Pra FS Proyek investasi ini merupakan salah satu upaya Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) untuk penyiapan bahan promosi investasi nasional yang lebih focus dan tajam baik secara
sektoral maupun lokasi, sehingga akan mempermudah para investor untuk merealisasikan minat investasi
mereka.
Dengan dana dari BKPM, Badan Promosi dan Investasi Daerah Propinsi Kalimantan Timur
bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman telah menyusun Pra FS Proyek Investasi
di Bidang Usaha Ikan Kerapu dengan lokasi di Kota Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupoten
Berau. Profil proyek ini merupakan peluang investasi yang siap ditawarkan kepada calon investor dalam
dan luar negeri karena sudah didukung dengan informasi yang akurat.
Semoga upaya ini dapat didukung bagi peningkatan kegiatan investasi dan penciptaan
lapangan kerja di daerah.
H. Nusyirwan Ismail
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN.............................................. 1
1.3 Kegunaan.... 1
2.2 Lokasi... 5
III. PENUTUP..... 27
DAFTAR PUSTAKA... 28
LAMPIRAN... 30
DAFTAR TABEL
Hal.
3. Jumlah lahan (Ha) pada budidaya perikanan darat dan budidaya laut kota Bontang .. 8
4. Jumlah lahan potensial (hHa) untuk budidaya perikanan darat dan laut Kab. Berau tahun 2004 . 8
7. Proyeksi biaya operasi dan pemeliharaan pembenihan ikan kerapu (semester 1)................................... 18
9. Proyeksi biaya operasional dan pemeliharaan pendederan dan penggelondongan ikan kerapu 19
11. Proyeksi biaya operasional dan pemelihraan pembesaran ikan kerapu (semester 1) 21
15. Harga ikan kerapu hidup pada tingkat lokal, ekspor dan pasar Hong Kong .. 23
16. Perkembangan produksi ikan kerapu di Kalimantan Timur tahun 1999-2004 ............................ 24
17. Hasil usaha penangkapan komoditas laut perairan kota Bontang (ton) tahun 2004 ....... 25
DAFTAR GAMBAR
Hal
5. Lokasi penyebaran terumbu karang sebagai habitan ikan kerapu di Indonesia ... 5
10. Sarana penangkapan benih berupa bubu dan pancing rawai ... 15
13. Diagram alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu .... 24
I. PENDAHULUAN
Ikan kerapu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena
permintaan di pasar dunia maupun domestik cukup tinggi. Rasa dagingnya yang lezat,
membuat ikan kerapu ini memiliki nilai jual yang tinggi di pasar dunia.
Usaha budidaya karamba jaring apung (KJA) ikan kerapu yang diasumsikan
memilki unit pembenihan, 13 unit keramba pendederan/pengelondongan dan 10 unit
keramba pembesaran dengan biaya investasi Rp 317.064.450,- dalam 5 tahun mampu
mengembalikan modal sebesar Rp 1.674.635.761,-. Dari analisis kriteria investasi,
menunjukkan bahwa nilai Return on Investmen (ROI) sebesar 83,89%, Net Benefit Cost
Ratio 5,16, Internal Rate of Return (IRR) 78,46%, Break Even Point (BEP) dicapai pada
905,86 kg atau sebesar Rp. 72.468.803,- dengan payback peiod (PP) 1 tahun 5 bulan.
Pasar ekspor yang terbuka dan harga yang tinggi, sehingga tidaklah berlebihan apabila
ikan kerapu dijuluki primadona hasil laut yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah.
Ikan kerapu tergolong ikan karang yang sulit dibudidayakan. Namun, ditinjau
dari aspek teknis, Kalimantan Timur khususnya daerah perairan Bontang, Kabupaten Kutai
Timur dan Kabupaten Berau layak untuk pengembangan budidaya ikan kerapu, terbukti
dengan semakin banyaknya nelayan yang mengusahakannya. Hal ini didorong
tingginya harga jual ikan kerapu. Potensi benih cukup tersedia, walaupun sementara
masih berasal dari tangkapan laut. Namun benih tangkapan laut belum dapat dijamin
ketersediaannya, sehingga pengusahaan perbenihanpun menjadi peluang usaha yang
potensial untuk dikembangkan. Dari aspek finansial, hasil analisis menunjukkan bahwa
usaha budidaya ikan kerapu layak untuk diusahakan. Dengan demikian usaha budidaya
kerapu dari sisi aspek pasar, teknis dan finansial layak untuk diusahakan dan
menguntungkan.
1.3. Kegunaan
Dengan terbitnya buku profil komoditi unggulan usaha budidaya ikan kerapu,
diharapkan dapat berguna sebagai:
a. Informasi peluang usaha dan investasi usaha budidaya ikan kerapu kepada investor
baik asing maupun dalam negeri serta kalangan dunia usaha, sehingga dapat
memacu pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur.
Cromileptis altivelis
Humpback or Polka dot grouper
(Kerapu Tikus atau Kerapu Bebek)
Ephinephelus fuscoguttatus
Brown marbled grouper
(Kerapu Macan)
Epinephelus tauvina
Green grouper
(Kerapu Lumpur)
Plectopomus leopardus
Spotted coral grouper
(Kerapu Sunu)
Epinephelus malabaricus
Estuarine grouper
(Kerapu Malabar)
Chelinius undulatus
Napoleon wrasse
(Ikan Napoleon)
Epinephelus lanceolatus
Giant grouper
(Kerapu Ketang)
Dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper, dari sekitar
46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat bisa dikelompokkan ke dalam 7
Ketersedian benih dengan cara penangkapan seperti ini tidak menjamin kelancaran
pemasokan ikan yang siap jual, karena harus menunggu sampai lebih kurang 3 (tiga)
bulan sehingga jumlah ikan mencapai 1 2 ton. Hal ini dikarenakan ketidakseragaman
benih yang diperoleh baik jumlah maupun ukuran serta jenis (Gambar 3).
Satu diantara
faktor yang mendukung
keberhasilan usaha budi-
daya kerapu adalah
ketersediaan pakan yang
berkesinambungan.
Wilayah Berau pada tahun 2003 produksi untuk pakan ikan kerapu seperti ikan
tembang mencapai 186,7 ton dengan harga Rp. 2.000,-/kg, untuk ikan rucah mencapai
636,7 ton dengan harga Rp. 2.500,-/kg (BPS Kabupaten Berau 2004), Ketersediaan
pakan di wilayah Berau terpenuhi sehingga yang perlu diperhatikan aspek teknis lainnya.
2.2. Lokasi
Berdasarkan studi yang dilakukan Tiensungusmee, et al (1989) dalam (Sunyoto,
2000), Kalimantan Timur merupakan salah satu diantara 14 propinsi di Indonesia yang
memiliki areal berpotensi untuk budidaya kerapu sistem karamba jaring apung (potential
region for grouper cultivation with floating net karamba), yaitu Bontang, Berau,
Sangkulirang, Tarakan dan Teluk Adang seluas 110 ha.
Kabupaten Kutai Timur memiliki suhu udara antara 5o7oC. Di wilayah ini hampir
sepanjang tahun turun hujan sehingga keadaan iklim menjadi basah. Hal ini tidak begitu
mempengaruhi pasang surut air laut, sehingga dapat diperkirakan pasang surutnya air.
Daerah perairan di Kutai Timur yang memiliki potensi pengembangan ikan kerapu adalah
sekitar pantai Sangata, Teluk Lombok, Sangkima, dan Sangkulirang (BPS Kabupaten Kutai
Timur 2004).
Pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA tidak memerlukan areal yang
begitu luas. Ketersedian lahan di wilayah Kalimantan Timur cukup memadai karena luas
Secara ekologi, tipe ekosistem utama yang terdapat di wilayah pesisir dan laut
Kota Bontang ada 3, yakni hutan bakau (mangrove) seluas 600 Ha, terumbu karang
(coral reef) seluas 8.744 Ha dan padang lamun (sea grass) seluas 13.990 Ha. Ketiganya
merupakan ekosistem yang sangat vital, dinamis, dan esensial fungsi serta perannya.
Ekosistem ini telah banyak dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan seperti pemukiman,
kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, perhubungan, industri, rekreasi dan
pariwisata.
Kondisi terumbu karang dengan kondisi sedang dan bagus terdapat pada
perairan Bontang bagian tengah dan selatan dengan hamparan terumbu karang yang
berada lebih ke arah laut memiliki kecenderungan lebih baik. Daerah yang masih baik
terdapat di bagian timur Pulau Agar-Agar, antara Pulau Kedindingan dengan Pulau
Beras Basah, di wilayah Mercusuar dekat Pulau Beras Basah, Pulau Panjang, Pulau
Kedindingan - Indominco.
Luas daerah Kab. Berau 32.700 km2, dengan perbandingan luas daratan
22.528,3 km2 dan perairan seluas 10.171,7 km2. Potensi lahan Kabupaten Berau
diperkirakan 863.467 Ha, dengan rincian perairan laut 838.220 Ha, perairan umum
1.790 Ha, budidaya tambak 20.850 Ha, budidaya laut 2.500 Ha, dan budidaya air
tawar 107 Ha (DPK Kabupaten Berau tahun 2003). Potensi perairan laut pada tahun
2003 seluas 12.887,47 km2, perairan umumnya 1.790 Ha, Budidaya tambak sebesar
20.850 ha, budidaya laut 2.500 Ha dan budidaya air tawar sebesar 107 Ha
(DPK Kabupaten Berau 2004). Potensi budidaya laut (marine culture) didukung dengan
banyaknya perairan teluk dan pulau-pulau kecil yang relatif tenang dan bersih, memiliki
hamparan terumbu karang khususnya perairan Kepulauan Derawan. Jenis budidaya
yang dapat dikembangkan seperti ikan kakap, kerapu, tiram, kerang darah, teripang
dan rumput laut. Areal yang dimanfaatkan baru mencapai 15 Ha.
Kabupaten Kutai Timur dengan luas daerah 37.317,2 km2 memiliki daerah yang
potensial untuk pengembangan perikanan yaitu di kawasan pesisi Sangatta Sangkulirang.
Kawasan pesisir ini memiliki bentang pantai 152 km dengan sumber daya laut yang
melimpah (BPS Kabupaten Kutai Timur 2004).
Agar usaha budidaya ikan kerapu dengan KJA dapat berjalan dengan baik,
maka lokasi areal pembesaran ikan dimana KJA ditempatkan harus dilakukan penelitian,
1. Gangguan Alam
Lokasi harus terhindar dari badai dan gelombang besar atau gelombang terus
menerus. Sebab gangguan alam ini akan mengakibatkan konstruksi KJA akan mudah
rusak dan menyebabkan ikan menjadi stres yang akhirnya produksi menjadi turun.
Untuk mengatasi hal ini, dapat dipilih lokasi perairan yang terdiri dari beberapa
pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil ini berguna untuk menghambat gelombang dan
badai.
2. Gangguan Pencemaran
Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu kehidupan ikan.
Pencemaran tersebut dapat berupa limbah industri, limbah pertanian dan limbah
rumah tangga
3. Gangguan Predator
Predator yang harus dihindari adalah hewan laut buas seperti ikan buntal (ikan bola)
dan ikan besar yang ganas yang dapat merusak KJA. Burung-burung laut pemangsa
ikan juga harus diwaspadai
Lokasi KJA bukan merupakan jalur transportasi kapal umum, kapal barang, atau
kapal tanker
5. Kondisi Hidrografi
Perairan dimana KJA ditempatkan harus pula memenuhi persyaratan sifat fisika dan
kimia, yaitu :
Terlindung terlindung
(m/detik)
Lanjutan Tabel 2 Lokasi KJA
5. Terumbu Karang Dasar air Tidak ada Tidak ada Ada Ada
Ditumbuhi
12. Alur pelayaran Bukan Alur layar Alur layar Bukan Alur layar
Tabel 3. Jumlah Lahan (Ha) Pada Budidaya Perikanan Darat dan Budidaya Laut
Kota Bontang
Tahun
No. Jenis Budidaya
Kabupaten Berau memiliki potensi sumber daya laut yang belum teroptimalkan
secara baik. Pengembangan ikan kerapu terkendala pada masalah permodalan. Oleh
karenanya diperlukan kehadiran investor untuk mengelola potensi sumberdaya laut
sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah.
Kota Bontang dalam Program Pembangunan di Wilayah RDTR Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kota Bontang Tahun 2004 2013 secara tegas merencanakan
penegembangan perikanan sebagai berikut :
- Tahun 2004 s/d 2006 dengan dana APBD dan swasta merencanakan Bontang Kuala,
Tj. Merangas, Tj. Tebak Bontang, Selangan, Tj. Mendung dan Tj. Agar-Agar sebagai
lokasi pengembangan sarana dan prasarana marikultur budidaya KJA (Karamba
Jaring Apung).
- Tahun 2005 s/d 2009 dengan APBD dan swasta merencanakan Bontang Kuala
sebagai lokasi penataan dan pengembangan wisata bahari tradisional.
- Tahun 2006 s/d 2007 dengan dana APBD merencanakan Kota Bontang sebagai
kawasan industri Perikanan dan Kelautan Komersil .
Melahing merupakan salah satu lokasi di perairan Kota Bontang yang sangat
potensial bagi investor untuk berinvestasi di bidang budidaya ikan dan wisata bahari
tradisional. Peta arahan pengembangan daerah tangkapan dan budidaya ikan kerapu
di Kota Bontang seperti disajikan pada Gambar 6.
Kutai Timur memiliki pelabuhan laut yaitu di Sangatta 2 buah (milik KPC 1.800 m2
dan Pertamina 725 m2) dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189 m2.
Kota Bontang saat ini tersedia bandara khusus yang dioperasikan PT. Badak,
NGL, belum tersedia bandara udara bagi masyarakat umum.
Berau memiliki bandara umum dan bandara swasta. Bandara Kalimaru dikelola
oleh Pemerintah dan dapat disinggahi oleh penerbangan nasional dan bandara swasta
seperti Bandara Luncuran Naga, Mankajang milik PT Kiani Kertas, Bandara Batu Putih di
Kecamatan Talisayan, Merasa dan Merapu di Kecamatan Kelay dan Bandara Long Caai
di Kecamatan Segah.
Kutai Timur memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara
Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar,
Jabdan, Miau Baru, Long Segar, Pengadan.
Kota Bontang telah dilayani jaringan listrik yang telah menjangkau seluruh
wilayah kota. Pada tahun 2004, tenaga listrik yang diproduksi sebesar 58.217 MWH
dengan kapasitas terpasang 13.650 MW.
Produksi air bersih Kota Bontang yang terpakai 25 liter/detik diluar KIE (PT. PKT)
dan PT. Badak LNG. Tahun 2004, kapasitas potensial air sebesar 780 liter/detik dengan
produksi 1.813.817 m3 (Bontang dalam Angka 2003, BPS, 2004).
Kabupaten Berau memiliki kapasitas terpasang 140 liter/detik dan produksi air
bersih yang terpakai 140 liter/detik. Produksi total air bersih tahun 2003 sebesar
4.432.712 m3.Produksi total air bersih tahun 2003 di Kabupaten Kutai Timur 923.464 m3.
Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan
Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.
2.3.8. Perbankan/Asuransi
Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2004 berjumlah 223 unit
yang tersebar di kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Posisi kredit yang telah
tersalurkan kepada sektor usaha berjumlah Rp 8 trilyun, dan khusus untuk sektor
perikanan mencapai Rp 3,27 milyar. Posisi kredit untuk wilayah Bontang berjumlah
815,044 milyar, Berau sebesar Rp 477,61 milyar dan Kutai Timur sebesar
Rp 350,514 milyar.
Di Kota Bontang terdapat 23 unit bank, terdiri dari 7 bank pemerintah, 5 bank
swasta, 2 bank perkreditan dan lembaga keuangan non perbankan 74 koperasi dengan
3 koperasi perikanan ikut membantu struktur permodalan.
Dalam budidaya ikan kerapu ini diusahakan dua jenis ikan dalam satu unit
karamba. Jenis yang dibudidayakan adalah ikan kerapu macan dan kerapu bebek
dengan persentase budidaya 75% untuk ikan kerapu macan dan 25% untuk ikan kerapu
bebek.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya ikan kerapu
sebagai berikut:
Rakit dapat dibuat dari bambu, kayu, pipa galvanis atau paralon. Tiga jenis
kayu yang sering digunakan yakni kayu gelam, kayu serdang dan kayu kelapa tua.
Ukuran rakit yang umum 8 x 8 meter terbagi empat kotak dengan ukuran 3 x 3 meter/kotak.
Dari empat kotak ukuran 3 x 3 meter dapat dibagi lagi menjadi 16 kotak ukuran 1 x 1 meter
yang biasa digunakan untuk penempatan waring dan jaring pendederan dan
penggelondongan. Pelampung dapat menggunakan bahan dari styrofoam atau drum
plastik, bisa juga jerigen ukuran besar; jangkar atau bahan pemberat lainnya, dan tali
temali (Gambar 8).
Waring terbuat dari bahan polyetheline berwarna hitam dengan ukuran mata
jaring 4 mm. Bentuk waring
bisa segi empat panjang atau
bentuk kubus dengan ukuran
1 x 1 x 1,5 meter untuk
pendederan dan
penggelondongan.
Jaring digunakan
untuk penggelondongan dan
pembesaran. Untuk
penggelondongan ukurannya
1 x 1 x 1,5 meter dengan
Penebaran awal
(tahap pendederan) ikan
Kerapu Macan dan Kerapu
Tikus ukurannya antara 3 4
cm (1,2 2 gr) per ekor.
Sebelum dilakukan penebaran
benih, terlebih dahulu
dilakukan grading (Gambar
9). Untuk tahap pengge-
londongan padat penebaran
100 150 ekor/m3 dengan
ukuran 9 12 cm (15 25 gr)
per ekor. Tahap pembesaran
Gambar 9. Grading benih ikan kerapu padat penebarannya 25 30
ekor/m dengan ukuran 15 17
cm (50 75 gr) per ekor.
3. Pembesaran
Pembesaran kerapu dimulai dari benih berukuran relatif kecil sehingga untuk
menghindari kematian ikan diseleksi berdasarkan ukurannya. Karena ikan kerapu muda
umumnya bersifat kanibal, maka untuk pembesarannya perlu dipelihara yang berukuran
relatif sama.
a. Pemberian Pakan
Pakan yang diperlukan untuk budidaya Kerapu merupakan salah satu aspek
yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus direncanakan dengan matang
dengan cara menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin, tetapi hasilnya tetap
optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis pakan yang tepat namun
tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang murah. Dari hasil
uji coba dan penerapan pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik
dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan dari jenis
ikan-ikan yang tak laku di pasaran (non-ekonomis), yaitu ikan-ikan yang digolongkan
sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan sejenisnya. Pemilihan pakan
Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus berukuran antara 3 4 cm (1,2 2 gr)
per ekor takaran pakannya setiap hari 15 20 % dari bobot biomassa. Untuk tahap
penggelondongan dengan ukuran 9 12 cm (15 25 gr) per ekor takaran pakannya
setiap hari 10 15 % dari bobot biomassa. Tahap pembesaran dengan ukuran
15 17 cm (50 75 gr) per ekor takaran pakannya setiap hari 6 % dari bobot
biomassa.
Selama masa pendederan ikan kerapu juga dapat diberikan pakan sebanyak
2 - 3 kali sehari sampai ikan terlihat kenyang. Memasuki tahap pembesaran, pakan ikan
rucah diberikan per hari sebesar 15 % dari total biomass ikan kerapu berukuran 20 - 50 gr.
Seterusnya jumlah pakan diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Jumlah pakan
dapat diturunkan menjadi 10 % dari biomass untuk ikan seberat 100 gr. waktu
pemberian pakan yang terbaik adalah sesaat setelah matahari terbit atau sesaat
sebelum matahari terbenam.
Secara berkala kualitas perairan perlu kembali dikontrol dengan cara dianalisis
secara teliti. Air yang dianalisis hendaknya tidak diambil dari bagian permukaan saja,
tetapi secara merata hingga kedalaman tertentu. Pada musim hujan tindakan
pengontrolan kualitas air perlu ditingkatkan karena biasanya sering terjadi perubahan
lingkungan perairan yang ekstrim dan dapat membahayakan kehidupan ikan.
Lama pemeliharaan ikan Kerapu Macan 7 bulan mulai dari tahap pendederan,
penggelondongan, dan pembesaran dengan sintasan masing-masing 80 %, 85 % dan
95 %, dipanen pada bobot 500 gr/ekor. Ikan dijual dalam keadaan hidup di lokasi
panen (pemeliharaan) dengan harga rata-rata sebesar Rp. 75.000,-/kg.
Lama pemeliharaan ikan Kerapu Tikus 14 bulan mulai dari tahap pendederan,
penggelondongan dan pembesaran dengan sintasan masing-masing 90 %, 95 % dan 95
Ikan kerapu umumnya dapat dipanen tiga kali dalam setahun dengan lama
pemeliharaan 3 4 bulan dengan berat sudah mencapai 400 gram/ekor. Berat untuk
pasar ikan kerapu sekitar 500 gram dan berbeda menurut spesies (ikan kerapu lumpur
mempunyai ukuran konsumsi antara 400 - 1200 gram, sementara kerapu bebek antara
500 - 2000 gram. Laju pertumbuhan harian berbeda menurut spesies dan berat tubuh.
Kerapu berbobot awal 50 - 100 g akan bertumbuh 2 - 3 % per hari sedangkan berat
200 - 300 gram tumbuh 0,7 - 1,5 % per hari. Dibutuhkan waktu pemeliharaan selama
5 bulan untuk mencapai berat komersial 500 gram (dari bobot awal 100 gram). Kerapu
lumpur diberi pakan ikan rucah mempunyai nilai koversi pakan 5 - 8, sedangkan kerapu
sunuk8-12.
4. Sarana Penunjang
Perahu atau motor tempel diperlukan sebagai alat transportasi setiap hari dalam
rangka pembelian pakan, penggantian jaring, perbaikan rakit, membawa jaring kotor
dan bersih serta membawa benih atau hasil panen. Besarnya perahu tergantung
kebutuhan umumnya digunakan perahu motor tempel dengan mesin 5 10 pk.
Freezer digunakan untuk mempertahankan agar pakan dari jenis ikan rucah tetap
terjaga kualitasnya, setidaknya kondisi pakan tetap dipertahankan dalam keadaan
segar. Pakan yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya
kualitas nutrisi (asam lemak esensial) yang sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu. Freezer
juga digunakan sebagai tempat penyimpanan stock pakan.
Uraian Tahun
1 2 3 4 5
Unit Pembenihan: 3 3 3 3 3
- Teknisi (3 org/smt)
- Penjaga ( 1org/smt)
Unit Pembesaran : 3 3 3 3 3
- Supervisor (1 org/smt)
- Teknisi (2 org/smt)
Asumsi
Biaya investasi untuk kegiatan pembenihan dengan luasan 500 m2 dengan 2 siklus
per tahun memerlukan biaya sebesar Rp. 86.950.000,- (Tabel 6).
TANAH
PERALATAN
Adapun biaya operasional pembenihan meliputi telur, pupuk, bahan kimia dan obat-
obatan, pakan, bahan bakar, upah tenaga kerja, dan perawatan untuk 1 unit
pembenihan sebesar Rp. 28.752.000,- per semester (Tabel 7)
7 Lain-lain 512,000
KERAMBA
Jaring (1 x 1 x 1,5 m) 5
2 inch Kg 216 45,000 9,740,250 5 1,948,050
5 Lain-lain 846,020
Semester kedua, benih pada unit pendederan dan penggelondongan ini di suplai
dari unit pembenihan sehingga biaya operasi dan pemeliharaan dikurangi dengan biaya
pembelian benih sebesar Rp. 1. 497.000,- menjadi Rp. 29.594.580,-.
44 petak
Biaya operasi dan pemeliharaan untuk kebutuhan membeli benih, pakan, obat-
obatan, bahan bakar, upah tenaga kerja untuk pada unit pembesaran semester 1
diperlukan biaya sebesar Rp. 157.792.500,-. (Tabel 11). Semester kedua, benih untuk
pendederan/penggelondongan dipasok dari unit pembenihan. Dengan demikian, biaya
operasi dan pemeliharaan menjadi Rp. 17.994.580,-, dengan asumsi biaya dikurangi
dengan biaya pembelian benih.
Tabel 11. Proyeksi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Pembesaran Ikan Kerapu
(Semester I)
Cost Satuan Volume Harga/Unit Total (Rp)
4 Bahan Bakar
7 Lain-lain 6,542,500
Penerimaan dari usaha ini diperoleh sejak hasil dari unit pembenihan,
pendederan dan penggelondongan, pembesaran serta hasil dari penangkapan ikan di
laut. Kelebihan benih yang dihasilkan untuk mensuplai unit berikutnya dijual ke pasar.
Tingkat produksi dari unit pembenihan sebanyak 360 kg. Sebanyak 269 kg disuplai untuk
kebutuhan benih pada unit pendederan dan penggelondongan. Sehingga dengan harga
jual Rp. 3.000,- per kg diperoleh penerimaan per semester dari unit pembenihan sebesar
Rp. 273.600,-.
Pada unit pendederan dihasilkan produksi sebesar 2.016 kg, dengan kebutuhan benih
untuk pembesaran sebanyak 2.000 kg. Nilai Produksi yang di jual hanya sebesar 16 kg
dengan berat ikan kerapu 0,1 kg seharga Rp. 5.000,-. Penerimaan dari unit pendederan
dan penggelondongan ini sebesar Rp. 800.000,- per semester.
Pada unit pembesaran, benih ikan telah disuplai dari unit pendederan dan
penggelondongan. Selama 6 bulan, dihasilkan produksi sebanyak 10.800 kg dengan
harga jual untuk kerapu macan Rp 35.000,- dan kerapu bebek Rp. 125.000,-.
Penerimaan dari unit pembesaran sebesar Rp. 621.000.000,- .Di asumsikan bahwa jenis
ikan kerapu macan yang diusahakan sebanyak 75%, sementara ikan kerapu bebek 25%
dari total ikan yang diusahakan. Selain dari hasil budidaya juga diperoleh penerimaan
dari hasil penjualan penangkapan. Setiap hari rata-rata penangkapan sebanyak 5 ekor
per hari dengan waktu efektif penangkapan selama 60 hari dalam satu semester.
Berdasarkan analisis kelayakan proyek diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C dan
Payback Period seperti disajikan pada Tabel 12.
ROI 83,89
NPV 1.674.635.761
IRR 78,46%
Seperti disajikan pada Tabel 12, nilai Return on Investmen (ROI) diperoleh 83,89%.
Nilai ROI tersebut menunjukkan bahwa dari setiap Rp. 1,- modal yang ditanamkan pada
usaha ikan kerapu akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 80,86.
Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi usaha
budidaya ikan kerapu dengan tingkat diskonto 14%, diperoleh nilai Net Present Value
(NPV) Rp. 1.674.635.761,-. Nilai NPV ini lebih besar dari nol, sehingga usaha
pengembangan ikan kerapu layak untuk dilaksanakan.
Sementara nilai internal rate of return (IRR) sebesar 78,46%, jauh lebih tinggi dari
suku bunga bank sebesar 14%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan
analisis Net B/C ratio pun, proyek usaha ikan kerapu ini layak dilaksanakan karena nilai
Net B/C nya 3,85 masih di atas dari nilai 1.
Dilihat dari sudut kemampuan proyek ini mengembalikan modal (payback period),
proyek ini mencapai titik impas setelah 1 tahun 5 bulan. Break Even Point (BEP) dicapai
pada 905,86 kg atau sebesar Rp. 72.468.803,-. Dari beberapa kriteria kelayakan
usaha di atas, maka pengembangan usaha ikan kerapu ini secara finansial layak
diusahakan. Proyeksi aruskas (Cash flow) usaha ikan kerapuh dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Untuk melihat kelayakan proyek ini, apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan
penurunan harga jual dilakukan analisis sensitivitas dengan hasil seperti disajikan pada
Tabel 13.
Walaupun terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, dari hasil analisis
sensitivitas seperti disajikan pada Tabel 13 ternyata usaha budidaya ikan kerapu masih
layak untuk diusahakan.
Produsen utama dunia ikan kerapu lainnya adalah China (32%), Thailand (25%),
Fhiliphina (10%), Taiwan (9%) dan Indonesia (9%). Walaupun terdapat beberapa
negara produsen ikan kerapu, produksi Indonesia sangat diminati karena beragamnya
jenis ikan kerapu dan
harganya relatif lebih
9% mampu bersaing.
China
9%
32% Thailand Produksi ikan
Fhiliphina kerapu hasil budidaya KJA
10% Taiwan dan penangkapan
25% Indonesia menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun.
Tabel 15. Harga Ikan Kerapu Hidup pada Tingkat Lokal, Eksportir dan Pasar Hongkong
Ikan
Under
Induk Sea
Transport Ikan
Pasar
Hidup
Benih Domestik
Alam
Gambar 13. Diagram Alur Kegiatan Produksi dan Pemasaran Ikan Kerapu
Propinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
potensi dalam budidaya ikan kerapu. Kalimantan Timur turut berperan dalam
meningkatkan devisa negara melalui ekspor ikan kerapu. Jumlah ekspor ikan kerapu jenis
Kerapu sunu Kalimantan Timur tahun 20022004 mengalami penurunan dari 294.790 kg
(US$1.326.555) menjadi 233.599 kg (US$ 592.178,80). Penurunan ini terjadi karena
selama ini hanya mengandalkan hasil penangkapan dari alam sehingga kontinuitas ikan
kerapu tidak bisa diharapkan. Hal ini mengindikasikan besarnya peluang usaha
budidaya ikan kerapu guna mengisi pasar ekspor.
Wilayah Berau pada tahun 2003 produksi ikan kerapunya mencapai 517,1 ton.
Produksi ikan dari usaha budidaya dari perairan umum dan laut mencapai 174,9 ton,
dari hasil tersebut untuk budidaya lautnya hanya mencapai 49,6 ton atau 28,36 %. .
Potensi produksi sumberdaya ikan Kab. Berau diperkirakan berjumlah 104.915 ton/tahun
dengan perincian perairan laut 35.000 ton/tahun, perairan umum 8.950 ton/tahun,
budidaya tambak 31.275 ton/tahun, budidaya laut 28.620 ton/tahun, dan budidaya air
tawar 1.070 ton/tahun (DPK Kabupaten Berau, 2005).
Harga ikan kerapu berpariasi. Harga ikan kerapu jenis macan pada bulan Agustus
2005 di Bontang berkisar Rp.20.000,- s/d Rp 40.000,-. Sementara ikan kerapu jenis
tikus berkisar antara Rp 120.000,- s/d Rp 200.000,- untuk ukuran 0,6 kg-1,3 kg.
Dampak positif dari pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA yaitu
perlindungan terhadap terumbu karang dan mangrove. Perairan pantai dekat muara
sungai yang ditumbuhi hutan mangrove dan dasar perairan berupa pasair berkarang
(terumbu karang) merupakan tempat hidup ikan kerapu muda. Oleh karenanya
pengembangan budidaya KJA, meminimalisasi perusakan sumberdaya hutan mangrove,
terumbu karang dan lingkungan perairan air laut dan pesisir, sekaligus meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Tata cara pemberian izin usaha perikanan (IUP), diatur sebagai berikut:
a. Rencana Usaha
b. NPWP
2. Petugas Tim Peneliti melakukan peninjauan, dan apabila sesuai dengan permohonan,
kemudian Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Timur
mengeluarkan IUP terhadap Badan usaha/perorangan yang berdomisili dan
Khusus untuk Investor asing, yang mengeluarkan IUP adalah Departemen Kelautan dan
Perikanan RI (pusat) dengan rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kota/kabupaten dan Dinas Perikanan dan Kelautan provinsi.
Seperangkat peraturan usaha telah pula diatur melalui PERDA. Pemerintah Kota
Bontang mengatur Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam PERDA Kota No. 23,
sementara tentang Tanda Daftar Perusahaan dalam PERDA No. 24 tahun 2002. Untuk
perdagangan dalam negeri ikan kerapu dan perikanan pada umumnya cukup hanya
mendapatkan Surat Keterangan Asal (SKA) dari Dinas Perikanan Kota/Kabupaten. Untuk
kebutuhan perdagangan luar negeri (ekspor), pengurusan SKA dilakukan di Dinas
Perdagangan dan Industri setempat.
Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur sesuai
dengan keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal (BKPM)
No.57/SK/2004, dengan tahapan sebagai berikut :
1.
P Model 1 / PMDN Model 1 / Foreigen Capital
Kelengkapan Investment (PMA)
E
-Akte perusahaan atau KTP Peserta Indonesia
R -Akta perusahaan
bagi perorangan
M -Copy KTP apabila perorangan
-Copy NPWP
O -Copy NPWP untuk PMA
-Proses dan flowchart
H peserta asing
-Uraian produksi / kegiatan -Akte perusahaan
O usaha -Copy paspor apabila perorangan
N -Surat kuasa apabila bukan -Copy NPWP untuk PT PMA
A ditandatangani Direksi -Proses dan flowchart
N -Uraian produksi kegiatan
RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan bidang usaha atau produksi
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- Perubahan status
Kendala pengembangan usaha ikan kerapu saat ini terletak pada benih ikan
yang masih mengandalkan dari bibit alam dan bibit dari luar daerah. Untuk itu, investasi
di bidang budidaya ikan kerapu ini sangat diperlukan. Selain sebagai suplai daerah,
tentunya mampu memberikan pendapatan yang sangat tinggi karena ikan kerapu sangat
diminati di pasar luar negeri
Diharapkan dengan membaca buku ini dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai bagaimana prospek pasar ikan kerapu, apakah secara teknis Kalimantan Timur
khususnya di daerah perairan Bontang, Berau dan Kutai Timur memungkinkan untuk usaha
budidaya ikan kerapu, dan apakah secara finansial menguntungkan atau tidak bagi
pihak investor.
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Propinsi Kalimantan Timur
Jl. Basuki Rachmad No. 56 Telp. (62-541) 743235 & 743487
Fax. (62-541) 736446 E-mail: humas@bppmd.kaltimprov.go.id
Website: http://bppmd.kaltimprov.go.id