Anda di halaman 1dari 15

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografi

Puskesmas Katobengke merupakan salah satu puskesmas yang

terdapat di Kecamatan Katobengke dengan wilayah kerja meliputi 2

Kelurahan yaitu, Kelurahan Katobengke, dan Kelurahan Lipu. Puskesmas

Katobengke terletak di Kelurahan Katobengke denga luas wilayah kerja

seluas 10,6 km², adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Katobengke

yaitu (Profil Puskesmas Katobengke, 2021) :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Buton

b. Sebelah Barat dengan Kecamatan Kadatua

c. Sebelah Selatan dengan Kelurahan Batauga

d. Sebelah Timur dengan Kecamatan Murhum

2. Kependudukan

Penduduk wilayah kerja puskesmas Katobengke menurut hasil

proyeksi penduduk akhir tahun 2020 yaitu 13.533 jiwa dengan

perbandingan laki-laki sebanyak 6.724 jiwa dan perempuan sebanyak

6.814 jiwa dengan tingkat kepedatan 589 jiwa / km² yang terbagi atas 3

(tiga) kelurahan.

3. Sosial Ekonomi

Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Katobengke sebagian

besar bekerja sebagai petani dan nelayan serta sebagian memeluk Agama
45

Islam dan sisanya sebagai pemeluk Agama Kristen Katolik dan Protestan

serta pemeluk Agama Budha.

4. Lingkungan Fisik

Kondisi lingkungan fisiologi dan biologi langsung merupakan

komponen sangat penting dalam proses terjadinya gangguan kesehatan

masyarakat. Rendahnya kualitas sering mengakibatkan tingginya angka

kesakitan karena penyakit infeksi dan parasit bahkan tidak sedikit yang

berakibat lebih fatal bagi kesehatan masyarakat.

Keadaan musim di daerah Puskesmas Katobengke umumnya sama

dengan daerah lain disekitarnya, mempunyai dua musim yakni musim

hujan dan musim kemarau. Musim hujan terbanyak terjadi bulan oktober

dan desember, pada bulan-bulan tersebut angin barat yang bertiup dari

Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air.


46

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Katobengke Kecamatan

Betoambari Kota Baubau, adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel

dibawah ini, yaitu:

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Umur Responden

Tabel 4.1
Distribusi Umur Responden Di Puskesmas Katobengke Kecamatan
Betoambari Kota Baubau Tahun 2021

Umur Jumlah (n) Persentase (%)


32-37 27 25.2
38-43 24 22.4
44-49 19 17.8
50-55 21 19.6
56-61 10 9.3
62-67 4 3.7
68-73 2 1.9
Total 107 100
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 107 responden

sebagian besar responden memiliki umur 32-37 tahun yaitu 27 orang

(25.2%) sedangkan sebagian kecil memiliki umur 68-73 tahun yaitu 2

orang (1,9%).
47

b. Distribusi Pendidikan Responden

Tabel 4.2
Distribusi Pendidikan Responden Di Puskesmas Katobengke Kecamatan
Betoambari Kota Baubau Tahun 2021

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak Sekolah 3 2.8
SD 36 33.6
SLTP 14 13.1
SLTA 33 30.8
D-III 8 7.5
Sarjana 13 12.1
Total 107 100
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 107 responden

sebagian besar responden memiliki pendidikan SD yaitu 36 orang

(33,6%) sedangkan sebagian kecil tidak sekolah yaitu 3 orang (2,8%).

c. Distribusi Pekerjaan Responden

Tabel 4.3
Distribusi Pekerjaan Responden Di Puskesmas Katobengke Kecamatan
Betoambari Kota Baubau Tahun 2021

Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)


Tukang Kayu 10 9.3
Wiraswasta 7 6.5
IRT 26 24.3
Petani 25 23.4
Sopir Angkut 5 4.7
Pedagang 10 9.3
Nelayan 2 1.9
Penjual Ikan 5 4.7
Honorer 4 3.7
PNS 9 8.4
48

Buruh Bangunan 4 3.7


Total 107 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 107 responden

sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 26 orang

(24.3%) sedangkan sebagian kecil bekerja sebagai nelayan yaitu 2 orang

(2,9%).

d. Distribusi Dukungan Keluarga Responden

Tabel 4.4
Distribusi Dukungan Keluarga Responden Di Puskesmas Katobengke
Kecamatan Betoambari Kota Baubau
Tahun 2021

Dukungan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)


Baik 80 74.8
Kurang 27 25.2
Total 107 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 107 responden

sebagian besar mendapat dukungan baik yaitu 80 orang (74,8%)

sedangkan sebagian kecil kurang mendapat dukungan yaitu 27 orang

(25.2%).
49

e. Distribusi Pola Aktivitas Fisik Responden

Tabel 4.5
Distribusi Pola Aktivitas Fisik Responden Di Puskesmas Katobengke
Kecamatan Betoambari Kota Baubau
Tahun 2021

Pola Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)


Ringan 23 21.5
Sedang 59 55.1
Berat 25 23.4
Total 107 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 107 responden

sebagian besar memiliki pola aktivitas fisik sedang yaitu 59 orang

(55.1%) sedangkan sebagian memiliki aktivitas fisik ringan yaitu 23

orang (21.5%).

f. Distribusi Motivasi Sembuh Pasien

Tabel 4.6
Distribusi Motivasi Sembuh Pasien Di Puskesmas Katobengke
Kecamatan Betoambari Kota Baubau
Tahun 2021

Motivasi Sembuh Pasien Jumlah (n) Persentase (%)


Baik 82 76.6
Kurang 25 23.4
Total 107 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 107 responden

sebagian besar motivasi baik yaitu 82 orang (76.6%) sedangkan sebagian

kecil memiliki motivasi kurang yaitu 25 orang (23,4%).


50

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi Sembuh Pasien


Hipertensi Dengan Melakukan Kunjungan Rawat Jalan

Tabel 4.7
Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi Sembuh Pasien
Hipertensi Dengan Melakukan Kunjungan Rawat Jalan Di Puskesmas
Katobengke Kecamatan Betoambari
Kota Baubau Tahun 2021

Motivasi Sembuh Pasien


Dukungan Hipertensi Total P-
Keluarga Baik Kurang value
n % n % n %
Baik 67 83.3 13 16.3 80 100
Kurang 15 55.6 12 44.4 27 100 0.003
Total 82 76.6 25 23.4 107 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 80

responden yang mendapat dukungan keluarga baik serta memiliki

motivasi baik yaitu 67 orang (83,3%) dan yang memiliki motivasi

kurang yaitu 13 orang (16,3%) sedangkan dari 27 responden yang

mendapat dukungan keluarga kurang serta memiliki motivasi baik yaitu

15 orang (55,6%) dan yang memiliki motivasi kurang yaitu 12 orang

(44,4%).

Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,003. pada  = 5%,

sehingga perbandingan antara nilai p <  (0,003 < 0,05) maka Ho ditolak

diartikan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap motivasi

sembuh pasien hipertensi dengan melakukan kunjungan rawat jalan di

Puskesmas Katobengke Kecamatan Betoambari Kota Baubau Tahun

2021.
51

b. Pengaruh Pola Aktivitas Fisik Terhadap Motivasi Sembuh Pasien


Hipertensi Dengan Melakukan Kunjungan Rawat Jalan

Tabel 4.8
Pengaruh Pola Aktivitas Fisik Terhadap Motivasi Sembuh Pasien
Hipertensi Dengan Melakukan Kunjungan Rawat Jalan Di Puskesmas
Katobengke Kecamatan Betoambari
Kota Baubau Tahun 2021

Motivasi Sembuh Pasien


Pola Aktivitas Hipertensi Total P-
Fisik Baik Kurang value
n % n % n %
Ringan 18 78.3 5 21.7 23 100
Sedang 52 88.1 7 11.9 59 100 0.000
Berat 12 48.0 13 52.0 25
Total 82 76.6 25 23.4 107 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 23

responden yang memiliki pola aktivitas fisik ringan serta memiliki

motivasi baik yaitu 18 orang (78,3%) dan yang memiliki motivasi

kurang yaitu 5 orang (21,7%) sedangkan dari 59 responden yang

memiliki pola aktivitas fisik sedang serta memiliki motivasi baik yaitu

52 orang (88,1%) dan yang memiliki motivasi kurang yaitu 7 orang

(11,9%) dan dari 25 responden yang memiliki pola aktivitas fisik berat

serta memiliki motivasi baik yaitu 12 orang (48%) dan yang memiliki

motivasi kurang yaitu 13 orang (52%)

Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,000. pada  = 5%,

sehingga perbandingan antara nilai p <  (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak

diartikan bahwa ada pengaruh pola aktivitas fisik terhadap motivasi

sembuh pasien hipertensi dengan melakukan kunjungan rawat jalan di


52

Puskesmas Katobengke Kecamatan Betoambari Kota Baubau Tahun

2021.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi Sembuh Pasien


Hipertensi Dengan Melakukan Kunjungan Rawat Jalan

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan. Dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu,

menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap

diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang

utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan

sehari-hari. Dukungan keluarga adalah upaya yang diberikan kepada

anggota keluarga baik moril maupun materiil berupa motivasi, saran,

informasi dan bantuan yang nyata. Dukungan keluarga dapat diperoleh

dari anggota keluarga (suami, istri, anak, dan kerabat), teman dekat atau

relasi (Karunia, 2016)

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian responden mendapat

dukungan keluarga baik serta memiliki motivasi baik yaitu 67 orang

(83,3%), hal ini disebabkan karena keluarga responden selalu menemani

responden jika ingin kepelayanan kesehatan (Puskesmas), keluarga selalu

memberikan informasi untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas,

keluarga anda selalu mengingatkan jadwal untuk minum obat pada

waktunya, keluarga selalu mendengarkan keluhan yang anda alami


53

selama menjalani pengobatan di puskesmas, keluarga mendampingi anda

datang ketempat pelayanan kesehatan untuk berobat, keluarga ikut

membantu dalam membiayai pengobatan responden, keluarga memberi

perhatian yang baik setiap anda membutuhkan bantuan, keluarga

mendengar ketika anda menceritakan keluhan responden dan Keluarga

memberikan nasihat untuk mengatasi efek samping yang timbul akibat

hipertensi. Sedangkan responden yang mendapat dukungan keluarga

kurang serta memiliki motivasi baik yaitu 15 orang (55,6%) dan yang

memiliki motivasi kurang yaitu 12 orang (44,4%). Hal ini disebabkan

karena kesibukan keluarga responden dalam melakukan pekerjaan sehari-

hari mereka sehingga tidak memiliki waktu luang untuk menemani

responden untuk berobat di pelayanan kesehatan (puskesmas), tetapi hal

ini tidak menyurutkan niat (motivasi) bagi responden untuk tidak

melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan (puskesmas).

Dukungan dari keluarga dan sahabat sangat diperlukan dalam

penanganan penderita hipertensi. Dukungan dari keluarga merupakan

faktor terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah.

Dukungan keluarga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi

untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan hidup.

Dalam hal ini keluarga harus dilibatkan dalam program

pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien,

mengetahui kapan keluarga harus mencari pertolongan dan mendukung

kepatuhan terhadap pengobatan. Keluarga menjadi support system


54

dalam kehidupan penderita hipertensi, agar keadaan yang dialami tidak

semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi.

Apabila hipertensi yang tidak terkontrol tidak ditangani secara

maksimal akan mengakibatkan timbul kembalinya gejala hipertensi yang

biasanya disebut kekambuhan hipertensi. Jika penderita hipertensi

tidak mencegah dan mengobati penyakit hipertensinya secara

maksimal, penderita hipertensi akan beresiko mengalami komplikasi

(Padila, 2013).

Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,003. pada  = 5%,

sehingga perbandingan antara nilai p <  (0,003 < 0,05) maka Ho ditolak

diartikan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap motivasi

sembuh pasien hipertensi dengan melakukan kunjungan rawat jalan di

Puskesmas Katobengke Kecamatan Betoambari Kota Baubau Tahun

2021.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Ningrum & Sudyasih, 2018) dengan hasil penelitian ada hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat menunjukkan p-value

0,000 (p< 0,05). Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dukungan keluarga merupakan

salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan

sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan pasien. Keluarga

memiliki peranan penting dalam proses pengawasan, pemeliharaan dan

pencegahan terjadinya komplikasi hipertensi di rumah. Hasil penelitian


55

ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukanoleh Nepa Fay (2020),

diperoleh bahwa dukungan keluarga terdapat hubungan yang signifikan ρ

value=0,000 dimana ρ<a (0,000<0,05) dengan motivasi pasien hipertensi

dalam mengontrol tekanan darah di Puskesmas Sikumana Kota Kupang

dengan nilai koefisien r = 0,651 dan di katakan adanya korelasi yang

cukup kuat dari kedua variabel.

2. Pengaruh Pola Aktivitas Fisik Terhadap Motivasi Sembuh Pasien


Hipertensi Dengan Melakukan Kunjungan Rawat Jalan

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Sedangkan latihan

(exercise) merupakan subkategori dari aktivitas fisik. Exercise adalah

aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang, dan bertujuan

untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh (Dasso, 2019).

Hasil penelitian didapatkan bahwa menunjukkan bahwa dari 23

responden yang memiliki pola aktivitas fisik ringan serta memiliki

motivasi baik yaitu 18 orang (78,3%) dan yang memiliki motivasi kurang

yaitu 5 orang (21,7%) sedangkan dari 59 responden yang memiliki pola

aktivitas fisik sedang serta memiliki motivasi baik yaitu 52 orang

(88,1%) dan yang memiliki motivasi kurang yaitu 7 orang (11,9%) dan

dari 25 responden yang memiliki pola aktivitas fisik berat serta memiliki

motivasi baik yaitu 12 orang (48%) dan yang memiliki motivasi kurang

yaitu 13 orang (52%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar

responden memiliki pekerjaan sebagai petani sehingga aktivitas untuk

melakukan olah raga secara teratur tidak dapat dilakukan.


56

Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah.

Seseorang yang tidak aktif dalam melakukan suatu kegiatan cenderung

akan mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal

tersebut akan mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras otot jantung dalam memompa darah, makin besar

pula tekanan darah yang membebankan pada dinding arteri sehingga

tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya

aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang

akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat (Anggraini et al., 2018).

Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan

tahanan perifer yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah,

disamping itu, olahraga yang teratur dapat merangsang pelepasan hormon

endorfin yang menimbulkan efek euphoria dan relaksasi otot sehingga

tekanan darah tidak meningkat, olahraga atau latihan jasmani secara

teratur, terbukti dapat menurunkan tekanan darah ketingkat normal dan

menurunkan resiko serangan hipertensi 50% lebih besar dibanding orang

yang tidak aktif melakukan olahraga, satu sesi olahraga rata-rata

menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg, pengaruh penurunan tekanan

darah ini dapat berlangsung sampai sekitar 20 jam setelah berolahraga,

dan pengaruh olahraga dalam jangka panjang sekitar 4-6 bulan dapat

menurunkan tekanan darah sebesar 7,4/ 5,8 mmHg tanpa bantuan obat

hipertensi (Suiraoka, 2016).


57

Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,000. pada  = 5%,

sehingga perbandingan antara nilai p <  (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak

diartikan bahwa ada pengaruh pola aktivitas fisik terhadap motivasi

sembuh pasien hipertensi dengan melakukan kunjungan rawat jalan di

Puskesmas Katobengke Kecamatan Betoambari Kota Baubau Tahun

2021.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Iswahyuni, 2017) dengan judul hubungan antara aktifitas fisik dan

hipertensi pada lansia. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (baik sistole

maupun diastole). Semakin aktif fisiknya semakin normal tekanan

darahnya baik pada hipertensi sistole maupun diastole, dan semakin

tidak aktif aktivitas fisiknya maka semakin tinggi tekanan darah baik

pada hipertensi sistole maupun diastole. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Bachtiar (2020) hasil yang diperoleh di

Puskesmas Cendrawasih responden hipertensi dengan aktivitas fisik

ringan sebanyak 49 orang (62%) dan untuk responden non-hipertensi

dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 30 orang (38%). Sedangkan

responden yang memiliki hipertensi dengan aktivitas fisik berat sebanyak

16 orang (31.4 %) dan responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik

berat yaitu 35 orang (68.6%). Kesimpulan penelitian terdapat hubungan

yang signifikan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Cendrawasih.
58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan, yang menjadi kesimpulan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap motivasi sembuh pasien hipertensi

dengan melakukan kunjungan rawat jalan di Puskesmas Katobengke

Kecamatan Betoambari Kota Baubau Tahun 2021.

2. Ada pengaruh pola aktivitas fisik terhadap motivasi sembuh pasien hipertensi

dengan melakukan kunjungan rawat jalan di Puskesmas Katobengke

Kecamatan Betoambari Kota Baubau Tahun 2021.

B. Saran

1. Diharapakan kepada responden yang kurang mendapatkan dukungan

keluarga agar dapat memotivasi diri untuk rutin melakukan kunjungan di

puskesmas agar penyakit hipertensi yang dideritanya dapat sembuh.

2. Diharapkan kepada responden yang memiliki pola aktivitas sedang dan

berat agar melakukan pola aktivita yang sehat seperti meluangkan waktu

untuk berolah raga secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai