Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Andi Ramly Yanto Abdullah


Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041864016
Kode/Nama Mata Kuliah : SOSI4405/ Sosiologi Konsumsi
Kode/Nama UPBJJ : 79/KUPANG
Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban Tugas Mata Kuliah Sosiologi Konsumsi

1. Pertukaran sosial merupakan sebuah teori ilmu sosial yang berdasarkan gagasan, bahwa
hubungan dua orang diciptakan melalui proses analisa antara biaya dan manfaat. Secara
garis besar, Sciencedirect menggambarkannya seperti hubungan yang dilihat berdasarkan
untung dan rugi. Jika seseorang percaya bahwa mereka dapat memperoleh lebih banyak
keuntungan daripada kerugian, maka ia akan menjalani hubungan tersebut. Sebaliknya,
bila orang merasa bahwa lebih banyak kerugian atau mengeluarkan biaya lebih besar
daripada manfaatnya, maka dia tidak akan menjalaninya
Meskipun teori ini dapat digunakan untuk mengukur hubungan romantis antara dua orang,
teori ini juga dapat diterapkan untuk menentukan keseimbangan dalam persahabatan.
Sebab, bisa membuat perasaan dan logika berjalan lurus. Beberapa asumsi yang
membentuk teori pertukaran sosial:
a. Seseorang termotivasi untuk mempertahankan beberapa nilai (ganjaran) ketika mereka
harus menyerahkan sesuatu (biaya).
b. Mengejar pertukaran sosial di mana mereka menerima lebih banyak hadiah daripada
biaya yang dikeluarkan. Imbalan dan biaya dapat berupa barang material, atau bisa juga
dalam bentuk lain seperti perasaan atau kenyamanan.
c. Biasanya berharap untuk mendapatkan penghargaan yang sama ketika mereka
mengeluarkan biaya yang sama (ekuitas pertukaran).
d. Orang akan memutuskan hubungan jika mereka yakin biayanya lebih besar daripada
imbalannya.
e. Saat mengukur imbalan dan biaya, orang membandingkan dengan harapan,
pengalaman sebelumnya, atau alternatif lain,misalnya dampak dari hubungan tersebut.
Pelayanan yang prima merupakan aspek penting penentu keberhasilan komersial, terutama
pada yang bergerak dalam bidang barang dan jasa. Pelayanan yang prima menjadi ujung
tombak dalam menangkap peluang dan memahami konsumen atau klien yang akan
menggunakan jasa yang ditawarkan. Bukan hal langka jika calon konsumen atau klien
enggan menggunakan jasa yang ditawarkan atau enggan menggunakan kembali jasa karena
mereka menilai pelayanan yang diberikan tidak memuaskan dan bersahabat. Seperti kasus
tersebut, konsumen enggan untuk berpindah ke warug yang lain dikerenakan pelayanan
yang dia dapat sudah sesuai dengan ekspektasi dia yang diharapkan. Ada timbul keraguan
apabila dia berpindah ke warung lain, pelayanan yang akan dia dapatkan tidak sma seperti
warung langganannya.
2. Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang
pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Premis ini nantinya
mengantarkan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan sosialisasinya kepada ‘komunitas’ yang lebih
besar, masyarakat.

Blumer mengajukan premis pertama, bahwa human act toward people or things on the basis of the
meanings they assign to those people or things. Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap
terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan
kepada pihak lain tersebut. Tanda larangan buang sampah merupakan pemaknaan terhadap
masyarakat yang melakukan aktivitas buang sampah dilahan kosong tersebut.

Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social interaction that people have with
each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna
bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul
‘dari sananya’. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language)—
dalam perspektif interaksionisme simbolik.

Di sini, Blumer menegaskan tentang pentingnya penamaan dalam proses pemaknaan. Sementara
itu Mead juga meyakini bahwa penamaan simbolik ini adalah dasar bagi masyarakat manusiawi
(human society)

Premis ketiga Blumer adalah an individual’s interpretation of symbols is modified by his or her
own thought process. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai
perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat refleksif. Nah, masalahnya
menurut Mead adalah sebelum manusia bisa berpikir, kita butuh bahasa. Kita perlu untuk dapat
berkomunikasi secara simbolik. Bahasa pada dasarnya ibarat software yang dapat menggerakkan
pikiran kita. Sehingga dengan tanda larangan buang sampah menjadi simbol bahasa agar dapat
dimengerti oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai