P
V
F
piah BEPdalamRu
1
Dimana :
F = fixed cost per unit
V = variable cost per unit
P = harga jual per unit
Rumus ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
EBIT = penjualan dalam Rupiah Total biaya variabel total biaya tetap
EBIT = S TVC F = 0
0 .
1
]
1
,
_
F S
S
TVC
S
F
S
TVC
S
,
_
1 .
0 1 .
,
_
F
S
TVC
S
,
_
S
TVC
F
S
BEP
1
Karena :
TVC (Variable Cost/unit) x unit penjualan
------ = ---------------------------------------------
S (Harga jual/unit) x unit penjualan
V
--
P
Maka :
,
_
P
V
F
S
BEP
1
Contoh :
Variable cost = Rp. 6 / unit
Total Fixed Cost = Rp. 100.000
Harga jual = Rp. 10 / unit
F
BEP dalam unit =-------
P V
100.000
=-----------
10 6
Sri Setya Handayani 6
Analisis Dan Pengaruh Penggunaan hutang
= 25.000 unit
P
V
F
piah BEPdalamRu
,
_
10
6
1
000 . 100
= Rp. 250.000
Pembuktian :
EBIT = Penjualan Total biaya variable total biaya tetap
= (25.000 x 10) (25.000 x 6) 100.000
= 0
Beberapa penerapan analisis breakeven :
a. Analisis penggunaan modal
Analisis Breakeven digunakan dalam analisis penggunaan atau
penggunaan modal sebagai metode pelengkap untuk metoda-metoda lain
yang menggunakan pendekatan discounted cashflows seperti NPV atau
IRR
b. Kebijakan harga
Harga jual dari suatu produk baru dapat ditentukan guna mencapai tingkat
EBIT yang diinginkan. Selain itu analisis breakeven memberikan
gambaran sejauh mana harga jual dapat diturunkan tanpa menyebabkan
kerugian (EBIT yang negative)
c. Negosiasi kontrak karyawan
Efek dari kenaikan biaya variable akibat kenaikan upah karyawan
terhadap jumlah breakeven (BEP) dapat dianalisis
d. Struktur biaya
Alternatif mengurangi biaya variable dengan konsekuensi kenaikan biaya
tetap dapat dievaluasi. Misal suatu perusahaan yang ingin memilih padat
karya (biaya variable tinggi, biaya tetap rendah) atau padat modal (biaya
variable rendah, biaya tetap tinggi) dapat menggunakan analisis breakeven
untuk melihat efek dari ke-2 alternatif tersebut terhadap EBIT Dan BEP
e. Keputusan pendanaan
Analisis terhadap struktur biaya perusahaan memberikan informasi
tentang proporsi biaya operasi tetap yang ditanggungkan pada penjualan.
Jika proporsi ini terlalu tinggi, perusahaan dapat memutuskan untuk tidak
menambah biaya tetap.
IV. OPERATING LEVERAGE
1. Operating Leverage adalah kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan
perusahaan.
Operating leverage timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi
tetap.
Contoh :
Suatu perusahaan meramalkan penjualan sebesar Rp. 300.000 (30.000
unit). VC/unit = Rp. 6, FC = Rp. 100.000. Apa yg terjadi dengan EBIT
jika ternyata penjualan yang terjadi adalah 20% dari yg diperkirakan ?
Prediksi Realisasi
Sri Setya Handayani 7
Analisis Dan Pengaruh Penggunaan hutang
Penjualan Rp. 300.000,00 Rp. 360.000,00
Total Variabel Cost Rp. 180.000,00 Rp. 216.000,00
Fixed Cost Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
EBIT Rp. 20.000,00 Rp. 44.000,00
EBIT naik sebesar Rp. 24.000,00 yg berasl dari kenaikan penjualan
sebesar Rp. 360.000,00, dikurangi kenaikan biaya variable total sebesar
Rp. 36.000,00
44.000 20.000
Persentase perubahan EBIT = ---------------------
20.000
= 120 %
Pada penjualan Rp. 300.000 persentase perubahan EBIT adalah 6x
persentase perubahan penjualan.
2. Degree of Operating Leverage (DOL) mengukur berapa persen EBIT
berubah jika penjualan berubah 1 %
Persentase perubahan pada EBIT
DOL Rp.= -----------------------------------------------
Persentase perubahan pada penjualan
Dimana DOL Rp = DOL pada pada rupiah penjualan tertentu
Q
Q
EBIT
EBIT
DOL
) (
) (
F V P Q
V P Q
DOLRp
) (
) (
Dimana :
Q = unit penjualan
P = harga jual per unit
V = biaya variable per unit
F = total biaya tetap
Contoh :
Diketahui harga/unit (P) = Rp. 10, Biaya variable/unit = Rp. 6, Total biaya
tetap (F) = Rp. 100.000. Berapa DOL pada penjualan sebesar Rp. 300.000
atau 30.000 unit ?
Jawab :
F V P Q
V P Q
DOLRp
) (
) (
000 . 300 .
30.000 (10 6)
=-----------------------------
30.000(10-6) 100.000
Sri Setya Handayani 8
Analisis Dan Pengaruh Penggunaan hutang
120.000
= -------------
20.000
= 6 x
Artinya : pada saat penjualan sebesar Rp. 300.000 atau 30.000 unit (jika
harga jual Rp. 10/unit) jika penjualan naik 1%, EBIT akan naik 6x atau
6%, jika penjualan turun 1%, EBIT akan turun 6x atau 6%.
Rumus
F V P Q
V P Q
DOL
) (
) (
dapat dirubah menjadi :
S - TVC
DOL Rp = -------------------
S TVC F
Dimana :
S = Jumlah penjualan total dalam rupiah
TVC = Total variable cost atau biaya variable total
F = Total Fixed Cost atau biaya tetap total
3. Semakin tinggi tingkat penjualan perusahaanm semakin rendah DOL.
Contoh :
Diketahui harga jual per unit = P = Rp. 10,
biaya variable per unit = V = Rp. 6
biaya tetap total = F = Rp. 100.000
F 100.000
BEP = ------- = ----------- = 25.000 unit atau Rp. 250.000
P - V 10 6
Tabel : Hubungan antara unit atau rupiah penjualan dengan DOL
Unit Penjualan Rupiah Penjualan DOL Rp
25.000 Rp. 250.000 Tidak terdefinisi
30.000 Rp. 300.000 6
35.000 Rp. 350.000 3,5
40.000 Rp. 400.000 2,67
45.000 Rp. 450.000 2,25
50.000 Rp. 500.000 2
75.000 Rp. 750.000 1,5
100.000 Rp. 1.000.000 1,33
4. Dari rumus
F V P Q
V P Q
DOL
) (
) (
dapat disimpulkan bahwa selama
perusahaan masih menggunakan biaya tetap (F), Q(P-V) akan lebih besar
dari Q(P-V)-F artinya DOL lebih besar dari 1. Jika F = 0,
F V P Q
V P Q
DOL
) (
) (
=1
Semakin besar DOL perusahaan, semakin peka atau semakin besar variasi
keuntungan akibat perubahan pada penjualan perusahaan. Maka DOL jelas
merupakan suatu atribut dari risiko bisnis perusahaan. Semakin tinggi
DOL, semakin besar pula risiko bisnis perusahaan.
V. FINANCIAL LEVERAGE
1. Suatu perusahaan dikatakn menggunakan Financial Leverage jika ia
membelanjai sebagian dari aktivanya dengan sekuritas yang membayar
bunga yang tetap (misal : hutang pada bank, menerbitkan obligasi atau
saham preferen).
Sri Setya Handayani 9
Analisis Dan Pengaruh Penggunaan hutang
Jika perusahaan menggunakan financial leverage atau hutang,
perubahan pada EBIT perusahaanakan mengakibatkan perubahan yang
lebih besar pada EPS ( Earning per share) atau penghasilan per lembar
saham perusahaan.
2. Degree of Financial Leverage (DFL) mengukur kepekaan EPS terhadap
perubahan EBIT perusahaan
adaEBIT PerubahanP Persentase
adaEPS PerubahanP Persentase
DFL
EBIT
Dimana DFL adalah degree of financial leverage pada EBIT tertentu.
EBIT Q (P V) - F
DFL = ------------------------- atau DFL = ----------------------
EBIT biaya bunga Q (P V) F C
Dimana :
Q = unit penjualan
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
F = biaya tetap total
C = biaya bunga
Contoh :
P = Rp. 100
V = Rp. 50
F = Rp. 100.000
C = Rp. 20.000
T = Pajak = 50 %
a. EBIT pada Q = 4000 unit adalah :
Q (P V) F = 4000 (100 50) 100.000 = Rp. 100.000
b. Perhitungan EPS
EBIT Rp. 100.000
Biaya bunga Rp. 20.000
----------------
EBIT Rp. 80.000
Pajak (50%) Rp. 40.000
----------------
EAT Rp 40.000
Saham beredar 10.000
EPS Rp 4
c. DFL pada EBIT Rp. 100.000 adalah :
Q (P V) - F
DFL 100.000 =----------------------
Q (P V) F - C
= 4000 (100 50) 100.000
--------------------------------------------
40000 (100 50) 100.000 2.000
= 1,25 x
Artinya jika EBIT berubah 1 % EPS akan berubah 1,25 %. Ini
berlaku pada saat EBIT sebesar Rp. 100.000
d. Pembuktian :
Misal : EBIT naik 20 % menjadi Rp. 120.000, maka EPS menjadi :
EBIT Rp. 120.000
Biaya bunga Rp. 20.000
-----------------
EBIT Rp. 100.000
Pajak 50% Rp. 50.000
Sri Setya Handayani 10
Analisis Dan Pengaruh Penggunaan hutang
-----------------
EAT Rp. 50.000
Saham Beredar 10.000
EPS Rp. 5
EPS naik sebesar 5 -4 / 4 = 1,25 %
Hasil ini sesuai dengan DFL yg artinya jika EBIT naik 20 %, EPS
naik (1,25 x 20 %) = 25 %
3. Semakin besar DFL, semakin besar pula fluktuasi EPS akibat perubahan
pada EBIT perusahaan. Besar kecilnya DFL tergantung pada besar
kecilnya hutang yg digunakan perusahaan. Semakin besar hutang yg
digunkan, semakin besar pula DFL sehingga semakin besar risiko
financial perusahaan.
Contoh : hubungan positif jumlah hutang dengan DFL perusahaan
Suatu perusahaan merencanakan 3 alternatif pendanaan untuk modal Rp.
200.000. Alternatif A : tidak menggunakan hutang, alternative B :
menggunakan 20 % hutang dan alternative C : menggunakan 40 % hutang.
Asumsikan bunga adalah 8% untuk jumlah hutang berapapun dan EBIT
perusahaan sebesar Rp. 20.000
Jawab :
Pada EBIT Rp. 20.000, DFL untuk masing-masing alternative pendanaan
adalah :
DFL = EBIT / EBIT C
Alternatif A : DFL = 20.000 / 20.000 0 = 1 x
Alternatif B : DFL = 20.000 / 20.000 3200 = 1,19 x
(3200 (200.000 x 20%) x 8% )
Alternatif C : DFL = 20.000 / 20.000 6400 = 1,47 x
(6400 (200.000 x 40%) x 8 %)
VI. KOMBINASI OPERATING DAN FINANCIAL
LEVERAGE
DOL mengukur kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan
DFL mengukur kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT
Jika DOL dikalikan DFL, kita akan mendapatkan Degree of Combined
Leverage (DCL) yang menunjukkan kepekaan EPS terhadap perubahan
penjualan.
Rumus DCL DCL = DOL x DFL
Q ( P V) Q (P V) - F
= ---------------- x ----------------------
Q (P V) F Q (P V) F C
Maka :
V F V P Q
V P Q
DCL
Rp
) (
) (
Dimana Rp
DCL
adalah Degree of Combined Leverage pada rupiah penjualan
tertentu.
Sri Setya Handayani 11
Analisis Dan Pengaruh Penggunaan hutang
Contoh :
P = Rp. 100
V = Rp. 50
C = biaya bunga = Rp. 20.000
Pajak = 50 %
F = Rp. 100.000
a. DOL pada Q = 4000 unit
DOL = Q (P V) / Q (P - V) F
= 4000 (100 50) / 4000 (100 50) 100.000
= 2 x
b. DFL pada Q = 4000 unit
DFL = Q (P V) - F / Q (P - V) F - C
= 4000 (100 50) 100.000 / 4000 (100 50) 100.000 20.000
= 1,25 x
c. DCL pada Q = 4000 unit
DCL = Q (P V) / Q (P - V) F - C
= 4000 (100 50) / 4000 (100 50) 100.000 20.000
= 2,5 x
Atau DCL = DOL x DFL
= 2 x 1,25 = 2,5 x
Sri Setya Handayani 12