Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL

4.1 Seleksi Artikel

Artikel yang digunakan dalam penelitian studi literatur ini yaitu

berjumlah 3 artikel yang terkait dengan uji diagnostic ct-scan thorax.

Literatur didapatkan dari basis data berupa google schoolar. Jurnal –

jurnal tersebut kemudian direduksi menggunakan kriteria tertentu. Kriteria

yang digunakan dapat dibagi menjadi dua macam. Kriteria pertama

adalah kelengkapan artikel dan bahasa. Artikel ilmiah atau jurnal yang

dipilih adalah artikel yang diterbitkan dalam bahasa inggris dan bahasa

indonesia. Kelengkapan jurnal dianggap utuh jika memuat judul, nama

pengarang, penerbit, abstrak, serta terdapat isi artikel yang lengkap

hingga daftar pustaka. Kriteria kedua adalah relevansi artikel yang dipilih

adalah artikel yang membahas tentang uji diagnostic ct-scan thorax.

Berdasarkan kriteria pertama didapat hasil 12 jurnal dan setelah

dilakukan reduksi kembali berdasarkan kriteria kedua didapatkan hasil 5.

Beberapa jurnal memiliki kesamaan mengenai informasi beberapa

metode maupun tujuan yang dinyatakan secara berulang sehingga data

sangat kompleks dan belum sistematis, maka dilakukan reduksi kembali

menjadi 3 jurnal yang relevan dengan studi ini yaitu Jurnal Indrita

Iqbawalaty,dkk (2018) dengan judul “uji diagnostic scan thorax computed

tomography pada tumor paru terhadap hasil sitopologi di Rs

Zaenoel,Banda Aceh”, Jurnal Sudiyono, dkk (2020) dengan judul

“penggunaan variasi filter pada windowing lung pada pemeriksaan Ct-

scan thorax”, Jurnal Angga Yosianto Baquet, dkk (2019) dengan judul
“Analisis image quality Ct-scan Thorax Dengan Variasi Lung Window

Kernel pada MSCT Siemens Somatom Emation 6”.

4.2 Pemaparan Jurnal

4.2.1 Jurnal Indrita Iqbawalaty,dkk (2018) dengan judul “uji diagnostic

scan thorax computed tomography pada tumor paru terhadap hasil

sitopologi di Rs Zaenoel,Banda Aceh”.

Kanker paru-paru yang merupakan penyebab utama

kematian akibat kanker memberikan gambaran tentang

pentingnya diagnosis kanker karena ada kecurigaan yang

mempengaruhi diagnosis klinis kanker paru. Modalitas pencitraan

seperti penggunaan kontras CTScan sangat membantu dalam

memberikan pencitraan awal sebelum memastikan pemeriksaan

sitopatologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

nilai tes diagnostik yang dimiliki oleh CT-Scan dibandingkan

dengan pemeriksaan sitopatologi gold standard pada pasien

dengan diagnosis klinis kanker paru.

Desain penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik

scan dan dari pasien dengan tumor paru yang menjalani juga

dipastikan melalui pendekatan retrospektif sitopatologi antara

pemeriksaan CT. Penelitian dilakukan melalui a bulan Juni sampai

Agustus terapi awal dan kemudian dikonfirmasi 2018. Semua

pasien yang menjalani CT-scan sebelum pemeriksaan akan

dengan sitopatologi Sampel dikeluarkan jika rekam medis

langsung dijadikan sampel dalam penelitian ini. tidak lengkap.


Penggunaan menggunakan alat CT dengan kemampuan 64 irisan,

maka CT scan dilakukan sedangkan kontras yang digunakan

adalah kontras ionik.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan scan

dan Diagnosis klinis tumor paru-paru pasien dengan gejala

pemeriksaan sitopatologi terkonfirmasi. efusi pleura maligna, klinis

seperti TBC, masih belum jelas dan masih diduga dan pneumonia

yang juga termasuk dalam penelitian ini.

Analisis statistik menggunakan software SPSS versi 25.0

for Windows (IBM Corporation, Armonk, NY, USA). Prosedur

standar untuk uji diagnostik seperti sensitivitas, spesifisitas, nilai

prediksi negatif (NPV), nilai prediksi positif (PPV), rasio

kemungkinan positif (LR +), rasio kemungkinan negatif (LR-), dan

akurasi CT scan dibandingkan dengan hasil sitopatologis melalui

tabulasi silang.

4.2.2 Jurnal Sudiyono, dkk (2020) dengan judul “penggunaan variasi filter pada

windowing lung pada pemeriksaan Ct-scan thorax”.

Filter adalah parameter pemrosesan citra yang diterapkan

pada data mentah yang digunakan untuk menentukan nilai

atenuasi setiap piksel pencitraan CT Scan, dan berfungsi untuk

meminimalkan terjadinya artefak guratan berpola bintang yang

terbentuk pada citra CT. Penggunaan filter tajam atau halus khas

Y umum untuk pencitraan CT toraks di klinik. Namun, penelitian

untuk membandingkan filter khas mana yang memberikan teknik


pencitraan yang baik secara klinis terbatas untuk ditemukan dalam

praktik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada

atau tidaknya perbedaan citra anatomi yang terselesaikan antara

citra CT toraks saat menggunakan filter Y-Sharp dan Smooth; dan

untuk menentukan filter mana yang menghasilkan kualitas gambar

lebih baik sebagai perbandingan.

Pemeriksaan CT Scan Thorax biasanya dilakukan dalam

dua variasi jendela yaitu jendela mediastinum dan jendela paru-

paru. Jendela mediastinum memberikan citra yang baik untuk

melihat dinding dada, organ pada daerah mediastinum dan pleura.

Sedang pada jendela paru-paru memberikan citra untuk melihat

jaringan paru termasuk area 1 dan struktur vaskularisasi pulmoner

(Seeram, 2016). Pada pengaturan windowing paru-paru agar

mendapatkan citra yang lebih detail yang diperlukan untuk

menyesuaikan filter / rekonstruksi algoritma yang tepat. Menurut

Roma (2011) filter / rekonstruksi algoritma didefinisikan sebagai

suatu metode matematika komputer rumit yang berfungsi untuk

meminimalisasi penerapan coretan artefak berpola bintang yang

terbentuk pada citra CT Scan. Merubah filter diartikan sebagai

cara memanipulasi data mentah untuk merekonstruksi citra.

Terdapat bermacam variasi filter yang disediakan oleh pabrikan

tergantung pada bagian mana area obyek yang akan dipertajam

atau diperhalus.

Pemilihan dari variasi rekonstruksi algoritma / filter menurut

Boedeker (2004) berpengaruh pada resolusi spasial dan


kebisingan. Resolusi algoritma / filter yang tinggi ( tulang, tajam,

sangat tajam) menghasilkan frekuensi spasial yang tinggi

sehingga akan terbentuk citra dengan resolusi spasial yang baik

tapi mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi pula. Malah

algoritma yang lebih halus/ halus akan mereduksi spasial tinggi

frekuensi dan berakibat menurunnya kebisingan dan resolusi

spasial Penggunaan filter pada pemeriksaan CT Scan Thorax

menurut Henwood (1999) biasanya dilakukan menggunakan jenis

filter halus untuk mengurangi kebisingan citra karena efek dari

beberapa obyek yang tebal seperti lengan, alat pacu jantung atau

dari obyek tubuh pasien yang lebih besar dari ukuran normal.

Menurut Salito (2011) menjelaskan penggunaan jenis filter halus

sangat penting terutama digunakan untuk secara klinis seperti

empisema. Sedangkan menurut Zwirewich (1989),

mendeskripsikan engunaan jenis filter tajam pada CT Pindai

Thorax bertujuan untuk jaringan parenkim paru, struktur pembuluh

darah kecil dan bronkhus paru dan pemeriksaan ini sering dikenal

dengan istilah Resolusi Tinggi CT Scan. Bahkan penggunaan

Saring tajam kebutuhan untuk pemeriksaan CT Scan Thorax rutin.

Pemeriksaan CT Scan Thorax rutin sering dijumpai di Instalasi

Radiologi RSUP Dr. Sardjito yang menggunakan modalitas CT

Scan merk Philips Ingeunity 128 dan dibuat dalam dua kondisi

jendela yaitu windowing mediastinum dan paru-paru. Pengaturan

parameter filter pada modalitas CT Scan merk Philips Ingenuity

128 untuk instalasi radiologi RSUP DR. Sardjito Yogyakarta pada


pemeriksaan CT Scan Thorax rutin dalam jendela mediastinum

dan paru-paru adalah jenis filter halus. Namun dari pengamatan

peneliti selama bulan Januari 2017 sampai dengan tahun 2018,

dokter spesialis radiologi konsultan thorax di Instalasi Radiologi

RSUP DR. Sardjito Yogyakarta sering menggunakan penggunaan

parameter filter Y-Sharp pada windowing Paru-paru dalam

pemeriksaan CT Scan Thorax untuk beberapa patologis tertentu

seperti pada pendiagnosaan awal massa paru, klinis infeksi paru

yang menyebabkan Penyakit Obstruksi Pulmo Kronis (PPOK),

nodul paru, dan tuberkulosis. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti

tertarik untuk mengkaji variasi penggunaan filter halus dan filter Y-

tajam Mengetahui cara melihat citra anatomi dalam penggunaan

kedua jenis filter tersebut dan menggunakan filter yang dapat

menghasilkan citra anatomi yang lebih baik.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

pendekatan desain pra eksperimental dengan kelompok

pembanding statis. Data citra diambil dari data mentah dari 10

pasien yang menjalani pemeriksaan CT Scan Thorax. Semua data

gambar direkonstruksi dengan menggunakan filter Y-Sharp dan

Smooth. Penilaian gambar dilakukan oleh 2 ahli radiologi. Kappa

Cohen digunakan untuk persetujuan penilai citra di mana Uji

Wilcoxon diterapkan untuk menguji hipotesis.


4.2.3 Jurnal Angga Yosianto Baquet, dkk (2019) dengan judul “Analisis image quality

Ct-scan Thorax Dengan Variasi Lung Window Kernel pada MSCT Siemens

Somatom Emation 6”.

Untuk dapat menampilkan anatomi paru secara detail pada

jendela paru CT Scan Thorax maka diperlukan kualitas gambar

yang tajam. Salah satu cara untuk meningkatkan ketajaman

gambar adalah dengan menggunakan pengaturan kernel. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas

citra anatomi dengan variasi kernel CT Scan Thorax Lung Window

dan mengetahui pemilihan kernel yang tepat untuk menghasilkan

CT scan jendela paru paru yang terbaik.

Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan

menggunakan modalitas CT Scan adalah pemeriksaan rongga

toraks. Pada rongga toraks, terdapat organ penting yang berfungsi

dalam sistem pernapasan seperti paru-paru, trakea, jantung,

bronkus dan pembuluh darah darah. Menampilkan gambar paru

dengan jelas di CT scan biasanya digunakan jendela paru.

Pemeriksaan C Scan Thorax juga membutuhkan detail gambar

spasial dan spasial tinggi karena struktur ruang paru-paru sangat

kecil dan sangat mirip bronkus dan pembuluh darah paru. Salah

satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan spasial

resolusi dalam citra CT Scan adalah dengan pengaturan kernel /

rekonstruksi algoritma. Semakin tinggi resolusi dari algoritma yang

dipilih, semakin tinggi resolusi citra CT Scan yang dihasilkan.

Metode ini menghasilkan gambar seperti tulang, jaringan lunak,


dan jaringan lain dapat dengan jelas dibedakan pada layar

monitor. Dalam pencitraan toraks, di mana pencitraan paru-paru

dan mediastinum perlu dioptimalkan. Resolusi algoritma yang

lebih tinggi, seperti tulang dan paru-paru, akan meningkatkan

frekuensi spasial yang lebih tinggi. Di sisi lain, algoritma yang lebih

lembut, seperti jaringan lunak, mengurangi frekuensi yang lebih

tinggi. Sebelumnya et al menunjukkan bahwa keakuratan dalam

struktur jaringan yang kecil akan meningkat dengan penggunaan

resolusi tinggi kernel.

Pemeriksaan CT Scan Toraks dilakukan dengan kolimasi

sempit, dan penggunaan kernel Ultra-Hi akan memberikan

resolusi gambar terbaik. Samsung Galaxy J7 2017 pengaturan

kernel: B50S (media tajam), B60S (tajam), B70S (sangat tajam),

B80S (ultra tajam) dan teknologi paru-paru resolusi tinggi khusus

B90S (lung hiResolution). Pada pelayanan layanan radiologi di

beberapa rumah sakit di Jawa Tengah, Indonesia, tidak ada

keseragaman penggunaan kernel oleh radiografer di jendela CT

scan thorax paru. Beberapa ahli radiografi memiliki kernel U50s,

beberapa menggunakan kernel B70S, dan yang lainnya masih

menggunakan U90s. Dengan adanya ketidakseragaman

penggunaan kernel oleh radiografer, akan menyebabkan ada

perbedaan kualitas gambar yang dihasilkan oleh radiografer satu

dengan radiografer lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat

menemukan jenis kernel paling optimal dalam pemeriksaan CT

Scan Thorax lung windows sehingga kualitas gambar yang


dihasilkan menjadi optimal. Dengan demikian, diagnosis patologi

paru dan organ lain di rongga toraks dapat ditegakkan secara

maksimal.

Jenis penelitiannya adalah eksperimen. Citra CT Scan

thorax yang diakuisisi dengan MSCT Siemens Somatom Emosi 6.

Variasi Kernel rekonstruksi yang digunakan adalah B50s, B60s,

B70s, B80s, U90s yang kemudian citra akan diubah oleh dokter

sesialis radiologi. CT Scan Thorax pada umumnya tidak ada

persiapan khusus. Pasien melakukan tes lab ureum dan kreatinin

untuk melihat fungsi ginjal. Sebelum memulai pemeriksaan,

pasien hanya melayani untuk melepas benda yang bersifat radio-

opaq di sekitar area thorax. Pasien berbaring di atas meja

pemeriksaan CT Scan dengan terlebih dahulu. Kedua tangan

berada di atas kepala. Mid Sagital Plane (MSP) berada di tengah

meja. Indikator laser longitudinal pada MSP dan laser horizontal

pada level Mid Coronal Plane (MCP). Gunakan tali Velcro untuk

keselamatan pasien. Pemindaian area dilakukan dari puncak

paru-paru ke pelengkap suprarenalis. Pemindaian dilakukan

dengan parameter sebagai berikut: Scan mode = spiral; Area

Pindai: puncak paru-paru ke supra-renalis; Detektor Lebar: 2 mm;

kV = 120, Ma = 200; FoV = 296 mm.

Setelah proses scan selesai, gambar kemudian

direkonstruksi menjadi potongan aksial dengan ketebalan

potongan 2.5 mm, lung window (WW = 1200, WL = -600) dan

kernel divariasikan: B50s (moderate sharp), B60s (sharp medium),


B70s (sharp), B80s (very sharp), U90s (Ultra sharp) sehingga

diperoleh 5 gambar dengan variasi kernel. Kemudian gambar

tersebut dicetak ke dalam film (radiograf). Tahap selanjutnya

adalah pengisian kuesioner yang diberikan kepada lima ahli

radiologi. Dokter sesialis radiologi menilai kualitas gambar anatomi

dari CT thorax lung windows di setiap variasi jenis kernel. Ada 9

kriteria untuk memenuhi kriteria CT Thorax yaitu parenkim paru,

fisura paru, arteri interlobular, pembuluh paru-paru utama,

pembuluh paru-paru kecil, bronkus utama, sekunder bronkus,

pleurobatas mediastinum, batas pleuro-toraks. Kuesioner

disediakan ada 5 peringkat tabel (5 poin untuk sangat bagus, 4

poin untuk bagus, 3 poin untuk cukup, 2 poin kurang bagus, tidak

bagus). Gambar dikatakan informatif jika bagian-bagian organ

yang digambarkan dalam gambar dapat dibaca dengan detail

yang baik Data responden kemudian dianalisis menggunakan

software SPSS dengan jenis pengujian Kurskal-Wallis karena data

tidak berpasangan, jumlah variabel lebih dari 2 dan jenis data

ordinal. Tes ini signifikan untuk menentukan kelompok yang

memiliki perbedaan signifikan. Dalam analisis statistik ini

ditentukan tingkat kepercayaan (tingkat signifikansi) dengan nilai α

= 0,05 dengan hipotesis Ha dirterima jika p-value (p 0,05).


4.2.4 Ekstraksi Jurnal

Berikut ini adalah penelitian yang terkait dengan uji diagnostic ct-scan thorax ditunjukkan oleh tabel 4.1

Tabel 4.1 Jurnal yang terkait dengan uji diagnostic thorax

Nama penelitian Tahun Judul Tujuan penelitian Metode penelitian Kesimpulan

Indrita Iqbalawaty, 2019 Uji diagnostik scan Tujuan dari Penelitian ini Kanker paru-paru

Muhammad Yani, thorax computed penelitian ini menggunakan desain dapat

Nurul Machillah , tomography pada adalah untuk studi diagnostik bermanifestasi

Fajriah , Asnawi tumor paru mengetahui nilai dengan pendekatan sebagai spektrum

Abdullah , Teuku terhadap hasil tes diagnostik retrospektif di RSUD presentasi

Muhammad Ilzana, sitopatologi di RS yang dimiliki oleh Zainoel Abidin Banda radiologis yang

Cut Rizka Rahmi, Zainoel Abidin, CT-Scan Aceh-Indonesia luas. CT-Scan

Teuku Muhammad Banda Aceh, dibandingkan selama periode Juni - memberikan

Khaled, Dara Indonesia periode dengan Agustus 2018. sensitivitas dan

Purnamasari, Juni - Agustus pemeriksaan Analisis uji diagnostik akurasi diagnostik

2018 sitopatologi gold menggunakan yang tinggi secara


P-ISSN.2089-1180, standard pada tabulasi silang langsung dengan

E-ISSN: 2302-2914 pasien dengan kemudian dilakukan presentasi klinis

diagnosis klinis perhitungan kanker paru.

kanker paru. sensitivitas,

spesifisitas, nilai

prediksi positif (PPV),

nilai perhitungan

prediksi negatif

(NPV), rasio

kemungkinan positif

(LR +), rasio

kemungkinan negatif

(LR-), dan akurasi

dilakukan.

Sudiyono Rini Indrati 2020 Penggunaan Tujuan dari Penelitian ini Organ anatomis dari
Muhammad Riefki Variasi Filter pada penelitian ini merupakan penelitian gambar CT toraks

Jadmika Windowing Lung adalah untuk kuantitatif dengan secara visual

e-ISSN 2621-7457 , pada Pemeriksaan mengetahui ada pendekatan desain direproduksi saat
p-ISSN 2356-301X CT Scan Thorax atau tidaknya pra eksperimental filter tajam-Y
perbedaan citra dengan kelompok
digunakan.
anatomi yang pembanding statis.
Perbandingan antara
terselesaikan Data citra diambil dari
dua penggunaan
antara citra CT data mentah dari 10
filter yang berbeda
toraks saat pasien yang menjalani
dianggap signifikan.
menggunakan pemeriksaan CT Scan

filter Y-Sharp Thorax. Semua data

dan Smooth; dan gambar direkonstruksi

untuk dengan menggunakan

menentukan filter filter Y-Sharp dan

mana yang Smooth. Penilaian

menghasilkan gambar dilakukan


kualitas gambar oleh 2 ahli radiologi.

lebih baik Kappa Cohen

sebagai digunakan untuk

perbandingan. persetujuan penilai

citra di mana Uji

Wilcoxon diterapkan

untuk menguji

hipotesis.

Angga Yosainto 2019 Analisis Kualitas Tujuan dari Jenis penelitian Terdapat

Bequet, Yeti gambar CT Scan penelitian ini adalah eksperimen. perbedaan yang

Kartikasar, Sri Thorax Dengan adalah untuk Penelitian dilakukan signifikan dalam
Mulyati, Susi Tri Variasi Jendela mengetahui dengan menggunakan kualitas citra

Isnoviasih Paru Inti pada perbedaan gambar CT scan anatomi dengan

e-ISSN 2621-7457 , MSCT Siemens kualitas citra thorax pada irisan variasi kernel

p-ISSN 2356-301X Somatom Emotion anatomi dengan jendela paru aksial B50s, B60s, B70s,

6 variasi kernel CT pada kasus tumor B80s, U90s. Kernel

Scan Thorax paru pada kernel yang menghasilkan

Lung Window B50s, B60s, B70s, detail gambar

dan mengetahui B80s, dan U90s. untuk jendela paru-

pemilihan kernel Penelitian ini paru CT thorax

yang tepat untuk dilakukan dengan adalah kernel

menghasilkan mengukur kualitas U90s.

CT scan jendela citra CT scan thorax

paru paru yang pada windows lung

terbaik. dengan cara penilaian

kuisioner kepada 5

orang ahli radiologi


sebagai pemerhati

citra CT Scan untuk

mengetahui tingkat

kejelasan kriteria

anatomi.

Anda mungkin juga menyukai