Anda di halaman 1dari 15

NAMA : HARUN

NIM : 1931710168
PRODI/SMT : ES 4 / SMT 5

TUGAS 2 SOAL LATIHAN “AKUNTANSI SYARIAH”

1. JAWABAN
Ayat ini berbicara tentang anjuran atau menurut sebagian ulama kewajiban menulis utang
piutang dan mempersaksikannya dihadapan pihak ketiga yang dipercaya (notaris), sambil
menekankan perlunya menulis utang walau sedikit, disertai dengan jumlah dan ketetapan
waktunya. Perintah ayat ini secara redaksional ditunjukkan kepada orang-orang beriman,
tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksis hutang-piutang, bahkan
yang lebih khusus adalah yang berhutang. Ini agar yang memberi piutang merasa lebih
tenang dengan penulisan tersebut, karena menulisnya adalah perintah atau tuntunan yang
sangat dianjurkan, walau kreditor tidak memintanya. Dengan hadirnya transaksi hutang
piutang, banyak orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk memeras pihak-pihak yang
sedang membutuhkan pertolongan. Akan tetapi, akad tolong menolong tersebut dipelintir
menjadi suatu tambahan di dalam pelunasan hutang, sampai akhirnya terjadi suatu
tambahan yang dinamakan riba. Hal tersebut dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat,
baik kelembagaan maupun perorangan.

2. JAWABAN
Pengaruh perintah Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 terhadap perkembangan praktik
akuntansi dalam masyarakat muslim di zaman Nabi Muhammad SAW yaitu peradaban
islam sejak Nabi Muhammad SAW telah ada perintah untuk melakukan pencatatan yang
tekanannya adalah untuk tujuan kebenaran kepastian keterbukaan keadilan antara dua
belah pihak yang mempunyai hubungan muamalah tadi. Dengan perkataan lain dapat kita
sebutkan bahwa islam mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan dan kebenaran.
Sedangkan pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk pengambilan keputusan tidak
diharuskan.

3. JAWABAN
Praktik akuntansi pada masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa kekhalifahan ditandai
dengan baitul maal yang didirikan Rasulullah SAW sekitar awal abad ke-7. Pada masa itu,
baitul maal berfungsi untuk menampung dan mengelola seluruh penerimaan negara, baik
berupa zakat, ushr (pajak pertanian dari muslim), jizyah (pajak perlindungan dari non-
muslim yang tinggal di daerah yang diduduki umat Muslim) serta kharaj (pajak hasil
pertanian dari nonmuslim). Semua pengeluaran untuk kepentingan negara baru dapat
dikeluarkan setelah masuk dan dicatat di baitul maal. Meskipun pengelolaan baitul maal
saat itu masih sederhana, namun Nabi SAW telah menunjuk petugas qadi, ditambah para
sekretaris dan pencatat administrasi pemerintahan. Mereka ini berjumlah 42 orang dan
dibagi dalam empat bagian yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan
pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan sekretaris peperangan.
1. Setelah itu, dilanjutkannya baitul maal pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-
Shiddiq r.a.. Hingga masa itu, manajemen baitul maal masih sederhana dimana
penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak
pernah ada sisa.
2. Perkembangan fungsi baitul maal mulai dilakukan dimasa kekhalifahan Umar bin
Khattab r.a.. Pada masa itu beliau memperluas fungsi baitul maal dengan fungsi
Diwan (dawwana yang berarti penulisan) yang juga mengurusi mengenai
pembayaran gaji. Pada masa itu baitul maal tidak lagi dipusatkan di Madinah tapi
juga di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Khalifah Umar bin Khattab r.a. juga
membentuk 14 departemen dan 17 kelompok, di mana pembagian departemen
tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem keuangan dan
pelaporan keuangan yang baik.

3. Perkembangan baitul maal yang lebih pesat terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib r.a., dimana pada masa itu sistem administrasi baitul maal sudah berjalan
dengan baik di tingkat pusat dan lokal. Tidak hanya itu, di masa kekhalifahan beliau
juga telah terjadi surplus pada baitul maal yang kemudian dibagikan secara sesuai
tuntunan Rasulullah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses
pencatatan dan pelaporan telah berlangsung dengan baik.
4. JAWABAN
Keterkaitan buku karangan Luca Pacioli yang berjudul Summa de Arithmetica Geometria,
Proportioni et Proportionalita dengan peradaban Muslim ialah melalui bukunya, Luca
Pacioli dianggap sebagai orang pertama yang menggagas sistem buku berpasangan (double
entri bookeeping), yaitu sistem buku berpasangan dimana sisi kiri dan sisi kanan atau sisi
debet dan sisi kredit harus sama atau seimbang atau dengan kata lain pencatatannya harus
dilakukan dua kali (double) yaitu pada kedua sisi.
Sistem tersebut dianggap sebagai revolusi dalam seni pencatatan dalam bidang ekonomi
dan bisnis. Akan tetapi banyak pertentangan di kalangan peneliti tentang sejarah akuntansi
di dalam buku Summa de Arithmetica yang dibuat Pacioli, diantaranya adalah :

a. Have (1976) dalam Zaid (2001) beranggapan bahwa perkembangan akuntansi


sebagaimana ditulis oleh Luca Pacioli tidaklah terjadi di Republik Italia kuno.
Yang terjadi adalah italia mengetahui tentang akuntansi dan ilmu itu sampai pada
mereka dari bangsa lain. Dalam bukunya Luca Pacioli hanyalah bagian dari apa
yang ada pada saat itu, yang beredar di antara guru dan murid.

sekolah aritmetika dan perdagangan. Dengan demikian, Luca Pacioli bukanlah


penemu melainkan pencatat terhadap apa yang beredar saat itu.
b. Wolf (1912) dalam Zaid (2001), mengemukakan bahwa pada akhir abad ke- 15,
Eropa sedang terhenti perkembangannya dan tidak dapat diharapkan adanya
kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi.
c. Heaps (1895) dalam Zaid (2001), mengemukakan bahwa bookkeeping pastilah
dipraktikkan pertama kali oleh para pedagang dan ia beranggapan bahwa mereka
berasal dari mesir.
d. Ball (1960) dalam Zaid (2001), menyatakan bahwa buku Pacioli didasarkan pada
tulisan Leonard of Piza, orang eropa pertama kali menerjemahkan buku Aljabar
yang ditulis dalam bahasa arab, yang berisikan dasar-dasar bookkeeping.

Dalam sejarah Islam, lebih satu abad sebelum buku Luca Pacioli diterbitkan, telah ada
manuskrip tentang akuntansi yang ditulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Kiyah Al
Mazindarani dengan judul Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqaat pada tahun 1363 M.
5. JAWABAN
Argumen yang disampaikan oleh sejarawan akuntansi syariah yang menunjukan bahwa
akuntansi modern telah lebih dahulu dikembangkan oleh masyarakat.
a. Apabila kita pelajari sejarah Islam, bahwa setelah munculnya Islam di Semenanjung
Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan terbentuknya Daulah Islamiah di
Madinah yang kemudian dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin, terdapat Undang-
undang yang diterapkan untuk perorangan, perserikatan (syarikah) atau perusahaan,
akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta dan anggaran Negara
b. Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus
beberapa sahabat untuk menangani profesi akuntan dengan sebutan hafazhatul amwal
(pengawas keuangan)
c. Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini sebagai suatu
masalah serius dengan diturunkannya ayat terpanjang, yakni Surat Al Baqarah ayat 282
yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan dalam bermuamalah (bertransaksi),
penunjukkan seorang pencatat beserta saksinya, dasar-dasarnya, dan manfaat-
manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dijadikan
pedoman dalam hal tersebut.

6. JAWABAN
Jenis - jenis pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan akuntansi syariah :
1. Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer
Pendekatan ini biasa disingkat dengan pendekatan induktif, yang dipelopori oleh
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution).
Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan
organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan
syariah.
2. Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam
Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah, antara lain
Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan beberapa pemikir lainnya. Mereka
berpandangan bahwa tujuan akuntansi syariah adalah pemenuhan kewajiban zakat.
Pendekatan ini diawali dengan menentukan tujuan berdasarkan prinsip ajaran Islam
yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah.
3. Pendekatan Hibrid
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran Islam dan
persoalan masyarakat yang akuntansi syariah mungkin dapat bantu menyelesaikan.
Pendekatan ini dipelopori oleh pemikir akuntansi syariah Shahul Hameed. Pendekatan
Hibrid secara parsial telah diterapkan di lingkungan beberapa perusahaan
konvensional.

7. JAWABAN
Kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada masing-masing pendekatan yang ada
dalam mengembangkan akuntansi syariah adalah:
a. Kelebihan Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer :
Pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang
memerlukannya. Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip ibaha (boleh) yang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang terkait dalam bidang muamalah boleh
dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya
Kekurangan Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer :
Tidak bisa diterapkan pada masyarakat yang kehidupannya wajib berlandaskan pada
wahyu dan dipandang merusak karena mengandung asumsi yang tidak Islami.
b. Kelebihan Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam :
Pendekatan ini akan meminimalisasi pengaruh pemikiran sekuler terhadap tujuan dan
akuntansi yang dikembangkan.
Kekurangan Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam : Pendekatan ini
sulit dikembangkan dalam bentuk praktisnya.

c. Kelebihan Pendekatan Hibrid :


Mengapresiasi perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan di Eropa dalam tiga
dekade terakhir, dan menganggap itu perlu diaplikasikan dalam akuntansi syariah.
Kekurangan Pendekatan Hibrid :
Perlu dilakukan oleh pemikir akuntansi Islam cara untuk mengembangkan triple
bottom line menjadi fourt bottom line (ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesesuaian
syariah).
8. JAWABAN
Karena Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan
organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan
syariah. Sehingga lebih mudah untuk mengaplikasikannya pada zaman modern pada saat
ini.

9. JAWABAN
Pandangan beberapa pakar yang mengkritisi permasalahan yang terdapat pada akuntansi
konvensional sehingga perlu dikembangkan akuntansi alternatif adalah kendati ada kesan
bahwa pada mulanya pakar berbeda pendapat dalam menilai urgensi perbedaan Akuntansi
Syari‟ah dan konvensional, atau cukup merubah sedikit saja apa yang sudah ada dalam
akuntansi konvensional, namun dalam perkembangan berikunya, gumpalan semangat
untuk berbeda, ternyata lebih menguat. Ini memuncak setelah dilakukan berbagai studi
yang kemudian dijadikan landasan untuk dibentuknya The Financial Accounting
Organization for Islamic Bank and Financial Institutions (FAO-IBFI) pada tahun 1990.
Dalam perkembangannya lembaga ini kemudian berganti nama menjadi The Accounting
and Auditing Organization for Islmic Financial Institutions (AAO-IFI). Ada
sejumlah argumentasi yang diajukan, mengapa Akuntansi Syari‟ah harus berbeda dengan
akuntansi konvensional. Diantaranya adalah karena faktor- faktor tujuan. Siapapun yang
bertransaksi dengan cara Islam, harus diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka
mematuhi perintah Allah dan sekaligus
ridha-Nya. Ini tentu sangat berbeda dengan tujuan yang biasa ingin dicapai akuntansi
konvensional, yang biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai keduniawian, tetapi kering dari
nilai-nilai ukhrawi. Secara lebih spesifik, dengan merujuk pada Statement of Financial
Accounting (SFA) No. 1, alasan yang dipakai menyusun tujuan yang berbeda untuk
Akuntansi Syari‟ah adalah karena:
a. Islamic banks must comply with the principles and rules of Shari‟a in all their financial
and other dealings
b. The functions of Islamic banks are significantly different from those of traditional
banks who have adopted the Western model of banking
c. The relatioship between Islamic banks and the parties that deal with them differs from
the relatioship of those who deal with the traditional banks. Unlike traditional banks,
Islamic banks do not use interest in their investment and financing transactions,
whereas traditional banks borrow and lend money on the basis of interest.
Pendapat di atas rasanya cukup jelas dan masuk akal, bila kemudian disimpulkan bahwa
wajar – bahkan haruslah – Akuntansi Syari‟ah tidak sama dengan akuntansi konvensional.
Disamping itu kalau seseorang mencoba memahami hakekat keberadaan akuntansi sebagai
alat yang tidak bebas nilai, dan bahkan penuh kompromi untuk berbagai kepentingan pihak
tertentu. Ada dua aliran yang terjadi, pertama adalah mereka yang menghendaki tujuan dan
berbagai kaidah Akuntansi Syari‟ah dibangun atas dasar prinsip dan ajaran Islam, lalu
membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran akuntansi kontemporer yang sudah
mapan. Kedua, adalah berangkat dari tujuan dan kaidah akuntansi konvensional yang sudah
ada, kemudian mengujinya dari padang Islam. Bagian yang dipandang sejalan diterima dan
dipakai, sedangkan bagian yang dipandang tidak sesuai ditolak.

10. JAWABAN
Akuntansi Ekonomi Politik. Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan
normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi.
Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan
memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan.
Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan
akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari
masyarakat sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan
memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan
laporan akuntansi yang baru. Akuntansi akonomi politik tidak seperti akuntansi
konvensional dalam pengakuan modal, bagi akuntansi ekonomi politik mengakui adanya
dua dimensi modal:
a. Sebagai instrumen (fisik) dari produksi.
b. Sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam organisasi sosial.

11. JAWABAN
Akuntabilitas primer diwujudkan dalam bentuk manusia menaati ketentuan Allah
(Alqur‟an dan Sunah), sedang akuntabilitas sekunder diwujudkan dalam bentuk menajer
mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan aktivitas sosioekonomi yang berkaitan
dengan masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dan syariah compliance kepada investor.
Dapat dilihat dari laporan keuangan dan non- keungan perusahaan maupun disclosure
perusahaan yang memperhatikan tidak hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah
sosial dan lingkungan dan juga mengapresiasi perkembangan akuntasi sosial dan
lingkungan di Eropa dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu perlu diaplikasiakan
dalam akuntansi syariah.

12. JAWABAN
Gerakan zakat adalah gerakan kemanusiaan yang menitikberatkan kepada kesejahteraan
bersama, dan dengan kondisi tersebut berimplikasi. kepada upaya
mempercepat pembangunan dan pembinaan sumber daya di kalangan ummat Islam, karena
sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting bagi tercapainya kebangkitan
ummat Islam. Upaya-upaya yang sedemikian rupa seperti dipaparkan di atas dan didukung
oleh undang-undang zakat akan membuat zakat sebagai pilar utama ekonomi ummat Islam,
yang selama ini dianggap tidak mampu bersaing dengan sistem ekonomi kapitalis, dan
bahkan diasumsikan hanya sebagai penopang kebutuhan yang bersifat konsumtif, dapat
dibuktikan kehandalannya dalam membangun dan memberdayakan ekonomi ummat Islam,
sebagai rakyat mayoritas di negeri ini, kekuatan ekonomi ummat Islam berarti juga sebagai
kekuatan ekonomi bangsa dan Negara

13. JAWABAN
Permasalahan yang mungkin timbul dalam penggunaan akuntansi konvensional sebagai
dasar pengembangan akuntansi syariah adalah kerangka akuntansi konvensional, yang
didasarkan pada ide-ide barat, tidak sesuai diterapkan sebagai dasar pengembangan
akuntansi syariah. Ketidaksesuaiannya itu terlihat pada aspek pengeliminasian nilai-nilai
agama, penggunaan rasionalitas sebagai dasar pengambilan keputusan dan penekanannya
pada nilai pemilik modal pada suatu perusahaan.

14. JAWABAN
Kami setuju dengan bukti-bukti yang diajukan oleh para sejarawan akuntansi syariah yang
menyatakan bahwa konsep double entry accounting telah diterapkan oleh masyarakat
Muslim pada abad pertengahan. Prof. Dr. Omar Abdulllah Zaid menyebutkan bahwa
sebelum munculnya buku Pacioli ada sebuah manuskrip yang ditulis pada tahun 765
H/1363 M yang menyebutkan dan menegaskan penggunaaan akuntansi dan
pengembangannnya di negara muslim. Manuskrip ini ditulis oleh penulis muslim,
Abdullahh bin Muhammad bin Kayak Al Mazindarani yang diberi judul ”Risalah
Falakiyah Kitab As Siyaqat”. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sulaiman Al Qanuni di
Istambul Turki. Di bagian manuskrip dengan nomor 2756 memuat akuntansi di negara
Islam. Tulisan-tulisan tentang pembukuan berpasangan tidak terlepas dari perkembangan
ilmu aritmatika dan penemuan angka nol. Aritmatika yang mengembangkan persamaan
Aljabar/Algebra yang merupakan hasil ijtihad Aljabr, pemikir muslim pada masa
kekhalifahan Abbasiyah. Demikian juga penemuan angka nol juga oleh cendekiawan
muslim, Al khawarizmi yang dikenal Algoritma. Buku Pacioli sendiri sebenarnya bukanlah
buku yang secara khusus membahas pembukuan berpasangan, namun lebih kepada
pembahasan Aritmatika dan ilmu matematika yang lain. Padahal jauh sebelumnya
penulisan yang dilakukan oleh Pacioli, Al Jabr dan Al Khawarizmi telah mendahului
dengan penemuan-penemuan yang kontribusinya sampai saat ini masih digunakan secara
luas. Pada dinasti Abbasiyah sekitar abad ke-9 peradaban Islam telah memegang kendali
peradaban dunia, baik dari segi perdagangan maupun ilmu pengetahuan. Jika ada klaim
bahwa pembukuan berpasangan pertama adalah di Itali, perlu adanya keraguan karena pada
masa sebelumnya diterbitkan buku Pacioli, perdagangan barat tidaklah menonjol bahkan
sebelumnya dunia barat mengalami Dark Ages.
15. JAWABAN
Ajaran Islam sangat kondusif dengan penggunaan dan pengembangan akuntansi dalam
kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam yang mewajibkan penganutnya untuk menerapkan
prinsip dan ajaran Islam dalam seluruh sendi kehidupannya, termasuk dalam aktivitas
bisnis maupun profesi yang dijalani. Secara umum, dalam ajaran islam, setiap orang boleh
melakukan apapun, kecuali yang dinyatakan dilarang. Akan tetapi, banyak diantara
larangan tersebut merupakan sesuatu yang biasa dipraktikkan dalam bisnis konvensional.
Selain itu, islam memiliki beberapa transaksi maupun kejadian ekonomi unik yang tidak
biasa diterapkan dalam bisnis konvensional, antara lain, transaksi pembayaran zakat,
transaksi usaha yang menggunakan skema bagi hasil, skema sewa, dan lain sebagainya.
Atas dasar itu, muncullah kajian dan pemikiran untuk mengembangkan akuntansi dalam
perspektif islam atau yang biasa disebut Islamic Accounting dalam bahasa Inggris dan
Akuntansi Syariah dalam bahasa indonesia. Ada 3 pendekatan yang berkembang
dikalangan pakar akuntansi dalam perspektif islam dalam merumuskan bentuk akuntansi
syariah, yaitu:

a. Pendekatan induktif berbasis akuntansi kontemporer


b. Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam
c. Pendekatan Hibrid

Anda mungkin juga menyukai