Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2016


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RUPTUR BULI-BULI

DISUSUN OLEH:
Aldila Dea Amalinda
111 2015 2269

PEMBIMBING
dr. Srie Retno Endah R.S, Sp.Rad, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

1
I.A. Latar Belakang
Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera,(1) pada cedera fisik yang memerlukan tindakan
pembedahan akut didapatkan bahwa 10% diantaranya adalah akibat dari trauma
tumpul didaerah abdomen.(2) bila tidak ditanggulangi dengan segera, dapat
menimbukan komplikasi, seperti peritonitis dan sepsis.(1) Penggunaan USG pada
kasus trauma akut meningkat secara dramatis dalam 30 tahun terakhir. Pada 1970-
an, USG pertama kali digunakan untuk mendiagnosa hemoperitoneum dalam
penanganan trauma tumpul abdomen.(3)
Penyebab umum pecahnya kandung kemih meliputi dampak langsung
dengan setir atau sabuk pengaman kecelakaan kendaraan bermotor dan serangan
ke perut bagian bawah dengan tendangan atau pukulan. Kemungkinan trauma
buli-buli secara langsung berkaitan dengan tingkat distensi pada saat cedera,
dengan kandung kemih penuh lebih cenderung pecah dari satu kosong. Sebuah
kecurigaan klinis yag tinggi dan diagnosis yang segera adalah kunci untuk
perawatan medis atau operasi yang sukses. Pasien dengan fraktur panggul
memiliki resiko tinggi luka kandung kemih, dan kemungkinan cedera kandung
kemih secara langsung berhubungan dengan tingkat keparahan fraktur. Ada juga
hubungan antara tinggi pecah kandung kemih dan gangguan uretra.(4)

I.B. Anatomi
Gambaran Umum Buli-Buli (Vesica Urinaria)
Buli-buli adalah organ ekstraperitoneal yang terletak di dalam rongga
Retzius. Di depan ada ikatan dengan sismfisis pelvis, dan lateral oleh ligamentum
umbilicus, muskulus obturator internus dan tulang-tulang pelvis. Di bawah buli-
buli dan prostat ada ligament yang mencantelkan diri pada diafragma urogenital.
Di belakang buli-buli dibatasi oleh rectum. Dasar buli-buli berhubungan dengan
peritoneum dan dibatasi pada tiga sisi oleh tulang-tulang pelvis.(5)
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor
yang saling beranyaman, yakni (1) di sebelah dalam adalah otot longitudinal, (2)
di tengah merupakan otot sirkuler, (3) dan paling luar merupakan otot
longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti

2
pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar
buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu
segitiga yang disebut trigonum buli-buli.(6)
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua
permukaan inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior
merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.(6)
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300 – 450 ml; sedangkan kapasitas buli-
buli pada anak menurut formula dari Koff adalah:

Kapasitas buli-buli = {Umur (tahun) + 2} x 30 ml(6)

Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-
buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S 2-4. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan
relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.(6)

A B

Gambar 1. Anatomi Vesica Urinaria. A.Vesica Urinaria perempuan potongan coronal (7). B. Vesica Urinaria
laki-laki potongan coronal(7). C. Vesica Urinaria laki-laki tampak posterior(8).

3
Bentuk dan Permukaan Vesica Urinaria
Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid, mempunyai apex, basis,
dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai
collum.(9)
Apex vesicae urinariae mengarah ke depan dan terletak di belakang
pinggir atas symphisis pubis. (9)
Basis, atau facies posterior vesicae, menghadap posterior dan berbentuk
segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior
merupakan tempat asal urethra. (9)
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan
lengkung ileum atau colon sigmoideum. (9)
Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, permukaan
superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis.(9
Facies inferolateralis di depan berbatasan dengan bantalan lemak
retropubis dan os pubis. (9)
Collum vesicae terletak di inferior dan pada laki-laki terletak pada
permukaan atas prostat. (9)

Permukaan Interior Vesica Urinaria


Area tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesicae
urinariae dinamakan trigonum vesicae. Tunica mucosa selalu licin, walaupun
dalam keadaan kosong, karena membrana mukosa pada trigonum ini melekat
dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya. (9)
Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara dari ureter dan
sudut inferiornya merupakan orrificium urethra internum. (9)

4
Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang
orificium urethrae yang disebabkan oleh lobus medianus prostate yang ada di
bawahnya. (9)

Tunica Muscularis Vesica Urinaria


Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun
dalam tiga lapis yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus
detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkulasi dari lapisan otot ini
menebal membentuk musculus sphincter vesicae. (9)

Ligamentum-Ligamentum pada Vesica Urinaria


Collum vesicae dipertahankan dalam posisinya pada laki-laki oleh
ligamentum puboprostaticum dan pada perempuan oleh ligamentum
pubovesicale. Ligamenta ini dibentuk dari fascia pelvica. (9)

Batas-Batas Vesicae
Pada laki-laki
 Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding anterior
abdomen.
 Ke posterior: vesica retrovesicalis peritonei, ductus deferens, vesicular
seminalis, fascia rectovesicalis, dan rectum.
 Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan di bawah musculus
levator ani.
 Ke superior: di atas peritonealis, lengkung ileum, dan colon sigmoideum.
 Ke inferior: prostata.

Pada perempuan
Karena tidak ada prostata, vesica urinaria terletak lebih rendah di dalam
pelvis perempuan dibandingka dengan pelvis laki-laki, dan collum vesicae terletak
langsung di atas diapgragmurogenital. Batas-batas antara vesica urinaria dengan
uterus da vagina penting dipikirkan di klinik.
 Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding anterior
abdomen.
 Ke posterior: dipisahkan dari rectum oleh vagina

5
 Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan di bawah musculus
levator ani.
 Ke superior: excavation uterovesicalis da corpus uteri
 Ke inferior: diaphragm urogenitale. (9)

I.C. Vaskularisasi
Arteri
Arteri vesicalis superior dan inferior, cabang-cabang arteria iliaca interna. (9)

Vena
Vena-vena membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan
plexus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna. (9)

Aliran Limfe
Pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaci interni dan externi. (9)

Persarafan
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut
posganglionik simpatik berasal dari ganglion lumbale pertama dan kedua dan
berjalan turun ke vesicae urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut
preganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvic dari
nervus sacralis kedua, ketiga, keempat, berjalan melalui plexus hypogastricus
menuju ke vesica urinaria, di tempat ini serabut-serabut tersebut bersinaps dengan
neuron posganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari
vesica urinaria menuju system saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvic.
Sebagian serabut aferen berjalan besama saraf simpatik melalui plexus
hypogastricus dan masuk ke medulla spinalis setinggi segmen lumbalis pertama
dan kedua. (9)
Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang
penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatik merangsang kontraksi
musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae.(9)

6
I.D. Insidensi
Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi kurang
lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem urogenitalia, cedera kandung kemih
yang diakibatkan dari trauma tumpul 70-80% atau trauma tembus 20-30%. (4,5)

II. ETIOLOGI
Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau
kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-
buli. (1)
Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung
kemih. Pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli
dengan hematuria tanpa ektravasasi urin. (1)
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.
Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis
sangat kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika titik fiksasi fasia bergerak
pada arah berlawanan (seperti pada fraktur pelvis), dapat merobek buli-buli.
Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa pula terjadi akibat fragmen tulang
pelvis merobek dindingnya. Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli mudah
sekali robek jika mendapatkan tekanan dari luar berupa benturan pada perut
sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada daerah fundus dan menyebabkan
ektravasasi urine ke rongga intraperitoneum.(6)
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intreperitoneal dan ektraperitoneal.
Ruptur kandung kemih ektraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur
tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini
terjadi ektravasasi urin di rongga perivesikal.(1)
Trauma tumpul dapat menyebabkan ruptur buli-buli, terutama bila kandung
kemih penuh atau terdapat kelainan patologik, seperti tuberculosis, tumor, atau
obtruksi sehingga trauma kecil sudah menyebabkan ruptur. (1)

7
Trauma tajam akibat luka tusuk atau tembak lebih jarang ditemukan. Luka
dapat melalui daerah suprapubik ataupun transperineal. Penyebab lain adalah
instruentasi urologik. (1)
Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenic antara
lain pada reseksi buli-buli transurethral (TUR Buli-buli) atau pada litotripsi.
Demikian pula partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat
menyebabkan trauma iatrogenic pada buli-buli. Ruptura buli-buli dapat pula
terjadi secara spontan; hal ini biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan
pada dinding buli-buli. Infeksi tuberculosis, tumor buli-buli, atau obstruksi
infravesikal kronis menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli yang
melemahkan dinding buli-buli. Pada keadaan itu bisa terjadi rupture buli-buli
spontanea.(6)

Gambar 3. Ruptura buli-buli. A. Intraperitoneal robeknya buli-buli pada daerah fundus,


menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum.(6). B. Ekstraperitoneal akibat
fraktura tulang pelvis.(6).

III. KLASIFIKASI

8
Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi kontusio buli-buli, cedera
buli-buli ekstraperitoneal, dan cedera intraperitoneal. Pada kontusio buli-buli
hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin didapatkan hematoma
perivesikal, tetapi tidak didapatkan ektravasasi urine ke luar buli-buli.(6)
Ada dua tipe ruptur kandung kemih: intraperitoneal dan ektrapeitoneal(10)
a) Ruptur kandung kemih intraperitoneal menyebabkan ekstravasasi urin ke
dalam rongga peritoneum akibat cedera pada kubah kandung kemih (apex
vesicae); kondisi ini sering menimbulkan peritonitis.
 Cedera jenis ini sering kali terjadi pada pasien yang mengalami
trauma saat kandung kemihnya penuh.
 Intervens bedah sering kali diperlukan pada cedera ini(10)

b) Ruptur kandung kemih ektraperitoneal lebih sering ditemukan ketimbang


ruptur kandung kemih intraperitoneal. Ruptur ini menyebabkan ekstravasasi
urin akibat cedera pada dinding lateral atau dasar kandung kemih (fundus
vesicae) (10)
 Lesi yang kecil bisa ditangani tanpa pembedahan, dengan
pemasangan kateter urin selama 7-10 hari dan antibiotic profilaktik.
 Sistografi retrograde atau sistogram CT berguna untuk
mengevaluasi berbagai cedera pada kandung kemih.(10)
Cedera intraperitoneal merupakan 25-45% dari seluruh trama buli-
buli, sedangkan kejadian cedera buli-buli ekstraperitoneal kurang lebih 45-
60% dari seluruh trauma buli-buli. Tidak jarang cedera buli-buli
intraperitoneal terjadi bersama dengan cedera ekstraperitoneal (2-12%).(6)
Pada cedera buli-buli intraperitoneal terjadi pengaliran urine ke
rongga peritoneal sehingga menyebabkan inflamasi bahkan infeksi
(peritonitis). Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan tindakan
pembedahan, 10-20% cedera buli-buli berakibat kematian karena sepsis.(6)

American association for the surgery of trauma injury score for the bladder
mengklasifikasikan trauma buli-buli berdasarkan derajat keparahannya(11)

9
Grade
I Hematom Kontusio, hematom intramural
Laserasi Partial thickness
II Laserasi Laserasi dinding extraperitoneal < 2cm
III Laserasi Laserasi extraperitoneal (>2) cm atau intraperitoneal (<2cm)
IV Laserasi Laserasi dinding intraperitoneal >2cm
V Laserasi Laserasi intraperitoneal atau extraperitoneal meluas ke
bladder neck atau orificium ureter (trigone)

IV. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien
mengeluh nyeri di daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah atau
mungkin pasien tidak dapat miksi. (6)
2. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik abdomen bisa ditemukan distensi abdomen, rebound
tenderness. Tidak adanya bising usus dan tanda-tanda iritasi peritoneal
mengindikasikan kemungkinan terjadinya ruptur buli buli intraperitoneal.
Pemeriksaan rektal toucher perlu dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan terjadinya cedera rektum, dan pada pria perlu dilakukan
untuk mengevaluasi posisi prostat. Apabila prostat mengalami “high
riding” atau sedikit elevasi, kecurigaan mengarah pada cedera urethra
proksimal yang disertai disrupsi buli buli.(12)
3. Pemeriksaan Penunjang:(13)
Tes Buli-buli.
 Buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan 300 ml larutan
garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli.
 Kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, cairan yang keluar
diukur kembali. Bila selisihnya cukup besar mungkin terdapat ruptur
buli-buli.(13)
Kekurangan dari tes ini ialah:

10
Hasil negative palsu bila daerah rupture tertutup bekuan darah, usus
atau omentum.
Hasil positif palsu bila muara kateter terlalu tinggi atau kateter
tersumbat bekuan darah sehingga selisih cairan tak bisa keluar
Sukar membedaka jenis ekstraperitoneal dengan intraperitoneal.(13)

Radiologi

URETROSISTOGRAFI
Untuk mencari adanya ekstravasasi urin dan lokasi kelainannya
serta membedakan jenis ekstraperitoneal dan intraperitoneal.(13)
Pemeriksaan pencitraan berupa sistografi, yaitu dengan cara
memasukkan kontras ke dalam buli-buli sebanyak 300-400 ml secara
gravitasi (tanpa tekanan) melalui kateter per-uretram. Kemudian dibuat
beberapa foto, yaitu (1) foto pada saat buli-buli terisi kontras dalam posisi
anterior-posterior (AP), (2) pada posisi oblik, dan (3) wash out film yaitu
foto setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli. Jika didapatkan robekan
pada buli-buli, terdapat ekstravasasi kontras di dalam rongga periveskal
yang merupakan tanda adanya robekan ekstraperitoneal,(6) akan nampak
gambaran ektravasasi terlihat seperti nyala api pada daerah perivesikal,(1).
Jika terdapat kontras yang berada di sela-sela usus,(6) dan atau terlihat
kontras masuk ke rongga abdomen,(1) berarti ada robekan buli-buli
intraperitoneal

Gambaran normal : Kelainan ditemukan

11
B A C

a. Cystogram. Ekstravasasi kontras sepanjang aspek lateral dan inferior


kandung kemih (panah atas) yang disertai dengan fraktur pelvis (panah)(14)
b. Ekstravasasi kontras terlihat masuk ke dalam peritoneum memberi gambaran
loop-loop usus.
c. menunjukkan ruptur buli buli ekstraperitoneal dengan extravasasi ke scrotum
(dense flame shaped)

USG
USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang radiologis yang
relative aman, karena USG tidak menggunakan sinar radioaktif untuk
sarana imaging nya, namun menggunakan gelombang suara frekuensi

12
tinggi / ultrasonic (1-10MHz). Selain itu, pemeriksaan USG juga memiliki
beberapa kelebihan, antara lain : lebih cepat, tidak perlu persiapan khusus
(hanya saja pasien diminta untuk banyak minum dan menahan BAK
sehingga VU terdistensi), aman, non invasive dan tidak sakit, fleksibel dan
relative lebih murah. Selain itu, USG juga memiliki kelemahan, antara lain
: kesulitan pada orang gemuk karena jaringan lemak yang tebal
menyebabkan bias pada imaging, USG tidak dapat mencitrakan organ
yang berisi udara dan organ yang tertutupi oleh tulang di depannya, USG
tidak dapat menilai fungsi suatu organ(15)
Gambaran Normal :

Kelainan yang ditemukan :

Vesica Urinaria : Dinding menebal dengan permukaan kesan irregular.


Tampak echo sludge yang banyak di dalamnya
Tampak echo cairan bebas minimal pada resesus hepatorenalis
Kesan : Cairan bebas minimal intraperitoneum

13
Penebalan dinding vesica urinaria dengan Sludge yang banyak di dalamnya

CT - UROGRAFI
CT urografi adalah pemeriksaan CT scan sebelum dan sesudah pemberian
kontras intravena untuk menampilan gambaran traktus urinarius.(16)

Tujuan Pemeriksaan:
1. Untuk menilai fungsi ginjal, ureter dan vesika urinaria
2. Untuk mengevaluasi kasus kolik ginjal ataupun ureter
3. Menilai dan mengevaluasi kelainan seperti tumor dan batu di TU, trauma
serta berbagai kelainan congenital
4. Persiapan untuk transpantasi ginjal

CT Urogram Terbagi dua cara :


1. CT urogram tanpa kontras :
• Persiapan lebih mudah
• Biaya lebih murah
• Pemeriksaan lebih cepat
• Akurasi untuk kasus nefrolitiasis sudah cukup

2. CT Urogram Dengan Kontras


 Lebih akurat untuk menilai fungsi ekskresi dan sekresi dari traktus Urinarius
 Bisa di rekonstruksi dengan bermacam teknik

Persiapan Pasien

1. Puasa makan padat selama 6 jam


2. Satu Jam sebelum pemeriksaan, pasien minum air putih sebanyak 500-
600 cc serta menahan untuk tidak BAK
3. Pengambilan darah untuk pemeriksaan ureum/creatinin.

14
4. Pemeriksaan dimulai apabila pasien sudah ingin BAK.

Posisi dan Prosedur Pemeriksaan


Supine, Feet first

Gambaran hidronefrosis dengan potongan Axial dan Coronal pada CT Urogram tanpa
kontras

Gambaran hidronefrosis dan hidroureter yang disebabkan oleh batu opak di ureterovesiko junction
pada potongan Axial dan Coronal CT Urogram tanpa kontras

15
Gambaran Taktus urinarius dengan teknik MIP pada fase Delayed, Serta MPR Thin pada fase
Venous

Gambaran Volume Rendering (VRT) pada CT Urogram dengan kontras Fase Ekskres

kandung kemih pecah biasanya terlihat dalam konteks trauma signifikan.

Klasifikasi

kandung kemih pecah dapat dikategorikan ke dalam lima jenis, tergantung pada
lokasi dan luasnya pecah.

1. kandung kemih memar

ini sering terlihat tapi kadang-kadang tidak digolongkan sebagai pecah benar,
karena melibatkan tidak lengkap merobek dari mukosa.

2. Pecahnya subserosa

Juga dikenal sebagai pecah interstitial, ini jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh
air mata di permukaan serosa.

3. Intraperitoneal kandung kemih pecah

16
Terjadi di sekitar ~ 15% (kisaran 10-20%) dari cedera kandung kemih utama, dan
biasanya merupakan hasil dari pukulan langsung ke kandung kemih sudah buncit.
Cystography menunjukkan bahan kontras intraperitoneal sekitar loop usus, antara
lipatan mesenterika dan di selokan paracolic. Pengobatan pembedahan.

4. Ekstraperitoneal kandung kemih pecah

ekstraperitoneal pecah adalah jenis yang paling umum


darikandungcederakemih,akuntansi untuk ~ 85% (kisaran 80-90%) kasus. Ini
biasanya merupakan hasil dari patah tulang panggul atau trauma penetrasi.
Cystography mengungkapkan jalur variabel bahan kontras extravasated.
Pengobatan dengan kateter (IDC / Foley).

5. Gabungan kandung kemih pecah

Simultan intraperitoneal dan cedera ekstraperitoneal. Cystography biasanya


menunjukkan pola ekstravasasi yang khas untuk kedua jenis cedera.

Radiografi fitur

penyelidikan Tradisional untuk tersangka ruptur kandung kemih dengan dilakukan


dengan fluoroskopi cystography3.Namun, karena ini adalah memakan waktu dan
tidak dapat mengkarakterisasi struktur panggul lainnya penggunaannya sedang
secara bertahap digantikan oleh CT cystography.

CT

CT cystographydilakukan dengan menanamkan air kontras larut ke dalam


kandung kemih melalui kateter Foley. Ini dapat dikombinasikan dengan standar
CT untuk mengevaluasi saluran atascedera.

Penampilan bervariasi dengan lokasi

17
● Trauma kandung kemih

o yang normal

● subserosa pecah

o ekstravasasi eliptical kontras sekitar kandung kemih

● intraperitoneal

o biasanyakandung kemih kubah pecah

o kontrasdi selokan paracolic dan antara loop dariusus kecil

● ekstraperitoneal

o biasanya di dasar kandung kemih anterolaterally

o ekstraluminal kontras ke ruang angkasa perivesical


(sederhana)

o molartanda gigi

o perpanjangankontras ekstraluminal ke paha, skrotum atau


perineum (kompleks)

● gabungan

o fitur campuran intraperitoneal danpecah ekstraperitoneal

Pengobatandan prognosis

pecah intraperitoneal membutuhkan bedah perbaikan sementara cedera ekstra-


peritoneal yang diperlakukan secara konservatif dengan kateter kandung kemih.
Kehadiran cedera saluran ginjal lain yang melibatkan ureter atau uretra mungkin
memerlukan intervensi terpisah

Cystography adalah studi fluoroskopik gambar kandung kemih. Hal ini mirip
dengan voidingcystourethrogram(VCUG),dan perbedaan keduanya yaitu
cystogram berfokus pada kandungkemih dan VCUG sebuah berfokus pada
uretraposterior.

Indikasi

18
● disfungsional berkemih
● kandung kemih obstruksi
● hematuria
● trauma
● anomali kongenital pada saluran urogenital
● evaluasi pasca operasi dari saluran kemih

Prosedur

Teknik

● memasukkan kateter Foley di kandung kemih, atau


menggunakan berdiamnya Foley atau kateter suprapubik
● memperkenalkan kontras larut air melalui kateter (seperti
Isovue-300 atau Cystografin)
● jika mencari kebocoran kandung kemih setelah trauma,
mengisi kontraksi detrusor atau setidaknya 300 ml
● jika mencari pasca operasi atau cedera, isi dengan volume
yang lebih kecil (~ 100-150 ml) atau sampai resistensi dirasakan
○ menghindari pengisian berlebih, agar tidak
meniup sebuah jahitan anastomotic
● untuk mencoba untuk memastikan kontraksi destrusor,
mencoba untuk memiliki kekosongan pasien, jika memungkinkan.

proyeksi berikut harus diperoleh menjaga dalam prinsip

1. AP pramuka image
2. ALARA:.AP awal mengisi gambar (jika cedera atau
evaluasi pasca operasi, fokus pada bidang-bidang)
3. AP dan obliques curam kandung kemih (mencoba untuk
memasukkan wilayah mana UVJ akan menjadi).
4. postvoid radiograf

double kontras cystography (pneumocystography) variasi pada cystogram standar


mungkin, tapi sangat jarang dilakukan.

19
Perut tanda gigi molar mengacu pada penampilan media kontras spillled keluar
dari kandung kemih pada CT cystography setelah pecah kandung kemih
ekstraperitoneal.

Kontras mengalir keluar dari kandung kemih yang pecah, menempati


preperitoneal cavum Retzii dan mengelilingi kandung kemih dalam bentuk gigi
molar.

tanda gigi molar mengacu pada penampilan otak tengah di bagian aksial yang
memanjang peduncles serebelum superior memberikan otak tengah penampilan
mengingatkan gigi molar.

Ini pertama kali ditemukan pada sindrom Joubert dan terkait gangguan (JSRD)
2,tetapi sekarang diakui terjadi di sejumlah kondisi lain, misalnya
nephronophtisis,fibrosis hati dan sindrom Coganini.

USG dari kandung kemih -Protokol


Peran USG
USG adalah alat penting untuk menilai dinding kandung kemih untuk penebalan
dinding, trabeculation, massa dan diverticulae. Volume berkemih pra dan pasca.
Persimpangan vesiko-ureter juga dapat divisualisasikan. Kandung kemih bate &
benda asing. Gunakan kandung kemih penuh sebagai jendela akustik untuk
menilai prostat pada laki-laki dan struktur ginekologi pada wanita.

Keterbatasan
luas jaringan parut panggul atau gas usus overlyiying akan membuat memindai
kandung kemih sulit.
Jika kandung kemih tidak cukup buncit, patologi mungkin tersembunyi oleh
lipatan

Seleksi.Peralatan
Penggunaan probe lengkung (3-5MHZ) dengan doppler warna.

20
Persiapan pasien
pasien harus hadir dengan kandung kemih penuh.
2hrs sebelum pengangkatan, pasien harus mengosongkan kandung kemih mereka.
Selama satu jam berikutnya mereka harus minum setidaknya 1 liter air. Hal ini
memungkinkan waktu untuk air untuk mencapai kandung kemih.
Jangan pergi ke toilet sampai diperintahkan oleh sonogram.

Scanning Teknik

terlentang Pasien dengan daerah suprapubik terkena.


Periksa kandung kemih sagittally di garis tengah. Sekarang sudut lateral &
menyapu probe baik kiri dan kanan untuk memeriksa margin lateral.
Putar 90degrees ke dalam pesawat aksial (transversal). Menyapu dari kubah
unggul dasar kandung kemih. Pastikan balok USG diproyeksikan sebagai dekat
dengan tegak lurus terhadap dinding kandung kemih mungkin.
Carilah jet ureter di dasar kandung kemih. Ini menegaskan fungsi ginjal bilateral
dan ureter patensi. Untuk melakukan hal ini, di sudut melintang inferior
menggunakan tenaga doppler (atau doppler warna dengan pengaturan PRF &
Filter tembok rendah). Anda mungkin perlu bersabar untuk menunggu jet ureter
tergantung pada fungsi ginjal dan tingkat hidrasi.
Dokumen anatomi normal dan patologi menemukan (termasuk pengukuran dan
vaskularisasi jika diindikasikan). Mengukur pra Volume kandung kemih dan
posting berkemih. Sebagai aturan praktis, kandung kemih harus kosong sekitar
10% dari volume pra-berkemih. Jika awal Volume pasca kekosongan lebih besar
dari 100mL, mendorong pasien untuk mencoba lagi karena volume residual besar
mungkin artefak setelah kandung kemih sangat penuh.

21
V. TERAPI
Bila penderita datang dalam keadaan syok, harus diatasi dengan pemberian
cairan intravena atau darah. Bila siskulasi telah stabil, baru dilakukan reparasi
buli-buli.(1)
Prinsip pemulihan ruptur kandung kemih ialah penyaliran ruang preveskal,
pemulihan dinding, penyaliran kandung kemih dan prevesikal, dan jaminan arus
urin melalui kateter.(1)
Terapi cedera buli-buli tergantung pada jenis cedera, di antaranya adalah: (6)
1. Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter dengan
tujuan untuk memberikan istirahat pada buli-buli. Dengan cara ini
diharapkan buli-buli sembuh setelah 7-10 hari.
2. Pada cedera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk
mencari robekan pada buli-buli serta kemungkinan cedera pada organ
lain. Jika tidak segera dioperasi ekstravasasi urine ke rongga
intraperitoneum dapat menyebabkan peritonitis. Rongga
intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis, kemudian
dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan laparotomi.
3. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ekstravasasi
minimal) dianjurkan untuk memasang kateter 7-10 hari, tetapi sebagian

22
ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli dengan
pemasangan kateter sistostomi. Tanpa dilakuakan pembedahan,
kejadian kegagalan penyembuhan luka + 15%, dan kemungkinan untuk
terjadinya infeksi pada rongga perivesika sebesar 12%. Oleh karena itu
jika bersamaan dengan ruptur buli-buli terdapat cedera organ lain yang
membutuhkan operasi, sebaiknya dilakukan penjahitan buli-buli dan
pemasangan kateter sistostomi.(6)

VI. Tahapan Penatalaksanaan

1. Pembedahan setelah keadaan umum membaik, untuk ini dapat ditunda


sampai 24 jam.
2. Perhatikan pula kemungkinan patah tulang pelvis.
3. Teknik operasi:
 Anastesi
 Insisi mediana dari pusat sampai 1 jari di atas simfisis.
 Aponeurosis dipotong dan m. rectus abdominis dipisahkan secara
tumpul.
 Bila ada rupture buli-buli ekstraperitoneal maka segera terlihat
darah dan urin.
 Setelah dibersihkan akan tampak bagian anteroposterior buli-buli
dan perlekatannya dengan peritoneum
 Dibuat insisi kecil di peritoneum pada puncak buli-buli untuk
memeriksa adanya darah dan urin dalam rongga perut
Bila tidak ada, segera tutup lagi dan perbaiki ruptura
ekstraperitoneal yang ada. Bila ada, menandakan adanya
ruptura intraperitoneal, insisi peritoneum segera diperlebar
dan darah serta urin dibersihkan.
 Ruptura intraperitoneal diperbaiki lebih dahulu dengan:

23
Setelah membersihkan rongga perut, usus dan lemak
prevesikal disisihkan ke atas; bila perlu posisi penderita
dibuat Trendelenburg ringan. Buli-buli dapat ditandai
dengan bentuk otot dan pembuluh vena yang besar-besar di
dindingnya. Dibuat insisi menembus buli-buli di daerah
suprapubik, lalu dengan telunjuk yang dimasukkan
dilakukan eksplorasi seluruh buli-buli. Telunjuk tersebut
dapat sekaligus berfungsi sebagai retractor untuk
menampilkan daerah rupture ke lapangan operasi. Bagian
yang ruptur dijahit dengan catgut No. 1 dengan menembus
seluruh lapisan otot buli-buli, tak perlu lapis demi lapis.
Perhatikan agar jangan sampai jarum menembus mukosa.
Kemudian dipasang kateter Foley melalui insisi suprapubik
tadi. Sekitarnya dijahit sedemikian sehingga kateter
terfiksasi denga baik dan bila nantinya dicabut sisa luka
pada buli-buli dapat menutup sendiri. (bila hanya ada
ruptura ekstraperitoneal, pemasagan kateter tetap harus
melalui insisi yang dibuat baru dan daerah rupture di jahit).
 Setelah itu baru ruptura ekstraperitoneal dicari dan dijahit dengan
cara yang sama biasanya ruptura terjadi di bagian anterior dengan
prostat.
 Bila perlu dapat dipasang drain prevesikal.
 Luka operasi ditutup lapis demi lapis.(13)
Pasca bedah:
 Pada ruptura buli-buli intravesikal, segera setelah syok teratasi
berangsung-angsur ubah posisi penderita menjadi penderita
menjadi Fowler.
 Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Antibiotika dosis tinggi.
 Perhatikan patah tulang pelvis.(13)

24
Jika ahli ortopedi memasang plat untuk memperbaiki fraktur pelvis,
mutlak harus dilakukan penjahitan buli-buli guna menghindari terjadinya
pengaliran urine ke fragmen tulang yang telah dioperasi. Untuk memastikan
bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra atau kateter
sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna melihat
kemungkinan masih adanya ekstravasasi urine. Sistografi dibuat pada hari ke-10-
14 pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan
sampai 3 minggu.(6)

VII. PENYULIT
Pada cedera buli-buli ekstraperitoneal, ekstravasasi urine ke rongga pelvis
yang dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi dan abses pelvis.
Yang lebih berat lagi adalah robekan buli-buli intraperitoneal, jika tidak segera
dilakukan operasi, dapat menimbulkan peritonitis akibat ekstravasasi urine pada
rongga intra peritoneum. Kedua keadaan itu dapat menyebabkan sepsis yang dapat
mengancam jiwa. Kadang-kadang itu dapat menyebabkan sepsis yang dapat
mengancam jiwa. Kadang-kadang dapat pula terjadi penyulit berupa keluhan
miksi, yaitu frekuensi dan urgensi yang biasanya akan sembuh sebelum 2 bulan.(6)

25
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2014; 884-885.
2. Soemarko, M. Trauma Tumpul Abdomen. [Online] 2004 [cited 9 Oct 2016];
Available from:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/235/227
3. Fox, J. Christian, Clinival Emergency Radiology. Cambridge; 236, 238.
4. Soto, Jorge A. Emergency RadiologyI. Elsevier; 103-104.
5. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta, Balai Penerbit
FK UI, 2010; 303.
6. Purnomo, B. Basuki. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta, Sagung
Seto, 2014; 13-14, 184-187.
7. Weber, Edward C. Netter Interactive Atlas Of Human Anatomy. Elsevier; 347.
8. Paulsen, F. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 23 JIlid 2. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2013; 178
9. Snellen, Richard S. Anatomi Klinis Berdasarkan System. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2014; 758-764.
10. Vadamecum. Kedokteran Emergensi. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 525.

26
11. Santucci, Ricahrd A, Mcaninch, Jak W. Bladder Injuries: Evaluation and
Management. Vol 26(4). Brazilian Journal of Urology. 2000:408-14.
12. Purnomo BB. Dasar Dasar Urologi. 2 ed. Malang: Sagung Seto; 2003.
13. Purwadianto, Agus. Kedaruratan Medik Edisi Revisi Pedoman
Penatalaksanaan Praktis. Karisma, 2009; 152-155.
14. Older, Robert A. Teaching Atlas of Urologic Imaging. Thieme; 207-211.
15. Pemeriksaan Radiologi Traktus Urinarius, dr. Titik Yuliastuti, Sp.Rad.
Imaging Trauma Traktus Urinarius, dr. Bambang Satoto, Sp.Rad(K)
16. Radiografer Info, Pemeriksaan radiology CT Scan urogram [Online] 2015
[Cited 16 okt 2016] ; Available from
http://www.radiografer.info/pemeriksaan-radiology-ct-scan-urogram/

27

Anda mungkin juga menyukai