Anda di halaman 1dari 9

Gambaran COPING STRESS PADA INDIVIDU BIPOLAR DEWASA AWAL

1
Faizal Ramadhan, 2Alfriyanto Syahruddin
1, 2
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Timur
1
Korespondensi; Email: faizal.ramadhan@uit.ac.id

ABSTRAK

Coping stress adalah salah satu cara untuk mengelola masalah yang individu hadapi.
Karena tanpa coping, individu tidak akan mampu mengendalikan diri mereka pada saat
mania dan depresi bahkan pada saat akan melakukan bunuh diri.Penelitian ini akan
dilaksanakan di tempat tinggal subyek atau tempat tertentu. Lokasi penelitian adalah wilayah
Kota Makassar. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari
kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan
kegiatan dari segi pendiriaanya. Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan
menggambarkan subyek penelitian. Untuk maksud tersebut, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif bukan kuantitatif yang menggunakan alat-alat pengukur.Bungin
menentukan informan dalam penelitian kualitatif, peneliti hanya menentukan informasi kunci
atau situasi sosial tentang syarat informasi. Sehingga Moleong mengatakan dalam
penelitian kualitatif peneliti harus mampu menggali informasi menganai latar belakang
subyek. Karakteristik subyek penelitian ini adalah penderita gangguan bipolar berusia
dewasa awal, terdiri dari dua orang yang telah di diagnosis oleh psikolog dan positif
mengalami gangguan bipolar.

Keywords: Bipolar, Coping stress, diagnosis

PENDAHULUAN yang menderita gangguan bipolar


Perilaku normal merupakan yang tidak mendapatkan treatment
perilaku yang sesuai dengan norma- diperkirakan sebesar 15%.
norma yang berlaku di suatu kalangan Bunuh diri telah menjadi suatu
masyarakat tertentu sedangkan masalah global dan merupakan salah
perilaku abnormal adalah sesuatu satu penyebab utama kematian di
perilaku yang menyimpang dari seluruh dunia. World Health
norma-norma yang berlaku di Organization (2008) mencatat angka
lingkungan masyarakat tertentu. bunuh diri tahun 2007 diseluruh dunia
Perilaku abnormal tersebut dapat mencapai angka 16 per 100.000
memunculkan asumsi masyarakat penduduk, angka ini meningkat dalam
bahwa individu yang berperilaku empat dekade terakhir dan
abnormal adalah individu yang tidak meningkatkan angka bunuh diri global
sehat secara psikis atau batiniah. sebesar 60% yang artinya setiap 40
Sebut saja individu yang mengalami detik satu orang meninggal kerena
gangguan bipolar yang memunculkan bunuh diri. WHO kawasan Asia
sikap mania dan depresi yang sangat Tenggara mencatat peningkatan
berlebihan. angka bunuh diri dari 10 per 100.000
Menurut Shastry (Halgin & penduduk pada tahun 1950-an
Whitbourne, 2011) gangguan bipolar menjadi 18 per 100.000 penduduk
adalah kondisi serius yang jika tidak pada tahun 1995 dan sekitar 73%
mendapatkan treatment. Bahkan, kejadian bunuh diri diseluruh dunia
resiko terjadinya bunuh diri pada orang

10 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


pada tahun 2007 terjadi di negara- atau hipomania) dan dalam jangka
negara berkembang. waktu yang berbeda terjadi penurunan
WHO juga mencatat rata-rata afek yang disertai penurunan aktivitas
penduduk Indonesia yang meninggal (depresi). Kejadian pada gangguan
akibat bunuh diri mencapai 24 per bipolar berkisar antara 0,3 – 1,5%.
100.000 penduduk, dengan kata lain Prevalensi serupa pada pria dan
sebanyak 50.000 orang dalam satu wanita. Gejala gangguan bipolar
tahun. Prevalensi ini cenderung episode manik meliputi perasaan
meningkat setiap tahunnya. Angka ini sensitif, kurang istirahat, harga diri
hampir mendekati angka bunuh diri melonjak naik. Sedangkan pada
yang terjadi di Cina yakni berjumlah episode depresi meliputi kehilangan
250.000 dan di India 100.000 dalam minat, tidur lebih atau kurang dari
waktu setahun. Studi terbaru normal, gelisah, merasa tidak
menunjukan mayoritas bunuh diri di berharga dan kurang konsentrasi.
Indonesia berhubungan dengan Coping stress adalah salah satu
masalah kesehatan mental yang dapat cara untuk mengelola masalah yang
membawa seseorang menuju individu hadapi. Karena tanpa coping,
keputusan bunuh diri. Salah satu individu tidak akan mampu
sebab adalah gangguan bipolar yang mengendalikan diri mereka pada saat
sedang mengancam dunia termasuk mania dan depresi bahkan pada saat
Indonesia. Akan tetapi hal tersebut akan melakukan bunuh diri.
belum bisa dikenali secara umum. Hasil wawancara peneliti dengan
Usia paling umum dalam onset salah satu penderita bipolar pada
gangguan bipolar adalah 17 – 21 tanggal 29 April 2016, mengambarkan
tahun sehingga gangguan bipolar bahwa gangguan mood bisa datang
sering disebut sebagai highly disabling kapan saja pada individu tersebut.
illness, bahkan sebuah studi yang Biasanya dalam sehari penderita
dilakukan oleh WHO mengalami satu periode mania, dan
mengidentifikasikan gangguan bipolar hari berikutnya mengalami gangguan
sebagai penyebab utama ke-6 depresi. Akan tetapi, penderita juga
kecacatan diseluruh dunia pada dapat mengalami dua kutub gangguan
kelompok usia 15 – 44 tahun bipolar yaitu depresi dan mania di hari
(www.who.com). yang sama. Disaat mengalami
Penelitian Safira (2014) gangguan depresi, individu akan
menunjukkan hubungan yang memikirkan hal bunuh diri bahkan
bermakna antara gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri.
dengan resiko bunuh diri pada individu Individu paham bahwa yang dirasakan
rawat inap di Rumah Sakit Daerah itu adalah sesuatu yang tidak rasional,
Sungai Bangkong Pontianak memiliki karena pada saat mania dan depresi
resiko bunuh diri 4,75 kali lebih tinggi yang berlebihan individu tahu semua
daripada individu gangguan non tanpa sebab. Selain itu, pada saat
bipolar (OR=4,75; p=0,004). Sehingga memasuki fase mania, individu
dalam kesimpulannya, terdapat tersebut merasakan dirinya sangat
hubungan yang bermakna antara berharga. Merasa orang yang paling
gangguan bipolar dengan resiko mampu menyelesaikan masalah di
bunuh diri. dalam keluarganya dan di tempat
Penelitian Putra (2014) kerjanya. Selain itu individu tersebut
mengatakan bahwa gangguan bipolar merasakan sangat aktif dalam hal
yang terdiri dari afek meningkat dan beraktifitas. Biasanya pada saat
juga aktivitas yang berlebih (mania memasuki fase ini individu akan

11 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


banyak menghabiskan waktunya di penelitian kualitatif adalah keterkaitan
luar rumah untuk berjalan-jalan. spesifik pada hubungan sosial yang
Dari hasil wawancara tersebut di berhubungan dengan fakta dari
atas, maka peneliti sangat tertarik pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini
untuk melakukan penelitian mengenai diterapkan untuk melihat dan
Bagaimana Gambaran Coping Stress memahami subyek dan obyek
pada Individu Bipolar Dewasa Awal ? penelitian yang meliputi orang,
METODE lembaga berdasarkan fakta yang
Penelitian ini dinamakan metode tampil secara apa adanya.
kualitatif. Flick (Gunawan 2014)

ALUR HASIL PENELITIAN SUBYEK A (AP)

BIPOLAR

PENYEBAB DAMPAK TIPE KEPRIBADIAN

- Pola asuh - Isolasi diri - Introvert


- Kehilangan figur - Tidak mampu
ayah mengontrol emosi
- Kegagalan - Ketergantungan
dimasa kanak- obat
kanak - Percobaan bunuh
diri

COPING STRESS

- Mendekatkan diri pada tuhan


- Pengalihan terhadap stressor yang diterima
- Menulis tentang diri

Jenis coping yang digunakan oleh AP adalah jenis coping yang berfokus
pada emosi jenis coping ini adalah suatu usaha untuk mengontrol respon
emosional terhadap situasi yang sangat menekan. Coping ini berfungsi
karena adanya kecenderungan jika individu tidak mampu mengubah kondisi
yang stressful.
karena AP cenderung introvert dan mengisolasi diri maka AP dalam
menghadapi stress cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan, mengalihkan
stressor yang diterima dan menuliskan hal-hal yang pribadi yang tidak
memungkinkan untuk dibagi kepada orang lain.
12 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
ALUR HASIL PENELITIAN SUBYEK B (KF)

BIPOLAR

PENYEBAB DAMPAK TIPE


KEPRIBADIAN
- Faktor - Isolasi diri
genetik - Kurang - Introvert
- Pola asuh mampu
otoriter mengontrol
- Bully di emosi
sekolah - Percobaan
bunuh diri

COPING STRESS

- Mendekatkan diri pada tuhan


- Mendengarkan instumen musik
- Menjaga pola makan
- Aktif berolah raga

Jenis coping yang digunakan oleh AP adalah jenis


coping yang berfokus pada emosi jenis coping ini
adalah suatu usaha untuk mengontrol respon
emosional terhadap situasi yang sangat menekan.
Coping ini berfungsi karena adanya kecenderungan jika
individu tidak mampu mengubah kondisi yang stressful.
karena AP cenderung introvert dan mengisolasi diri
maka AP dalam menghadapi stress cenderung
mendekatkan diri kepada Tuhan, mendengarkan
ceramah-ceramah agama, mendengarkan instrument
musik, menjaga pola makan dan berlolah raga.

13 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


Melalui pendekatan ini akan membangun keakraban dengan orang-
terungkap gambaran mengenai orang disekitarnya. Halgin dan
aktualisasi, ralitas sosial dan persepsi Whitbourne (2011) menyatakan
sasaran penelitian. Penelitian kualitatif kegagalan individu pada masa kanak-
dimaksudkan untuk memahami kanak untuk mendapatkan
perilaku manusia, dari kerangka acuan keterampilan yang diperlukan untuk
pelaku sendiri, yakni bagaimana mengembangkan hubungan intim yang
pelaku memandang dan menafsirkan memuaskan. Kegagalan tersebut
kegiatan dari segi pendiriaanya. mengarah pada rasa putus asa, isolasi
Peneliti dalam hal ini berusaha dan mengakibatkan depresi. Ketika
memahami dan menggambarkan depresi terjadi pada individu, hal
subyek penelitian. Untuk maksud tersebut dipertahankan dengan
tersebut, peneliti menggunakan adanya kemampuan sosial dan
pendekatan kualitatif bukan kuantitatif komunikasi yang buruk sehingga
yang menggunakan alat-alat mengarah kepada penolakan oleh
pengukur. orang-orang disekitarnya.
Bungin (2001) menentukan
informan dalam penelitian kualitatif, Dampak Gangguan Bipolar
peneliti hanya menentukan informasi - Subyek A (AP)
kunci atau situasi sosial tentang syarat Dampak gangguan bipolar
informasi. Sehingga Moleong (2010) yang dialami AP adalah proses
mengatakan dalam penelitian kualitatif adaptasinya terhadap lingkungan
peneliti harus mampu menggali mengalami gangguan. AP lebih
informasi menganai latar belakang banyak mengurung diri di rumah.
subyek. Karakteristik subyek penelitian Sejak mengalami gangguan, AP
ini adalah penderita gangguan bipolar megalami susah tidur baik di fase
berusia dewasa awal, terdiri dari dua manik maupun memasuki fase
orang yang telah di diagnosis oleh depresi. AP hanya bisa tidur jika
psikolog dan positif mengalami mengkonsumsi obat penenang.
gangguan bipolar. Dengan kata lain, AP sangat
Penelitian ini akan dilaksanakan merasa mempunyai tenaga ekstra
di tempat tinggal subyek atau tempat meskipun kebutuhan tidurnya tidak
tertentu. Lokasi penelitian adalah tercukupi. Disamping itu, AP juga
wilayah Kota Makassar. merasakan kemampuan untuk
melakukan berbagai hal seperti
mampu mengerjakan pekerjaan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang berat dan selalu merasa
Penyebab ganggan bipolar kedua mampu dari orang-orang di
AP dan KF adalah yang berasal dari sekitarnya.
lingkungan yaitu sama-sama Pada saat memasuki fase
mendapatkan pola asuh yang otoriter. depresi, AP cenderung merasa
AP dan KF sama-sama mendapatkan malu terhadap apa yang
kekerasan dari orangtuanya. sebelumnya ia lakukan. Cenderung
Kekerasan tersebut sangat mengingat kejadian-kejadian yang
berkotribusi penyebab gangguan negatif yang pernah ia alami dan
tersebut. Keintiman pun terhadap selanjutnya merasa bersalah yang
orangtua mereka sangat kurang yang mengakibatkan berpikir tentang hal
membentuk sifat mengisolasi diri yang untuk mengakhiri hidupnya dengan
akhirnya mengakibatan AP dan KF cara meminum obat yang melebihi
mengalami kegagalan dalam dosis. Shastry (Halgin &

14 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


Whitbourne, 2011) gangguan ketika ia mengingat-ngingat masa
bipolar adalah kondisi serius yang launya. Percobaan bunuh diri
jika tidak memdapatkan treatment. yang sering dilakukan KF seperti
Bahkan, resiko terjadinya bunuh ingin menabrakan diri ke
diri pada orang yang menderita kendaraan, mencelupkan
gangguan bipolar yang tidak kepalanya kedalam bak air dan
mendapatkan treatment keinginan untuk melukai diri
diperkirakan sebesar 15%. dengan menggunakan pisau atau
gunting.
- Suyek B (KF)
KF cenderung mengisolasi - Gangguan Bipolar Suyek A dan
diri terhadap orang-orang di B
sekitarnya. Ia mengisolasi diri Dampak yang dialami oleh
karena tidak ada satupun orang AP dan KF sama-sama mengalami
yang ia percayai. Dikarenakan gangguan tidur. Meskipun
pada masa kecil, AP merupakan demikian, pada saat memasuki
salah satu korban bullying di fase manik keduanya sama-sama
sekolahnya. Salanjutnya KF merasakan mempunyai tenaga
menganggap bahwa semua ekstra meskipun kebutuhan
orang yang bersahabat tidurnya tidak tercukupi. Atkinson
dengannya cenderung akan (2014) selama episode manik,
berkhianat, sehingga KF individu akan mengalami energetik,
cenderung mengisolasi diri. antusiastik dan penuh percaya diri.
Selain itu, pada saat Individu mungkin berbicara terus-
memasuki fase manik KF menerus, pindah dari satu aktivitas
cenderung tidak bisa konsisten ke aktivitas lain tanpa
dalam beberapa hal. Misalnya membutuhkan tidur yang banyak.
pada saat KF membaca buku, KF Di fase depresi, AP dan KF
tidak bisa bertahan lama dan cenderung mengisolasi diri baik
cenderung cepat bosan. dilingkungan keluarga dan
Kemudian KF juga mengalami lingkungan sosialnya. AP dan KF
gangguan gangguan memori. tidak ada keterbukaan dengan
Jika pembahasan yang orang disekitarnya dan cenderung
cenderung melompat-lompat mengurung diri dikamar ketika
maka yang diserap dalam berada dirumah. AP dan KF juga
pembicaraan tersebut sama cenderung menyalahkan diri
sekali tidak ada. Ingatan itu akan sendiri. Membayang-bayangkan
hilang jika ada seseorang yang kesalahan yang diperbuat di masa
memotong pembicaraannya. lalu cenderung dilakukan sehingga
Gangguan bipolar I menurut DSM memicu timbulnya pikiran untuk
IV yang salah satunya adalah mengakhiri hidup. Menurut Shastry
episode mania, mood elasi, (Halgin & Whitbourne, 2011)
ekspansif atau iriabel yang gangguan bipolar adalah keadaan
menetap berlangsung paling dimana terjadi periode depresi
sedikit 1 minggu yang memiliki yang bergantian dengan periode
gejala yang salah satunya adalah mania yang mulai muncul pada
loncatan gagasan atau pikiran masa remaja sampai masa
berlomba. dewasa. Bipolar itu sendiri
Difase depresi, percobaan mempunya tiga tipe yaitu: (1) tipe
bunuh diri sering dilakukan KF manik; (2) tipe depresif, dan; (3)

15 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


tipe campuran. Ketiga tipe dini yang berfokus pada emosi.
akan datang secara bergantian Subyek cendrung
secara cepat dan akan medekatkatkan diri kepada
mengakibatkan perilaku bunuh diri tuhan jika mendapatkan
jika tidak mendapatkan treatment masalah. Mendekatkan diri
yang sesuai. kepada tuhan seperti shalat 5
waktu dan mendengarkan
Coping Stress ceramah-ceramah agama.
- Subyek A (AP) Selain itu, KF juga sering
Coping yang dilakukan AP melakukan penghindaran
ketika menghadapi stressor terhadap stress yang ia terima.
adalah dengan menggunakan Penghindaran itu seperti
strategi coping yang berfokus menjaga pola makan dan
pada emosi. Subyek cendrung berolah raga. kemudian, KF
medekatkatkan diri kepada juga menyukai musik-musik
tuhan jika mendapatkan instrument yang selalu ia
masalah. Mendekatkan diri dengarkan melalui handphone
kepada tuhan seperti shalat 5 nya. Selanjutnya, pada saat KF
waktu dan mengaji jika AP hendak mengahiri hidupnya,
mendapatkan masalah yang maka selau muncul bisikan-
bisa memicu gangguannya. AP bisikan bahwa ia masi berharga
juga sering melakukan untuk masih tetap hidup sampai
penghindaran terhadap stress hari esok. Berharga yang
yang ia terima. Penghindaran dimaksud adalah jika KF sudah
itu seperti pergi keluar kota tidak ada (meninggal dunia)
pada saat ia hendak mengakhiri maka siapa lagi yang akan
hidupnya dengan meminum mengurus adik-adiknya. KF
obat tablet yang melebihi dosis. tidak mau jika adiknya juga
Kemudian pada saat AP merasakan apa yang ia rasakan
merasa bahwa ia bermasalah, semasa kecil dari pola asuh
AP selalu menceritakan orang tuanya yang otoriter.
permasalahan tersebut kepada Pada saat mendapatkan
ibunya. Karena ia menganggap masalah, KF selalu menceritakan
bahwa ibunya merupakan orang masalahnya kepada salah satu dari
yang paling mengerti tentang kedua teman dekatnya. Pada saat
apa yang ia alami. Selain itu, menceritakan masalahnya, KF
AP juga sering menuliskan tidak membutuhkan jalan keluar
tentang keadaanya di buku yang disarnankan oleh sahabatnya.
diary jika hal tersebut KF hanya ingin mendapatkan
merupakan hal yang pribadi dukungan bahwa yang ia pikirkan
ketika masalah tersebut tidak terhadap masalahnya adalah
bisa untuk dibagi atau benar.
diceritakan oleh orang
terdekatnya. Coping Stress Subyek A dan B
Jenis coping yang dilakukan oleh
- Subyek B (KF) AP dan KF dalam menghadapi
Coping yang dilakukan stressor yang dihadapinya yaitu jenis
KF ketika menghadapi stressor coping yang berpokus pada emosi. AP
adalah juga dengan dan KF sama melakukan aktivitas
menggunakan strategi coping pengalihan ketika mereka mempunyai

16 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


pemikiran untuk mengakhiri hidup Untuk subyek KF, penyebab
mereka. Davidson dan Neale, (Itsnaini, bipolar yang ia alami karena faktor
2007) aspek-aspek dari coping genetik dan faktor lingkungan. Faktor
berfokus emosi yaitu : (1) Pencarian genetik yaitu kecenderungan
dukungan sosial untuk alasan diturunkan oleh ibunya yang
emosional, yaitu usaha untuk mempunyai gangguan mental yaitu
mendapatkan simpati, dukungan obsessive comvulsive. Prilaku
emosional, dan pengertian dari orang mengulang-ulangi terhadap sesuatu
lain; (2) Penginterpretasian secara yang sudah ia lakukan merupakan ciri
positif, yaitu berusaha bersikap positif gangguan yang dialami ibu KF.
terhadap situasi yang dihadapi dengan Selanjutnya faktor lingkungan juga
melihat dari sudut pandang yang menjadi sumbangsi terbersar sehingga
positif, belajar dari pengalaman dan KF bipolar. Pola asuh yang otoriter
mencari hikmah dari situasi yang seperti tidak bolehnya KF untuk
dialami; dan; (3) Melakukan aktivitas mengemukakan pendapat pada masa
keagamaan, dilakukan dengan kanak-kanak dan kekerasan fisik
memperbanyak aktivitas keagamaan maupun psikis yang dialami di dalam
yang meliputi tindakan berdoa dan keluarga mengakibatkan KF tidak
memperbanyak ibadah untuk meminta mendapatkan kasih sayang dan figur
bantuan pada Tuhan. orangtua. Kemudian perilaku ibunya
Selanjutnya Garcelan (Mursyid, yang obsessive compulsive sehingga
2015) individu dengan gangguan ibunya sering mengulang-ulang untuk
bipolar memiliki kecenderungan untuk membicarakan kesalahan KF jika
memakai strategi coping yang sedang marah. Coping yang
berfokus pada emosi (emotion digunakan oleh KF untuk menghadapi
oriented) kerena keterbatasan dari stressor yang ia terima adalah bentuk
kondisi psikologis yang dimiliki. coping yang berfokus pada emosi.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang telah


Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat disimpulkan
didapatkan, penyebab bipolar pada AP bahwa faktor penyebab terjadinya
yaitu karena faktor lingkungan. Pola bipolar adalah faktor genetik dan faktor
asuh yang otoriter mengakibatkan AP lingkungan. Gen yang diwariskan oleh
mengalami kegagalan dimasa kanak- orangtua dan pola asuh yang otoriter
kanak untuk membangun keintiman merupakan faktor yang utama
terhadap orang-orang terdekatnya. terbentuknya gangguan bipolar.
Kekerasan yang dialami subyek pada Selanjutnya, jenis coping yang
masa kecil yaitu kekerasan yang digunakan individu bipolar dalam
berbentuk psikis. Hal tersebut mengelolah stressor adalah coping
didapatkan dari ayahnya yang stress yang berfokus pada emosi. Hal
cenderung memaki dan membentak ini terjadi karena individu-individu
AP. Sehingga AP tidak mendapatkan bipolar mempunyai keterbatasan dari
figur ayah dari ayahnya sendiri kondisi psikologis yang dimiliki.
melainkan figur tersebut selalu
digantikan oleh kakek AP. Akhirnya, DAFTAR PUSTAKA (12, bold)
AP dan ayahnya kurang dalam hal World Health Organization. (2008).
kedekatan emosional. Coping yang Suicide and Suicide Prevention
digunakan oleh AP untuk menghadapi in Asia. WHO Document
stressor yang ia terima adalah bentuk Production Services.
coping yang berfokus pada emosi.

17 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


Amiruddin, H. J. dan Ambarini, K. T. Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
(2014). Pengaruh Hardiness dan Atmajaya.
Coping Stress terhadap Tingkat Moleong, J. L. (2010). Metode
Stress pada Kader Akademi TNI- Penelitian Kualitatif. Bandung:
AL. Jurnal Psikologi Industri Remaja Rosdakarya.
dan Organisasi, 3(2), 72-78. Papalia, D. E., dan Feldman. (2014).
Atkison, L. R., Atkinson, C. R., Smith, Menyelami Perkembangan
E. E., dan Bem, J. D . (2004). Manusia. Edisi 12. Jakarta
Pengantar Psikologi. Batam: Selatan: Salemba Humanika.
Interaksara. Putra, H. G (2014). Gangguan Afektif
Bungin, B. (2001). Metode Penelitian Bipolar Mania dengan Psikotik:
Kualitatif. Jakarta: Raja Grapindo Sebuah Laporan Kasus.
Persada. Retrieved
Desmita. (2007). Psikologi fromhttp://www.fdownload.portalga
Perkembangan. Bandung: ruda.org
Remaja Rosdakarya. Yatim, R. (2001). Metode Penelitian
Fudyartanta, K. (2012). Psikologi Pendidikan. Surabaya: SIC.
Perkembangan. Yogyakarta: Safaria, T., dan Norfrans. E. S. (2012).
Pustaka Pelajar. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi
Feist, J., dan Feist, G, J. (2006). Aksara
Theories of Personality. Safira, F. (2015). Hubungan Antara
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gangguan Bipolar dengan
Gunawan, I. (2014). Metode Resiko Bunuh Diri pada Pasien
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa
Bumi Aksara. Daerah Sungai Bangkong
Halgin, R. P., dan Whitbourne, S. K. Pontianak. Mahasiswa. Naskah
(2011). Psikologi Abnormal. Publikasi. PSPD FK Universiras
Jakarta: Salemba Humanika. Tanjungpura. 3(1), 1-26.
Itsnaini, O. (2007). Gambaran Coping Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental
Stress Wanita Penyintas Usia 2. Yogyakarta: Kanisius.
Dewasa Madya Pasca-Gempa Siswanto. (2007). Kesehatan Metal:
Bumi di Klaten. Semarang. Konsep Cakupan dan
Universitas Diponegoro. Skripsi. Perkembangannya. Yogyakarta:
Junaedi, I. (2012). Anomali Jiwa. Andi Offset.
Yogyakarta: Andi. Sobur, A. (2003). Psikologi Umum.
Makmun, K. (2016). Psikologi Bandung: Pustaka Setia.
Umum. Yogyakarta: Aswaja Sulistiadi, R., Kurnia, A. F., Chatimah,
Pressindo H dan Fakhrurrozi, M. (2007).
Mursyid, R. (2015). Strategi Koping Stresss dan Coping Stresss
pada bipolar yang mengalami Pedagang Pasar Tanah Abang
perceraian (studi kasus). Lama terhadap Kebijakan
Surakarta. Universitas Sebelas Pemerintah dalam Perelokasian
Maret. Tesis Pasar. Universitas Gunadarma.
Masalim, R. (2013). Diagnosis 4(2), 70-85.
Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Yosep, I. (2007). Keperewatan Jiwa.
Bandung: Refika Aditam.

18 | JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

Anda mungkin juga menyukai