusus dan bangunan untuk
menyimpan LNG. Khusus untuk ASEZA terminal ini terintegrasi dengan pelabuhan
dan bersifat receiving terminal (impor). Komponen kedua adalah kapal yang bersandar
pada Pelabuhan Aqaba, kapal-kapal ini selain digunakan untuk transshipment LNG
namun juga dapat digunakan sebagai terminal. Infrastrutur tanki dan kapal ini sudah
beroperasi sejak tahun 2015. Komponen ketiga adalah adalah pipeline, pipa-pipa gas
yang membujur hingga Aqaba selama digunakan untuk menyalurkan pipa yang diimpor
dari Mesir dan membentang sepanjang 422 KM di sepanjang Yordania.

Yordania selama ini melakukan impor gas dari Mesir, namun perubahan situasi politik
di Mesir membuat suplai gas dari Mesir belum bisa diandalkan. Pilihan Yordania untuk

18
suplai gas kemudian dialihkan ke Israel, yang direncanakan untuk mulai dilakukan pada
tahun 2020. Israel menjadi pilihan utama karena akses dan alasan keamanan. Impor dari
Iran, sebagai contoh belum menjadi opsi karena beberapa alasan. Pertama karena belum
ada instalasi pipeline yang menghubungkan Yordania dengan Iran, hal tersebut berarti
Yordania harus membiayai pembangunan ribuan kilometer pipa di sepanjang Irak dan
Suriah. Alasan kedua adalah stabilitas politik di Irak dan Suriah yang tidak menentu,
sehingga resiko keamanan dan suplai gas dari Iran terlalu tinggi bagi pihak Yordania.

Pipeline bagian utara dari Israel akan membentang sepanjang 57 KM dan akan
diitegrasikan dengan pipeline nasional yang sudah ada. Infrastruktur pipeline dari Israel
sedang dalam tahap pembangunan dan diproyeksikan untuk selesai pada akhir tahun ini
Pipa-pipa yang kemudian akan diintegarsikan dengan pipeline nasional ini berdiameter
36 inci dan memiliki kapasitas penyaluran hingga 10 miliar m³ per tahun.

Figur 2.5 Peta Pipa Gas Arab

19
Yordania menggunakan harga pasar untuk menetukan harga gas bumi. Hal ini
menjadikan harga gas bumi cukup tinggi di Yordania. Per 17 April 2018, harga gas
bumi mencapai USD 9/mmbtu, termasuk pajak dan biaya transportasi. Sedangkan
khusus untuk ASEZA, dengan berbagai insentif harga gas bisa ditekan hingga USD
6.7/mmbtu. Namun demikian, pihak Yordania menyampaikan bahwa saat ini, ada
penemuan sumber gas bumi baru di Kawasan Laut Tengah yang bisa membuat suplai
gas dunia menjadi lebih tinggi. Hal tersebut, dikombinasikan dengan suplai gas dari
Israel, serta kemungkinan Yordania untuk kembali melakukan impor dari Mesir
nantinya, diharapkan dapat membantu menurunkan harga gas untuk industri di ASEZA.

Dalam hal energi, Yordania mengklaim menjadi yang terdepan dalam memanfaatkan
sumber energi terbarukan di Kawasan Timur Tengah. Disebutkan bahwa 5-7%
kebutuhan energi Yordania dipenuhi dari sumber terbarukan, seperti energi angin dan
solar cell. Sementara itu, Yordania juga tengah menjajaki untuk mengembangkan
pembangkit listrik hidroelektrik dan baterai.

Pengembangan Pemukiman dan Pariwisata


Secara umum dapat dikatakan bahwa ASEZA mencanangkan industri pariwisata dan
leisure sebagai prioritas. Terdapat berbagai proyek ambisius seperti kompleks resort,
olahraga, kompleks medis, dan pendidikan yang dibangun dengan alasan menciptakan
enabling environment untuk memancing lebih banyak wisatawan ataupun investor,
namun cenderung bersifat supply-driven.

Dalam hal pemukiman, beberapa proyek sedang dibangun untuk meningkatkan reputasi
Aqaba sebagai tempat tinggal yang prestise. Sebuah proyek pemukiman, Marsa Zayed,
bernilai lebih dari USD 10 miliar dengan batas langsung ke laut dan memiliki marina,
cruise ship terminal, hotel, dan apartemen. Marsa Zayed dikembangkan oleh
perusahaan dari Persatuan Emirat Arab, Eagle Hills yang juga mengembangkan Saraya
Aqaba, proyek leisure park, pemukiman dan hotel yang dibangun disekitar laguna
buatan. Selain itu telah ada juga Tala Bay Resort dan resort lain di sebelah utara Aqaba
yang menjual objek pariwisata laguna kawah meteor purba.

Pertumbuhan pemukiman Aqaba tentu akan dibarengi dengan pertumbuhan fasilitas-


fasilitas pendukung seperti sekolah, rumah sakit, dan komplek olahraga. Saat ini akan

20
dibangun sebuah rumah sakit baru untuk melengkapi tiga rumah sakit yang sudah
terlebih dahulu ada, yaitu; Rumah Sakit Prince Hashim bin Abdulah, Rumah Sakit
Aqaba Islamic, dan Rumah Sakit Aqaba Modern. Selain itu, ASEZA juga tengah
melakukan tender untuk pembangunan sebuah stadion olahraga berkapasitas 30.000
penonton yang dilengkapi dengan fasilitas atletik.

Infrastruktur pariwisata seperti hotel juga tengah menjadi perhatian. Saat ini terdapat
45 hotel di Aqaba dengan 4213 kamar. Pada tahun 2020, ditargetkan akan ada
penambahan 12 hotel baru dengan 4121 kamar. Pariwisata di Aqaba masih
menargetkan pasar domestik sebagai pengunjung terbesar Aqaba (274.242
pengunjung), diikuti dengan wisatawan Rusia (87.641 pengunjung), Israel (18.068
pengunjung), Arab Saudi (12.076), dan Palestina (10.345) pada tahun 2017.

Peran Regional
Meskipun sudah memiliki kapasitas yang memadai, laporan The Report: Jordan 2018
menyebutkan bahwa tantangan ASEZA adalah dalam mempromosikan posisi strategis
dan kapasitasnya dalam menjadi hub ekspor regional. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, pasar ekspor ASEZA masih terbatas pada wilayah Suriah dan Irak.
Meskipun situasi di Irak dan Suriah berpengaruh pada volume dan kapasitas di ASEZA.
Lalu lintas logistik di Yordania saat ini lebih digunakan untuk kebutuhan dalam negeri,
dengan barang-barang impor yang didatangkan dari RRT untuk kebutuhan rumah
tangga.

Kedekatan Aqaba dengan beberapa negara tetangga adalah faktor penting dalam
menjelaskan nilai strategis Aqaba. Dalam pendekatan geografis, Aqaba berada pada
tititk temu antara empat negara, Mesir, Israel, Yordania, dan Arab Saudi. Melihat pasar
yang tidak terlalu besar di Yordania, maka pengembangan ASEZA harus diintegrasikan
dengan Economic Zone lain di Kawasan. Rencana pengembangan Neom dari Arab
Saudi merupakan peluang untuk lebih jauh mengintegrasikan dan meningkatkan peran
Aqaba di Kawasan. Proyek Neom sendiri adalah sebuah proyek pembangunan bernilai
USD 500 miliar, selain kawasan industri, kawasan ini juga diharapkan tumbuh menjadi
sebuah kawasan megapolitan dengan infrastruktur dan manajemen yang modern.
Proyek Laut Merah ini nantinya akan menghubungkan Neom, Aqaba, dan Sinai di
Mesir. Proyek ini nantinya dapat menghubungkan Asia dan Afrika, dengan tujuan

21
menumbuhkan perekonomian dari tiga negara dan meningkatkan ekspor dengan
menyasar pasar Eropa serta Atlantik.

Rekonstruksi Irak dan Suriah juga dapat menjadi peluang untuk meningkatkan aktivitas
Aqaba dan secara lebih luas membantu memulihkan perekonomian Yordania. Irak dan
Suriah secara tradisional merupakan pasar dari barang yang masuk melalui Aqaba.
Prospek rekonstruksi serta pemulihan keamanan yang terjadi di dua negara tersebut,
merupakan peluang yang dianggap dapat membantu perekonomian Yordania.
Pembukaan kembali perbatasan Yordania-Irak pada 2017 lalu, dapat dilihat sebagai
upaya untuk dapat perlahan mengembalikan peran penting Aqaba.

22
BAB III
OBSERVASI AQABA SPECIAL ECONOMIC ZONE (ASEZA) DARI SUDUT
PANDANG NEGARA LAIN

Perkembangan sebuah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tidak dapat terjadi begitu saja,
namun terkait erat dengan peluang bisnis yang ditawarkan; lingkungan sekitar, seperti
keberadaan pesaing; dan, partisipasi swasta maupun negara lain di KEK tersebut. Guna
mengetahui perkembangan riil ASEZA, perlu mengetahui observasi maupun pengalaman
pihak-pihak terkait, baik yang memiliki kedekatan geografis maupun yang tidak.
Stakeholders yang memiliki kedekatan geografis yang dikaji adalah Mesir, Persatuan
Emirat Arab (PEA), dan Turki. Sementara stakeholder yang tidak memiliki kedekatan
yang dikaji adalah Belanda yang berada di utara dan Australia yang berada di selatan.
Perlu pula untuk mendapatkan data dari Komisi Eropa yang merupakan salah satu mitra
strategis Yordania. Bagian III ini merupakan hasil pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan oleh Tim Pengkaji di negara-negara dan organisasi regional tersebut.

A. MESIR
Dengan penduduk lebih dari 90 juta jiwa, Mesir merupakan salah satu kekuatan ekonomi
utama di kawasan. Bank Dunia menyebutkan bahwa sejak tahun 2014, Pemerintah Mesir
mulai menerapkan program reformasi ekonomi yang berani dan transformasional yang
bertujuan untuk mendorong perekonomian, memperkuat lingkungan bisnis, dan
menciptakan tahap pertumbuhan yang seimbang dan inklusif.9

9
https://www.worldbank.org/en/country/egypt/overview, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 10:43 WIB.

23
Figur 3.1 Ekspor Mesir Tahun 201610

Figur 3.2 Impor Mesir Tahun 201611

Untuk mendorong perekonomiannya, Mesir juga menciptakan berbagai kawasan


ekonomi khusus, kawasan industri, maupun kawasan perdagangan bebas. Disebutkan
bahwa Mesir memiliki sistem yang baik untuk mengatur hal tersebut, utamanya di bawah
General Authority for Investment and Free Zones (GAFI).12 KEK yang baru-baru ini
dikembangkan adalah Suez Canal Economic Zone (SCEZ).

10
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/egy/show/all/2016/, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:11 WIB.
11
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/import/egy/show/all/2016/ , diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:11 WIB.
12
https://oxfordbusinessgroup.com/analysis/one-stop-shop-egypt-looks-special-economic-zones-attract-
investment-and-shore-industry, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 10:48 WIB.

24
Hubungan Ekonomi Mesir-Yordania
Yordania merupakan salah satu tujuan ekspor utama Mesir. Pada tahun 2016 nilai total
ekspor Mesir ke Yordania mencapai USD 529 juta, sementara nilai impor Mesir dari
Yordania mencapai USD 128 juta.13 Dalam hal investasi, pemberitaan pada tahun 2018
menyebutkan bahwa investasi total Yordania di Mesir mencapai USD 2 miliar melalui
1.117 perusahaan yang bergerak di bidang industri, keuangan, jasa, pertanian, konstruksi,
komunikasi, teknologi informasi, dan pariwisata. Sementara itu, nilai investasi Mesir di
Yordania mencapai USD 1 miliar melalui 499 perusahaan di bidang jasa, investasi,
perdagangan, pariwisata, industri, keuangan, dan perbankan. Presiden Jordan
Businessmen Association (JBA), Hamdi Tabbaa menyatakan bahwa sektor swasta
Yordania masih menunggu implementasi keputusan Higher Jordanian Egyptian
Committee untuk memberikan diskon 50% bea (fee) Kanal Suez bagi ekspor dan impor
Yordania.14

Figur 3.3 Ekspor Mesir ke Yordania Tahun 201615

13
https://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/jor/egy/show/2016/ dan
https://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/import/jor/egy/show/2016/, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:48 WIB.
14
http://www.jordantimes.com/news/local/jordanian-investments-egypt-estimated-2b, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 17:08 WIB.
15
http://atlas.media.mit.edu/fwo4c7 , diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 16:11 WIB.

25
Figur 3.4 Impor Mesir dari Yordania Tahun 201616

Suez Canal Economic Zone (SCEZ): Kompetitor atau Mitra ASEZA?


SCEZ adalah kawasan ekonomi khusus dan hub perdagangan dunia yang terletak di
sepanjang perluasan wilayah Kanal Suez. Sebagai Zona Ekonomi Khusus, SCEZ
memiliki regulasi khusus yang berbeda dari area lainnya di Mesir, yaitu Undang-Undang
Nomor 83 tahun 2002. Selanjutnya, setelah Presiden El Sisi meluncurkan proyek
penggalian kanal paralel dan perluasan wilayah Suez Free Zone pada Agustus 2014,
Undang-undang tersebut kemudian diamandemen tahun 2015. SCEZ merupakan wilayah
yang dianggap istimewa. Dalam hal ini, SCEZ diatur oleh General Authority of Suez
Canal Economic Zone, yaitu badan independen setara anggota kabinet pemerintah yang
memiliki otoritas seluruh area operasi, kepegawaian, anggaran, pendanaan, kemitraan
dengan pengembang, dan jasa fasilitasi bisnis. Selain itu, berbeda dengan free zone yang
mewajibkan 80% total produksi di zona terkait untuk diekspor, dalam regulasi special
economic zone tidak ada batasan untuk mengekspor kembali barang produksi.

Bukan tanpa alasan SCEZ diatur di bawah pengelolaan khusus. Pasalnya, SCEZ memang
memiliki posisi yang strategis untuk dikembangkan. SCEZ memiliki luas 461 km, atau
hampir dua per tiga luas wilayah Singapura, dan terdiri dari dua area terintegrasi (Ain
Sokhna dengan Ain Sokhna Port, East Port Said dengan East Port Said Port), dua area
pengembangan (Qantara West dan East Ismailia), serta empat pelabuhan (West Port Said,
Adabiya Port, Al Tor Port, dan Al Arish Port). Seluruh area menawarkan kesempatan
berinvestasi yang berbeda-beda, di antaranya di bidang komersil dan industrial,

16
http://atlas.media.mit.edu/9po96u , diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 16:11 WIB.

26
infrastruktur dan real estate, logistik, dan teknologi, serta pariwisata. Sebagai contoh,
khusus di Ain Sokhna dialokasikan untuk investasi di hardware manufacture. Dengan
demikian, adanya pengembangan pelabuhan akan meningkatkan kapasitas penanganan
lalu lintas maritim dan hal terkait lainnya seperti pembangunan kapal, bongkar muat,
pengisian bahan bakar, serta penghapusan dan daur ulang kapal. Saat ini, investor terbesar
di kawasan tersebut adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang bersama Mesir
mengembangkan kawasan terpadu TEDA. Selain RRT, Rusia, India, dan Dubai juga
berencana membangun kawasan serupa di SCEZ.

Terdapat alasan kuat mengapa negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar tersebut
tertarik untuk berinvestasi di SCEZ. Dapat dikatakan apabila kelebihan berinvestasi di
SCEZ antara lain adalah lokasinya yang strategis. Terletak di persimpangan Benua
Afrika, Asia dan Eropa dimana setiap tahunnya, Kanal Suez dilewati sekitar 10 (sepuluh)
persen perdagangan dunia. Kelebihan lainnya adalah akses pasar, dimana Mesir telah
memiliki perjanjian perdagangan bebas antara lain dengan Greater Arab Free Trade Area
(GTA), Egypt – EFTA (Iceland, Liechtenstein, Norway and Switzerland), Egypt – EU
Partnership Agreement, Agadir Agreement (Free Trade Zone among the Arabic
Mediterranian Nations), Common Market for Eastern and Southern Africa (Comesa
Agreement), Egypt – Turkey Free Trade Agreement, dan African-Continental Free Trade
Agreement (CFTA).

Dalam hal pengembangan SCEZ, jaminan keamanan di Kanal Suez juga merupakan
prioritas bagi otoritas SCEZ maupun pemerintah. Hal ini mengingat Kanal Suez
merupakan salah satu sumber pendapatan terpenting bagi Mesir. Selama 8 (delapan)
tahun pasca revolusi Mesir, 25 Januari 2011, tidak pernah ada gangguan keamanan di
wilayah Suez. Lebih lanjut, untuk menjaga kelestarian lingkungan, calon investor yang
akan mendirikan perusahaan di kawasan diwajibkan memenuhi persyaratan analisis
dampak lingkungan yang tertera dalam Undang-Undang Investasi Mesir. Kewajiban
Corporate Social Responsibility (CSR) juga tercantum dalam UU Investasi yang sama.
Kanal Suez yang terkelola dengan baik ini menjadi nilai tambah bagi SCEZ untuk
menarik lebih banyak investor ke kawasan khusus tersebut.

Hal lain yang membuat SCEZ menjadi lebih menarik bagi para investor adalah lokasinya
yang lebih strategis apabila dibandingkan dengan Aqaba Special Economic Zone

27
(ASEZA). SCEZ memiliki lokasi yang lebih strategis karena berada di persimpangan
Benua Afrika, Asia dan Eropa. Selain itu, Mesir juga memiliki sumber daya yang
melimpah, termasuk bahan mentah dan energi, terutama pasca ditemukannya ladang gas
bumi di wilayah Zohr pada 2015. Dengan jumlah penduduk sebanyak 100 juta jiwa,
dibandingkan dengan Yordania yang hanya sekitar 10 juta jiwa, Mesir merupakan pasar
yang lebih besar sekaligus sumber tenaga kerja yang kompetitif.

Meski demikian, bukan berarti bahwa ASEZA tidak memiliki kelebihan apabila
dibandingkan dengan SCEZ. Salah satu poin yang menguntungkan dari ASEZA adalah
bahwa proses birokrasi (perizinan) ASEZA lebih pendek apabila dibandingkan di SCEZ.
Selain itu, Yordania memiliki preferential treatment dari Uni Eropa, melalui perjanjian
perdagangan bebas antara Uni Eropa dan Yordania, dengan melakukan simplifikasi rule
of origin, sebagai kompensasi menampung pengungsi asal Suriah.

Dalam hal ini, memang belum ada investor asal Mesir di ASEZA karena para pengusaha
Mesir lebih banyak memanfaatkan jalur darat Yordania untuk jalur perdagangan
khususnya ke Suriah dan sebagai gerbang masuk ke Irak. Dengan jumlah penduduk
Yordania yang hanya sekitar 10 persen jumlah penduduk Mesir, para pengusaha Mesir
melihat potensi pasar di Yordania masih kecil. Sementara investor asal Yordania
merupakan investor nomor sembilan di Mesir. Lebih lanjut, Yordania memberikan
sejumlah fasilitas kemudahan bagi pengusaha Mesir, diantaranya fast track visa.

Berdasarkan pada fakta-fakta tersebut, Yordania tetap dapat dikatakan sebagai sekutu
penting Mesir. Potensi kerja sama antara kedua negara akan selalu terbuka. Oleh karena
itu, ASEZA pun tidak dilihat sebagai kompetitor bagi SCEZ, namun justru rekanan yang
saling melengkapi. Kedua otoritas, ASEZA dan SCEZ, telah saling berkunjung dan akan
mewujudkan kerja sama dalam suatu bentuk yang konkrit. Salah satu contohnya, Mesir
menggunakan ASEZA sebagai pintu masuk bagi proyek rekonstruksi yang akan
dilakukan di Irak dan Suriah.

Terkait dengan pengembangan wilayah tersebut pun, dapat dimaklumi bahwa Mesir
bersama dengan sejumlah besar negara Afrika lainnya telah menandatangani perjanjian
perdagangan bebas African Continental Free Trade Area (AfCFTA) pada 21 Maret 2018
di Kigali, Rwanda. Keuntungan dari AfCFTA adalah barang yang diproduksi atau dirakit

28
di negara anggota akan dikenakan tarif lebih rendah dibandingkan dengan produk yang
diimpor oleh negara-negara anggota.

B. PERSERIKATAN EMIRAT ARAB (PEA)


PEA merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi utama di kawasan Teluk, kedua
terbesar setalah Arab Saudi. Saat ini, PEA berupaya mendorong pertumbuhan
ekonominya melalui diversifikasi non-migas. Disebutkan bahwa pada tahun 2017,
pertumbuhan ekonomi PEA mencapai 0,8% dan diprediksi akan bertumbuh lebih cepat.
Bank Sentral PEA memprediksi bahwa ekonomi PEA akan berakselerasi sebesar 4.2%
tahun 2019 dengan adanya berbagai reformasi yang langkah yang diterapkan Pemerintah
PEA. Laju FDI tahun 2019 juga diharapkan meningkat sebesar 20% dengan telah
disetujuinya undang-undang FDI.17

Figur 3.5 Ekspor PEA Tahun 201618

17
https://www.thenational.ae/business/economy/uae-economy-will-see-robust-growth-in-year-ahead-1.805719,
diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 17:29 WIB.
18
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/are/show/all/2016/ , diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:11 WIB.

29
Figur 3.6 Impor PEA Tahun 201619

Hubungan Ekonomi PEA-Yordania


Apabila melihat pada data yang ada, dapat dikatakan bahwa hubungan bilateral PEA -
Yordania terus berkembang ke arah yang makin positif. Hal tersebut tidak terlepas dari
fakta bahwa Yordania adalah negara pertama yang mengakui dan menyambut
pembentukan PEA, pada tahun 1971. Kedua negara terus saling melakukan koordinasi
tingkat tertinggi di berbagai bidang baik politik, ekonomi maupun sosial budaya, serta
kerja sama dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dari segi ekonomi, Yordania adalah tujuan
investasi terbesar keempat (outward investment) bagi PEA. Tercatat bahwa kedua negara
semakin erat hubungan bilateralnya dengan volume investasi yang mencapai USD 15,447
miliar pada tahun 2015 (Figur 7). Investasi tersebut dilakukan melalui 59 perusahaan
PEA yang sekaligus membantu menciptakan 22,490 lapangan pekerjaan untuk
masyarakat Yordania.

19
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/import/are/show/all/2016/ , diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:11 WIB.

30
Figur 3.7: Outwards’ investment PEA20

Perdagangan antara kedua negara telah berkembang dengan sangat baik. Ekspor produk
non-migas PEA ke Yordania mencapai USD 538,6 miliar yang meliputi komoditas
seperti emas, tembaga, polimer ethylene serta gula (Figur 8). Sedangkan total produk re-
export dari PEA ke Yordania mencapai USD 126,1 miliar dengan komoditas barang-
barang elektronik, spare parts otomotif, serta peralatan telekomunikasi. Khusus untuk
perdagangan melalui free zone antara PEA dengan Yordania pada tahun 2017 mengalami
kenaikan sebesar USD 66 milyar dibanding tahun 2016 untuk barang komoditas re-export
dari PEA ke Yordania (Figur 9).

20
dhaman.net/wp-content/uploads/2016/02/jordan.pdf, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 17:38 WIB.

31
Figur 3.8 Volume Perdagangan PEA-Yordania tahun 201721

Figur 3.9 Volume Perdagangan PEA-Yordania tahun 2009-201722

Saat ini terdapat setidaknya 39 perusahaan PEA yang tengah beroperasi di Yordania.
Salah satunya adalah Al Maabar International dari PEA yang merupakan perusahaan
asing terbesar yang berinvestasi di Yordania. Perusahaan tersebut saat ini memiliki tiga
proyek besar yang sedang dikerjakan di Yordania, khususnya di wilayah ASEZA, dengan
total investasi USD 10,8 juta serta telah menciptakan 4,750 lapangan pekerjaan.
Selanjutnya, terdapat pula perusahaan Emaar PJSC yang saat ini berinvestasi melalui
enam proyek dengan total investasi mencapai USD 1,4 juta dengan 4,870 lapangan

21
Kementerian Perekonomian PEA  mohon dilengkapi link-nya
22
Kementerian Perekonomian PEA  mohon dilengkapi link-nya

32
pekerjaan. Terkait dengan ketenagakerjaan, PEA adalah pasar utama tenaga kerja terlatih
(skilled worker) Yordania di luar negeri. Saat ini, terdapat lebih dari 170.000 warga
Yordania di UAE yang bekerja di berbagai bidang dan profesi, dan memiliki peran
penting dalam proses pembangunan di PEA.

Hubungan baik antara PEA dan Yordania tidak hanya terjalin dalam bidang ekonomi saja.
Pada bidang lainnya, PEA dan Yordania memiliki hubungan militer yang sangat baik
melalui kerja sama, koordinasi dan pertukaran informasi, pelatihan militer bersama (joint
training) dan pameran militer yang diadakan setiap tahun di kedua negara. Di samping
hal tersebut kedua negara juga telah sepakat untuk kerja sama dalam memberantas bahaya
terorisme dan kejahatan lintas batas untuk keamanan, perdamaian dan stabilitas di
kawasan. Adanya hubungan yang baik di bidang militer ini dipandang sebagai sesuatu
yang mendukung kerja sama ekonomi yang lebih kuat dan langgeng antara kedua negara.

Pandangan Stakeholder PEA Mengenai ASEZA

Sektor Swasta
Stakeholders di PEA tentunya memiliki beberapa pandangan yang beragam terkait
keterlibatan pemerintah PEA di ASEZA. Salah satu pandangan yang muncul dari
stakeholders terkait di PEA ialah bahwa ASEZA merupakan kawasan ekonomi terpadu
yang masih baru dan memasuki tahap pengembangan baik dari sisi infrastruktur maupun
pelayanan jasa. Hal tersebut merupakan suatu pertimbangan yang penting dalam
menentukan investasi mendirikan perusahaan di ASEZA. Untuk saat ini, Pemerintah
PEA maupun stakeholders relevan lainnya di negara tersebut masih belum memiliki
prioritas untuk mengembangkan kerja sama investasi di wilayah ASEZA.

Hal lain yang menjadi perhatian stakeholders terkait di PEA adalah bahwa standar free
economic zone di PEA, khususnya Dubai dan Abu Dhabi, masih yang terbaik di kawasan
Timur Tengah dan belum tertandingi dengan negara lain. Hal tersebut tentunya menjadi
pertimbangan perusahaan–perusahaan multinasional yang ingin mengembangkan
bisnis/investasi di kawasan termasuk di ASEZA. Sebagai informasi, Jebel Ali Free Zone
(JAFZA) memberikan layanan kelas atas diantaranya 100 persen kepemilikan asing, tidak
dikenakan pajak perusahaan selama 50 tahun, tidak dikenakan pajak pendapatan pribadi,

33
tidak dikenakan pajak impor, tidak ada larangan repatriasi modal, tidak ada pembatasan
penggunaan kurs asing, dan tidak ada kuota memperkerjakan tenaga kerja asing.

Ada pun pandangan lain yang kurang positif terkait ASEZA disampaikan oleh DP World.
Dalam hal ini, DP World sebagai otoritas dan pengelola free zone terbesar di Dubai
menilai bahwa ASEZA “memiliki pangsa pasar sendiri (“specific region for specific
market”), tidak begitu menarik, dan dinilai masih dalam tahap pengembangan, mengingat
sarana dan prasarana yang masih perlu ditingkatkan. Sejauh ini DP World memilih untuk
belum hadir di ASEZA. Hal tersebut dikarenakan DP World telah menandatangani MoU
dengan Otoritas Kawasan Ekonomi Khusus Kanal Suez di Mesir untuk membantu
Pemerintah Mesir ekspansi bisnis dan mengembangkan kawasan free zone di Kanal Suez.

Sementara itu, hal lain yang disinggung oleh JAFZA terkait prospek investasi di ASEZA
adalah berkaitan dengan mekanise dispute settlement antar klien/perusahaan yang
beroperasi di ASEZA. Dalam hal ini, JAFZA melihat bahwa pihak otoritas ASEZA masih
perlu secara jelas menyampaikan metode mediasi yang akan dilaksanakan apabila terjadi
permasalahan antar klien/perusahaan di wilayah free zone seperti illegal trading,
penunggakan pembayaran, maupun fraud. Secara khusus, di JAFZA sendiri telah
dibentuk mekanisme dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul melalui
suatu mekanisme dispute settlement seperti arbritation court. Menurut JAFZA, hal
tersebut merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan di ASEZA pula.

Isu lain yang perlu diperhatikan terkait rencana investasi di ASEZA adalah adanya hidden
cost yang sering kali tidak tercantum di dalam kontrak awal yang seringkali dibebankan
kepada perusahaan yang baru mulai beroperasi di free zone. Mengacu pada laporan yang
diterima oleh KBRI Abu Dhabi dan KJRI Dubai, banyak pengaduan yang diterima dari
perusahaan Indonesia terkait hidden cost yang muncul setelah penandatanganan kontrak
investasi di JAFZA. Hal tersebut sangat meresahkan mengingat JAFZA adalah free zone
terkemuka di kawasan. Tidak menutup kemungkinan kejadian tersebut dapat terjadi pula
di ASEZA yang masih tergolong special economic zone baru.

Terlepas dari beberapa pandangan yang meragukan ASEZA, beberapa pihak di PEA
memandang bahwa perkembangan kawasan ekonomi khusus di Yordania mulai
menunjukkan perkembangan yang signifikan. Diakui bahwa dalam beberapa dekade

34
terakhir, Yordania telah memfokuskan pada pengembangan institutional framework yang
dapat membantu investor asing dalam mendirikan perusahaan di wilayah Yordania.
Melalui Investment Law 2014, pemerintah Yordania telah memberikan kapastian hukum
terkait dengan insentif dan kemudahan yang diterima di dalam ASEZA dan free zone
lainnya di Yordania. Dalam peraturan tersebut telah dijelaskan secara komprehensif pula
hal-hal terkait insentif seperti tax exemption, starting capital, maupun foreign ownership.
Dengan peraturan tersebut, pihak-pihak di PEA pun mulai melihat keseriusan Pemerintah
Yordania dalam menangani isu-isu yang selama ini menghambat investasi, yaitu
transparansi serta birokrasi yang berbelit.

Dalam hal ini, pihak World Free Zone Organization (suatu NGO terkemuka dibawah
Pemerintah PEA untuk melakukan pendataan dan analisis kinerja seluruh free zones di
dunia) menyampaikan bahwa para investor PEA lebih tertarik pada wilayah free zone
yang baru selesai dibangun oleh pemerintah Yordania yaitu Amman Queen Alia
International Airport Free Zone. Pertimbangan untuk lebih memilih wilayah tersebut
dibanding free zone lainnya adalah fasilitas yang lebih lengkap dengan ketersediaan
information and communication technology (ICT services), konektivitas yang lengkap
dengan terhubung dengan highway dan airlines services, dan adanya one stop shop yaitu
fasilitas pengurusan berbagai izin dari kementerian dan instansi di Yordania (permit and
licenses) dibawah satu payung.

Sektor Pemerintah
Dalam pandangan kementerian yang ditemui di PEA, rencana Pemerintah Indonesia
untuk berinvestasi di ASEZA perlu dipertimbangkan secara matang, meskipun terdapat
keinginan mulia dari segi politis untuk membantu diplomasi RI terkait pengungsi
Palestina dan Suriah. Keterbatasan ASEZA dalam hal fasilitas dan konektivitas akan
membatasi upaya ekspansi pasar Indonesia ke negara-negara tetangga Yordania
sekitarnya seperti Lebanon, Suriah, Mesir, Israel dan Iraq yang tergolong small market.

Terkait rencana pemanfaatan fasilitas free trade agreement (FTA) Yordania dengan Uni
Eropa dan Amerika Serikat untuk ekspor dalam negeri, sebagaimana ditekankan oleh
Director Foreign Economic Analysis Kementerian Ekonomi PEA, Dr. Mattar Ahmed,
Pemerintah Indonesia perlu kembali melihat situasi yang berkembang. Kepemimpinan
Presiden Trump yang mengedepankan “America First” dapat membatasi ekspor

35
walaupun terdapat FTA antara Yordania dan AS. Dengan demikian, investor RI perlu
melakukan proper due diligence terhadap komoditas yang diatur dalam FTA untuk
penetrasi kedua pasar tersebut, termasuk perhitungan untung rugi dari segi production
cost dan logistic ketika barang yang diproduksi di ASEZA diekspor ke luar Yordania.

C. TURKI
Turki merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan
merupakan anggota G-20. Dalam upaya mengembangkan perekonomian dalam
negerinya, hingga saat ini, Turki telah memiliki 23 Free Trade Agreement (FTA) dengan
sejumlah negara, termasuk dengan Uni Eropa dan beberapa negara di Afrika. Dalam hal
ini, sekitar 50 – 55% ekspor produk Turki dikirim ke Eropa dengan komoditas ekspor
utama antara lain pakaian, bahan makanan, tekstil, bahan baku logam, dan peralatan
transportasi. Sebaliknya, sekitar 70% sumber energi (gas alam) Turki diimpor dari Rusia.
Selain Rusia, Turki juga mengimpor gas dan minyak bumi dari Iran dan Irak.

Figur 3.10 Ekspor Turki Tahun 201623

23
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/tur/show/all/2016/, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:11 WIB.

36
Figur 3.11 Impor Turki Tahun 201624

Free Zone Areas (FZA) di Turki


Seiring dengan adanya FTA, Kementerian Ekonomi Turki juga menyampaikan bahwa
Turki juga telah memiliki 18 Free Zone Areas (FZA) di seluruh wilayahnya yang diatur
oleh Undang-Undang FZA tahun 1985. FZA tersebut turut berperan dalam pertumbuhan
perekonomian Turki. Seluruh FZA berlokasi pada titik-titik strategis yang mudah diakses
oleh rute perdagangan internasional melalui pelabuhan-pelabuhan di Laut Mediterania,
Aegean, dan Laut Hitam. Pada 2017, tercatat 542 perusahaan asing dan 1447 perusahaan
lokal yang beroperasi di seluruh FZA. Sementara itu, total volume perdagangan di FZA
sebesar USD 20.38 miliar dan menyerap sebanyak 66.984 tenaga kerja.

Nilai total investasi yang berhasil dihimpun dari seluruh FZA di Turki adalah sebesar
USD 4.95 miliar. Para investor menikmati sejumlah insentif yang diberikan oleh otoritas
FZA, diantaranya pembebasan pajak—terutama bagi produsen dan perusahaan logistik,
pembebasan bea cukai dan value added tax (VAT) tanpa pembatasan waktu bagi barang
yang disimpan di FZA, akses mudah ke negara-negara Uni Eropa karena adanya Customs
Union antara Turki dan Uni Eropa, keuntungan geografis dalam menghubungkan moda
transportasi, serta prosedur birokrasi yang pendek. Dalam 10 tahun terakhir, dengan
tingginya nilai ekspor Turki, peran zona-zona khusus tidak begitu penting dengan
pertimbangan adanya peningkatan nilai ekspor Turki.

24
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/import/tur/show/all/2016/, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 16:11 WIB.

37
Hubungan Ekonomi Turki-Yordania
Dapat dikatakan apabila Turki merupakan salah satu negara yang progresif dalam hal
mengatur strategi pengadaan FTA dan FZA. Turki juga dianggap selektif dalam memilih
mitra yang dianggap paling potensial dan membawa banyak keuntungan baginya. Dalam
hal ini, Yordania menjadi salah satu negara yang dipilih oleh Turki untuk mengadakan
kerja sama FTA. Turki dan Yordania telah menandatangani FTA sejak 2011, dengan
komoditas utama ekspor bahan bakar mineral, ketel, machinery, peralatan listrik, dan
produk tekstil. Sementara impor Turki dari Yordania adalah bahan kimia nonorganik,
pupuk, produk tekstil, dan plastik.

Meski demikian, Yordania disebut menangguhkan FTA dengan Turki. Yordania


menganggap terdapat ketimpangan yang besar dari FTA tersebut, dengan keuntungan
lebih banyak dinikmati pihak Turki. Hal tersebut tercermin dari volume perdagangan
kedua negara pada tahun 2016 sebesar USD 742 juta, dimana USD 664 juta (atau 89%)
adalah ekspor Turki ke Yordania. Sementara itu, pada periode yang sama, tidak terdapat
perubahan signifikan dengan nilai investasi Turki ke Yordania. Hal yang perlu
diperhatikan ialah bahwa penangguhan FTA ini bersifat ekonomi, untuk melindungi
business community. Secara politis, hubungan kedua negara tidak terganggu. Dalam hal
ini, kedua pihak juga telah melakukan serangkaian pertemuan untuk merenegosiasi
klausul-klausul dalam FTA.

Pandangan Stakeholder Turki Mengenai ASEZA


Terlepas dari keraguan Yordania terhadap hubungan seimbang dari FTA dengan Turki,
Turki sendiri memiliki pandangan yang positif terhadap pengembangan kawasan
ASEZA, terutama dalam bidang konektivitas. Bagi Turki, Aqaba merupakan hub untuk
ekspor Turki memasuki pasar di kawasan MENA (Middle East and North Africa),
termasuk Afrika Sub Sahara. Selain itu, Aqaba merupakan salah satu tujuan wisata di
Yordania dan sebaliknya Turki merupakan salah satu negara tujuan utama wisata sejarah
di dunia. Kedua pihak sepakat meningkatkan konektivitas udara dan pada 19 Maret 2018
dibuka kembali penerbangan langsung Aqaba-Istanbul, setelah 6 (enam) bulan ditutup.
Rute ini melayani 3 kali penerbangan dalam 1 (satu) minggu. Kedua negara juga
merencanakan akan memulai rute kapal Ro-Ro antara Iskanderun di Mersin, Turki dan
Aqaba, meski belum diputuskan jenis angkutan yang akan dibawa dalam rute tersebut.

38
Pada saat yang sama, Yordania juga menyambut baik ketertarikan Turki terhadap
ASEZA. Menanggapi peluang tersebut, Yordania telah secara aktif menawarkan
pengusaha/investor Turki untuk berinvestasi di ASEZA, menyelenggarakan forum bisnis
dan sebaliknya pemerintah Turki mendorong perusahaan Turki untuk outbound
investment, salah satunya di ASEZA. Beberapa perusahaan Turki telah memanfaatkan
ASEZA untuk pasar Eropa, antara lain perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, dan
suku cadang mesin. Bagi pengusaha Turki, memulai hubungan dagang dengan Yordania
cukup mudah, yang juga dilatarbelakangi oleh baiknya hubungan kedua negara selama
ini. Namun demikian, pihak Kementerian Ekonomi Turki menilai ASEZA tidak secara
nyata memberikan insentif yang ditawarkan seperti tax reductions dan tingginya biaya
operasional di ASEZA yang cukup tinggi.

Terlepas dari telah hadirnya beberapa perusahaan Turki yang beroperasi di ASEZA,
secara umum, investor/perusahaan Turki masih terlihat enggan untuk berinvestasi di
ASEZA karena biaya operasional yang cukup tinggi. Disamping itu, terdapat
permasalahan yang relatif sama pada perusahaan asing di ASEZA dan free zones di Turki
yakni ketergantungan pada persediaan gas, yang sebagian besar harus diimpor dari negara
tetangga. Baik ASEZA maupun free zones di Turki memang menikmati special
treatement serta kemudahan akses pasar Eropa, namun untuk Turki, pengaturan pekerja
asing tunduk pada ketentuan custom union EU terutama terkait pekerja non-terampil.

Pada saat yang sama, saat ini Turki menempatkan Afrika sebagai kawasan strategis yang
tercermin dari penguatan kehadiran Turki di Afrika. Ke depannya, Turki diprediksi akan
mempertimbangkan Aqaba sebagai hub strategis, disamping zona khusus Turki yang
telah ada di Sudan.

Tawaran Turki kepada Indonesia


Turki berusaha menawarkan free zone khusus untuk Indonesia dengan luas area 40.000
m² untuk 20-30 perusahaaan Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Free
Zone, Investasi, Kementerian Ekonomi. Terkait dengan hal ini, Turki menawarkan 2
skema investasi dengan insentif beragam disesuaikan dengan sektor-sektor yang menjadi
prioritas dan jumlah investasi.

39
D. BELANDA
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi tradisional Eropa, Belanda juga memiliki peran
signifikan dalam perekonomian dunia, termasuk di kawasan Timur Tengah. Forbes
menyebut bahwa Belanda memiliki peran penting sebagai hub transportasi Eropa.25

Sejak Perang Dunia II, Belanda telah menjadi negara industri maju dengan tetap
menjadikan pertanian sebagai salah satu kontributor untuk ekspornya. Perekonomian
Belanda juga ditandai dengan ketergantungan impor bahan baku. 26 Namun, Belanda
memiliki industrial relations yang stabil dengan industri yang berfokus pada pengolahan
makanan, kimia, petroleum refining, dan electrical machinery.27 Baik ekspor maupun
impor Belanda pada umumnya masih ditujukan kepada negara negara Eropa (Figur 12
dan 13).

Figur 3.12 Ekspor Belanda Tahun 201628

25
https://www.forbes.com/places/netherlands/, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 19:09 WIB.
26
https://www.britannica.com/place/Netherlands/Economy, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 18:47
WIB.
27
https://www.forbes.com/places/netherlands/, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 19:09 WIB.
28
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/nld/show/all/2016/ , diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 18:56 WIB.

40
Figur 3.13 Impor Belanda Tahun 201629

Hubungan Ekonomi Belanda-Yordania


Yordania bukan merupakan mitra dagang, baik untuk ekspor maupun impor, bagi
Belanda. Pada tahun 2016 nilai impor Belanda dari Yordania sebesar USD 58,2 juta
sementara nilai ekspor Belanda ke Yordania sebesar USD 342 juta (Figur 14 dan 15).
Namun demikian, Belanda memiliki beberapa kerja sama untuk mendorong
perekonomian Yordania, seperti: Strategic Export Marketing Plan (SEMP) untuk sektor
pertanian, rencana bantuan untuk cooling facility di bandar udara, dan rencana bantuan
untuk fasilitas lelang yang baru.30

Figur 3.14 Ekspor Belanda ke Yordania Tahun 201631

29
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/import/nld/show/all/2016/, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 18:56 WIB.
30
https://www.netherlandsandyou.nl/about-the-kingdom/trade-and-the-economy/jordan diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 20:00 WIB.
31
http://atlas.media.mit.edu/mno8fn , diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 18:56 WIB.

41
Figur 3.15 Impor Belanda dari Yordania Tahun 201632

Pandangan Stakeholder Belanda Mengenai ASEZA


Kehadiran bisnis Belanda di ASEZA atau Yordania pada umumnya masih terbatas.
Kalangan swasta/perusahaan Belanda yang mempunyai pengalaman bisnis dan proyek di
Aqaba pada umumnya menyampaikan kesan dan pandangan yang positif terhadap ikilm
bisnis dan investasi serta prospek di Aqaba, baik dari sisi politik keamanan, ekonomi
maupun sosial budaya. Satu hal yang menjadi keluhan hanyalah bahwa proses
kesepakatan bisnis di Yordania, khususnya dalam proyek di Aqaba, berjalan agak
lamban. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kemampuan finansial Yordania yang
terbatas, sehingga dalam melakukan kesepakatan bisnis perlu mempertimbangkan secara
matang. Oleh sebab itu pula Pemerintah Yordan membuka peluang investasi yang luas
bagi investor untuk melakukan investasi dan bisnis di Aqaba.

BAM Internasional
Salah satu pihak yang memberikan pandangan signifikan yang mewakili sektor
swasta/perusahaan Belanda dan bergerak dalam sektor konstruksi (general constructions)
serta mempunyai hubungan bisnis dalam membangun infrastruktur di ASEZA, yaitu
BAM Internasional. Mereka berpandangan bahwa keberadaan zona ekonomi khusus
semacam Aqaba di Yordania cukup berkontribusi bagi perekonomian Yordania maupun
Belanda. Sebagai catatan, perusahaan Belanda tersebut telah membangun infrastruktur
pelabuhan untuk peti kemas dan transportasi LNG di ASEZA senilai €200 juta. BAM

32
http://atlas.media.mit.edu/crv1jh, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 18:56 WIB.

42
Internasional juga banyak terlibat dalam pembangunan berbagai proyek di Jakarta dan
beberapa daerah di Indonesia.

Pengalaman keterlibatan BAM Internasional dalam pembangunan proyek di Timur


Tengah, termasuk Yordania yang telah mencapai 60 tahun memberikan perusahaan ini
banyak pandangan yang dianggap penting dan signifikan bagi perusahaan-perusahaan
lainnya yang ingin berinvestasi di ASEZA. Dalam hal ini, BAM Internasional
memandang bahwa budaya, mind set dan sikap politik masih sangat mempengaruhi
keberhasilan berbagai proyek. Dalam hal ini, teaming up dengan penduduk lokal,
managing labour, masalah pajak, iklim dan cuaca, serta tingkat pendidikan dianggap
sebagai tantangan tersendiri dalam membangun ASEZA Yordania. Meskipun
pembangunan infrastruktur bagi zona ekonomi khusus merupakan hal yang krusial,
keberhasilan suatu zona ekonomi tergantung pada kesempatan bisnis yang dapat
ditawarkan. Tidak jarang dalam suatu area zona ekonomi bebas, infrastruktur sudah
terbangun dengan baik, namun tidak beroperasi dengan lancar sehubungan dengan
terbatasnya peluang bisnis yang dapat dijalankan.

Terkait Indonesia, BAM Internasional juga berpendapat bahwa Indonesia merupakan


negara yang memiliki phenomenal resources dengan potensi yang amat besar.
Perusahaan tersebut memandang bahwa Kuala Tanjung di Sumatera Utara berpotensi
besar untuk dikembangkan menjadi salah satu zona ekonomi khusus di Indonesia.

Arcadis
Pihak lain dari Belanda yang turut terlibat dalam pembangunan infrastruktur di ASEZA
adalah Arcadis. Dalam hal ini, Arcadis terlibat dalam proyek pembangunan terminal
LNG dan LPG dan green silos di Aqaba antara tahun 2012-2016 dengan nilai proyek
sebesar USD 200 juta. Pada saat ini, perusahaan tersebut juga terlibat dalam
pengembangan dockyard untuk ship repairs. Arcadis menggarisbawahi lokasi ASEZA
yang kondusif bagi pelaku usaha, ketersediaan fasilitas untuk akomodasi yang baik dan
relatif mudah, atmosfir yang tenang, harga kebutuhan yang relatif murah, cuaca yang
tidak terlalu ekstrim, keterbukaan masyarakat pada orang asing dan destinasi wisata yang
menarik.

43
Poin signifikan yang menurut Arcadis patut diperhatikan adalah bahwa perkembangan
industrial activity ASEZA sebagai pelabuhan multi-purpose terbilang pesat.
Perkembangan tersebut masih dapat lebih ditingkatkan lagi sekiranya sistem dan jalur
penerbangan di ASEZA diperbaiki untuk lebih menciptakan kesempatan bagi industri.
ASEZA juga menjadi feeder bagi kebutuhan negara tetangga dalam hal logistik bahkan
defence. ASEZA memiliki potensi untuk menjadi trade place dan peace place.

Terlepas dari potensinya tersebut, sebagaimana BAM Internasional, Arcadis juga


berpandangan bahwa ASEZA sangat terpengaruh dengan stabilitas politik, terutama
dalam hal hubungan Israel dengan negara-negara tetangga di Timur Tengah lainnya.
Birokrasi dan pihak otoritas terkadang masih ditandai dengan gratifikasi dan red tapes
namun financial control Pemerintah Yordania cukup tegas. Berdasarkan beberapa alasan
tersebut, tidak mengherankan apabila selain sektor infrastruktur, kehadiran bisnis
Belanda di ASEZA atau Yordania pada umumnya tidak begitu nyata. Beberapa pelaku
usaha Belanda misalnya dalam sektor pertanian, shipping, dan shipyard beroperasi di
ASEZA, namun secara umum, Arcadis berpendapat bahwa ASEZA tidak terlalu
signifikan bagi perekonomian Belanda.

Rabbani Trading and Consulting


Selain BAM Internasional dan Arcadis, Rabbani Trading and Consulting juga memiliki
pandangan terhadap potensi investasi di ASEZA yang dianggap kredibel. Rabbani
Trading dan Consulting terutama menyoroti masih minimnya sektor bisnis Belanda yang
menjalankan usaha di Yordania. Menurut Rabbani Trading and Consulting, terdapat
peluang yang baik untuk memanfaatkan ASEZA bagi akses pasar produk berbagai negara
ke Uni Eropa, sekiranya produk tersebut memang tepat dibutuhkan. Berkaca dari
pandangan Rabbani Trading and Consulting, bagi Indonesia, hal ini merupakan peluang
terbuka yang dapat dimanfaatkan terutama untuk produk-produk dimana Indonesia
memiliki kapasitas yang signifikan (misalnya produk olahan dari minyak kelapa sawit)
yang sulit menembus pasar Uni Eropa. Untuk itu, Indonesia perlu mengidentifikasi dan
memanfaatkan akses Yordania bagi produk-produk Indonesia tersebut.

Posisi Rabbani Trading yang strategis terkait hal ini perlu dimanfaatkan dengan baik oleh
Indonesia. Dalam hal ini, Rabbani Trading memiliki nilai tambah untuk menjalin
hubungan dagang dengan negara-negara di Timur Tengah. Pasalnya, Rabbani Trading

44
mempunyai hubungan yang luas dengan berbagai jaringan bisnis di kawasan Timur
Tengah dalam berbagai sektor, termasuk dengan Yordania. Poin penting yang perlu
ditindaklanjuti dengan serius adalah bahwa Rabbani Trading juga bersedia membantu
menghubungkan sektor usaha Indonesia dengan Jordan Business Association dan dengan
perusahaan Belanda, untuk membangun kerja sama dan jaringan bisnis melalui Yordania.

E. AUSTRALIA
Australia tidak saja merupakan salah satu kekuatan ekonomi utama di Asia Pasifik,
namun juga dunia. Forber menyebutkan bahwa per Desember 2018 GDP Australia
mencapai USD 1,380 miliar dengan GDP per kapita mencapai USD 53,800. Australia
disebut memainkan peran aktif di WTO, APEC, G20, dan berbagai forum perdagangan.
Dalam hubungan bilateral, Australia memiliki beberapa Free Trade Agreement (FTA)
dengan RRT, Korea Selatan, Jepang, Chile, Malaysia, Selandia Baru, Singapura,
Thailand, AS, serta regional FTA dengan Selandia Baru dan ASEAN.33

Figur 3.16 Ekspor Australia Tahun 201634

33
https://www.forbes.com/places/australia/ diakses pada tanggal 25 Januari 2019 jam 20:08 WIB.
34
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/aus/show/all/2016/, diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 20:14 WIB.

45
Figur 3.17 Impor Australia Tahun 201635

Hubungan Ekonomi Australia-Yordania

Perdagangan
Tahun 2017, Yordania merupakan tujuan ekspor ke-52 bagi Australia, sementara
Australia merupakan tujuan ekspor ke-30 bagi Yordania.36 Pada periode 2016-17, total
perdagangan Australia dan Yordania adalah senilai 158,7 juta USD, dengan nilai ekspor
Australia ke Yordania sebesar 130,8 juta USD dan ekspor Yordania ke Australia sebesar
27,9 juta USD.37 Nilai ini menunjukkan bahwa perdagangan kedua negara didominasi
oleh ekspor Australia ke Yordania.

Ekspor utama Australia ke Jordania meliputi ternak hidup dan daging.38 Yordania
merupakan pasar ekspor domba hidup ketiga terbesar bagi Australia pada tahun 2013.
Australia mengekspor sebanyak 287,792 ekor domba hidup pada tahun 2013 (mencakup
sekitar 15% dari total ekspor domba hidup Australia), 294,095 ekor pada tahun 2014, dan
154,500 ekor di tahun 2015.39 Sementara itu, impor utama Australia dari Yordania
meliputi garam dari asam inorganik dan metal, dan produk-produk tekstil.40

35
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/import/aus/show/all/2016/ , diakses pada tanggal 25
Januari 2019 jam 20:16 WIB.
36
https://dfat.gov.au/trade/resources/Documents/jord.pdf
37
https://jordan.embassy.gov.au/aman/relations.html, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 20:25 WIB.
38
https://jordan.embassy.gov.au/aman/relations.html, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 20:25 WIB.
39
Parliament of the Commonwealth of Australia, 2016, “Australia’s Trade and Investment Relationships with
Countries of the Middle East. Joint Standing Committee of Foreign Affairs, Defence and Trade Inquiry of the
Trade Sub-Committee,” Canberra.
40
https://dfat.gov.au/trade/resources/Documents/jord.pdf, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 20:25
WIB.

46
Pada tahun 2015, Australia menyepakati MoU dengan Yordania mengenai pengapalan
hewan hidup (live animal shipment) yang ditujukan untuk lebih memantapkan
perdagangan kedua negara pada sektor produk ternak hidup sekaligus memastikan
diterapkannya mekanisme internasional mengenai standar kesejahteraan hewan. Selain
itu, ekspor Australia ke Yordania juga mengikuti Exporter Supply Chain Assurance
System (ESCAS). Selain berupa barang seperti ternak hidup dan daging, Australia juga
mengekspor layanan pendidikan, dengan 700 pelajar Yordania melakukan perjalanan ke
Australia setiap tahunnya.41

Investasi
Dalam hal investasi, salah satu sektor investasi prospektif bagi Australia yang sudah
dijalankan di Aqaba, Yordania, adalah investasi bidang manufaktur produk beras. Bagi
Australia, nilai penting investasi tersebut tidak saja untuk menggarap pasar Yordania
namun juga pasar Timur Tengah secara luas.

Pada tahun 2003, perusahaan beras asal Australia, SunRice, melakukan investasi
substantif di Aqaba dengan menggandeng salah satu perusahaan besar Yordania. Sejak
saat itu SunRice telah melakukan investasi tambahan, seperti upgrade pabrik dengan nilai
tinggi, pelatihan bagi para staf, dan memperoleh sertifikat internasional seperti Hazard
Analysis and Critical Control Points (HACCP).42

Kerja Sama Ekonomi Lainnya


Selain bidang perdagangan dan investasi, Australia dan Yordania juga telah memiliki
beberapa kesepakatan bilateral, diantaranya Agreement on Air Service yang
ditandatangani pada 18 September 1992; Trade Agreement yang ditandatangani pada 14
Februari 1988; dan Cooperation Agreement on Economic and Social Development yang
ditandatatangani pada 21 Oktober 1977.43 Lebih lanjut, laporan hasil studi Parlemen
Australia tahun 2016 merekomendasikan Pemerintah Australia untuk mengadakan

41
https://jordan.embassy.gov.au/aman/relations.html, diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 20:25 WIB.
42
Parliament of the Commonwealth of Australia, 2016, “Australia’s Trade and Investment Relationships with
Countries of the Middle East. Joint Standing Committee of Foreign Affairs, Defence and Trade Inquiry of the
Trade Sub-Committee,” Canberra.
43
http://www.mop.gov.jo/EchoBusV3.0/SystemAssets/pdf/BA/Bilateral_Agreements_Signed_with_North_and_
South_America_and_Australia__2___2___2_.pdf , diakses pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 20:25 WIB.

47
perjanjian perdagangan bilateral dengan negara-negara Timur Tengah yang bukan
anggota Gulf Cooperation Council (GCC), seperti Iran, Mesir, Maroko, dan Israel,
termasuk Yordania.44 Berbagai kesepakatan bilateral ini menunjukkan bahwa, meski nilai
perdagangan dan investasi yang belum besar, kedua negara menilai masing-masing
sebagai potensi mitra kerja sama dalam memajukan ekonomi.

Pandangam Stakeholders Australia Mengenai ASEZA


Sejauh ini, Australia masih bertumpu pada Dubai sebagai hub perdagangan dengan Timur
Tengah dan juga Inggris dan Uni Eropa. Australia belum sepenuhnya mengoptimalkan
potensi yang dimiliki ASEZA sebagai kawasan ekonomi khusus yang menawarkan
berbagai kemudahan, seperti penghapusan kewajiban impor (import duty), pajak layanan
(service taxes), pajak bagi hasil (profit sharing tax), dan berbagai kemudahan lainnya.
Namun demikian, dalam jangka panjang, potensi ini dapat dimanfaatkan oleh Australia,
karena Australia merupakan negara pengimpor fosfat dari Yordania.

Australia memandang peran Dubai sebagai hub makin penting sehubungan dengan peran
Persatuan Emirat Arab (PEA) di dalam Troika IORA. Sebagai salah satu negara anggota
IORA, kalangan bisnis Australia mengharapkan agar keketuaan PEA dapat memainkan
peran dalam meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi negara-negara IORA
secara bertahap. Australia sangat mendukung terwujudnya integrasi ekonomi IORA
melalui pembentukan Preferential Tariff Agreement (PTA), Free Trade Agreement
(FTA), ataupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Bagi Australia, kawasan Timur Tengah secara umum merupakan kawasan yang penting
bagi pemasaran dairy product, seperti daging, ternak hidup, susu, dan keju. Selain itu,
Timur Tengah merupakan target pasar sektor pelatihan Australia, yang sekaligus
ditujukan untuk membangun kapasitas/keahlian para generasi muda di Timur Tengah.

Terkait dengan potensi pemanfaatan ASEZA sebagai pintu gerbang masuk ke pasar
Eropa, sejauh ini sebagian ekspor Australia ke Eropa dilakukan secara langsung, dan

44
Parliament of the Commonwealth of Australia, 2016, “Australia’s Trade and Investment Relationships with
Countries of the Middle East. Joint Standing Committee of Foreign Affairs, Defence and Trade Inquiry of the
Trade Sub-Committee,” Canberra.

48
sebagian lain dilakukan melalui Singapura dan Dubai. Saat ini, Australia bersama Uni
Eropa dan Inggris telah sepakat untuk memulai negosiasi Free Trade Agreement (FTA).

Studi yang dilakukan oleh The Parliament of the Commonwealth of Australia tahun 2016
berjudul “Australia’s Trade and Investment Relationships with Countries of the Middle
East” menyebutkan bahwa perusahaan bernama SunRice asal Australia telah melakukan
investasi pengolahan dan pengemasan di Aqaba, Yordania, sejak tahun 2003.

ASEZA Belum Dikenal Secara Luas di Australia


ASEZA belum menarik perhatian luas dari kalangan bisnis di Australia. Beberapa
penyebabnya antara lain karena sebagian besar hubungan perdagangan Australia adalah
dengan RRT dan negara-negara Eropa. Saat ini Australia telah miliki Free Trade
Agreement dengan AS dan tengah melakukan pembahasan dengan Uni Eropa (UE).
Dengan demikian, salah satu daya tarik ASEZA, yakni akses khusus ke AS dan UE,
diperkirakan tidak menjadi faktor penarik bagi kalangan bisnis Australia. Selain itu, skala
ASEZA yang belum sebesar Dubai dan Singapura yang selama ini menjadi hub utama
perdagangan Australia juga menjadi faktor kalangan bisnis Australia belum terlalu
mengenal ASEZA.

Australia juga sedang berfokus mengembangkan hubungan perdagangan dan investasi


dengan Indonesia yang secara geografis dekat dengan Australia. Indonesia dianggap
potensial sebagai tempat pengolahan produk-produk mentah dari Australia, seperti
produk-produk pertanian dan peternakan, untuk kemudian dipasarkan ke seluruh dunia.
Meski demikian, dalam jangka panjang, kalangan bisnis Australia menilai bahwa ASEZA
sejalan dengan prioritas pengembangan perdagangan dan investasi mereka yang
menekankan pada kemudahan akses pasar. Saat ini, prioritas tersebut nampak dari
ketertarikan kalangan bisnis Australia terhadap program single window yang dijalankan
di Pelabuhan Tanjung Api-api di Indonesia yang memberikan kemudahan bagi akses
perdagangan kedua belah pihak.

F. EUROPEAN COMMISSION
Komisi Eropa menggarisbawahi bahwa Uni Eropa telah mempunyai association
agreement/special agreement EU-Yordania sejak bulan Mei 2002 dalam hal liberalisasi
perdagangan dua arah khususnya dalam perdagangan barang (FTA). Meski demikian

49
Yordania tetap harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa bagi
produk-produk Yordania. Atas permintaan Yordania, sejak bulan Juli 2016, EU juga
memberikan kelonggaran/penyederhanaan rules of origin dalam hubungan perdagangan
antara EU-Yordania. Perlakukan khusus tersebut diberikan dengan pertimbangan bahwa
Yordania banyak menampung pengungsi Suriah dan dapat dipekerjakan di dalam negeri
Yordania. Perlakuan khusus ini bersifat temporer dan akan ditinjau kembali dalam 10
tahun mendatang (tahun 2026). Sebagai catatan, ASEZA hanyalah salah satu dari 18
industrial zones di Yordania, yang mendapat perlakuan khusus tersebut.

Meskipun mendapatkan perlakuan khusus, Yordania belum sepenuhnya dapat


memanfaatkan dan menunjukkan komitmen dalam memenuhi ketentuan liberalisasi
perdagangan tersebut. Hal ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan kapasitas
Yordania. Volume perdagangan antara Yordania dan Uni Eropa juga masih relatif kecil
dan lebih menguntungkan bagi pihak Uni Eropa. Pada tahun 2017, total volume
perdagangan mencapai € 4,4 miliar, di mana eskpor Uni Eropa ke Yordania bernilai € 4,1
miliar sementara ekspor Yordania ke Uni Eropa hanya senilai € 300 juta. Ekspor utama
Yordania adalah produk-produk chemical, pharmaceutical, textiles dan machinery.

Untuk mengatasi berbagai kendala yang ada, Uni Eropa pun berinisiatif memberikan
bantuan, antara lain dalam bentuk bantuan teknis untuk membangun kapasitas Yordania
(capacity building) agar dapat melakukan ekspor ke Uni Eropa, salah satunya dalam
produksi minyak zaitun. Selain Uni Eropa, Yordania juga memperoleh bantuan dari
Amerika Serikat sehubungan dengan peran negara tersebut dalam upaya perdamaian
Israel dengan negara-negara Timur Tengah lainnya. Dalam produk tekstil misalnya,
investasi Amerika Serikat berhasil menaikkan kapasitas ekspor tekstil Yordania ke Israel
dan Amerika Serikat hampir 5 kali lipat dalam satu tahun, dari USD 45 juta pada tahun
2000 menjadi 210 juta dalam tahun 2001.

Identifikasi produk-produk Indonesia yang sulit masuk ke pasar Eropa merupakan salah
satu pemikiran prioritas yang dapat dipertimbangkan dalam upaya memanfaatkan
ASEZA sebagai pintu masuk ke pasar Eropa.

50
BAB IV
PELUANG KERJASAMA INDONESIA – YORDANIA

Aqaba Special Economic Zone memiliki banyak ketentuan khusus yang diatur dalam
undang-undang tersendiri (Undang-Undang Aqaba 32/2007). Dalam Undang-Undang
tersebut diatur bahwa ASEZA memiliki keistimewaan untuk mengatur administrasinya
sendiri di bawah Aqaba Special Economic Zone Authority (ASEZA) yang dipimpin oleh
enam orang komisaris berdasarkan penunjukan langsung oleh Perdana Menteri. Undang-
Undang ini juga mengatur insentif-insentif ASEZA yang dapat diberikan kepada investor
yang akan menanamkan modalnya di ASEZA.

Disebutkan bahwa ASEZA memiiki otoritas penuh untuk mengatur roadmap,


perencanaan, pengembangan infrastruktur, model penanaman modal, hingga mekanisme
penyelesaian sengketa di ASEZA. Wewenang dari Kementerian pusat sangat terbatas
pada masukan, saran, dan evaluasi, namun semua keputusan untuk tahap implementasi
Kawasan ASEZA tetap merupakan hak dari ASEZA. Sementara itu, wewenang
Pemerintah Kota Aqaba juga sangat terbatas pada penjamin keamanan, mengingat akses
dan rantai koordinasi yang dimiliki Pemerintah Kota dengan kepolisian maupun tentara
nasional Yordania. Independensi ASEZA dari struktur Pemerintah juga tercermin dari
kemampuan ASEZA dalam menyediakan kebutuhan finansialnya sendiri tanpa dukungan
dari Pemerintah Pusat maupun daerah.

Dalam pertemuan dengan pihak dari Ministry of Planning and International Cooperation
juga menyebutkan bahwa ASEZA lebih merupakan “negara dalam negara”. Semua
modal yang mengalir di ASEZA akan lebih banyak berputar untuk pengembangan
ASEZA. Disebutkan pula bahwa Pemerintah Pusat tidak banyak mendapat revenue dari
pengembangan ASEZA, namun membutuhkan ASEZA untuk multiplier effect
pemerataan pembangunan wilayah selatan Yordania, pembangunan infrastruktur, dan
penyerapan tenaga kerja.

ASEZA merupakan satu-satunya Kawasan Ekonomi Khusus yang berada di Yordania.


Disebutkan bahwa 18 Kawasan lainnya merupakan Kawasan Industri biasa yang diatur
dalam satu payung hukum dan tidak memiliki keistimewaan sebagaimana halnya yang
dimiliki ASEZA.

51
Visi dan misi di masa mendatang, diperkirakan Aqaba akan menjadi salah satu bagian
penting untuk pengembangan Kawasan Transnasional NEOM di Arab Saudi sebagai
bagian dari Saudi Vision 2030. Aqaba direncanakan akan menjadi gerbang untuk
menghubungkan Arab Saudi dan Mesir melalui pembangunan causeway dan jembatan.
Integrasi ini disebutkan dapat menjadi future plan bagi pengembangan ASEZA di masa
mendatang.

Perjanjian dan negosiasi untuk investasi di ASEZA akan dilakukan langsung dengan
ASEZA. Secara umum, perjanjian tersebut akan mencakup comprehensive agreement.
Sementara itu, untuk pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan akan dilakukan oleh
salah satu perusahaan di bawah ASEZA, yaitu Aqaba Development Company (ADC).

Dalam hal menggali kesempatan dan oportunitas kerja sama, telah dilakukan diskusi
terbatas dengan beberapa Kementerian dan Lembaga terkait di Yordania. Salah satunya
adalah dengan Ministry of Energy and Mineral Resources dilakukan dengan Director of
Natural Gas Resources, Eng. Hasan Soud Alheyari. Disebutkan bahwa Kementerian ini
memiliki wewenang untuk menerapkan kebijakan, strategi, dan implementasi untuk
proyek pembangunan infrastruktur energi. Khusus untuk ASEZA, pihak yang berwenang
untuk pembangunan infrastruktur energi juga dilakukan oleh ADC. Meskipun demikian,
ADC tetap harus berkonsultasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
untuk sinergi konektivitas dan kebijakan impor gas yang selama ini menjadi tulang
punggung bagi industri di Yordania.

Khusus untuk penyaluran Liquid Natural Gas (LNG) di ASEZA, terdapat tiga komponen
utama infrastruktur. Yang pertama adalah, konstruksi terminal berupa tanki-tanki khusus
dan bangunan untuk menyimpan LNG. Khusus untuk ASEZA terminal ini terintegrasi
dengan pelabuhan dan bersifat receiving terminal (impor). Komponen kedua adalah kapal
yang bersandar pada Pelabuhan Aqaba, kapal-kapal ini selain digunakan untuk
transshipment LNG namun juga dapat digunakan sebagai terminal. Infrastrutur tanki dan
kapal ini sudah beroperasi sejak tahun 2015. Komponen ketiga adalah adalah pipeline,
pipa-pipa gas yang membujur hingga Aqaba selama ini digunakan untuk menyalurkan
pipa yang diimpor dari Mesir dan membentang sepanjang 422 KM di sepanjang
Yordania. Pembangunan komponen-komponen ini dibiayai oleh Kementerian Energi dan

52
Sumber Daya Mineral karena merupakan bagian dari proyek nasional, namun khusus
untuk pembangunan di ASEZA dibangun oleh ADC.

Pihak Yordania juga menyatakan bahwa Indonesia sebagai pengekspor LNG dapat
memanfaatkan infrastruktur-infrastruktur ini untuk menopang industri di Kawasan
ASEZA, terutama jika Indonesia mengekspor gas ke Yordania dan menyuplai gas untuk
investasi industri dari Indonesia nantinya. Disebutkan bahwa belum ada perjanjian
khusus dengan negara lain untuk penggunaan terminal ini. Indonesia dapat menjadi
negara yang pertama untuk pejanjian pemanfaatan terminal ini. Sementara itu, investor
juga dimungkinkan untuk menggunakan pihak ketiga dalam menyuplai gas untuk
industrinya.

Terminal LNG di ASEZA berlokasi sangat dekat dengan terminal fosfat. Kondisi ini akan
memangkas biaya transportasi untuk gas dan fosfat untuk industri yang akan dibangun di
ASEZA. Disampaikan bahwa hal ini ideal bagi pembangunan pabrik pupuk sebagaimana
yang diproyeksikan bagi investor asal Indonesia.

Yordania selama ini melakukan impor gas dari Mesir, namun perubahan situasi politik di
Mesir membuat suplai gas dari Mesir belum bisa diandalkan. Pilihan Yordania untuk

53
suplai gas kemudian dialihkan ke Israel, yang direncanakan untuk mulai dilakukan pada
tahun 2020. Israel menjadi pilihan utama karena akses dan alasan keamanan. Impor dari
Iran, sebagai contoh belum menjadi opsi karena beberapa alasan. Pertama karena belum
ada instalasi pipeline yang menghubungkan Yordania dengan Iran, hal tersebut berarti
Yordania harus membiayai pembangunan ribuan kilometer pipa di sepanjang Irak dan
Suriah. Alasan kedua adalah stabilitas politik di Irak dan Suriah yang tidak menentu,
sehingga resiko keamanan dan suplai gas dari Iran terlalu tinggi bagi pihak Yordania.

Pipeline bagian utara dari Israel akan membentang sepanjang 57 KM dan akan
diitegrasikan dengan pipeline nasional yang sudah ada. Infrastruktur pipeline dari Israel
sedang dalam tahap pembangunan dan diproyeksikan untuk selesai pada akhir tahun ini
Pipa-pipa yang kemudian akan diintegarsikan dengan pipeline nasional ini berdiameter
36 inci dan memiliki kapasitas penyaluran hingga 10 miliar m³ per tahun.

Yordania menggunakan harga pasar untuk menetukan harga gas bumi. Hal ini
menjadikan harga gas bumi cukup tinggi di Yordania. Per 17 April 2018, harga gas bumi
mencapai USD 9/mmbtu, termasuk pajak dan biaya transportasi. Sedangkan khusus
untuk ASEZA, dengan berbagai insentif harga gas bisa ditekan hingga USD 6.7/mmbtu.
Namun demikian, pihak Yordania menyampaikan bahwa saat ini, ada penemuan sumber
gas bumi baru di Kawasan Laut Tengah yang bisa membuat suplai gas dunia menjadi
lebih tinggi. Hal tersebut, dikombinasikan dengan suplai gas dari Israel, serta
kemungkinan Yordania untuk kembali melakukan impor dari Mesir nantinya, diharapkan
dapat membantu menurunkan harga gas untuk industri di ASEZA.

Pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri Yordania dilakukan dengan Duta Besar
Jafar Shisani selaku Direktur Afrika yang juga menjabat sebagai acting Direktur
Ekonomi. Pada pertemuan Dubes Shisani menyampaikan bahwa ASEZA memiliki
berbagai kuntungan dibanding dengan zona industri di wilayah lain di Yordania, terutama
karena lokasi, legislasi tersendiri, dan infrastruktur yang dimiliki.

Beberapa hal yang dianggap menjadi keunggulan ASEZA selain yang telah disampaikan,
diantaranya adalah; lokasi, hanya berjarak 360 km dari Amman dan berada di tengah
Kawasan Timur Tengah (dengan akses langsung ke wilayah Palestina, Suriah, dan Irak),

54
serta akses ke wilayah pantai timur Afrika; fleksibilitas rules of origin dan foreign
workers; serta, akses ke pasar Uni Eropa dan AS.

Saat ini Yordania juga tengah mengupayakan untuk lebih menjangkau pasar Afrika.
Dalam waktu dekat, Yordania akan membuka dua perwakilan baru di Kenya dan
Ethiopia. Dua negara ini dipilih karena political advantage dan alasan konektivitas Afrika
bagian timur kedua negara yang sudah dianggap memadai. Bersamaan dengan
pembukaan dua Kedutaan Besar ini, Yordania juga tengah mengupayakan untuk
menyepakati Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Kenya dan Ethiopia.
Disepakatinya PTA dengan kedua negara Afrika ini dapat menjadi nilai tambah jika
Indonesia ingin memanfaatkan Yordania atau ASEZA dalam meningkatkan hubungan
ekonomi dengan negara-negara Afrika.

Berdasarkan laporan World Bank pada tahun 2018, Yordania menempati peringkat 103
dunia dan merupakan yang teratas di Wilayah Levant untuk indikator ease of doing
business. Pembenahan terhadap peringkat ini dilakukan Yordania dengan meringankan
birokrasi di Yordania untuk merespon kebutuhan investor, pembangunan infrastruktur,
sistem finansial yang terjamin, tidak ada pembatasan modal, ataupun kendala bahasa.
Bagi masyarakat Indonesia, disebutkan bahwa kedekatan kultural, historis, dan moderasi
Islam akan memudahkan bagi proses integrasi sosial nantinya.

Disebutkan pula bahwa, komitmen Yordania terhadap empowerment pengungsi Suriah


lebih merupakan tanggung jawab yang dilandasi semangat persaudaraan. Selama ini tidak
ada masalah untuk proses integrasi pengungsi Suriah yang bersekolah ataupun bekerja
dengan masyarakat Yordania itu sendiri.

Dalam hal energi dan juga pasokannya untuk mendukung investasi dan pengembangan
kerja sama dengan perusahaan Indonesia khususnya, BPPK telah mengadakan kerjasama
dengan National Electric Power Company (NEPCO) dilakukan dengan Managing
Director, Eng. A. Daradkah. NEPCO merupakan Perusahaan Pemerintah yang menjadi
operator utama untuk sistem elektrifikasi, pembangkit listrik, dan distribusinya di
Yordania.

55
Meskipun saat ini Yordania masih mengandalkan sumber energi berbahan solar sebagai
sumber energi utama, namun Yordania mengklaim menjadi yang terdepan dalam
memanfaatkan sumber energi terbarukan di Kawasan Timur Tengah. Disebutkan bahwa
5-7% kebutuhan energi Yordania dipenuhi dari sumber terbarukan, seperti energi angin
dan solar cell. Sementara itu, Yordania juga tengah menjajaki untuk mengembangkan
pembangkit listrik hidroelektrik dan baterai.

NEPCO saat ini juga menjadi operator satu-satunya yang telah menyewa infrastruktur
LNG di ASEZA untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh wilayah ASEZA.
Disebutkan bahwa Yordania akan mengekspor kebutuhan gas dar Israel, diproyeksikan
80%-100% kebutuhan gas di seluruh Yordania akan diimpor dari Israel.

Yordania, melalui Energy and Minerals Regulatory Commission (EMRC), menerapkan


tarif listrik yang bersifat tetap dan nasional. Namun demikian, disebutkan bahwa
Yordania akan mulai menerapkan harga pasar yang disesuaikan dengan harga migas
dunia dalam menentukan tarif listrik. Bagi industri besar, tarif listrik adalah JD 0,124 (Rp
2.406) per kWh pada siang hari; dan JD 0,109 (Rp 2.115) per kWh pada malam hari.
Untuk industri menengah, tarif listrik adalah JD 0,089 (Rp 1.727) per kWh pada siang
hari; dan JD 0,075 (Rp 1.455) per kWh pada malam hari.

Terkait dengan keberadaan mega proyek NEOM Arab Saudi, Yordania sangat
menyambut baik rencana tersebut. Bagi kebutuhan elektrifikasi, Yordania juga
mengharapkan terdapat interkoneksi untuk ekpor-impor listrik dengan Arab Saudi untuk
mengganti sumber tenaga listrik yang penggunaannya terbatas. Namun demikian,
terdapat kendala perbedaan AC Frequency antara Yordania (50Hz) dengan Arab Saudi
(60Hz) yang membuat interkoneksi listrik tersebut sulit dicapai.

Dalam hal mendorong investasi dan untuk lebih lanjut mempelajari iklim birokrasi di
Aqaba dan Yordania. Pertemuan intensif dilakukan dengan Jordan Invesmet Comission
(JIC). Pertemuan dengan JIC dilakukan dengan Director of Research and Policies,
Muhammad Abu Omar. JIC merupakan lembaga di Yordnia yang bertugas untuk
meningkatkan Foreign Direct investment dan nilai perdagangan, terutama ekspor
Yordania.

56
Integrasi investasi dan perdagangan merupakan kebijakan strategis yang sedang
diupayakan oleh Yordania. Kemudahan serta fleksibiltas investasi dipadukan dengan
perjanjian FTA /PTA dengan pihak-pihak yang memiliki pasar potensial, seperti Uni
Eropa, Amerika Serikat, dan Singapura. Hal ini menjadikan Yordania memiliki nilai jual
sebagai tempat invetasi, baik untuk produksi raw material/setengah jadi, maupun untuk
re-ekspor. Sektor-sektor yang menjadi prioritas investasi adalah, industri berat,
agrikultur, ICT, pariwisata, kesehatan, dan konstruksi.

Yordania juga sangat terbuka untuk pembukaan perusahaan start-up digital. Disebutkan
bahwa Yordania saat ini menjadi tempat investasi perusahaan digital terkemuka di
seluruh Kawasan timur Tengah, dengan penetrasi internet hingga 85% dari keseluruhan
populasi. Perusahaan-perusahaan seperti Google, Amazon, Alibaba, dan Uber telah
beroperasi di Yordania.

Pihak Yordania menyatakan bahwa ASEZA adalah zona ekonomi khusus yang berada di
bawah rezim yang berbeda dari zona industri lainnya, karena hukum invetasi Yordania
tidak berlaku bagi ASEZA. Disampaikan juga bahwa ASEZA sudah sangat terbangun
dengan infrastruktur yang lengkap, termasuk pelabuhan (logistic dan penumpang) dengan
akses ke seluruh wilayah di Kawasan, dry port, terminal gas dan minyak. Disebutkan juga
bahwa, pelabuhan Aqaba adalah pelabuhan utama untuk pengiriman bantuan ke Suriah
dan Irak.

Pihak Yordania menekankan kembali bahwa untuk memenuhi status rule of origin,
komponen asli Yordania diwajibkan minimal sebanyak 30%, namun disampaikan bahwa
hal tersebut sangat mudah dipenuhi karena komponen seperti tenaga kerja, air, bahkan
listrik juga termasuk di dalamnya.

JIC menyatakan bahwa tidak ada pembatasan khusus untuk pekerja asing. JIC secara
khusus memberi contoh sebuah perusahaan India yang bergerak di bidang tekstil yang
semua pekerjanya (25.000 pekerja) adalah pekerja asing. JIC juga menyatakan bahwa
upah minimal pekerja di Yordania adalah JD 200/bulan (USD 350). Sementara itu,
terhadap aturan untuk memperkerjakan 15%-25% pengungsi Suriah, JIC menyatakan
bahwa hal tersebut merupkan opsi dan bukan keharusan.

57
JIC menyatakan bahwa mereka terus berupaya untuk memotong birokrasi dan syarat-
syarat yang memberatkan bagi investasi. Fleksibiltas, serta insentif yang ditawarkan
digunakan untuk mengimbangi biaya-biaya produksi yang sulit untuk mereka tekan,
seperti misalnya energi. JIC juga menyatakan bahwa keamanan investor sangat terjamin
karena Yordania memiliki unit khusus (kepolisian) yang menjaga investasi, modal dan
keuangan juga dilindungi oleh perjanjian internasional dan juga hukum lokal, serta
kesepakatan bersama untuk upaya penyelesaian sengketa.

Yordania juga sangat aktif untuk terus memanfaatkan perjanjian bilateral untuk
meningkatkan ekspor. Sebagai contoh, FTA dengan AS dinilai sangat menguntungkan
karena per tahunnya Yordania mampu mengimpor bahan tekstil/garmen senilai USD 1
miliar ke AS. Saat ini, Yordania akan melakukan perjanjian perdagangan FTA/PTA
dengan Meksiko dan Kenya.

Sebagai langkah untuk mengetahui pengamatan dari kalangan second track khususnya
terkait perkembangan Aqaba dan iklim investasi di wilayah serta prospeknya BPPK
mengadakan pertemuan dengan Direktur Centre for Strategic Studies, University of
Jordan, Prof. Dr. Musa Shtewi. Dalam pertemuan tersebut dikemukakan bahwa potensi
ASEZA akan terus berkembang, karena masyarakat Aqaba dan Yordania secara umum
telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang dialami ASEZA sejak 2001. Aqaba kini
menjadi kota bisnis dan banyak masyarakat Yordania yang pindah dan kemudian bekerja
di ASEZA. Pertumbuhan Aqaba juga telah dinikmati oleh kota lainnya di wilayah Selatan
Yordania, seperti Ma’an.

Dari pihak University of Jordan menyatakan bahwa fleksibilitas yang ditawarkan


Yordania untuk investasi telah berhasil menangani berbagai masalah birokrasi.
Perlindungan hukum dan mekanisme dispute settlement juga merupakan hal yang
menjamin investasi di ASEZA tetap aman dan sustainable.

Yordania sangat mendukung iklim investasi. SDM Yordania cukup berkualitas karena
standar pendidikan yang tinggi, infrastruktur yang memadai, sarana perbankan yang
sangat baik, dan aksesibilitas Yordania ke wilayah-wilayah lain, baik di Kawasan
maupun ke Eropa dan Afrika. Selain itu, hukum di Yordania juga sangat investor-
friendly, bahkan Raja Yordania juga selalu memberikan dukungan, ataupun berinisiatif,

58
untuk mendukung investasi. High level awareness seperti ini merupakan hal yang positif
untuk mendukung sustainability investasi.

Terkait permasalahan di Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan Yordania,
pihak University of Jordan menyatakan tidak pernah ada implikasi keamanan dari dua
wilayah tersebut. Situasi keamanan di kedua negara tersebut malah dilihat sebagai
peluang untuk investasi, secara khusus bahwa telah ada perusahaan asal RRT yang
berminat untuk secara khusus melakukan rekonstruksi di Irak dan Suriah dan berencana
untuk menjalankan bisnisnya dari Aqaba karena keberadaan pelabuhan logistik. Secara
khusus, ia juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kapabilitas untuk melakukan
hal yang sama.

Sementara itu, terkait rencana Yordania untuk mengimpor gas dari Israel, Prof. Shtewi
menyatakan bahwa kontrak sudah ditandatangani dan proyek pipeline untuk
merealisasikan rencana ini juga sudah berjalan. Protes yang sempat terjadi, menurut Prof.
Shtewi lebih bersifat politis, dan pada akhirnya masyarakat akan menikmati sendiri
ketersediaan sumber energi yang reliable dan murah ini.

Untuk secara detail menggali informasi terkait potensi dan fasilitas yang diberikan
kepada para investor di kawasan zona ekonomi khusus dilaksanakan pertemuan dengan
Aqaba Special Economic Zona Authority. Pertemuan dilakukan dengan Dr. Emad
Hijazeen, Deputy Chief Commissioner ASEZA. Dalam pertemuan tersebut disampaikan
bahwa ASEZA dibentuk pada tahun 2001 dan berada di bawah Undang-Undang khusus
(UU 32/2007). ASEZA merupakan otoritas khusus yang memiliki kewenangan penuh
untuk pengembangan dan pengelolaan ASEZA. ASEZA juga memiliki beberapa anak
perusahaan, diantaranya: Aqaba Development Corporation, Aqaba Airport Company,
Aqaba Port Corporation, Aqaba Container Terminal, Aqaba International Industrial
Estate, dan Aqaba Marine Park.

Ide pembentukan ASEZA adalah untuk membentuk Integrated Economic Zone yang
terdesentralisasi dari Pemerintah Pusat, ASEZA juga diharapkan dapat menjadi model
untuk pengembangan Kawasan serupa di wilayah lain di Yordania nantinya.

59
Model pengembangan ASEZA terdiri dari tiga pilar, yaitu pengembangan pariwisata,
perdagangan, dan industri berkelanjutan. ASEZA memiliki visi khusus untuk
pengembangan ASEZA. Pada pilar pariwisata, saat ini ASEZA menerima 640.000
wisatawan per tahun, jumlah ini diharapkan bertambah menjadi 2 juta wisatawan pada
tahun 2025. Sementara rata-rata malam yang dihabiskan wisatawan diproyeksikan akan
bertambah dari 3 malam menjadi 6 malam.

Sementara konektivitas internasional untuk mendukung perdagangan dan pariwisata dari


Aqaba juga akan ditingkatkan, ASEZA memproyeksikan akan lebih banyak penerbangan
internasional yang dilayani di Bandar Udara King Hussein Aqaba. Saat ini, Turkish Air
telah menjalankan rute Istanbul-Aqaba, menyusul direncanakan maskapai Etihad dan
Ryan Air akan beroperasi di Aqaba, serta ada rencana ASEZA utuk menyediakan layanan
penerbangan sendiri dengan maskapai, Fly Aqaba.

Dalam hal industri, disebutkan bahwa investasi di ASEZA telah mencapai USD 20 miliar
dan USD 11 miliar diantaranya telah beroperasi. Saat ini terdapat dua industrial zones
yang akan diekembangkan lagi menjadi lima zona. Satu diantara lima zona tersebut akan
dialokasikan khusus untuk perusahaan-perusahaan asal RRT yang bergerak di bidang
pengelolaan alumunium, kaca, dan solar cell.

ASEZA menawarkan banyak keuntungan dan insentif untuk lebih banyak menarik
investasi. Lokasi strategis di Kawasan, kondisi keamanan yang relatif stabil, insentif
fiskal, akses darat ke lima negara, dan sarana finansial yang kuat menjadi keunggulan
yang ditawarkan untuk melakukan investasi di ASEZA. Selain itu, hanya di ASEZA
semua kegiatan perusahaan dapat memperoleh certificate of origin, untuk memperoleh
stempel “made in Jordan” yang memudahkan untuk ekspor ke AS dan Eropa.

Khusus untuk kebijakan fiskal dan buruh. Insentif-insentif yang ditawarkan antara lain;
Tidak ada bea masuk impor, Tidak ada pajak social service, ataupun pajak tanah dan
bangunan tahunan untuk bangunan tambahan, Tidak ada pajak pembagian dividen atau
profit, Pajak penghasilan hanya 5% (jauh lebih rendah ketimbang pajak di luar ASEZA
yang sebesar 35%.), kecuali dari aktivitas perbankan, asuransi, dan transportasi darat.
Pajak sebesar 7% untuk barang-barang pribadi tertentu dan jasa hotel/restoran (di luar
ASEZA pajak barang mewah sebesar 13%).

60
Sementara itu, kemudahan pemrosesan pekerja asing dilakukan melalui one-stop-shop
dengan pembatasan rasio 70% untuk pekerja asing dan 30% untuk pekerja dalam negeri.
ASEZA juga memperbolehkan investor asing untuk membeli tanah dengan kepemilikan
100%.

Harga operasional (biaya pelayanan logistik, pelabuhan, bandara, dan administrasi) dan
biaya hidup yang relatif rendah dikatakan menjadi kompensasi atas harga gas yang relatif
mahal di Yordania. Diklaim, hal ini membuat biaya produksi secara keseluruhan di
ASEZA akan lebih murah dibanding jika melakukan investasi di negara lain di Kawasan.

ASEZA saat ini tengah memprioritaskan sektor pariwisata dan fasilitas pendukungnya.
Pembangunan hotel, kompleks medis dan olahraga, serta revitalisasi objek wisata budaya
dan agama adalah plot-plot invetasi yang sedang gencar ASEZA promosikan. Perusahaan
asal RRT dikabarkan akan membangun hotel dan komplek medis di ASEZA.

Sementara untuk industri, industri pangan dan konstruksi (termasuk untuk rekonstruksi
Irak dan Suriah) menjadi prioritas yang sedang gencar dipromosikan. Namun demikian,
hal ini tidak menutup investasi di sektor lain, seperti tekstil ataupun pupuk.

Terkait dengan mega proyek Neom yang tengah dikembangkan oleh Arab Saudi, pihak
ASEZA menyatakan bahwa ASEZA akan mendapat keuntungan dari proyek tersebut,
terutama dari hal pariwisata. Sebagai satu-satunya komunitas urban di sekitar Neom,
ASEZA dianggap akan memberikan peran penting karena sudah terbangun dan memiliki
pengalaman selama 17 tahun.

Sebagai bagian dari penjajakan tawaran dari pemerintah Yordania, dan untuk lebih
mengetahui informasi kemanajemenan dari pengelola ASEZA, telah dilakukan
pertemuan dengan Aqaba International Industrial State (AIIS). Pertemuan dilakukan
dengan Rania Madanat, Vice President of Sales dari Aqaba International Industrial State
(AIIS). AIIS adalah anak perusahaan ASEZA yang memiliki fungsi utnuk pengelolaan
kompleks industri di ASEZA Zona Selatan. Disebutkan bahwa telah ada beberapa
perusahaan yang bergeak di bidang renewable energy, pemrosesan makanan,

61
pengolahaan alumunium, tekstil/garmen, dan sepatu yang berasal dari Libia, RRT, dan
India yang telah beroperasi di Zona Selatan.

Zona Utara memiliki luas 400.000 m² dan direncanakan untuk diperluas hingga 1, 7 juta
m². Zona diperuntukan bagi industri-industri menengah yang memiliki dampak
lingkungan rendah. Disebutkan bahwa industri berat seperti pabrik pupuk akan
ditempatkan di Zona Selatan mengingat luas lahan yang dibutuhkan dan dampak
lingkungan yang dapat ditimbulkan. Wilayah Selatan sendiri berada jauh dari pemukiman
masyarakat dan memiliki fasilitas serta lahan yang memadai dalam pengelolaan limbah
industri-industri besar.

Disebutkan bahwa hanya ASEZA yang memberikan kesempatan kepada investor untuk
membeli dan memiliki 100% lahan di seluruh Kawasan Timur Tengah. Harga tanah
diperkirakan sebesar USD 65-85 per m², harga tersebut bervariasi tergantung pada jenis
operasi industri dan added value yang ditawarkan. Lahan industri di ASEZA juga telah
memiliki akses dengan telekomunikasi, air, pembuangan, dan listrik yang memadai.

Selanjutnya BPPK melakukan pertemuan dengan Vice President ADC, Eng. Sultan
Mohammad Abzakh. ADC merupakan perusahaan yang dimiliki oleh ASEZA yang
bertugas untuk membuat perencanaan pengembangan dan melakukan pembangunan
infrastruktur di wilayah ASEZA.

Sebagaimana halnya dengan yang telah disampaikan oleh ASEZA, ADC memiliki
prioritias untuk mengembangkan sektor pariwisata dan fasilitas pendukungnya. Saat ini,
ADC tengah mengembangkan beberapa proyek yang dianggap akan menjadi enabling
environment untuk meningkatkan minat terhadap investasi di Aqaba dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat di Aqaba. Pembangunan resort dan hotel baru, proyek danau
buatan, kompleks olahraga dan medis akan dimulai konstruksinya sebagian tanpa
menunggu investasi.

ADC juga telah mempersiapkan office spaces di wilayah utara untuk perusahaan-
perusahaan yang memerlukan ruang kerja, seperti perusahaan akuntan publik, digital,
teknologi, ataupun telekomunikasi. Hal ini dilakukan karena, di Wilayah Selatan tidak

62
diperkenankan membangun bangunan lebih tinggi dari 27 meter dengan alasan agar tidak
ada yang menghalangi pemandangan ke laut.

Disebutkan bahwa setiap pembangunan di ASEZA merupakan social responsibility dari


ADC, oleh karena itu unsur lingkungan, kemasyarakatan, sosial, serta ekonomi
masyarakat lokal selalu menjadi pertimbangan utama. Disebutkan bahwa selalu ada
assessment lingkungan dan sosial dalam setiap pembangunan yang dilakukan ASEZA,
sebelum ADC melakukan konstruksi pembangunan. Pemerataan pembangunan ini juga
menjadi salah satu pertimbangan ADC ketika mereka memtuskan untuk membangun dry
port di Kota Ma’an.

Pada saat pengumpulan data dan riset juga dilakukan dengan beberapa otoritas di Aqaba,
Yordania yaitu, Aqaba Company for Port Operation and Management, National Real
Estate Co. Jordan (NREC), Aqaba Container Terminal (ACT), dan Aqaba Logistic
Village (ALV). Pertemuan dilakukan dengan Capt. Mansour M.H. Qoqazah, Assistant
DG for Technical & Opertaion Departemen (Aqaba Company for Port Operation and
Management); Murad Abu Rous, South Aqaba Investment Park Manager (NERC);
Steven Yoogalingam, CEO (ACT); dan Hakam Abul FIlat, Grand Manager (ALV).

Pelabuhan dan fasilitas kontainer Aqaba adalah salah satu aspek penting yang menjadikan
ASEZA lebih unggul dibanding zona lain di Yordania. Secara umum, pelabuhan ini
memiliki kedalaman 5-24 m dan mampu menampung kapal kargo besar dengan kapasitas
15.000 TEU. Saat ini, terminal kontainer Aqaba mampu menampung hingga 1.3 juta TEU
per tahun dan dwelling time selama 7 hari, namun tengah diupayakan agar dwelling time
dapat dikurangi hingga ke 2 hari.

Pelabuhan Aqaba memiliki berbagai fasilitas yang mendukung industri, elektrifikasi dan
kegiatan ekspor-impor. Telah ada fasilitas-fasilitas khusus untuk mengangkut bahan
industri, kargo, penumpang, hewan ternak, bahan pangan, dan LNG. Selain itu pelabuhan
ini juga telah memiliki fasilitas khusus untuk menangani tumpahan minyak.

Disebutkan bahwa kegiatan di pelabuhan ini lebih banyak melakukan kegiatan impor.
Barang-barang yang diimpor ini kemudian diperuntukan untuk dijual di dalam negeri

63
ataupun dijual kembali (reekspor) ke wilayah lain, seperti Suriah dan Irak yang
berbatasan darat dengan Yordania.

Sebagai satu-satunya pelabuhan Jordan, Aqaba menikmati posisi kunci dalam


perekonomian negara itu, dan sampai batas tertentu di daerah-daerah yang berdekatan di
luar Kerajaan. Pariwisata, transportasi, dan jenis industri tertentu dapat menjadi penting
bagi Aqaba, sebagian karena lokasi kota dan sekitarnya.

Aqaba dan daerah sekitarnya juga memiliki potensi untuk menarik berbagai bisnis.
Namun, infrastruktur saat ini terus ditingkatkan, untuk mencapai standar internasional.
Aqaba berpotensi menjadi pelabuhan penting dan pusat transportasi regional.

Pada awal 1981, Jordan telah menjadi rute pasokan utama untuk peralatan perang dan
barang-barang sipil yang ditujukan ke Irak, dan tampaknya jalur tersebut terus digunakan
di tengah rencana pengembangan perekonomian dan konektiftas di Yordania.

Selain itu, Aqaba juga telah menjadi titik transit utama untuk arus perlengkapan perang
dari Mesir ke Irak, dan juga pekerja Mesir yang pergi ke dan dari Yordania dan Irak.
Hubungan Yordania dengan Mesir sejak September 1984 meningkat dan memberikan
dasar-dasar politik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut persyaratan
infrastruktur untuk meningkatkan kerja sama Mesir-Yordania-Irak, dalam jangka pendek
untuk untuk mendorong meningkatkan kerja sama ekonomi regional dan integrasi.

Analisis Peluang Pengembangan Ekonomi Kerja Sama Indonesia – Yordania

Hasil dari pengumpulan data dan riset ke Yordania, memberikan gambaran bahwa
Yordania tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup untuk mendukung investasi
Indonesia ke Aqaba. Sumber daya alam yang ada tidak dapat dikatakan lengkap kecuali
gas dan salah satu olahannya seperti pupuk. Perekonomian Yordania selama ini ditopang
oleh sektor pertambangan khususnya potas, fosfat, semen, garam dan produk farmasi dari
laut mati. Di samping itu, sektor pariwisata adalah salah satu sumber pendapatan yang
sangat penting setelah sektor pertambangan. Pertumbuhan ekonomi mengalami
ketergantungan dari bantuan asing khususnya bantuan dalam bentuk hibah dari PBB dan

64
lembaga keuangan internasional yang ditujukan untuk bantuan pengungsi asal Palestina,
Libanon dan Suriah yang ada di Yordania.

Dari data yang telah diperoleh dari IMF menunjukkan bahwa pada tahun 2017 GDP
Indonesia jauh lebih besar daripada Yordania. Namun dengan jumlah populasi Indonesia
ditahun 2017 yang berjumlah 261,9 juta jiwa maka GDP perkapita penduduk mencapai
USD 3.875 per tahun. Sementara di tahun yang sama jumlah populasi Yordania
berjumlah 7,1 juta jiwa dan memiliki GDP perkapita sebesar USD 5.677 per tahun. Untuk
hal tingkat inflasi Yordania hampir sama dengan inflasi Indonesia.

Apabila dianalisis dari potensinya, Yordania termasuk dalam kategori negara yang bukan
merupakan tujuan ekspor akhir. Hal tersebut mempertimbangkan daya serapnya kecil,
dan tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang hanya sekitar 7,9 juta jiwa. Namun
dengan letaknya yang strategis di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya, Yordania dapat
dimanfaatkan sebagai pintu masuk produk non-migas lainnya untuk di re-ekspor ke
pasaran Irak, Suriah, Palestina, Israel. Untuk itu Yordania telah mengembangkan Aqaba
Special Economic Zone (ASEZA) dan Qualifying Industrial Zone (QIZ) dengan harapan
Yordania di masa yang akan datang akan menjadi service hub.

Fosfat dan Pasir Silica merupakan sumber utama ekspor Yordania, di samping pariwisata,
pajak dan bea masuk yang merupakan sumber penerimaan Yordania. Pajak penjualan
sebesar 16 persen berlaku untuk produk impor maupun produk lokal. Produk ekspor
utama Yordania ke Indonesia adalah natural calcium, fosfat dan aluminium, karnalit, dan
other crude natural potassium salts, olive oil, furniture, waste and scrap of cast iron serta
preparation for the care of the skin. Adapun produk impor utama Yordania dari Indonesia
adalah CPO, produk perikanan, kopi, lada, food preparations, tekstil dan produk tekstil,
furniture kayu, kaca dan keramik. Daging, barley dan gandum adalah produk pertanian
yang mendapatkan subsidi di Yordania.

Produk Indonesia memiliki reputasi yang baik di Yordania, khususnya produk makanan
karena terdapat label halal. Jordan Chamber of Commerce mengharapkan adanya
investasi dari Indonesia di Yordania dan dapat mengekspor produk yang dihasilkan ke
pasar negara-negara yang telah memiliki kerjasama perdagangan dengan Yordania
dengan memanfaatkan preferensi tarif yang ada, utamanya industri gelas karena Yordania

65
memiliki sumber daya alam pasir silika dan pembangunan kilang CPO di Aqoba untuk
dapat masuk ke pasar Afrika. Saat ini Yordania juga telah melakukan ekspor jasa IT ke
Amerika Serikat di mana pada tahun 2013 mencapai USD 67,4 milliar.

Prospek Investasi

Menurut data yang diperoleh dari Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Abu
Dhabi nilai investasi Yordania ke Indonesia dipastikan akan meningkat hingga USD 1
miliar. IIPC melaporkan bahwa dari tahun ke tahun, nilai investasi Yordania di Indonesia
terus mengalami peningkatan. Pada periode 2013-2018, investasi terbesar berasal dari
Jordan Phosphate Mines Co. (JPMC) senilai USD 213 juta, yang telah mendirikan dua
joint venture bernama PT Petro Jordan Abadi dan PT Kaltim Jordan Abadi untuk
mengembangkan industri pupuk di tanah air.

Selain investasi yang sudah terealisasi, menurut data yang ada, BKPM telah mencatat
komitmen investasi dari sektor bisnis Yordania. Saat ini, komitmen investasi terbesar
datang dari perusahaan patungan PT GDTC Majestic Agro Industry beberapa waktu lalu.
Perusahaan GDTC Group ini akan membangun perkebunan tebu dan 2 pabrik gula yang
terintegrasi dengan peternakan sapi potong seluas 20.000 ha di Kabupaten Timor Tengah
Utara, Nusa Tenggara Timur, dengan nilai investasi yang telah tercatat di BKPM sebesar
USD 352 juta untuk perkebunan tebu dan pabrik gula, serta USD 340,72 juta untuk
peternakan sapi potong. Selain itu perusahaan tersebut akan mengembangkan
investasinya di Indonesia di bidang energi terbarukan dan budidaya beras basmati.

Selain PT GDTC, komitmen investasi lainnya yang tercatat di BKPM adalah dari JPMC
melalui perusahaan patungan PT Kaltim Jordan Abadi senilai USD 267,5 juta. Belasan
investor Yordania lainnya juga telah mencatatkan komitmen investasinya di BKPM
dengan nilai bervariasi antara USD 1 juta hingga USD 3 juta dalam berbagai bidang
usaha. Dengan komitmen investasi dari seluruh perusahaan tersebut, dapat dipastikan
nilai investasi Yordania ke Indonesia akan bertambah hingga USD 1 miliar.

66
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Aqaba Special Economic Zone memilliki prospek sebagai hub dan basis produksi untuk
kepentingan penetrasi produk ekspor Indonesia di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara,
Afrika Timur dan Eropa. ASEZA mendapat fasilitas khusus berupa kemudahan
melakukan ekspor ke Uni Eropa karena perannya dalam menampung banyak pengungsi
dari Irak, Suriah dan Palestina. Uni Eropa mendukung upaya Yordania menyalurkan
tenaga pengungsi sebagai tenaga kerja guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional
Yordania.

Yordania secara aktif membuka diri bagi investor asing untuk melakukan investasi.
Secara khusus bagi Indonesia, penjajakan untuk melakukan investasi di ASEZA secara
langsung disampaikan oleh Prince Hasan Talal kepada Menteri Luar Negeri pada saat
acara East West Forum di Amman, Yordania.

Di kawasan ekonomi khusus ASEZA, Yordania memberikan insentif kepada para


investor asing di negara ini. Insentif yang diberikan meliputi antara lain insentif di sektor
perpajakan, bebas bea masuk, dan kemudahan prosedur keimigrasian (proyek investasi
dapat mempekerjakan hingga 70% tenaga kerja asing).

Dalam hubungan ekonomi Yordania-Indonesia, Yordania menawarkan beberapa


kemudahan berbisnis kepada Indonesia. Sektor-sektor yang ditawarkan meliputi: (i)
pengembangan sektor industri pupuk dan produk kimia, pengembangan produksi
kendaraan lapis baja, pengolahan makanan, manufaktur tembakau, green & solar energy,
furniture, plastik dll. (ii) real estate dan pariwisata serta (iii) transportasi dan logistik di
kawasan di Aqaba.

Penyebab defisitnya perdagangan Indonesia dengan Yordania adalah disebabkan oleh


hambatan tarif dan non-tarif yang menyebabkan sulitnya produk Indonesia masuk ke
Yordania. Kendati demikian, terdapat peluang ekspor bagi Indonesia ke Yordania, yakni
pada produk renewable (agro-based) seperti kertas, tissue, cooking oil, oleochemicals
dan bio-fuel.

67
ASEZA telah menawarkan lahan khusus buat pembangunan pusat distribusi barang
Indonesia ke negara-negara lainnya di kawasan seperti Suriah, Irak, Turki dan Palestina.
Keberadaan Pusat Distribusi Indonesia di Aqaba dimaksudkan sebagai upaya menjaga
kontinuitas produk Indonesia guna memperlancar arus dagang. Namun hingga saat ini,
masih belum terdapat realisasi dari rencana kerja sama dimaksud.

Feasibility Yordania dalam menunjang konektivitas perdagangan dan investasi


serta pencapaian prioritas diplomasi ekonomi Indonesia
Saat ini telah ada 1500 perusahaan asing yang tercatat melakukan investasi di ASEZA
yang berasal dari AS, Eropa, RRT, India, dan dari negara lain di Kawasan Timur Tengah.
Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di bidang ICT, pariwisata, tekstil/garmen,
sepatu, makanan olahan, pengolahan logam, dan lain-lain. ASEZA juga sangat terbuka
untuk pembukaan perusahaan start-up digital. Disebutkan bahwa Yordania saat ini
menjadi tempat investasi perusahaan digital terkemuka di seluruh Kawasan timur
Tengah, dengan penetrasi internet hingga 85% dari keseluruhan populasi. Perusahaan-
perusahaan seperti Google, Amazon, Alibaba, dan Uber telah beroperasi di Yordania.

Data IMF menunjukkan bahwa pada tahun 2017 GDP Indonesia jauh lebih besar daripada
Yordania. Namun, dengan jumlah populasi Indonesia ditahun 2017 yang berjumlah 261,9
juta jiwa maka GDP perkapita penduduk mencapai USD 3.875 per tahun. Sementara
ditahun yang sama jumlah populasi Yordania berjumlah 7,1 juta jiwa dan memiliki GDP
perkapita sebesar USD 5.677 per tahun. Tingkat inflasi Yordania hampir sama dengan
inflasi Indonesia. Kinerja neraca perdagangan Indonesia dengan Yordania selama lima
tahun (2013-2017) cenderung selalu mengalami defisit, dan 100% nilai perdagangan di
sumbang oleh sektor non-migas.

Yordania memiliki struktur tarif bea masuk Most Favoured Nation (MFN) berada
diantara 0% hingga 200%. Yordania juga memiliki tarif spesifik sebanyak sembilan pos
tarif. Berdasarkan struktur besaran tarif sebanyak 52,9% impor Yordania dari Indonesia
mendapatkan tarif bea masuk 0%, sebanyak 4,1% impor mendapatkan tarif antara 0%
hingga 5%, sementara sebanyak 8,6% mendapatkan tarif bea masuk antara 5% hingga
10%, sebanyak 16,1% mendapatkan tarif bea masuk antara 10% hingga 20%, sebanyak
18,2% mendapatkan tarif bea masuk di atas 20%, dan sisanya dikenakan tarif spesifik.

68
Tingkat complementarity index Indonesia lebih tinggi dibandingkan Yordania. Selama
periode tahun 2013 – 2017, Yordania memiliki tingkat complementarity index yang
menurun sejak tahun 2015 akan tetapi tidak terlalu signifikan, hal ini disebabkan oleh
trend dari ekspor dan impor Yordania yang menurun. Oleh karena itu, perlu adanya
peningkatan perdagangan antara kedua negara untuk mendorong laju perdagangan
Indonesia maupun Yordania.

Dapat disimpulkan secara relatif Indonesia memiliki Daya Saing Global yang lebih baik
dari Yordania yaitu pada produk foodstuffs, mineral, plastik dan karet, dan
footwear/headgear. Indeks RSCA bilateral antara Indonesia dan Yordania menunjukkan
bahwa Indonesia unggul pada sektor yang terbuat dari produk hewan, sayur-sayuran,
foodstuffs, produk mineral, plastik/karet, footwear/headgear; batu/kaca, dan
machinery/electrical, sedangkan Yordania di sektor industri kimia dan sejenisnya, raw
hides, skins, leather and furs, kayu dan produk kayu, tekstil, logam, transportasi, dan
sektor-sektor lainnya.

Pada tahun 2018 (Triwulan I – III), realisasi investasi Yordania di Indonesia terdiri dari
16 proyek dengan nilai USD 3,2 juta. Pada periode dimaksud, Yordania berada pada
peringkat ke-42 negara dengan realisasi investasi terbesar di Indonesia, setelah Turki,
Finlandia, dan Pakistan. Realisasi pada tahun 2018 merupakan peningkatan dari tahun-
tahun sebelumnya; yaitu senilai USD 2,5 juta pada periode 2017 dan USD 1,6 juta pada
periode 2016.

Meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan di Indonesia akan potensi


ekonomi di wilayah ASEZA.
Bagi para pemangku kepentingan di Indonesia, terutama instansi pemerintah dan
kalangan swasta, selama ini wilayah Timur Tengah khususnya Yordania pada belum
menjadi prioritas, padahal potensi ekonomi yang dimiliki cukup besar. Hal ini dapat
dimaklumi karena secara geografis Indonesia dan Yordania dipisahkan jarak yang cukup
jauh. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai kegiatan diseminasi informasi untuk
memperkenalkan potensi ekonomi ASEZA kepada instansi pemerintah di bidang
perdagangan dan investasi dan pebisnis Indonesia. Sasaran dari hal ini adalah untuk
menjadikan kawasan ASEZA sebagai salah satu prioritas target pasar tradisional.
Kegiatan sosialisasi perlu terus dilaksanakan dalam intensitas yang lebih tinggi. Untuk

69
meningkatkan efektivitasnya, kegiatan dapat dilaksanakan melalui peningkatan kerja
sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Amman, Yordania maupun
Perwakilan Indonesia di Timur Tengah lainnya.

Meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan di Indonesia dalam


pelaksanaan diplomasi ekonomi khususnya ke ASEZA.
Dengan adanya sinergi antara instansi pemerintah dan swasta di Indonesia, (Indonesia
Incorporated), pelaksanaan diplomasi ekonomi akan lebih komprehensif, efektif dan
efisien. Koordinasi perlu dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, hingga pelaksanaan
dan evaluasi. Misalnya, pelaksanaan promosi di Timur Tengah khususnya di Yordania
akan lebih efektif dan efisien apabila dilaksanakan secara terpadu di bidang perdagangan
dan investas dengan melibatkan instansi teknis terkait. Direktorat Timur Tengah
Kementerian Luar Negeri dapat meningkatkan peran sentral dalam pelaksanaan
koordinasi ini.

Mempertajam Market Intelligence.


Hal ini perlu dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik target pasar secara rinci guna
menyusun segmentasi pasar dilihat dari beragam aspek, baik aspek sosial, ekonomi
maupun budaya, karena keenam negara tersebut memiliki karakteristik masing-masing.
Oleh karena itu perlu dikembangkan prinsip “one mission, multiple location with
location-specific marketing and promotion strategies.” Dalam hal ini, peran strategis
Perwakilan RI dalam pelaksanaan market intelligence yang selama ini telah berjalan
dengan baik perlu terus ditingkatkan.

Identifikasi komoditi unggulan.


Berdasarkan market intelligence yang telah dibuat, dapat ditentukan komoditas unggulan
Indonesia yang tepat untuk melakukan penetrasi pasar Yordania dan negara-negara
Timur Tengah lainnya. Beberapa produk yang telah teridentifikasi di antaranya adalah
minyak kelapa sawit, kertas, furnitur, tekstil dan garmen, produk elektronik, perhiasan,
komponen pesawat and otomotif, produk karet/ban mobil, makanan olahan, dan sea food.
Produk unggulan ini selanjutnya perlu diupayakan untuk dapat memiliki investasi di
ASEZA dan agar dapat lebih mudah melakukan penetrasi ke negara-negara Timur
Tengah lainnya. Selain komoditas tersebut di atas, perlu dijajaki kemungkinan pemasaran
produk industri strategis Indonesia, di antaranya pesawat terbang buatan PT. Dirgantara

70
Indonesia, senjata buatan PT. Pindad, kereta api buatan PT. Kereta Api Indonesia, Pupuk
Indonesia dan Pertamina.

Analisa SWOT Potensi Kerja Sama “Pemanfaatan Konektifitas Perdagangan dan


Investasi Zona Ekonomi Khusus Aqaba”
Strength (S) Weakness (W)

 Hubungan bilateral kuat dan • Perusahaan dan pengusaha Indonesia


bersahabat antara Indonesia dan masih kurang mempercayai potensi
Yordania yang telah terjalin sejak pasar yang dimiliki Yordania yang
tahun 1950. dianggap bukan merupakan pasar
potensial;

 Indonesia dan Yordania memiliki • Potensi Ketidakstabilan politik dan


(MoU) khusus terkait investasi yang situasi keamanan di kawasan yang
ditandatangani pada tanggal 11 belum sepenuhnya kondusif, dan
Oktober 2009. Tujuan MoU adalah reformasi politik dan ekonomi di
meningkatkan investasi dari Yordania yang tidak selalu berjalan
Yordania ke Indonesia dan mulus;
sebaliknya, serta meningkatkan joint
ventures antara entitas swasta kedua
negara; • Belum maksimalnya beberapa kerja
sama dan perjanjian bilateral terkait
investasi yang perlu diperbarui
 Indonesia dan Yordania memiliki kembali oleh kedua negara.
Bilateral Investment Treaty (BIT)
yang ditandatangani 12 November
1996, dan mulai berlaku 9 Februari
1999;

 BIT memberikan jaminan


perlindungan hukum bagi investor
kedua negara, antara lain: Jaminan
perlakuan non diskriminasi; Jaminan
tidak akan dilakukan
ekspropriasi/nasionalisasi kecuali
dengan syarat tertentu; Jaminan
penyelesaian sengketa melalui
mekanisme Investor-State Dispute
Settlement (ISDS) yang diatur pada
BIT.

71
Opportunities (O) Threats (T)

 Kuatnya komitmen bersama dan  Ketegangan politik di wilayah itu


kesamaan pandangan antara dengan kedekatan Irak, Suriah dan
Indonesia dan Yordania untuk saling Israel.
meningkatkan hubungan dan
kerjasama bilateral di berbagai
bidang khususnya di sektor ekonomi  Di sisi domestik, masuknya
serta pandangan pandangan terhadap pengungsi Suriah secara besar-
berbagai isu global seperti HAM dan besaran, menambah banyaknya
dukungan terhadap pengungsi Suriah pengungsi Palestina, merupakan
dan Palestina; faktor risiko untuk kohesi sosial.

 Peluang kerjasama ekonomi dan  Defisit perdagangan struktural yang


perdagangan bagi masuknya produ- sangat besar terkait dengan
produk ekspor unggulan dari kurangnya sumber daya alam dan
Indonesia untuk dipasarkan di produk makanan yang mengarah ke
Yordania dan negara-negara tujuan ketergantungan yang tinggi pada
ekspor Yordania yang memiliki bantuan eksternal.
perjanjian FTA;

 Tingkat pengangguran yang sangat


 Melalui penguatan kerja sama di tinggi (18% pada tahun 2017, OECD)
sektor ekonomi, dapat membuka yang memicu ketegangan sosial.
peluang bagi Indonesia untuk
mengembangkan kerja sama di sektor
lain sepert pada sosial budaya dan

Pandangan dan posisi negara-negara mitra terhadap wacana kerja sama ekonomi
dengan Yordania dan Aqaba Special Economic Zone.

Mesir
Yordania merupakan sekutu penting Mesir. Potensi kerja sama antara kedua negara akan
selalu terbuka, oleh karena itu ASEZA tidak dilihat sebagai kompetitor bagi SCEZ namun
akan saling melengkapi. Kedua otoritas, ASEZA dan SCEZ, telah saling berkunjung dan
akan mewujudkan kerja sama dalam suatu bentuk yang konkret. Salah satu contohnya,
Mesir menggunakan ASEZA sebagai pintu masuk bagi proyek rekonstruksi yang akan
dilakukan di Irak dan Suriah.

Belum ada investor asal Mesir di ASEZA, para pengusaha Mesir lebih banyak
memanfaatkan jalur darat Yordania untuk jalur perdagangan khususnya ke Suriah dan
sebagai gerbang masuk ke Irak. Dengan jumlah penduduk Yordania yang hanya sekitar

72
10 persen jumlah penduduk Mesir, para pengusaha Mesir melihat potensi pasar di
Yordania masih kecil. Sementara investor asal Yordania merupakan investor nomor
sembilan di Mesir. Lebih lanjut, Yordania memberikan sejumlah fasilitas kemudahan
bagi pengusaha Mesir, diantaranya fast track visa.

Turki
Bagi Turki, Aqaba merupakan hub untuk ekspor Turki memasuki pasar di kawasan
MENA (Middle East and North Africa), termasuk Afrika Sub Sahara. Selain itu, Aqaba
merupakan salah satu tujuan wisata di Yordania dan sebaliknya Turki merupakan salah
satu negara tujuan utama wisata sejarah di dunia. Kedua pihak sepakat meningkatkan
konektivitas udara dan pada 19 Maret 2018 dibuka kembali penerbangan langsung
Aqaba-Istanbul, setelah 6 (enam) bulan ditutup. Rute ini melayani 3 kali penerbangan
dalam 1 (satu) minggu. Kedua negara juga merencanakan akan memulai rute kapal Ro-
Ro antara Iskanderun di Mersin, Turki dan Aqaba, meski belum diputuskan jenis
angkutan yang akan dibawa dalam rute tersebut.

Yordania telah secara aktif menawarkan pengusaha/investor Turki untuk berinvestasi di


ASEZA, menyelenggarakan forum bisnis dan sebaliknya pemerintah Turki mendorong
perusahaan Turki untuk outbound investment, salah satunya di ASEZA. Beberapa
perusahaan Turki telah memanfaatkan ASEZA untuk pasar Eropa, antara lain perusahaan
yang bergerak di bidang tekstil, dan suku cadang mesin. Bagi pengusaha Turki, memulai
hubungan dagang dengan Yordania cukup mudah, yang juga dilatarbelakangi oleh
baiknya hubungan kedua negara selama ini. Namun demikian, pihak Kementerian
Ekonomi Turki menilai ASEZA tidak secara nyata memberikan insentif yang ditawarkan
seperti tax reductions dan tingginya biaya operasional di ASEZA yang cukup tinggi.

Terlepas dari telah hadirnya beberapa perusahaan Turki yang beroperasi di ASEZA,
secara umum, investor/perusahaan Turki masih terlihat enggan untuk berinvestasi di
ASEZA karena biaya operasional yang cukup tinggi. Disamping itu, terdapat
permasalahan yang relatif sama pada perusahaan asing di ASEZA dan free zones di Turki
yakni ketergantungan pada persediaan gas, yang sebagian besar harus diimpor dari negara
tetangga.

73
Perserikatan Emirat Arab
Dalam pandangan Perserikatan Emirat Arab (PEA), investasi di ASEZA perlu
dipertimbangkan secara matang, meskipun terdapat keinginan mulia dari segi politis
untuk membantu diplomasi RI terkait pengungsi Palestina dan Suriah. Keterbatasan
ASEZA dalam hal fasilitas dan konektivitas akan membatasi upaya ekspansi pasar
Indonesia ke negara-negara tetangga Yordania sekitarnya seperti Lebanon, Suriah, Mesir,
Israel dan Iraq yang tergolong small market.

Saat ini investor PEA lebih tertarik pada wilayah free zone yang baru selesai dibangun
oleh pemerintah Yordania yaitu Amman Queen Alia International Airport Free Zone.
Pertimbangan untuk lebih memilih wilayah tersebut dibanding free zone lainnya adalah
fasilitas yang lebih lengkap dengan ketersediaan information and communication
technology (ICT services), konektivitas yang lengkap dengan terhubung dengan highway
dan airlines services, dan adanya one stop shop yaitu fasilitas pengurusan berbagai izin
dari kementerian dan instansi di Yordania (permit and licenses) dibawah satu payung.

Terkait rencana pemanfaatan fasilitas free trade agreement (FTA) Yordania dengan Uni
Eropa dan Amerika Serikat untuk ekspor dalam negeri, Pemerintah Indonesia perlu
kembali melihat situasi yang berkembang. Kepemimpinan Presiden Trump yang
mengedepankan “America First” ataupun Uni Eropa yang sangat ketat dapat membatasi
ekspor walaupun terdapat FTA antara Yordania dengan AS dan Yordania Uni Eropa.
Dengan demikian, investor RI perlu melakukan proper due diligence terhadap komoditas
yang diatur dalam FTA untuk penetrasi kedua pasar tersebut, termasuk perhitungan
untung rugi dari segi production cost dan logistic ketika barang yang diproduksi di
ASEZA diekspor ke luar Yordania.

Australia
ASEZA belum menarik perhatian luas dari kalangan bisnis di Australia. Beberapa
penyebabnya antara lain karena sebagian besar hubungan perdagangan Australia adalah
dengan RRT dan negara-negara Eropa. Selain itu, Australia juga sedang berfokus
mengembangkan hubungan perdagangan dan investasi dengan Indonesia yang secara
geografis dekat dengan Australia. Indonesia dianggap potensial sebagai tempat
pengolahan produk-produk mentah dari Australia, seperti produk-produk pertanian dan
peternakan, untuk kemudian dipasarkan ke seluruh dunia.

74
Sejauh ini, Australia masih bertumpu pada Dubai sebagai hub perdagangan dengan Timur
Tengah dan juga Inggris dan Uni Eropa. Australia belum sepenuhnya mengoptimalkan
potensi yang dimiliki ASEZA sebagai kawasan ekonomi khusus yang menawarkan
berbagai kemudahan, seperti penghapusan kewajiban impor (import duty), pajak layanan
(service taxes), pajak bagi hasil (profit sharing tax), dan berbagai kemudahan lainnya.
Namun demikian, dalam jangka panjang, potensi ini dapat dimanfaatkan oleh Australia,
karena Australia merupakan negara pengimpor fosfat dari Yordania.

Belanda
Kalangan swasta/perusahaan Belanda yang mempunyai pengalaman bisnis dan proyek di
Aqaba pada umumnya menyampaikan kesan dan pandangan yang positif terhadap iklim
bisnis dan investasi serta prospek di Aqaba, baik dari sisi politik keamanan, ekonomi
maupun sosial budaya. Satu hal yang menjadi keluhan hanyalah bahwa proses
kesepakatan bisnis di Yordania, khususnya dalam proyek di Aqaba, berjalan agak
lamban. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kemampuan finansial Yordania yang
terbatas, sehingga dalam melakukan kesepakatan bisnis perlu mempertimbangkan secara
matang. Oleh sebab itu pula Pemerintah Yordan membuka peluang investasi yang luas
bagi investor untuk melakukan investasi dan bisnis di Aqaba.

Dalam hubungan perdagangan antara Uni Eropa (UE) dan Yordania memang mempunyai
association agreement/special agreement yang mengatur liberalisasi perdagangan dua
arah. Namun demikian perlu dicatat bahwa berbagai produk yang akan masuk ke UE
tetap harus memenuhi standar kualitas UE. Identifikasi produk-produk Indonesia yang
sulit masuk ke pasar Eropa merupakan salah satu pemikiran prioritas yang dapat
dipertimbangkan dalam upaya memanfaatkan ASEZA sebagai pintu masuk ke pasar
Eropa.

75
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut maka kesimpulan dari Kajian Mandiri
“Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona Ekonomi Khusus
Aqaba” sebagai berikut:

Seiring dinamika kawasan/internasional, Yordania mulai mementingkan look east policy,


termasuk di bidang ekonomi, dan memberikan perhatian khusus kepada Indonesia.
Komitmen tingkat tinggi antara pemimpin kedua negara merupakan landasan kuat bagi
pengembangan kerja sama bilateral yang lebih intensif, khususnya di bidang ekonomi.

Yordania tengah gencar mempromosikan Foreign Direct Investment untuk pertumbuhan


ekonominya. Meskipun saat ini berada pada peringkat 103 dalam hal ease of doing
business (2018), pihak-pihak di Yordania sangat fleksibel dalam menghapus berbagai
macam persyaratan ataupun birokrasi demi kemudahan investor. Kendati demikian,
sesuai dengan hasil pengumpulan data dan riset di lapangan, Pemerintah Indonesia perlu
terus mengawal proses investasi dan perdagangan antara perusahaan Indonesia dan mitra
kerja setempat untuk menghindari adanya hidden cost yang tidak tercantum di dalam
kontrak awal yang seringkali dibebankan kepada perusahaan yang baru mulai beroperasi
di free zone/special economic zone.

Akseptabilitas produk-produk ekspor Indonesia ke negara negara Kawasan Timur


Tengah tidak kalah dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Sebagai
contoh ekspor non-migas lndonesia ke kawasan Timur Tengah pada tahun 2009 sebesar
USD 3,453 miliar, namun pada tahun 2017 naik menjadi USD 7,5 miliar atau terjadi
kenaikan sekitar hampir 40%. Angka tersebut menunjukkan prospek hubungan ekonomi
yang sangat baik yang dapat digali potensi nya antara Indonesia dan Yordania.
Khususnya terkait pemanfaatan beberapa perjanjian FTA yang dimiliki oleh Yordania
dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, Yordania memang mempunyai association
agreement/special agreement yang mengatur liberalisasi perdagangan dua arah. Namun
demikian, perlu dicatat bahwa berbagai produk yang akan masuk ke UE tetap harus
memenuhi standar kualitas UE

Hampir semua negara yang menjadi responden dalam pengumpulan data dan riset
mengatakan bahwa prospek kerja sama dan investasi di Aqaba Special Economic Zone
belum menjadi prioritas kebijakan ekonomi negaranya. Untuk kawasan timur tengah,

76
Dubai masih menjadi pilihan hub bisnis dalam mengembangkan konektivitas
perdagangan dan peluang investasi bagi mereka.

Banyak BUMN yang belum mengetahui secara detail peluang-peluang outward


investment, kebijakan dan insentif investasi di Aqaba Special Economic Zone.
Terbatasnya akses informasi dan jejaring kerja antar kedua negara merupakan salah satu
penyebabnya. Selain itu, untuk saat ini masih terdapat prioritas untuk mengembangkan
pasar dalam negeri dan belum menetapkan target untuk memperluas pasarnya ke luar
negeri. Terdapat lack of readiness perusahaan nasional untuk memasuki pasar global.

Kondisi ekonomi Yordania sedang mengalami tekanan akibat gejolak regional, namun
secara umum situasi politik dan keamanan stabil. Seiring krisis yang relatif mereda di
Irak dan Suriah, terdapat peluang lebih besar untuk meningkatkan kerja sama ekonomi
dengan Yordania, termasuk re-ekspor produk Indonesia kepada serta partisipasi pada
proses rekonstruksi di kedua negara tetangga Yordania tersebut.

Dengan demikian beberapa langkah ke depan yang dapat disarankan untuk difokuskan
diantaranya adalah optimalisasi perjanjian kerja sama ekonomi antar pemerintah. Seperti
disampaikan diatas bahwa Indonesia dan Yordania dapat memanfaatkan forum-forum
dan perjanjian bilateral yang telah ada untuk mendorong pemanfaatan konektivitas
perdagangan dan investasi di Zona Ekonomi Khusus Aqaba. Indonesia dan Yordania
memiliki MoU dan Bilateral Investment Treaty yang memberikan jaminan perlindungan
hukum bagi investor kedua negara dan jaminan penyelesaian sengketa melalui
mekanisme Investor-State Dispute Settlement (ISDS) yang diatur pada BIT.

Selain itu, terdapat Indonesia – Jordan Joint Business Council yang dapat dimanfaatkan
untuk memperkenalkan, mempromosikan produk dan investasi Indonesia ke ASEZA dan
secara bersamaan memberikan kesempatan untuk pemangku kesempatan untuk
melakukan business matchmaking dengan counterpart di Aqaba, Yordania. Dalam hal
ini, instansi pemerintah terkait, khususnya Kementerian Perdagangan, Kementerian
Pariwisata, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, serta BKPM, perlu duduk
bersama dengan kalangan swasta.

77
Identifikasi produk-produk Indonesia yang sulit masuk ke pasar Eropa merupakan salah
satu pemikiran prioritas yang dapat dipertimbangkan dalam upaya memanfaatkan
ASEZA sebagai pintu masuk ke pasar Eropa. Komisi Eropa menggarisbawahi bahwa Uni
Eropa telah mempunyai association agreement/special agreement EU-Yordania sejak
bulan Mei 2002 dalam hal liberalisasi perdagangan dua arah khususnya dalam
perdagangan barang (FTA). Namun demikian, produk-produk tetap harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa untuk dapat menikmati fasilitas tersebut.
Indonesia perlu menyaring produk-produk yang mengalami hambatan menembus pasar
Eropa agar memenuhi standar yang telah ditetapkan untuk memaksimalkan FTA tersebut.

78
List of Abbreviations

AAC Aqaba Airports Company

ACT Aqaba Container Terminal

ADC Aqaba Development Corporation

AfCTA African Continental Trade Area

AIIS Aqaba International Industrial Site

ALV Aqaba Logistic Village

ASEZA Aqaba Special Economic Zone Area

APC Aqaba Port Company

APEC Asia-Pacific Economic Cooperation

AS Amerika Serikat

BPPK Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

CEPA Comprehensive Economic Partnership Agreement

CFTA African Continental Free Trade Agreement

Comesa Common Market for Eastern and Southern Africa

CSR Corporate Social Responsibility

DCFTA Deep and Comprehensive Free Trade Area

DP Dubai Ports

ECC Economic Consultative Councils

EFTA European Free Trade Association

EU European Union

EMRC Energy and Minerals Regulatory Commission

ESCAS Exporter Supply Chain Assurance System

FDI Foreign Direct Investment


79
FGD Focus Group Discussion

FTA Free Trade Agreement

FZA Free Zone Areas

G20 Group of 20

GAFI General Authority for Investment and Free Zones

GDP Gross Domestic Product

GTA Greater Arab Free Trade Area

GCC Gulf Cooperation Council

ICRC International Committee of the Red Cross

ICT Information and Communication Technologies

IMF International Monetary Fund

JAFZA Jebel Ali Free Zone

JBA Jordan Businessmen Association

JIC Jordan Investment Commission

KBRI Kedutaan Besar Republik Indonesia

KEK Kawasan Ekonomi Khusus

KHIA King Husein International Airport

KM Kilometer

KWH Kilo Watt

LNG Liquefied Natural Gas

LPG Liquefied Petroleum Gas

MT Metric Ton

MoU Memorandum of Understanding

MENA Middle East and North Africa

80
NEPCO National Energy Production Company

NREC National Real Estate Co. Jordan

PEA Persatuan Emirat Arab

PKA Pertemuan Kelompok Ahli

PISA Program for International Student Assessment

PTA Preferential Tariff Agreement

QIZ Qualifying Industrial Zone

RRT Republik Rakyat Tiongkok

RI Republik Indonesia

SCEZ Suez Canal Economic Zone (SCEZ)

TEDA Tianjin Economic Development Area

TEU Twenty-foot Equivalent Unit

TSG The Service Group

USD United States Dollar

UU Undang Undang

VAT Value Added Tax

VP Vice President

WTO World Trade Organization

81
LAMPIRAN
Focus Group Discussion “Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona Ekonomi Khusus Aqaba” Depok
Confidential Interim Report dan Drafting Policy Paper “Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona
Ekonomi Khusus Aqaba” Depok
Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) “Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona Ekonomi Khusus Aqaba”
Depok
Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) “Pemanfaatan Konektivitas Perdagangan dan Investasi Zona Ekonomi Khusus Aqaba”
Depok
Pengumpulan Data dan Riset Yordania
Pengumpulan Data dan Riset Mesir
Pengumpulan Data dan Riset Turki
Pengumpulan Data dan Riset Turki
Facilitators

Yth. Bapak Helmy Fauzy


Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir

Yth. Bapak Wardhana


Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Turki

Yth. Bapak Husin Bagis


Duta Besar Republik Indonesia untuk Persatuan Emirat Arab

Yth. Bapak Andi Rachmianto


Duta Besar Republik Indonesia untuk Yordania

Yth. Kristiarto Legowo


Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Australia
Editor

Board of Editors

Chief Editors Chair Research

Dr. Siswo Pramono, LL.M Dr. Arifi Saiman, MA.


Director General/Head of Policy Director of Centre of Policy
Development and Analysis Development and Analysis
Agency on Asia-Pacific and African
Ministry of Foreign Affairs, Regions
Republic of Indonesia

Editors Editorial Members

Ernawati Iwa Mulyana,


Prakoso Wicaksono Harya Kakerasana Sidharta,
Bayu Rahmat Novita Irwan Sinaga,
Winandriyo K. Anggianto Cecilia Axel Toumahu,
Ahmad Gunawan Wicaksono
Ida Humaidah
Budi Supangat
Nadya Almira
Daniel Doloksaribu
Jonathan Alfa RS
Suryani

Anda mungkin juga menyukai