Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, perkembangan teknologi

pencitraan radiologi telah berkembang demikian pesatnya dengan

dikembangkannya modalitas imejing yang terbukti sangat membantu

mendiagnosa berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah CT Scan,

yang mulai diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Geodfrey

Hounsfield.

CT Scan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sinar-X dalam

bidang kedokteran, khususnya radiodiagnostik. Dengan menggunakan CT

Scan, informasi atau data gambar organ tubuh dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang yang berbeda yaitu axial, koronal dan sagital. Informasi

tersebut dapat juga disimpan dan diproses menggunakan suatu program

dalam komputer untuk kemudian ditampilkan berupa variasi irisan lintang dari

organ tubuh tertentu yang diinginkan.

Peralatan serumit CT Scan, program kontrol kualitas sangat penting

untuk pemeliharaan dari mutu gambaran optimal. Tujuan dari program

kontrol kualitas adalah untuk menjamin peralatan yang dipergunakan

menghasilkan kualitas gambar yang baik dengan dosis yang diterima pasien

seminimal mungkin.

Pada saat pemeriksaan menggunakan pesawat CT Scan dosis radiasi

yang diterima pasien cukup tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk

menimbulkan efek biologi tertentu, walaupun tujuan pemanfaatan tersebut

1
2

menggunakan asas justifikasi dan hubungan antara dosis radiasi dengan

probabilitas resiko yang ditimbulkan pada kisaran dosis tersebut masih sulit

untuk dievaluasi. Menghadapi hal tersebut maka perlu adanya upaya

terpadu dan sistematis untuk tetap menjaga keselamatan pihak-pihak yang

terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam pengoperasian

pesawat CT Scan dengan menerapkan program jaminan mutu untuk

mencapai keselamatan operasi yang bermutu. Mulai dari permohonan

pelayanan CT Scan hingga pelaksanaan dan evaluasinya harus dipantau

pada setiap tahap. Inspeksi, pemeriksaan, dan survei pada tahap akhir

proses kegiatan. Kepercayaan terhadap hasil inspeksi, pemeriksaan dan

survei pada tahap akhir proses telah digantikan dengan kepercayaan melalui

audit terhadap prosedur, metode, pelatihan, dan organisasi dari keseluruhan

sistem yang diterapkan, serta verifikasi pelaksanaannya. Program jaminan

mutu untuk memastikan bahwa dosis radiasi yang diterima pasien adalah

minimal sesuai dengan tingkat panduan (Guidance Level) dan dapat

membentuk citra diagnostik secara optimal, serta untuk menjamin

keselamatan dan kesehatan pasien, pekerja radiasi maupun masyarakat.

Dengan semakin meluasnya pemanfaatan CT Scan di rumah sakit dan

klinik maka perlu dilakukan program kontrol kualitas peralatan CT Scan.

Dengan adanya regulasi dalam pemanfaatan CT Scan tersebut diharapkan

standar kualitas pada pesawat CT Scan menjadi meningkat. Hal ini tentunya

akan berpengaruh terhadap keselamatan pasien. Frekuensi dalam

pengukuran kontrol kualitas pada pesawat CT Scan dilakukan harian,

bulanan, tahunan secara periodik. (Seeram, 2001)

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus, baru memasang


3

pesawat CT Scan Merk Hitachi Type Eclos 8 pada tanggal 1 Maret 2008

sehingga belum pernah dilakukan penerapan program jaminan mutu dan

tidak dapat dipastikan peralatan CT Scan beroperasi menurut spesifikasi

teknis standar pabrikan maupun teknis standar internasional. Disamping itu

juga belum adanya baseline data (data awal) pada alat tersebut. Dengan

melakukan pengujian kontrol kualitas terhadap pesawat CT Scan Merk

Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus

akan mendapatkan baseline data (data awal) tentang data kinerja/

performance pesawat CT Scan tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan pengujian

kontrol kualitas dan mengangkatnya dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“PENGUJIAN KONTROL KUALITAS PESAWAT CT SCAN MERK HITACHI

TYPE ECLOS 8 DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT DAERAH

KUDUS”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja hasil pengujian kontrol kualitas pesawat CT Scan

Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Daerah Kudus?

2. Apakah pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus sudah beroperasi menurut

spesifikasi teknis standar pabrikan?

3. Apakah pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Derah Kudus sudah beroperasi menurut

spesifikasi teknis standar internasional?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan data kinerja/ performance dari pesawat CT Scan

Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Daerah Kudus.

2. Untuk mengetahui nilai standar pesawat CT Scan Merk Hitachi Type

ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus sudah

beroperasi menurut spesifikasi teknis standar pabrikan.

3. Untuk mengetahui nilai standar pesawat CT Scan Merk Hitachi Type

ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus sudah

beroperasi menurut spesifikasi teknis standar internasional.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai patokan dasar data kontrol kualitas pada pesawat CT Scan

Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Daerah Kudus.

2. Sebagai bahan masukan untuk Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Daerah Kudus terutama mengenai data kinerja/ performance

pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS 8.

E. Keaslian Penelitian

Dari studi literatur yang telah dilakukan untuk penelitian ini, penulis tidak

menemukan adanya penelitian yang sebelumnya dilakukan berkaitan dengan

pengujian kontrol kualitas pada pesawat CT Scan Merk Hitachi Type

ECLOS 8. Namun penelitian sejenis pernah dilakukan oleh :

1. Istijabah, tahun 2008 dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul Pengujian
5

Kontrol Kualitas Pesawat CT Scan Single Slice Merk Hitachi Type Pronto

XE di BP RSUD Djojonegoro Temanggung. Dari hasil penelitiannya

dijelaskan bahwa kinerja pesawat CT Scan Single Slice Merk Hitachi

Type Pronto XE di BP RSUD Djojonegoro Temanggung menunjukkan

baseline data sesuai dengan 6 parameter yang diujikan, yaitu equipment

function (mechanical and other safety checks warm up), uji kalibrasi CT

number water, uji standard deviation of CT number in water, uji flatness

of the CT number, uji bed indexing, uji bed backlash, uji scan localization

light accuracy). Kondisi secara umum fungsi pesawat CT Scan dalam

keadaan baik. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama

melakukan uji kontol kualitas. Perbedaan dari penelitian tersebut adalah

penulis menguji kontrol kualitas pada pesawat CT Scan Multi Slice dan

membandingkan hasil pengujian dengan standar pabrikan dan standar

internasional.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pesawat CT Scan Multi Slice

CT Scan Multi Slice memakai teknologi multi detektor untuk melakukan

scan lebih dari dua irisan atau per putaran gantry, sehingga meningkatkan

kecepatan pemenuhan volume. CT Scan Multi Slice menawarkan

peningkatan substansial dari cakupan volume dan kinerja kecepatan. Ini

berarti bahwa CT Scan Multi Slice menghasilkan scan yang lebih cepat dan

resolusi yang lebih tinggi untuk sejumlah aplikasi klinis. Salah satu

perbedaan yang paling kelihatan antara CT Scan Multi Slice dan CT Single

Slice adalah bahwa yang sebelumnya menggunakan detektor tunggal

(susunan detektor 1D).

1. Prinsip Kerja CT Scan

CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X,

komputer dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu tabung sinar-X memutari dan

menyinari obyek yang selanjutnya detektor berhadapan dengan tabung

sinar-X menangkap sinar-X yang telah menembus obyek tersebut. Pada

saat yang bersamaan detektor referensi menangkap sinar-X yang

langsung dari sumber. Berkas sinar-X tersebut diubah oleh detektor

menjadi sinyal listrik dan sinyal listrik ini kembali diubah menjadi ADC

(analog to digital converted) menjadi data digital dan selanjutnya dikirim

ke komputer untuk diolah dan direkonstruksi dengan penerapan sistem

matematika. Setelah proses selesai maka data yang telah diperoleh

berupa data digital diubah kembali menjadi data analog dan ditampilkan

6
7

di monitor berupa gambar anatomis irisan obyek.

Peralatan dasar pada CT Scan terdiri dari 3 sistem utama yaitu

sistem penggambaran; sistem komputer; dan tampilan gambar,

perekaman, penyimpanan, dan sistem komunikasi. Ketiga sistem utama

tersebut berada pada ruang pemisah, yaitu:

a. Sistem penggambaran.

Sistem penggambaran ditempatkan pada ruang scanner.

Sistem ini mempunyai tujuan untuk memproduksi sinar-X, bentuk dan

filter berkas sinar-X hanya suatu potongan melintang yang

digambarkan pasien, mendeteksi dan mengukur radiasi melalui

potongan melintang, dan diubah pada pemindahan photon dalam

informasi digital. Komponen utama pada sistem penggambaran

tabung sinar-X dan generator, kolimator, filter, detektor dan detektor

elektronik.

Imaging Computer Image display, recording, storage, and


system system communication system

TV
Mini Image display, Image monitor
computer Recording, displa
System Storage, and y
communication
Gantryy
y
Magnetic
tapes,disk
s,and
External laser
rat
or’

pe
ns
co
ol

O
e

storage optical
disks

Image
recording Laser
Imager
Patient table
Communication Electronic
networking

Gambar 1. Konfigurasi dasar pesawat CT Scan (Seeram,2001)


8

Tabung sinar-X dan generator bertanggung jawab untuk

menghasilkan sinar-X.

Berkas radiasi yang dipancarkan dari tabung disaring melalui filter

dengan pengaturan khusus yang melindungi pasien dari energi

rendah dan menjamin keseragaman berkas detektor. Kolimator

membantu membatasi ketebalan dan membatasi berkas sinar-X untuk

cross-section yang penting. Detektor menangkap photon sinar-X dan

mengubahnya kedalam signal elektronik atau sistem aquisisi data

(DAS), perubahan informasi ke data digital.

b. Sistem komputer.

Sistem komputer ditempatkan pada ruang komputer.

Sistem ini menerima data digital dari sistem aquisisi data (DAS) dan

proses tersebut untuk rekonstruksi gambar anatomi cross-section.

Untuk tambahan, sistem komputer menampilkan manipulasi gambar

dan prosesing gambar yang sangat bervariasi seperti windowing,

image enhancement, memperbesar gambar dan pengukuran

rekonstruksi multiplanar, gambar 3D dan pengukuran kuantitatif.

Sistem komputer terdiri dari input-output, central processing unit,

array processors, interface devices, back-projector processing,

penyimpanan dan hardware komunikasi. Sistem komputer juga terdiri

dari software yang mengijinkan tiap komponen hadware untuk

menampilkan tugas khusus. Contohnya, sofware memberi

kesempatan prosedur scanning untuk menulis aktif dari input device

dan tampilan gambar intensif dan fungsi analisis sebagai imtion, age

pan dan zoom, reserve video, image rotation, collage dan tampilan
9

cross-section.

c. Sistem tampilan, perekaman dan sistem penyimpanan.

Ditempatkan di ruang operator dan mempunyai tujuan :

1) Untuk menampilkan keluaran gambaran digital dari komputer

dalam wujud yang penuh arti kepada pengamat.

2) Untuk menyediakan salinan dalam bentuk hard copy dari

gambaran di suatu medium perekaman yang menyediakan suatu

salinan dalam bentuk permanen dari gambaran yang

direkonstruksikan dan mengakomodasi pilihan dari dokter

radiologi selama interpretasi diagnostik.

3) Untuk memfasilitasi penyimpanan dan perolehan kembali data

digital yang berasal dari kesalahan pada ruang penyimpanan film,

archieving dan mengenai keadaan lingkungan dari pabrik film,

konsumsi, dan pembuangan.

4) Untuk mengkomunikasikan gambaran, mendata laporan dan

mendata demografi pasien ke dalam satu lingkup jaringan

komunikasi elektronik (Seeram, 2001).

2. Proses Pembentukan Gambar CT Scan

Proses pembentukan gambar pada CT Scan terdiri atas tiga tahap

yaitu : akuisisi data, proses data, dan penampilan gambar.

a. Akuisisi data

Akuisisi data adalah kumpulan hasil perhitungan transmisi sinar-X

setelah melalui tubuh pasien. Sekali sinar-X menembus pasien berkas

tersebut diterima oleh detektor khusus yang menghitung nilai


10

transmisi/ nilai atenuasi (penyerapan). Ada 2 cara pada akuisisi data

yaitu slice by slice data dan volume data.

1) Slice by slice, prinsipnya tabung sinar-X dan detektor bergerak

mengelilingi pasien dan mengumpulkan data berhenti, kemudian

pasien bergerak untuk menuju posisi kedua dan scanning

berlangsung dan selanjutnya secara individu.

2) Volume data, suatu berkas geometri khusus diarahkan secara

spiral. Sinar-X mengelilingi pasien dan membentuk suatu

spiral/helical untuk mencari suatu jaringan pada suatu waktu.

b. Proses data

Prinsip pemrosesan data merupakan proses matematika. Ada tiga

proses yang terjadi, yaitu :

1) Data mentah mengalami beberapa bentuk, pre prosesing dimana

akan terjadi koreksi dan terjadi perbaikan data.

2) Rekonstruksi gambar

Pada tahap ini, scan data dan atenuasi akan terbaca yang dirubah

ke data digital dengan CT number. Konversi dari pembacaan

atenuasi ke CT number diselesaikan dengan prosedur matematika

yang disebut rekonstruksi algoritma.

3) Penyimpanan data

Gambar yang didapat akan disimpan dalam memori disk sebagai

penyimpanan sementara.

c. Penampilan gambar

Proses terakhir dalam proses CT adalah penampilan gambar,

penyimpanan dan dokumentasi. Setelah gambar direkonstruksi dan


11

akan muncul di komputer dalam bentuk digital. Pada CT gambar

rekonstruksi digital dikonversikan ke dalam suatu gambar grey scale.

Gambar digital diubah dalam bentuk sinyal analog oleh DAC (Digital

to Analog Converter) yang selanjutnya akan ditampilkan pada monitor

(Seeram, 2001).

3. Spesifikasi CT Scan

Akuisisi pada CT Scan adalah hal yang menarik dan teknologi CT

Scan perlu mengambil keuntungan dari peluang partisipasi aktif. Instalasi

Radiologi atau komite pembelian menginformasikan kepada vendor

tentang peralatan yang yang dibutuhkan. Sebagai tambahan vendor akan

memiliki spesifikasi alat yang tersedia untuk ditinjau ulang.

Pada umumnya spesifikasi teknik yang utama dan fitur pada CT

Scan yang dipertimbangkan sebagai berikut :

a. Generator sinar-X, terdiri dari keadaan fisik dan parameter

pengoperasian.

b. Tabung sinar-X dan detektor, terdiri dari kapasitas penyimpanan dan

pendingin tabung, tipe, pendeteksi quantum, dan efisiensi konversi

dari detektor.

c. Gantry, ukuran celah, ukuran kemiringan, posisi laser pembantu dan

kontrol.

d. Meja pameriksaan, karakteristik pergerakan dan kekuatan meja

pemeriksaan.

e. Ruang operator, terdiri dari monitor, keyboard, panel sentuh, perekam

film, dan ruang penyimpanan.


12

f. Ruang dokter radiologi, terdiri dari perangkat keras dan perangkat

lunak.

g. Perangkat keras komputer, terdiri dari CPU dan penyimpanan

utama.

h. Perangkat lunak komputer, terdiri dari rekonstruksi gambar, tampilan,

visualisasi, dan penganalisa.

i. Ruang kerja (work station) kedua perangkat keras dan perangkat

lunak.

j. Laser imagers

k. Asesoris.

l. Peralatan kontrol kualitas (Seeram, 2001)

4. Kualitas Gambar CT Scan

Faktor yang mempengaruhi kualitas gambar CT Scan adalah

spasial resolusi, kontras resolusi, noise dan artefak. (Seeram, 2001)

a. Spasial Resolusi.

Spasial resolusi menjelaskan tentang tingkatan derajat efek

kabur (blurring) pada sebuah gambaran. Pada CT Scan, spasial

resolusi adalah suatu ukuran dari kemampuan untuk membeda-

bedakan obyek tentang bermacam-macam densitas suatu jarak yang

kecil terpisah suatu latar belakang yang seragam (Robb and Morin,

1991).

Dengan ukuran pixel yang besar maka spasial resolusi menjadi

rendah tetapi noise akan berkurang. Spasial resolusi seringkali dapat

menyebabkan gambaran menjadi kabur. Spasial resolusi dipengaruhi


13

oleh faktor geometri, rekonstruksi algoritma (filter kernel), ukuran

matriks, pembesaran gambar (magnifikasi), FOV (field of view).

b. Kontras Resolusi.

Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003), kontras resolusi

adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakkan obyek-

obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil. Dengan

meningkatnya ukuran pixel maka kontras resolusi akan semakin

meningkat. Kontras resolusi dipengaruhi oleh faktor eksposi,

ketebalan irisan, FOV (field of view) dan rekonstruksi algoritma (filter

kernel).

Kontras resolusi dapat diperbaiki dengan cara:

1) Ukuran pixel besar.

2) mAs besar.

3) Slice thickness.

4) Low pass filter

c. Noise

Noise adalah fluktuasi atau standar deviasi nilai CT number

pada jaringan atau materi yang homogen. Sebagai contoh adalah air

memiliki CT number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT number

pada pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi. (Seeram, 2001)

Noise akan mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi

noise maka kontras resolusi akan menurun (Bushberg, 2003).

Faktor yang menyebabkan noise adalah faktor eksposi, detektor

dan ketebalan irisan.

Noise dapat dikurangi dengan cara menambah:


14

1) Nilai mAs semakin tinggi maka akan menyebabkan noise semakin

rendah, tetapi sebaliknya semakin rendah nilai mAs maka noise

akan semakin banyak.

2) Ukuran pixel bertambah besar akan menyebabkan noise

berkurang, semakin kecil ukuran pixel maka noise semakin

banyak.

3) Slice thickness semakin tebal maka kontras resolusi akan

meningkat sedangkan spasial resolusi akan menurun.

d. Artefak.

Secara umum artefak adalah suatu penyimpangan atau

kesalahan pada suatu gambaran yang tidak berhubungan kepada

subyek materi yang sedang dipelajari. Penampilan ini adalah satu

kesalahan didalam gambaran dan tidak mempunyai hubungan

anatomi pada pemeriksaan.

Pada CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan atau

perbedaan antara rekonstruksi CT number dalam gambar dengan

koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang diperiksa

(Seeram, 2001).

Definisi ini menyeluruh dan menyiratkan bahwa semua yang

menyebabkan pengukuran transmisi yang membaca oleh detektor-

detektor itu akan mengakibatkan satu gambaran artefak. Karena CT

number menunjukkan bayangan keabu-abuan pada gambar,

pengukuran yang salah menghasilkan CT number yang salah dan

tidak menunjukkan koefisien atenuasi pada obyek. Kesalahan ini

mengakibatkan berbagai macam artefak yang akan mempengaruhi


15

penampilan gambaran CT.

1) Streaks artifact

Streaks artifact adalah artefak berupa garis-garis yang disebabkan

oleh pergerakan pasien, berkas cahaya, metal dan adanya obyek

diluar FOV (field of view).

2) Shading artifact

Shading artifact dapat disebabkan oleh pergerakan obyek dan

berkas cahaya (beam hardening).

3) Ring artifact

Ring artifact adalah artefak yang berupa garis lingkaran yang

disebabkan oleh adanya kerusakan pada detektor.

4) Partial Volume Artifact

Partial volume artifact adalah artefak yang disebabkan adanya

dua jaringan atau materi yang berbeda CT number dalam satu

pixel.

Spasial
resolusi Kontras
resolusi

Noise
Dosis
radiasi

Gambar
artefak
5. Gambar
Parameter CT Scan yang mempengaruhi kualitas gambar CT Scan
2. Faktor-faktor
(Seeram,2001)
16

5. Parameter CT Scan

Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas

sinar-X yang mengalami perlemahan setelah menembus obyek,

ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan dalam komputer.

Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang

dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan

untuk menegakkan diagnosa.

Pada CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan

eksposi dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003). Adapun

parameter tersebut adalah :

a. Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek

yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai

dengan keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan

menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya

dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambaran

dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan

menimbulkan gambaran yang mengganggu seperti garis-garis dan

apabila slice thickness terlalu tipis akan menghasilkan noise yang

tinggi.

b. Scan Range

Scan range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice

thickness, yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan

yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.


17

c. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

eksposi, meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu

(s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada

setiap pemeriksaan (Jaengsri, 2004).

Tegangan tabung (KV) yaitu beda potensial antara tabung katoda

dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan

semakin kuat menembus anoda sehingga daya tembus yang

dihasilkan akan semakin besar.

Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan

sinar-X, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan

akan semakin besar.

Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh

terhadap jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron

dan kuantitas sinar-X.

d. Field of View (FOV)

Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang

akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada

rentang 12 cm sampai dengan 50 cm. Field of View (FOV) kecil akan

meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV)

yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam

rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.

Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm

akan meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek

akan tampak jelas. Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan


18

noise meningkat (Nesseth, 2000).

Field of View (FOV) sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar

yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta

artefak sedikit (Genant, 1982).

Field of View (FOV) besar, antara 350 mm sampai dengan

400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel

menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of View (FOV)

besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi

meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact (Genant,

1982).

e. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal

dengan gantry (tabung sinar-X dengan detektor). Rentang gantry tilt

antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan

diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.

f. Pitch

Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu

kecepatan dan jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan

sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT Scan selama satu putaran

tabung sinar-X. Pitch digunakan untuk menghitung pitch ratio, yang

mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice thickness/beam

collimation.

Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung

sinar-X sama dengan slice thickness/ beam collimation, pitch ratio

(pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu pitch dengan nilai 1


19

menghasilkan kualitas gambar terbaik dalam CT Scan helical. Pitch

ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage dan kecepatan

proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan 10,

sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.

g. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture

element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi

matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori

komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada

umumnya matriks yang digunakan berukuran 512x512 yaitu 512 baris

dan 512 kolom. Pada pemeriksaan CT Scan ukuran matriks

disesuaikan dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks

berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang

dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan.

(Bushberg, 2003)

h. Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan

karakteristik dari gambar CT Scan tergantung dari kuatnya algorithma

yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dipilih maka

semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan. Dengan adanya

metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-

jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

i. Window Width

Window Width adalah nilai computed tomography yang dikonversi


20

menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor. Setelah

komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi

matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala

numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai

ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit).

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU, jaringan

lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai

+1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi

udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau substansi lain

dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi

penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi

hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna

abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah

yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat

menjadi putih apabila diberi media kontras (Rasad, 1992).

j. Window Level

Window Level adalah nilai tengah dari window yang digunakan

untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada

karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window

Level menentukan densitas (derajat kehitaman) gambar yang

dihasilkan. Untuk jaringan lunak 30 HU sampai dengan 40 HU,

sedangkan untuk tulang 200 HU sampai dengan 400 HU.

Tipe Jaringan Nilai CT ( HU ) Penampakan


Tulang +1000 Putih
Otot +50 Abu-abu
Materi Putih +45 Abu-abu merah
Materi Abu-abu +40 Abu-abu
Darah +20 Abu-abu
21

CSF +15 Abu-abu


Air 0 Abu-abu
Lemak -100 Abu-abu
Paru -200 Abu-abu
Udara -1000 Hitam
Tabel 1. Nilai CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya
dalam layar monitor (Bontrager,2001)

B. Kontrol Kualitas CT Scan

Kontrol kualitas dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji

kinerja pesawat CT Scan dan membandingkan dengan standar yang ada.

Kontrol kualitas merupakan bagian dari program jaminan mutu yang

berhubungan dengan teknik yang digunakan dalam monitoring dan

pemeliharaan dari unsur-unsur teknis dari sistem. Menguji kinerja sistem

adalah hal penting untuk memelihara mutu gambaran yang optimal dan

memperkecil produksi artefak-artefak gambaran. Kontrol kualitas

mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kontrol kualitas adalah

bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan instrumentasi

dan peralatan.

Tujuan dari program pengendalian mutu adalah untuk memastikan

bahwa peralatan imaging menghasilkan mutu gambaran terbaik dengan dosis

penyinaran yang diterima pasien seminimal mungkin. Mutu gambaran pada

CT Scan sulit untuk dipelihara oleh karena sifat yang kompleks dari

gambaran dan tampilan. Suatu sistem CT Scan sekarang ini terdiri atas

komputer elektronik yang menghasilkan dan memproses data dalam jumlah

yang sangat besar. Sistem program jaminan mutu penting untuk memastikan

kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis radiasi yang

mengenai pasien seminimal mungkin (Papp, 2002).

Jaminan mutu dirancang untuk menyediakan parameter-parameter


22

kinerja tertentu untuk menentukan apakah spesifikasi suatu unit yang diinstal

menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik setelah pemakaian. Suatu

program jaminan mutu CT Scan diselenggarakan oleh tenaga yang

berkualitas dari Fisikawan Medis dan Radiografer (Papp, 2002).

1. Pengujian Kontrol Kualitas CT Scan


a. Pengujian Penerimaan (Acceptance Testing)
Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat CT Scan, dan

mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang

sudah sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai

untuk pemeriksaan pasien.


Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran dosis radiasi

dan kinerja elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi

sistem komponen. Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi

sistem komponen yang memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan

bagian yang cacat harus diganti. Pada akhir pengujian penerimaan,

scan diambil pada obyek standar sehingga diperoleh CT number dan

simpangan baku yang direkam sebagai patokan untuk pengukuran

kinerja sistem yang akan datang.


b. Pengujian Rutin.
Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode

tertentu. Untuk lebih konsisten di dalam pengukuran cara kerja dari

alat CT Scan yang bersifat mapan, maka penjual alat CT Scan

harus menyediakan alat phantom untuk melaksanakan uji kontrol

kualitas dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat

diijinkan untuk parameter yang ditentukan, suatu metode untuk

menyimpan dan merekam data jaminan mutu , dan informasi dosis

dalam wujud suatu indeks dosis CT.


23

c. Tes Koreksi Kesalahan ( Error Correction Test)


Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi peralatan yang

mengalami mal fungsi atau alat tidak bekerja sesuai dengan

spesifikasinya (Papp, 2002).

2. Parameter Fisik Pengukuran Kontrol Kualitas CT Scan

Parameter fisik pengukuran kontrol kualitas alat CT Scan terdiri dari :

a. Equipment Function Check and Warm Up.

Merupakan kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan

alat dalam hal fungsi komponen, keluaran dan keselamatan.


Aspek yang harus dipenuhi dalam operasional alat CT scan, meliputi:

1) Alat dalam keadaan siap pakai, berfungsi dengan baik dan aman

digunakan.

2) Aksesori alat lengkap dan baik.

3) Ruang pengoperasian memenuhi syarat.

4) Prasarana listrik, air harus memadai.

5) Sumber daya manusia siap.

6) Bahan operasional tersedia.

7) Prosedur tetap pelayanan tersedia dan dipahami.

8) Prosedur tetap pengoperasian tersedia dan dipahami.

Pemeriksaan fisik secara visual, meliputi :

1) Catu daya.

2) Body (badan) alat dan permukaan alat.

3) Aksesori peralatan.

4) Lampu-lampu indikator.

5) Perencanaan ruang pemeriksaan.

6) Pengkondisian udara.
24

b. Uji Phantom

Uji phantom (phantom merupakan standarisasi bentuk manusia

atau uji obyek sebagai bentuk yang khusus, ukuran dan strukturnya)

digunakan untuk kalibrasi alat dan mengevaluasi data kinerja/

performance alat CT Scan.


Data kinerja/ Performance CT Scan dapat dicek melalui

penerimaan uji kualitas setelah pemasangan dan perbaikan hal yang

terpenting, dan menggunakan uji kontrol kualitas periodik semenjak

dilakukan standar operasional.


Uji phantom mencakup beberapa parameter yang dapat diuji,

seperti nilai rata-rata CT number, linearitas, uniformity (keseragaman),

noise, spasial resolusi (resolusi ruang), slice thickness (ketebalan

irisan), dosis radiasi dan posisi meja.

1) Uji CT Number in Water

Akurasi nilai CT number in water dapat dibuktikan kebenarannya

melalui pemanfaatan uji obyek scanning (phantom) dengan

parameter standar yang biasa dipakai. Nilai CT number in water

dipengaruhi oleh voltase tabung sinar-X, filtrasi sinar-X dan

ketebalan obyek.

Nilai CT number in water dapat diartikan sama hingga 0 HU dan

artinya CT number diukur melebihi Central Region of Interest

(ROI) yang seharusnya nilainya berkisar antara ± 4 HU (Jaengsri,

2004).
25

Gambar 3. Gambaran scan phantom ROI ditempatkan dipusat


phantom (Seeram, 2001)

Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria, Nilai

rata-rata CT number untuk Polyethylene antara -107 HU dan -87

HU, untuk air antara -7 HU dan +7 HU, Nilai rata-rata CT number

untuk akrilik antara +110 HU dan +130 HU ( Papp,2002).

2) Uji Linearitas

Linearitas membahas hubungan linier antara perhitungan CT

number dan koefisien attenuasi linier setiap elemen dari obyek.

Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi kebenaran gambaran

CT Scan, secara khusus untuk kebenaran dari kualitas CT. Nilai

Penyimpangan dari linearitas tidak boleh melebihi rentang ±5 HU

dari nilai yang seharusnya, yaitu pada rentang spesifik jaringan

atau tulang (Jaengsri, 2004).

3) Uji Uniformity (keseragaman)

Uniformity (keseragaman) berkaitan dengan persyaratan untuk

nilai masing-masing pixel pada homogenitas gambar obyek

menjadi sama dalam batas yang sempit dari berbagai obyek

seperti diameter silinder 16,5 cm. Perbedaan rata-rata CT

number antara tepi dan daerah pusat dari hegemonitas obyek

harus kurang dari atau sama dengan 8 HU. Apabila

perbedaannya lebih besar dapat disebabkan karena gejala fisik


26

dari pancaran yang kuat/ beam hardening (Jaengsri, 2004).

Menurut Seeram (2001) frekuensi pengujian terhadap uniformity

atau flatness CT number dilakukan frekuensi tahunan.

Batas yang diterima : Apabila CT number berbeda lebih dari 5 dari

rata-rata, maka bayangan tidak datar. Apabila CT number

ditengah tinggi dan rendah dipinggir diatas data gambaran akan

berbentuk cupping.

Gambar 4. Gambar penempatan ROI pada beberapa tempat di


phantom ( Seeram,2001)

Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria

perbedaan antara rata-rata CT number tengah dan di tepi

kurang dari 5 HU untuk keempat posisi tepi. Nilai CT number di

tengah antara -7 HU dan +7 HU dengan ±5 HU dipilih

(Papp,2002).
27

4) Uji Noise

Noise adalah fluktuasi CT number diantara titik (picture element)

pada materi yang seragam, misalkan air. Noise dapat

dideskripsikan dengan standard deviasi () dari nilai-nilai pixel

yang terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT Scan.

Pengukuran noise dilakukan dengan frekuensi harian (Seeram,

2001)

5) Uji Spasial Resolusi (resolusi ruang)

Spasial resolusi (resolusi ruang) pada kontras yang tinggi dan

rendah bersifat saling tergantung dan mengupas kepada mutu

gambaran dan gambaran baik dari struktur-struktur diagnostik

yang penting.

Resolusi ruang pada kontras yang tinggi (resolusi kontras tinggi)

menentukan ukuran minimal dari detail yang ditunjukkan pada

pesawat dari irisan dengan suatu kontras kurang dari atau sama

dengan 10%. Itu dipengaruhi oleh rekonstruksi algoritma, lebar

detektor, ketebalan irisan, obyek itu kepada jarak detektor, ukuran

focal spot tabung sinar-X focal, dan ukuran matrik. Resolusi

ruang pada kontras yang rendah (resolusi kontras rendah)

menentukan ukuran dari detail yang dapat dengan nyata

direproduksi ketika hanya ada suatu perbedaan yang kecil pada

kepadatan sehubungan dengan melingkupi bidang. Resolusi

kontras rendah sangat dibatasi oleh noise. Ambang pintu persepsi

hubungan dengan kontras dan ukuran detil dapat ditentukan,

sebagai contoh, atas pertolongan suatu kurva contras-detail.


28

Dalam penentuan yang demikian, dipengaruhi oleh rekonstruksi

algorithma dan parameter scanning yang lain harus dikenal.

Dosis dan gambaran noise yang sesuai sangat mempengaruhi

resolusi kontras rendah.

6) Uji Slice thickness (ketebalan irisan)

Slice thickness (ketebalan irisan) menentukan pusat dari daerah

yang terlihat sebagai jarak antara dua titik pada profil kepekaan

sepanjang poros dari perputaran selama reaksi jatuh sampai 50%.

Penyimpangan tertentu pada ketebalan irisan tidak boleh melebihi

batas karena berpengaruh pada detail gambar, sebagai contoh,

dengan nominal slice thickness lebih dari atau sama dengan 8 m,

deviasi maksimal + 10% dapat diterima, deviasi yang dapat di

toleransi untuk slice thickness yang lebih kecil dari 2 mm sampai

dengan -8 mm dan < 2 mm adalah + 25% dan + 50% secara

berturut-turut.

Penggunaan dari setelah kolimasi pasien yang melekat pada

beberapa peralatan CT untuk mengurangi profil sensitifitas irisan,

berperan penting pada peningkatan yang signifikan dosis pasien

untuk serangkaian irisan yang berdampingan.

c. Uji High Contrast Resolution

Frekuensi : Bulanan.
Alat : Phantom dengan high contrast resolution pattern (perbedaan

kontras 10% atau lebih besar).


Pengukuran : Menentukan barisan lubang terkecil, dimana semua

lubang dapat terlihat dengan jelas. Semakin kecil lubang terlihat

maka semakin baik.


29

Gambar 5. Gambar Hole pattern phantom


high contras resolution ( Seeram,2001)

Hasil yang diharapkan : Kebanyakan CT Scan modern memiliki

resolusi < 1 mm, teknik highest resolution bernilai 0,25 mm.


Penyebab kegagalan:
1) Perluasan ukuran focal spot.
2) Getaran gantry yang berlebihan.
3) Kegagalan detektor.

d. Uji KVp Waveform

Frekuensi : Tahunan.

Alat : KVp meter dan storage osiloscope.

Hasil yang diharapkan: Nilai KVp terukur seharusnya sama dengan

yang diset. Bentuk gelombang tidak berubah sehingga tidak

mengubah nilai KV selama durasi scanning.

Batas yang dapat diterima : Selisih KV (tegangan tabung) terukur

maksimal 2 KV.

Penyebab kegagalan : Miskalibrasi generator sinar-X.

e. Uji Radiation Scatter and Leakage

Frekuensi : Tahunan.

Alat: Phantom water head size, survey meter ( Geiger Muller ) / ion
30

chamber

Batas yang dapat diterima: Tidak ada

Penyebab kegagalan: Ada masalah dengan sistem kolimasi dan

shielding tabung sinar-X.

f. Uji Accuracy of Distance Measuring Device

Frekuensi :Tahunan

Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang

yang presisi.

Hasil yang diharapkan : Jarak yang sama antara lubang phantom

dengan jarak pada video monitor.

Batas yang diterima ≤ 1 mm. Apabila > 2 mm harus dikoreksi.

Penyebab kegagalan : Miskalibrasi rekontruksi algorithma.

Gambar 6. Gambar diameter phantom


dengan lubang–lubang (Seeram,2001)

g. Test Distortion of Video Monitor

Frekuensi : Tahunan

Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang

yang presisi.

Hasil yang diharapkan :

Jarak pada lubang pada semua arah sama/ paralel antara lubang
31

phantom dan gambaran lubang pada video monitor.

Batas yang diterima : ≤1% diameter phantom pada jarak antara

lubang di posisi manapun.

Penyebab kegagalan : Tegangan pada monitor.

h. Uji Distortion of Film Image or orther Hard Copy Output

Frekuensi : Bulanan.

Alat : Phantom yang berlubang berpola “ + “ dengan jarak lubang

yang presisi.

Hasil yang diharapkan : Jarak diantara spasi lubang yang sama di

phantom tampak berjarak sama pada film.

Batas yang diterima : Beda maksimum diantara empat nilai terukur

harus lebih kecil dari 1% diameter phantom.

Penyebab kegagalan : Misalignment / maladjustment optical kamera

film.

i. Uji Bed Indexing

Frekuensi : Tahunan.

Alat Uji : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.

Hasil yang diharapkan : Jarak dari pertengahan baris yang

berdekatan 10 mm.

Batas yang diterima : Dari 10 scanning dengan 9 inter scan spasing

menghasilkan lebar bayangan 90 mm. Apabila > 10% maka gerak

meja tidak akurat.

Penyebab kegagalan: Mekanisme pergerakan meja buruk/

miskalibrasi indikator posisi meja.


32

Gambar 7. Gambar Pengukuran bed indexing


dengan eksposi film (Seeram,2001)

j. Uji Bed Backlash

Akurasi posisi meja pasien dapat dievaluasi dengan pergerakan meja

yang telah diberi beban. Kemudian dikembalikan ke posisi awal.

Toleransi penyimpangan maksimal ± 2 mm (Jaengsri, 2004;

Seeram, 2001).

Frekuensi : Tahunan.

Alat : Penggaris, Pensil, 2 lembar isolasi.

Hasil yang diharapkan :

Kedua tanda pensil bertemu seperti pada saat meja belum

digerakkan.

Batas yang diterima :

Apabila jarak tanda kedua pensil > 1 mm maka tidak akurat.

Penyebab kegagalan : kerusakan mekanik pada geer, sensor meja.

Gambar 8. Gambar Tanda strip pensil pada


dua permukaan meja (Seeram 2001)
33

C. Kerangka Teori

Pengujian Kontrol Kualitas


Pesawat CT Scan Merk
Hitachi Type ECLOS 8

Parameter data kinerja/ performance:


1. Equipment function checks and warm up.
2. Uji kalibrasi CT number in water.
3. Pengujian terhadap nilai noise.
4. Uji uniformity.
5. Uji scan localization light accuracy.
6. Uji bed indexing.
7. Uji bed backlash.

Jaminan Kualitas
- Konsistensi Image Kepatuhan terhadap
Quality standar spec pabrikan atau
- Dosis pasien standar Internasional
terkendali
- Efektifitas biaya

Baseline Data / Performance


Data CT Scan Merk Hitachi
Type ECLOS 8
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini adalah observasional dengan pendekatan statistik deskriptif. Pengujian

dilakukan terhadap parameter survei peralatan CT Scan Merk Hitachi Type

ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari November 2008 - Januari 2009.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah Pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS


35

8.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Penulis melakukan observasi dengan melakukan pengujian langsung

terhadap pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS 8 dan

membandingkan hasil pengujian dengan parameter yang sesuai standar

pabrikan maupun standar internasional.

2. Dokumentasi

Penulis melakukan pengarsipan35


setiap hasil pengujian pada tabel data

sebagai bahan rujukan kepada pihak rumah sakit.

3. Pengujian

Penulis melakukan pengujian langsung terhadap pesawat CT Scan

Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah

Kudus pada parameter uji kalibrasi CT number in water, pengujian

terhadap nilai noise, uji uniformity, uji scan localication light accuracy,

uji bed indexing, uji bed backlash.


36

F. Kerangka Konsep

Pengujian Kontrol Kualitas


Pesawat CT Scan Merk
Hitachi Type ECLOS 8

Parameter data kinerja/ performance:


1. Equipment function checks and warm up.
2. Uji kalibrasi CT number in water.
3. Pengujian terhadap nilai noise.
4. Uji uniformity.
5. Uji scan localization light accuracy.
6. Uji bed indexing.
7. Uji bed backlash.

Hasil uji didokumentasikan

dibandingkan dibandingkan

Parameter standar Parameter standar


internasional pabrikan
37

Baseline Data
CT Scan Merk Hitachi Type
ECLOS 8

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam karya tulis ilmiah ini berupa alat dan bahan

penelitian sebagai berikut :

1. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan untuk melakukan pengujian kontrol

kualitas pesawat CT Scan ini adalah phantom water dan phantom akrilik.

Gambar 9. Phantom water dan phantom akrilik

2. Bahan Penelitian

a. Pesawat CT Scan yang akan diuji kontrol kualitasnya, yaitu:

1) Nama Pesawat : Whole-body X-ray CT System


38

2) Merk : Hitachi

3) Type : ECLOS 8

4) Tube Voltage : 100, 120, 130kV

5) Tube Current : 10 mA – 350 mA

6) X-Ray Tube : 3.5 MHU, 5 MHU

7) Max. out put : 42 kW (120 kV, 350 mA)

8) Detector type : Solid state detector

9) Tahun Pemasangan : 2008

Gambar 10. Pesawat CT Scan Merk Hitachi Eclos 8

b. Film ukuran 24x30 cm.

c. Penggaris

d. Isolasi/ plester

e. Automatic Prosessing

f. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran

g. Prosessor film merk AGFA, memproses filmnya menggunakan panas

(dry view).

Gambar 11. Prossesor film Merk AGFA


39

h. Kamera untuk dokumentasi

i. Penyangga phantom (phantom holder)

Gambar 12. Penyangga phantom (phantom holder)

j. Wire alignment light

Gambar 13. Wire alignment light


40

H. Prosedur Penelitian

Setelah mempersiapkan semua instrumen penelitian, pengujian kontrol

kualitas pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Daerah Kudus dibagi menjadi dua prosedur.

1. Prosedur I

a. Melakukan tabulasi data kinerja/ performance untuk parameter

equipment function checks and warm up, uji kalibrasi CT number in

water, pengujian terhadap nilai noise, uji uniformity, uji scan

localization light accuracy, uji bed indexing, uji bed backlass standar

performance yang sudah dipublikasikan secara internasional.

b. Melakukan tabulasi data kinerja/ performance untuk parameter

equipment function checks and warm up, uji kalibrasi CT number in

water, pengujian terhadap nilai noise, uji uniformity, uji scan

localization light accuracy, uji bed indexing, uji bed backlass standar

pabrikan.

c. Membandingkan data kinerja/ performance antara standar

internasional dengan standar pabrikan dan mendokumentasikan.

d. Mentabulasikan data kinerja/ performance untuk parameter

equipment function checks and warm up, uji kalibrasi CT number in

water, pengujian terhadap nilai noise, uji uniformity, uji scan

localization light accuracy, uji bed indexing, uji bed backlass hasil uji

kontrol kualitas Pesawat CT Scan Merk Hitachi Type Eclos 8 di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus

e. Membandingkan hasil uji kontrol kualitas Pesawat CT Scan Merk


41

Hitachi Type Eclos 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus

dengan kedua standar yang ada.

2. Prosedur II

a. Melakukan pengujian kendali mutu terhadap masing-masing

parameter sesuai dengan langkah-langkah pengujian.

b. Melakukan pengukuran terhadap masing-masing parameter pengujian

dan mencatatnya pada tabel yang telah dipersiapkan.

c. Melakukan dokumentasi pada setiap kegiatan pengujian.

d. Melakukan pengolahan data dan menganalisa terhadap setiap hasil

pengujian dan mengambil kesimpulan.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1) Equipment function checks and warm up.

Equipment function checks and warm up merupakan

kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal

fungsi komponen, keluaran dan keselamatan.

a) Pesawat CT Scan dihidupkan.

b) Cek tegangan listrik dari PLN dalam keadaan normal.

c) Cek fungsi peralatan: Indikator, pergerakan meja, monitor,

printer dalam keadaan baik.

d) Lakukan warm up (kalibrasi) harian.

2) Melakukan prosedur kalibrasi CT number in water

Uji kalibrasi CT number in water adalah pengujian

terhadap obyek scanning (phantom) berisi air dengan parameter

standar yang biasa dipakai untuk menilai akurasi nilai CT number


42

yang dibuktikan dengan skala keabuan yang ditunjuk dengan

suatu satuan (Hounsfield Unit). Nilai CT number ini dipengaruhi

oleh voltage tabung, sinar-X, filtrasi sinar-X, dan ketebalan obyek.

a) Alat : water phantom PMMA (Polymethylmethacrylate)

dengan diameter 16,5 cm

b) Metode :

(1) Atur posisi water phantom.

(2) Scan phantom water dengan teknik dan parameter

pemeriksaan kepala.

Scan Parameter yang dipakai adalah:

(a). Tube voltage (kV) : 120 kV

(b). Tube current (mA) : 150 mA

(c). Scan time (s) : 2,0 detik

(d). Gantry Angle : 0,00

(e). Window Width : 90

(f). Window Level : 25

(g). FOV : 210 mm

(h). Filter : 11

(i). Kolimasi : 2,5 mm X 8

(j). Image mode : 5 mm X 4i

(k). BHC dan BGC : Off

(3) Tentukan ROI di dekat pusat water phantom dengan luas

bidang sekitar 2 cm sampai dengan 3 cm persegi untuk

mendapatkan CT number pada media air. Tentukan juga

ROI diluar phantom untuk mengukur CT number pada


43

media udara.

Lakukan lebih dari satu kali pengukuran ROI pada media air

dan udara, catat hasil pengukuran CT number dengan

mengambil nilai rata-rata pengukuran.

3) Melakukan pengujian terhadap nilai noise.

Noise merupakan fluktuasi CT number diantara titik

(picture element) pada materi yang seragam, misalkan air. Noise

dapat dideskripsikan dengan standard deviasi () dari nilai-nilai

pixel yang terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT

Scan.

a). Alat : water phantom PMMA (Polymethylmethacrylate)

dengan diameter 16,5 cm

b). Metode :

(1). Atur posisi phantom.

(2). Scan dengan parameter sama seperti pada pengujian

kalibrasi CT number in water.

(3). Tentukan ROI di pusat phantom dengan luas bidang

sekitar 2 cm sampai dengan 3 cm persegi.

(4). Catat hasil pengukurannya.

4) Melakukan pengujian uniformity.

Uniformity berkaitan dengan persyaratan untuk nilai

masing-masing pixel pada homogenitas gambar obyek menjadi

sama dalam batas yang sempit dari berbagai obyek seperti

diameter silinder (phantom) 16,5 cm.

a). Alat : water phantom PMMA (Polymethylmethacrylate)


44

dengan diameter 16,5 cm

b). Metode :

(1). Atur posisi phantom.

(2). Scan phantom dengan teknik dan parameter seperti pada

pengujian kalibrasi CT number in water.

(3). Pengukuran : Memakai fitur ROI, CT number in water di

bagian atas, bawah sisi kanan dan kiri.

(4). Gunakan ROI yang cukup besar dengan area 200 pixel

sampai dengan 300 pixel.

(5). Catat hasil pengukurannya.

5) Melakukan uji scan localication light accuracy

Uji scan localization light accuracy merupakan pengujian

untuk menentukan keakurasian sinar laser internal dan eksternal

yang digunakan dalam memposisikan pasien.

Metode :

a) Pasang wire pada meja pemeriksaan.

b) Hidupkan sinar laser.

c) Posisikan garis wire center dengan sinar sagital, sinar

transversal dan sinar coronal localiser pada internal laser.

d) Gerakkan meja keluar dari gantry sampai dengan posisi garis

wire berhimpitan dengan eksternal laser.

e) Amati apakah terjadi pergeseran pada sinar sagital, sinar

transversal dan sinar coronal localiser pada internal laser dan

eksternal laser.

f) Catat hasil pengukuran.


45

6) Uji Bed Indexing

Bed indexing merupakan pengujian keakuratan pergerakan

meja pasien.

a). Alat : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.

b). Metode :

(1). Film ukuran 24 X 30 cm yang sudah terbungkus kertas

yang kedap cahaya diletakkan pada meja pasien,panjang

film paralel dengan panjang meja.

Scan parameter yang dipakai adalah :

(a). Tube voltage (kV) : 120 kV

(b). Tube current (mA) : 175 mA

(c). Scan time (s) : 2,0 detik

(d). Gantry angle : 0 derajat

(e). Window width : 90

(f). Window level : 25

(g). FOV : 220 mm

(h). Table index : 10 mm

(2) Program scan sebanyak 10 sampai dengan 12 scan.

(3). Gunakan slice width yang terkecil ( misal 1 mm ).

(4). Jarak antar scan 10 mm.

(5). Meja dibebani ± 50 kg untuk simulasi beban pasien.

7) Uji Bed Backlash

Uji bed backlash merupakan pengujian akurasi meja

pasien kembali ke posisi semula. Akurasi posisi meja pasien

dapat dievaluasi dengan pergerakan meja yang telah diberi


46

beban.

Alat : Penggaris, Pensil, 2 lembar isolasi.

Metode :

a) Meja pemeriksaan diberi beban

b) Meja diposisikan pada zero point.

c) Lekatkan selotip berdekatan satu pada bagian tepi meja yang

bergerak dan yang lainnya pada tepi meja yang tidak

bergerak.

d) Tandai dengan pensil dipermukaan selotip sehingga kedua

tanda tersebut saling berlawanan.

e) Dengan program, gerakan meja secara otomatis sejauh 15 cm

sampai 20 cm (dengan tambahan 1 cm sampai 2 cm kearah

scanner).

f) Meja dikembalikan ke posisi semula dengan program.

I. Pengolahan Data dan Analisa Hasil

1. Pengolahan Data

Data hasil pengukuran dimasukkan dalam tabel untuk masing-masing

pengukuran parameter sebagai berikut :

a. Equipment function checks and warm up.

Tabel 2. Visual equipment function check

Tabel 3. Equipment warm up (harian)

b. Kalibrasi CT number in water

Tabel 4. Hasil pengukuran kalibrasi CT number in water and in air

c. Noise
47

Tabel 5. Hasil Pengukuran noise

d. Uniformity

Tabel 6. Hasil pengukuran Uniformity

Tabel 7. Rata-rata selisih CT number

e. Light accuracy positioning

Tabel 8. Hasil pengukuran light accuracy positioning

f. Bed Indexing

Tabel 9. Hasil pengukuran bed indexing

g. Bed Backlash (uji pengukuran pergerakan meja)

Tabel 10. Hasil Pengukuran Pergerakan Meja

2. Analisa Hasil

Data hasil pengukuran dari masing-masing pengujian pada

prosedur II dibandingkan dengan standar pabrikan dan standar

internasional. Kemudian di analisa bagaimana secara deskriptif dari hasil

data tersebut. Hasil pengukuran tersebut juga didokumentasikan sebagai

patokan untuk program pengujian kendali mutu kinerja pesawat CT Scan

Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah

Kudus.

Data pesawat CT Scan Merk Hitachi Type ECLOS 8 di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Daerah Kudus dikatakan dalam keadaan baik

dan aman untuk aplikasi klinik apabila hasil uji kontrol kualitas nilainya

tidak melebihi nilai standar pabrikan dan nilai standar internasional.

Tabel 11. Perbandingan antara standar internasional dan standar pabrikan


48

Parameter
Pengujian
NO. Standar Internasional Standar Pabrikan
Kontrol
Kualitas
1 Uji CT number ± 5 HU(ACR) ± 4 HU
in water Udara:-1000± 3 HU dan
air:0± 1.5HU
(Radiological Council)
2 Pengujian SD central ROI< 10 HU, SD No. 0.242±
terhadap nilai maks.perbedaan antara 0.048%; Image A
noise posisi tepi dengan 0.0242%, Image B
central ROI< ± 5 HU 0.244%, Image C
(American College of 0.249%, Image D
Medical Physics, 0.255%
Scottsdale Arizona)

Parameter
Pengujian
NO. Standar Internasional Standar Pabrikan
Kontrol
Kualitas
3 Pengujian SD central ROI< 10 HU, | CT No.(Center) –CT
uniformity maks.perbedaan antara No. (edge)| kurang
posisi tepi dengan lebih atau sama
central ROI< ± 5 HU dengan 4; Image A
(American College of 0.7HU, Image B
Medical Physics, 1.7HU, Image C 1.0
Scottsdale Arizona) HU, Image D 0.9 HU.

4 Uji scan ± 5 mm(NJAC, ACR, ± 2 mm


localication Radiological Council)
light accuracy ± 2 mm( American
College of Medical
Physics,Scottsdale
Arizona, AAPM)

5 Uji bad ± 0.5 mm untuk setiap ± 1 mm


indexing peningkatan(Radiologica
l Council)

6 Uji bad ± 1 mm(Radiological ± 1 mm


Backlash Council)

Dari tabel perbandingan antara standar pabrikan dan standar

internasional dapat dianalisa :

a. Uji kalibrasi CT number in water dapat


49

dikatakan normal apabila nilai rata-rata hasil pengujian kontrol

kualitas CT number in water tidak melebihi standar internasional

yaitu American College of Radiology Acceptance Criteria dengan nilai

dibawah ± 5 HU dan Radiology Council dengan nilai ± 1.5 HU dan

standar pabrikan sebesar ± 4 HU.

b. Pengujian terhadap nilai noise dapat

dikatakan normal menurut standar internasional yaitu American

College of Medical Physics, Scottsdale Arizona nilai standard deviasi

± 5HU dan nilai standar pabrikan yang bernilai ± 0.242 HU.

c. Pengujian uniformity dapat dikatakan normal

apabila nilainya tidak melebihi nilai standar internasional yaitu

Radiological Council idealnya nilai CT number in water adalah nol

untuk semua titik pada phantom. American College of Medical

Physics, Scottsdale Arizona menyatakan bahwa maksimal perbedaan

nilai CT number antara posisi tepi dengan central ROI tidak lebih dari

± 5 HU. Apabila nilai CT number di tengah lebih tinggi dari di pinggir

maka akan terjadi gambaran capping, sedangkan apabila di tengah

lebih rendah dari yang di pinggir maka terbentuk bayangan cupping.

Sedangkan menurut standar pabrikan mempunyai nilai tidak lebih ± 4

HU.

d. Uji scan localication light accuracy, menurut

standar internasional yaitu Radiological Council, NJAC dan American

College of Radiology disebutkan bahwa standar minimum untuk scan

localication light accuracy adalah ± 5 mm. Pada standar internasional

yang lain yaitu American College of Medical Physics, Scottsdale


50

Arizona dan AAPM disebutkan bahwa standar minimum untuk scan

localication light accuracy adalah ± 2 mm. Sedangkan menurut

standar pabrikan bahwa standar minimum untuk scan localication light

accuracy adalah ± 2 mm. Dari hasil pengujian dikatakan normal

apabila nilainya tidak melebihi ± 2 mm dan ± 5 mm.

e. Uji Bed indexing dikatakan normal apabila

nilainya tidak melebihi nilai standar internasional yaitu Radiological

Council bahwa standar minimal untuk bed indexing meja adalah ±

0.5 mm untuk setiap peningkatan. Sedangkan standar pabrikan

menyatakan bahwa standar minimal bed indexing meja adalah ± 1

mm.

f. Uji Bed Backlash dikatakan normal apabila

nilainya tidak melebihi nilai standar internasional yaitu Radiological

Council maupun standar pabrikan menyatakan bahwa standar

minimal untuk bed backlash meja adalah ± 1 mm.


Uji Mutu
adalah
serangkaia
n uji 51
terhadap
suatu

Anda mungkin juga menyukai