Anda di halaman 1dari 12

CENTER OF MEDICAL PHYSICS AND BIOPHYSICS

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
MODUL 2 RDI
INSTRUKSI KERJA OPTIMISASI CT-SCAN

widyaapriyani20@gmail.com | Widya Apriyani S


PENDAHULUAN

Dasar dilakukannya optimisasi yaitu, betujuan untuk memastikan bahwa benefit


atau manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risiko yang diperoleh. Pelaksana utama
dalam proses optimisasi adalah fisikawan medik, radiografer, dan dokter Spesialis
Radiologi. Dilakukannya optimisasi ini juga diperuntukkan untuk pasien, rumah sakit serta
regulator. Peralatan dasar untuk melakukan optimisasi yaitu pihak rumah sakit harus
memiliki dosimeter, fantom kualitas citra, serta apabila memungkinkan memiliki
willingness. Selain itu, diperlukan pula informasi dosis lokal, informasi kualitas citra serta
DRL yang dimiliki atau sudah ditetapkan oleh rumah sakit masing-masing sebagai acuan
dalam melakukan optimisasi. DRL dapat berupa DRL lokal, DRL regional, bahkan DRL
nasional. DRL internasional tidak ada, sebab prosedur klinis dan skenario tiap rumah sakit
mungkin berbeda.
Nilai DRL bersifat sebagai petunjuk atau merupakan nilai pedoman investigasi
untuk identifikasi nilai dosis yang tidak lazim. Misalkan, apabila nilainya terlalu tinggi
maka perlu dilakukan investigasi khusus bila dosis konsisten melebihi DRL (bukan dosis
pembatas), sedangkan apabila nilainya terlalu rendah, kemungkinan dapat mempengaruhi
kualitas citra. DRL ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dosis. Dosis tersebut
digunakan untuk mendapatkan citra yang sesuai. Optimisasi sendiri dilakukan dengan
membandingkan atau komparasi antara nilai DRL lokal dengan DRL nasional/regional.
Apabila nilai DRL lokal lebih rendah dari DRL regional maka perlu dilakukan evaluasi
kualitas citra dengan memperhatikan parameter serta positioning, sedangkan apabila nilai
DRL lokal lebih tinggi dari DRL regional maka perlu evaluasi dosis dengan memperhatikan
parameter, proteksi, kolimasi, filter, dsb. Perlu diingat bahwa optimisasi tidak bertujuan
untuk mengurangi dosis. Berikut siklus optimisasi :

1|Widya Apriyani S
SKENARIO OPTIMISASI (GENERAL)
Penentuan skenario Persiapan awal Akuisisi data
optimisasi

Evaluasi dan
identifikasi
intervensi

Evaluasi / komparasi Re-akuisisi data Implementasi


dengan data awal intervensi

(Lubis dan Soejoko, 2020)

Penentuan Skenario
Optimisasi

[1] Pada tahap ini menentukan rentang usia / ukuran pasien yaitu pasien dewasa 70 kg,
indikasi klinis, anatomi, proyeksi maupun kondisi diantaranya.
[2] Apabila skenario sudah diputuskan (contoh : akan dilakukan optimisasi untuk
pemeriksaan thoraks PA erect dewasa), maka seluruh rangkaian proses setelahnya akan
berlaku untuk skenario yang telah disepakati (thoraks PA erect dewasa).
[3] Artinya, hanya data dosis dan kualitas citra dari pemeriksaan thoraks PA erect dewasa
yang diambil, dan pengambilan data, evaluasi, perubahan parameter eksposi, serta
komparasi akhir hanya akan dilakukan pada pemeriksaan thoraks PA erect dewasa.
[4] Jika dalam prosesnya cakupan skenario dirasa perlu ditambah, maka disarankan untuk
melaksanakan penambahannya dalam suatu rangkaian yang sama sekali terpisah.

2|Widya Apriyani S
Persiapan Awal

[1] Menyepakati metode, langkah-langkah, peranan, dan urutan pekerjaan optimisasi yang
akan dilaksanakan.
[2] Mengkomunikasikan seluruh rencana dan metode optimisasi kepada seluruh pihak
yang terlibat secara tidak langsung pada rangkaian proses.
[3] Mempersiapkan formulir pengambilan data (dosis dan kualitas citra) yang disepakati
bersama dan tidak multitafsir.
[4] Menyepakati besaran dan satuan yang akan digunakan selama proses optimisasi dan
rangkaiannya.
[5] Memastikan bahwa seluaruh alat ukur, terutama alat ukur dosis radiasi, berada dalam
kondisi terkalibrasi dapat diverifikasi. Dalam hal ini fisikawan medik bertanggung
jawab dalam pengkalibrasian alat.

Besaran Dosis
Modalitas Besaran Satuan Keterangan
CT Scan CTDIvol mGy Dicatat dari indicator (nilai tertinggi atau total)
DLP mGy.cm Dicatat dari indicator (nilai total)
CTDIvol = volumetric computed tomography dose index ; DLP = dose length product

3|Widya Apriyani S
Faktor Eksposi (CT Scan)
Parameter Satuan Keterangan
Tegangan tabung kVp -
Arus tabung mA Dapat digabung dengan waktu paparan (mAs) dan perlu dicatat
mAs efektif
Waktu paparan s -
FOV cm -
Panjang scan cm -
Nama mode - Axial/helical/multi
Ukuran detektor n x t (cm) n = jumlah detector ; t = lebar detektor
Algoritma rekonstruksi - -

4|Widya Apriyani S
[Contoh Form]
Data CT Dewasa Head / Thoraks
Scanogram
Keterangan
No. Protokol (pilot/surview,etc) Panjang Total DLP CTDI Per Skor
No. Tinggi Berat tambahan (mis.
No Rekam Umur yang mAs scan Per scan scan Kualitas
Image (cm) (cm) Proyeksi Kontras/non-
Medis digunakan Jumlah (mm) (mGycm) (mGy) Citra
(AP/LAT) kontras,dsb)
Cth 357156 678 50 165 70 Head 1 AP 140 120 Non - contrast 405 3.2 2

5|Widya Apriyani S
Akuisisi Data

[1] Optimisasi memerlukan informasi utuh dari segi dosis radiasi dan kualitas citra.
[2] Diperlukan data dengan populasi yang proporsional terhadap jumlah pasien pada
skenario yang dipilih.
[3] Pencatatan data mentah dosis radiasi atau parameter eksposi yang diperlukan untuk
kalkulasi dosis disarankan dilakukan oleh radiografer yang ditinjau kemudian
dikalkulasi (jika perlu kalkulasi lanjutan) oleh fisikawan medik. Sedangkan, data
mengenai kualitas citra menjadi tanggung jawab dokter spesialis radiologi.
[4] Dalam pencatatan dosis pasien dari indikator pesawat, fisikawan medik bertanggung
jawab memastikan bahwa setiap nilai yang dihasilkan indikator adalah valid.
[5] Untuk indikator CTDIvol, batas maksimum simpangan nilai indikator terhadap hasil
pengukuran dengan dosimeter terkalibrasi disarankan sebesar 20%, sedangkan batas
maksimum kesalahan 10% disarankan untuk besaran modalitas lainnya.
[6] Untuk parameter eksposi lainnya, nilai batasan simpangan mengacu pada regulasi uji
kesesuaian (Peraturan BAPETEN No. 2 tahun 2018).
[7] Fisikawan medik bertanggung jawab untuk mengolah hasil yang didapatkan secara
statistik menjadi angka atau grafik untuk dikomunikasikan dengan anggota tim dalam
diskusi.
[8] Disarankan untuk menyajikan data sebagai kuartil ke-3 (percentile ke-75).
[9] Nilai inilah yang kemudian digunakan sebagai nilai dosis dari skenario yang telah
ditentukan.
[10] Penentuan skor citra dilakukan sebelum/sesudah pembacaan citra.
[11] Disarankan untuk menyertakan formulir penilaian kualitas citra ini sebagai bagian
dari berkas status/film pasien.
[12] Kualitas citra secara keseluruhan dari skenario yang dipilih adalah modus dari nilai
skor seluruh pasien dalam skenario tersebut.

6|Widya Apriyani S
Evaluasi dan
Identifikasi Intervensi

[1] Tahapan pertama adalah membandingkan data dosis dengan merujuk kepada nilai
acuan (DRL).
[2] Dalam kondisi ideal, diutamakan untuk membandingkan data dengan DRL lokal
(tingkat institusi) yang nilainya lebih rendah dari DRL tingkat nasional, namun jika
data tersebut tidak/belum tersedia, maka hasil pengambilan data awal dapat ditetapkan
sebagai DRL lokal dan komparasi dilakukan dengan DRL dari cakupan yang lebih luas
(nasional/internasional).
[3] Fisikawan medik bertugas memaparkan nilai kuartil ke-3 dari dosis beserta data modus
kualitas citra dan nilai DRL yang dirujuk.
[4] Fisikawan medik bersama radiografer disarankan untuk melakukan percobaan secara
kuantitatif dengan menggunakan fantom untuk memperkirakan efektivitas dari
perubahan tata laksana atau parameter eksposi yang diusulkan serta dampaknya pada
dosis dan kualitas citra.
[5] Hasil percobaan berupa strategi perubahan terbaik kemudian didiskusikan bersama
dokter spesialis radiologi untuk sama-sama menyepakati perubahan tata laksana atau
parameter eksposi untuk diaplikasikan secara klinis.

7|Widya Apriyani S
Implementasi
Intervensi

Re-akuisisi
Data

8|Widya Apriyani S
Re-Evaluasi

[1] Fisikawan medik bertanggungjawab untuk memaparkan hasil optimisasi dengan


membandingkan data dosis dan kualitas citra di kedua situasi.
[2] Proses optimisasi dinyatakan berhasil apabila teridentifikasi :
1. Penurunan dosis tanpa penurunan modus skor kualitas citra;
2. Peningkatan dosis yang diiringi dengan peningkatan modus skor kualitas citra
dengan catatan nilai dosis tidak melebihi DRL acuan; atau
3. Peningkatan modus skor kualitas citra yang tidak diiringi dengan peningkatan
dosis.
[3] Proses optimisasi dinyatakan tidak berhasil apabila :
1. Terdapat penurunan dosis yang diiringi penurunan modus skor kualitas citra, atau
2. Peningkatan dosis yang tidak diiringi kenaikan modus skor kualitas citra.

Referensi Nilai DRL pada Pemeriksaan Menggunakan CT Scan (2018)

9|Widya Apriyani S
INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN OPTIMISASI
[Parameter Variasi Tegangan dan Arus-Waktu Rotasi]
Dari pemaparan diatas, saya mencoba untuk membuat instruksi kerja atau SPO
sederhana mengenai optimisasi CT Scan dengan menggunakan protocol head dewasa dan
setting parameter scan faktor eksposi (tegangan tabung dan arus-waktu rotasi). Sebagai
contoh, saya menggunakan alat CT Scan Philips type MRC 880 dan phantom Philips
Brilliance 16. Berikut proser pelaksanaan :

a. Melakukan persiapan sebelum tindakan pengaturan berupa phantom ACR Head


holder disiapkan untuk menempatkan phantom di tengah gantry. Pesawat CT Scan
dihidupkan dan dilakukan pemanasan atau warming up dengan cara melakukan
scanning.
b. Setelah pesawat CT Scan melakukan pemanasan maka dipastikan dapat digunakan
untuk percobaan prosedur. Menempatkan phantom pada head holder dan
diposisikan pada meja pemeriksaan dan tepat pada pertengahan gantry, dengan
panduan sinar laser (alignment system). Mengatur sinar aksial pada garis
circumferential section 1, berikutnya mengatur sinar koronal pada garis horizontal
pada kedua sisi phantom dan mengatur sinar digital (yang ditembakkan ke bagian
atas phantom), berhimpit dengan garis vertikal bagian permukaan dengan
phantom.
c. Melakukan setting parameter pertama yaitu variasi tegangan tabung, nilai yang
digunakan yaitu 80 kV, 100 kV , 120 kV dan 140 kV dengan arus-waktu rotasi dan
ketebalan irisan yang tetap yaitu 100 mAs dan 1 mm.
d. Setelah dilakukan setting, kemudian scan phantom dimulai sesuai petunjuk yang
terlihat pada komputer, sehingga akan terlihat topogram phantom keseluruhan.
e. Kemudian mengatur area scan untuk memperoleh citra LCR yaitu pada bagian
multipin phantom, setelah itu melakukan scan untuk memperoleh area scan yang
telah dipilih. Hasil yang diperoleh berupa data Dicom dari phantom.
f. Data yang diperoleh dari variasi tegangan tabung adalah nilai CTDIvol yang dapat
dilihat pada konsol computer CT Scan.

10 | W i d y a A p r i y a n i S
g. Sedangkan untuk hasil yang berupa data Dicom dapat diolah menggunakan
software Radiant Viewer untuk mengetahui nilai mean objek pin lexan, mean
background aculon dan standart deviasi, sehingga dapat digunakan untuk
menghitung nilai CNR.
h. Untuk menghitung nilai CNR, dapat dilakukan dengan membuat ROI pada objek
yang terlihat pada hasil scan.
( )

dimana A adalah mean ROI dari objek; B adalah mean ROI dari background
diantara dua objek dan SD adalah standart deviasi dari B. [Nilai CNR harus lebih
besar dari 1.0 untuk protocol kepala orang dewasa].
Nilai CNR yang tinggi menunjukkan bahwa citra yang dihasilkan memiliki
kualitas citra LCR yang semakin baik.
i. Melakukan prosedur point d – h dengan setting parameter kedua yaitu variasi
arus-waktu rotasi pada nilai 100 mAs, 200 mAs, 300 mAs dan 400 mAs dengan
tegangan tabung 120 kV dan ketebalan irisan 5 mm.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian dari beberapa literature yang saya pelajari
disebutkan bahwa tegangan tabung menentukan distribusi energi dari berkas sinar-X.
Meningkatnya tegangan tabung sinar-X akan meningkatkan jumlah radiasi, dan akan
meningkatkan energi rata-rata foton. Energi sinar-X tersebut mempengaruhi dosis radiasi
pasien secara langsung, semakin besar tegangan tabung sinar-X yang digunakan maka,
dosis radiasi yang diterima pasien semakin besar. Variasi tegangan tabung menyebabkan
perubahan dosis CT, noise dan kontras citra. Sehingga, tegangan tabung yang tinggi dapat
mengurangi kontras citra, sekaligus mengurangi noise dan dapat mengurangi artefak.
Hubungan antara tegangan tabung dan kualitas citra adalah kompleks, karna dapat
mempengaruhi noise dan kontras gambar. Perubahan noise kira-kira berbanding terbalik
dengan perubahan tegangan tabung, penurunan tegangan tabung akan meningkatkan noise
(Soderberg, 2008). Selain variasi tegangan tabung, juga dilakukan dengan variasi arus-
waktu. Pengurangan arus-waktu rotasi menjadi setengah awal akan menurunkan dosis dan
noise sebesar 50 % (Tsapaki dan Rehani, 2007).

11 | W i d y a A p r i y a n i S

Anda mungkin juga menyukai