ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL

UNTUK PEREKONOMIAN TERTUTUP

SEDERHANA

OLEH
MINAR FERICHANI
PELAKU-PELAKU DALAM SUATU
PEREKONOMIAN TERDIRI DARI :

1. RUMAH TANGGA KELUARGA,

2. RUMAH TANGGA PERUSAHAAN,
3. DAN RUMAH TANGGA PEMERINTAH.
RUMAH TANGGA KELUARGA MEMILIKI FACTOR
PRODUKSI TENAGA KERJA DAN MODAL YANG
DIJUAL KEPADA RUMAH TANGGA PERUSAHAAN
UNTUK MEMPEROLEH KOMPENSASI BERUPA
UPAH, BUNGA, DAN SEWA.
1. PEREKONOMIAN TERTUTUP
SEDERHANA

YANG DIMAKSUD DENGAN PEREKONOMIAN TERTUTUP

SEDERHANA, ADALAH PEREKONOMIAN YANG TIDAK
HUBUNGAN EKONOMI DENGAN NEGARA LAIN, SEHINGGA
TIDAK AKAN DIJUMPAI PERSOALAN-PERSOALAN
TRANSAKSI LUAR NEGERI SEPERTI EKSPOR, IMPORT, DAN
INVESTASI LUAR NEGERI.

SEDANGKAN PREDIKAT SEDERHANA TERSEBUT

MENJELASKAN TIDAK ADANYA TRANSAKSI EKONOMI
YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH, BAIK BERUPA
PEMUNGUTAN PAJAK, PEMBAYARAN TRANSFER
PEMERINTAH, ATAUPUN YANG BERBENTUK
PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH.
DALAM PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA
PENGELUARAN MASYARAKAT SELURUHNYA PADA TIAP
TAHUNNYA ATAU TIAP SATUAN WAKTU, TERDIRI DARI
PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN
PENGELUARAN UNTUK INVESTASI.

PENGELUARAN TOTAL TOTAL DARI MASYARAKAT

TERMAKSUD, SEKALIGUS MERUPAKAN PENDAPATAN
MASYARAKAT ITU JUGA.
OLEH KARENA ITU, DAPAT DIKATAKAN BAHWA
PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN
TERTUTUP YANG SEDERHANA TERDIRI DARI
PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN
PENGELUARAN UNTUK INVETASI, YANG DAPAT DITULIS :

Y = C…..………………………………………(1.1)
INVESTASI KEMUDIAN DIPANDANG SEBAGAI SUATU
VARIABLE EKSOGEN, ATAU VARIABLE-VARIABEL YANG
TIDAK DIURAIKAN OLEH MODEL YANG KITA GUNAKAN

ATAU MERUPAKAN VARIABEL-VARIABEL YANG

DITENTUKAN OLEH KEKUATAN-KEKUATAN YANG
BERASAL DARI LUAR MODEL. ATAU SEBAGAI VARIABLE
YANGT TIDAK KITA CARI ASAL-USULNYA.
Berbeda dengan variable-variabel yang bersifat
endogen, dimana besar kecil nilai yang terkandung
di dalamnya baru dapat kita peroleh sesudah kita
hubung-hubungan dengan variable-variabel
lainnya di dalam model yang kita gunakan.
 1. FUNGSI KONSUMSI

Sebenarnya banyak factor yang menentukan besarnya konsumsi, namun dalam model diasumsikan bahwa
besar kecilnya konsumsi hanya tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional, yang dilihat dari
bentuk fungsi konsumsi itu sendiri :

C = a + cY………………………………..……………………………………..(2.1)

a = besarnya konsumsi pada pendapatan nasional sebesar nol.

c = menunjukkan besarnya marginal propensity to consume.

marginal propensity to consume adalah angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan
besarnya perubahan pendapatan nasional yang menyebabkan adanya perubahan konsumsi tersebut.
Persamaanya adalah sbb :

C = MPC = ∆C / ∆Y…………………………...……………………………….(2.2)

Pada umumnya nilai MPC adalah 0.5 < MPC < 1

MPC < 1, menunjukkan bahwa tidak semua tambaan pendapatan seseorang dipergunakan untuk
konsumsi, melainkan sebagian mereka sisihkan sebagai saving.

MPC > 0.5, menunjukkan bahwa penggunaan tambahan pendapatan sebagian besar digunakan untuk
konsumsi, sedangkan sisanya yang jumlahnya lebih kecil akan merupakan tambahan saving.
 1. FUNGSI KONSUMSI, APC DAN MPC.

Fungsi konsumsi yang berbentuk persamaan garis lurus dengan formula :

C = (APCn – MPC)Yn + MPC.Y………………………… ………………….(3.1)

APCn adalah average propensity to consume pada tingkat pendapatan sebesar n,

Atau

APCn = Cn/Yn………………………………………………………………..(3.2)

Cn = besarnya konsumsi pada pendapatan sebesar n

Yn = pendapatan sebesar n
Contoh penggunaan formula tersebut di atas :

Diketahuai :

(a). Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp 100,- milyar; besarnya konsumsi sebesar
Rp 95,- milyar per tahun.

(b). Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp 120,- milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya
Rp 110,- milyar.
Soal :

(a). Carilah fungsi konsumsinya

(b). Break even point tercapai pada tingkat pendapatan nasional sebesar berapa ?

Jawaban :

(a) APC100 = C100/Y100 = 95/100 = 0,95

APC120 = C120/Y120 = 110/120

Besarnya MPC :
MPC : ∆C/∆Y = (C120 – C100) : (Y120 – Y100)
= (110 – 95) : (120 – 100) = 15/20 = 0,75
DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS (3.1)
C = (APCN – MPC)YN + MPC.Y.
= (0,95 – 0,75).100 + 0,75 Y
= 0,20 X 100 + 0,75Y.
C = 20 + 0,75 Y.
(B). TINGKAT PENDAPATAN BREAK-EVEN
(BREAK-EVEN LEVEL OF INCOME). YAITU
TINGKAT PENDAPATAN DIMANA BESARNYA
PENDAPATAN SAMA DENGAN BESARNYA
PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI.
JADI : Y = C ------Y – C = 0
Y – (20 + 0,75 Y) = 0
Y – 0,75 Y – 20 = 0
0,25 Y = 20
Y = 80
Kesimpulan :

(a). Persamaan fungsi monsumsi dala,m satuan waktu satu tahun :

C = 0,75 Y + 20 milyar rupiah

(b). Tingkat pendapatan Break-even :

80 milyar rupiah per tahun

4. FUNGSI SAVING
SAVING ATAU TABUNGAN ADALAH PENDAPATAN PER TAHUN YANG
TIDAK DIKONSUMSI.
DENGAN MENGUNAKAN SINGKATAN DAPAT KITA TULIS :
S = Y – C…………………………………………………………………(4.1)
KALAU PERSAMAAN TERSEBUT DIHUBUNGKAN DENGA
PERSAMAAN UMUM FUNGSI KONSUMSI, MAKA AKAN DITEMUKAN
PERSAMAAN UMUM FUNGSI SAVING.
S=Y–C
C = A + CY
MAKA
S = Y – (A – CY)
= Y – A – CY
S = (1 – C)Y –
A……………………………………………….……………………………………….(4.2)
CONTOH UNTUK MENEMUKAN FUNGSI SAVING.
DIKETAHUI :
FUNGSI KONSUMSI SUATU MASYARAKAT
MEMPUNYAI PERSAMAAN :
C = 20 + 0,75
SOAL : BERDASARKAN DATA DI ATAS,
HITUNGLAH FUNGSI SAVING MASYARAKAT
TERSEBUT !
JAWAB :
DENGAN MENGGUNKAN PERUMUSAN (4.2) :
S = (1- C)Y – A
S = (1 – 0,75)Y – 20
S = 0,25 Y – 20
5. MARGINAL PROPENSITY TO SAVE DAN
AVERAGE PROPENSITY TO SAVE
ANALOG DENGAN FUNGSI KONSUMSI YANG MEMILIKI MPC DAN APC.
YANG DIMAKSUD DENGA MARGINAL PROPENSITY TO SAVE ADALAH
PERBANDINGAN ANATARA BERTAMBAHNYA SAVING DENGAN
BERTAMBAHNYA PENDAPATAN NASIONAL YANG MENGAKIBATKAN
BERTAMBAHNYA SAVING DIMAKSUD.
S = MPS = ∆S / ∆Y………………………………………………………..………(5.1)
SEDANGKAN AVERAGE PROPENSITY TO SAVE IALAH PERBANDINGAN
ANTARA BESARNYA SAVING PADA SUATU TINGKAT PENDAPATAN
NASIONAL DENGAN BESARNYA PENDAPATAN NASIONAL BERSANGKUTAN.
FORMULANYA ADALAH :
APSN = SN / YN…………………………………………………………………….(5.2)
BESARNYA APS BERBEDA-BEDA TERGANTUNG KEPADA TINGGI
RENDAHNYA PENDAPATAN NASIONAL. SEMAKIN TINGGI TINGKAT
PENDAPATAN NASIONAL, SEMAKIN BESAR PULA ANGKA APS NYA. PADA
TINGKAT PENDAPATAN NASIONAL DI BAWAH TINGKAT PENDAPATAN
NASIONAL “BREAK-EVEN’’, ANGKA APS MEMILIKI TANDA NEGATIVE, DAN
SEBALIKNYA ANGKANYA AKAN SELALU POSITIF. SEDANGKAN PADA
TINGKAT PENDAPATAN BREAK-EVEN, ANGKA APS NYA AKAN SAMA
DENGAN NOL.
6. HUBUNGAN ANTARA MPC DENGAN MPS, APC
DNEGAN APS
RUMUS PATOKAN :
MPC + MPS = 1……………………………………………………….(6.1)
ATAU DENGAN CARA LAIN :
MPC = 1 – MPS
MPS = 1 – MPC
PEMBUKTIAN RUMUS TERSEBUT ADALAH :
Y=C+S
MAKA : ∆Y = ∆C + ∆S
KALAU RUAS KANA DAN RUAS KIRI MASING-MASING DIBAGI
DENGAN ∆Y, MAKA HASILNYA :
∆C + ∆S
∆Y/∆Y = -------------------------
∆Y
1 = ∆C/∆Y + ∆S/∆Y
1 = MPC + APS
HUBUNGAN ANTARA APC DENGAN APS MIRIP DENGAN HUBUNGAN
ANTARA MPC DENGAN MPS, YAITU :

APCN + APSN = 1…………………………………………………………………(6.2)

ATAU
APCN = 1 – APSN
PEMBUKTIANNYA ADALAH :
Y=C+S
INI BERARTI YN = CN + SN
KALAU RUAS KANA DAN RUAS KIRI MASING-MASING DIBAGI
DENGAN ∆Y, MAKA HASILNYA :
CN + SN
YN/YN = -------------------------
YN
1 = CN/YN + SN/YN
1 = APCN + APSN