Anda di halaman 1dari 2

Nama lainnya: flash fiction, mencakup sudden fiction, microfiction, micro-story, postcard fiction, dan

short short story. Jumlah katalah yang membedakan istilah-istilah itu.

Sejarah flash fiction berakar pada Aesop's Fables, dan praktisinya antara lain Anton Chekov, Franz Kafka,
Kurt Vonnegut,Jr.

Ernest Hemingway bahkan memelopori cerpen 6 kata saja.

Flash fiction adalah cerpen sangat singkat yang menghunjam telak ke dalam pikiran pembaca dan
langsung menghibur. Jumlah kata masih diperdebatkan. Sebagian berpendapat 1.000 kata masih disebut
FF. Yang lain menuntut di bawah 500, bahkan ada yang hanya 55. Tapi yang paling populer adalah 100
kata, dengan atau tanpa mencakup judul dan nama penulis.

Itu artinya, sedikit kata untuk menceritakan kisah yang utuh. Utuh berarti mencakup semua elemen
cerita: setting, karakterisasi, konflik; lengkap dengan permulaan, tengah, dan akhir.

FF biasanya, tapi tidak harus, mempunyai twist ending, sesuatu yang tidak diduga pembaca. Tapi bukan
ending yang menjebak sehingga pembaca merasa bodoh atau dibodohi. Penulis harus memasukkan
clues secara implisit/eksplisit sehingga pembaca menemukan ending dengan, "Ahhh, benar juga." Tanpa
clue sama sekali, pembaca akan dibuat jengkel dan heran kenapa akhirnya begitu.

Seperti dengan cerita umumnya, pembaca harus "dilibatkan" , bukan diasingkan. Pembaca harus bisa
melihat awal, mengalami konflik, dan merasa puas dengan endingnya.

Bagaimana mungkin hanya dengan 100-1000 kata? Edit, edit, edit. Pangkas sana, pangkas sini. Dalam FF,
tak ada ruangan untuk banyak kata sifat atau deskripsi panjang. Kita harus mengandalkan persepsi
pembaca tentang dunianya untuk menangkap makna implisit.

Ini contohnya:
Versi panjang: Angin sedingin es yang bertiup dari utara membuat wajah Danny terasa beku. (12 kata)

Versi Flash: Angin dingin membekukan wajah Danny. (5 kata)

Terasa kan bedanya? Kita tidak perlu tahu angin itu dari mana, karena kalau dingin, mungkin pembaca
bisa menebak asalnya. Kecuali arah itu merupakan unsur penting cerita, kita tidak membutuhkannya. Es
tidak diperlukan karena sudah tersirat dalam membekukan. Kita tahu es itu beku, pembaca pasti tahu
pula.

FF bukan sepenggal cerita. Itulah tantangannya. Setiap kata dipilih dengan saksama untuk bercerita
banyak. Justru karena itu FF menunjukkan keindahan tersendiri, memberi inspirasi, menggelitik benak
pembaca.
Menurut pengalamanku, semakin sering menulis, semakin sering memangkas, semakin terlatih kita
dalam memilih kata. Pada awalnya, kita tulis saja apa pun yang mengalir, panjang atau pendek. Setelah
selesai, baca lagi, lalu mulailah menggunting. Coret kata sifat yang tak perlu. Ganti kata kerja yang
terlalu umum dengan yang mengandung makna ganda. Ringkaslah deskripsi. Jumlah kata akan
berkurang drastis. Baca lagi. Apakah cerita masih utuh? Kita akan terkejut, emosi dan deskripsi bisa
disampaikan tanpa kata-kata deskriptif.

Dan sekarang, FF untuk anak. Jadi lebih mudah atau lebih sulit membuatnya?

Bergantung pengalaman teman-teman juga. Yang terbiasa menulis/membaca buku anak akan secara
otomastis memasukkan pula persyaratan cerita anak yang baik ke dalam FF-nya. Aku sendiri cenderung
berpendapat bahwa cerita anak:

* Tidak harus mengandung pesan moral yang eksplisit


* Kalimatnya sederhana dan mudah dimengerti, tapi bukan berarti miskin kosa kata.
* Karakter manusiawi, memiliki kelemahan dan kelebihan. Tokoh terlalu sempurna membuat anak sulit
mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh.

Anda mungkin juga menyukai