INTERAKSI KERUANGAN
DESA KOTA
335
MATERI POKOK
INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif,
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
3.2 Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan
kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan
4.2 Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa
dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan / atau
diagram
C. Indikator
336
4. Mengklasifikan potensi desa
5. Mengidentifikasi tipe desa
6. Menganalisis potensi desa
7. Mengidentifikasi tingkat perkembangan desa
8. Mengidentifikasi ciri-ciri kota
9. Menjelaskan pengertian kota
10. Menjelaskan sejarah pertumbuhan kota
11. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan kota
12. Menganalisis bentuk dan pola pedesaan
13. Menganalisis struktur keruangan kota
14. Menjelaskan fungsi desa dan kota
15. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi interaksi wilayah
16. Menghitung kekuatan interaksi desa kota berdasarkan teori
17. Menganalisis Dampak pembangunan kota terhadap desa dan kota
18. Mengidentifikasi penyebab terjadinya urbanisasi
19. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan terhadap dampak urbanisasi
20. Mengidentifikasi usaha-usaha dalam rangka pemerataan pembangunan
desa dan kota oleh pemerintah di Indonesia
337
INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA
338
e) Termasuk kedalam masyarakat homogen dalam hal mata
pencaharian, agama, adat-istiadat
f) Homogenitas Sosial
g) Hubungan primer
h) Kontrol sosial yang ketat
i) Gotong-royong
j) Ikatan sosial
k) Magis religious
Sumber: modul masyarakat perdesaan dan perkotaan, google.com
2) Menurut Roucek & Warren ( 1963 : 78 ) ciri-ciri desa adalah:
a) Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal (mata
pencaharian , nilai– nilai dalam kebudayaan , serta dalam sikap
dan tingkah laku).
b) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai
unit ekonomi . Artinya semua anggota turut bersama - sama
terlibat dalam kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, dan juga sangat
ditentukan oleh kelompok primer, yakni dalam memecahkan
suatu masalah, keluarga cukup memainkan peranan dalam
pengambilkan keputusan final.
c) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada
(misalnya keterkaitan anggota masyarakat dengan tanah atau
desa kelahirannya).
d) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet
daripada di kota , serta jumlah anak yang ada dalam anggota
keluarga inti lebih besar atau banyak.
3) Menurut Talcot Parsons :
a) Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,
kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan
tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
339
b) Orientasi kolektif, sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak
suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.
c) Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya
dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu.
Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja. (Lawannya Universalisme)
d) Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).
e) Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.
Sumber: http://dee-jieta.blogspot.com/2011/03/ciri-ciri-desa-menurut-
para-ahli.html
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ciri-ciri desa dapat
disimpulkan, yaitu:
1) Interaksi antar manusia yang sangat kuat
2) Memiliki pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan dan perasaan
3) Keluarga di desa-desa merupakan satu unit sosial dan unit kerja
4) Mata pencaharian penduduknya bersifat agraris yang sangat
dipengaruhi oleh kegiatan alam, seperti iklim dan kekayaaan alam
5) Pekerjaan-pekerjaan yang tidak bersifat agraris hanyalah pekerjaan
sambilan
6) Iklim berpengaruh pada kehidupan petani sehingga warga desa banyak
bergantung pada musim
7) Jumlah penduduk desa relatif sedikit
340
8) Proses sosial berjalan lambat
9) Kontrol sosial di dasarkan pada hukum informal
341
Perbedaan Desa dengan Kelurahan
Tabel 1: Perbedaan Desa dan Kelurahan
Perbedaan Desa Kelurahan
Pemimpin Kepala desa Lurah
Status pemimpin Bukan PNS PNS
Pengangkatan pemimpin Pilkades Ditunjuk Bupati/ Walikota
Masa jabatan Maks 2 periode (@5 tahun) Tidak terbatas hingga pensiun
Sumber dana APBD APBN
Badan perwakilan BPD DK
Sosiologi Kebersamaan Individualis
Mata pencaharian Agraris Agraris
342
5 tahun. Sedangkan lurah dapat memimpin wilayah kelurahan dalam masa
yang tidak terbatas, tergantung dari keputusan bupati atau walikotanya.
Terbatasnya masa kepemimpinan lurah hanya dibatasi oleh masa pensiunnya
sebagai seorang pegawai negeri sipil, yakni sekitar usia 55 tahun.
5. Perbedaan Sumber Dana Pembangunan
Perbedaan desa dan kelurahan juga dapat ditilik dari asal atau sumber dana
pembangunan yang digunakan. Desa, saat ini memperoleh sumber dana
pembangunan dari APBN melalui adanya dana desa. Sedangkan kelurahan
memperoleh dana pembangunan yang bersumber dari APBD kabupaten/kota
masing-masing.
6. Perbedaan Badan Perwakilan
Desa dan kelurahan juga menerapkan sistem perwakilan sebagai kontrol dari
setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpinnya. Akan tetapi, sebutan
untuk badan perwakilan masing-masing ternyata berbeda. Badan perwakilan
di desa dinamai BPD (Badan Perwakilan Desa) sedangkan badan perwakilan
di kelurahan dinamai DK (Dewan Kelurahan). Baik BPD maupun DK,
keduanya memiliki anggota yang mewakili dusun atau RW.
7. Perbedaan Sosiologi
Kelurahan umumnya berada di wilayah perkotaan hingga wilayah sub-urban.
Secara sosiologi, warga kelurahan umumnya tidak memiliki ikatan batin yang
kuat satu sama lain. Beda halnya dengan warga di pedesaan. Prinsip gotong
royong dan kebersamaan umumnya masih lekat dimiliki masyarakatnya.
8. Perbedaan Kehidupan Masyarakat
Masyarakat desa umumnya mengandalkan sektor agraris seperti pertanian dan
peternakan sebagai mata pencaharian utama yang menopang kehidupan
mereka. Sedangkan masyarakat kelurahan umumnya mengandalkan sektor
non-agraris, seperti menjadi buruh, karyawan, pegawai, pengusaha, dan lain
sebagainya.
Sumber:http://danperbedaan.blogspot.co.id/2016/04/perbedaan-desa-dan-
kelurahan-uu.html
343
Gambar 5: Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Sumber: Beranda - blogger
344
pekarangan, persawahan, tegalan, dan permukiman. Wilayah atau daerah
merupakan tempat bagi manusia untuk dapat melakukan berbagai
aktivitas, baik sosial, ekonomi, maupun budaya. Pemilihan daerah atau
wilayah sebagai tempat aktivitas tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti iklim, topografi, keadaan tanah, dan air. Adanya perbedaan
kondisi fisik antarwilayah menyebabkan terjadinya perbedaan
perkembangan wiayah. Contohnya, daerah yang relatif datar dan terletak
di dekat daerah perkotaan akan berkembang lebih cepat daripada daerah
pegunungan yang jauh dari perkotaan
Sesuai dengan Permendagri No. 27 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat (10) adalah
proses pelaksanaan penetapan batas desa secara kartometrik diatas suatu peta
dasar yang telah disepakati.
Menurut Permendagri No. 27 Tahun 2006 tentang penetapan dan
penegasan batas desa, Pasal 3 menyatakan bahwa proses penetapan batas desa ini
terdiri atas tiga tahapan kegiatan, yaitu:
a) Tahap kesatu: Penelitian Dokumen batas.
b) Penelitian dokumen bisa berupa penelitiantentang asal muasal
pembentukan daerah yang bersangkutan baik tertulis ataupun tidak tertulis.
Dokumen bisa berupa peta administrasi, peta rupabumi, topografi, peta
pajak bumi bangunan (PBB) dll sampai dengan tugu, atau prasasti yang
ada di daerah tersebut.
c) Tahap Kedua: Penentuan Peta Dasar.
d) Setelah semua dokumen terkumpul, para tim dan perwakilan daerah yang
bersangkutan menentukan peta dasar mana yang akan dipakai sebagai
acuan untuk melaksanakan tahap selanjutnya.
e) Tahap Ketiga: Pembuatan Peta Batas Desa Kartometrik.
f) Selesai menentukan peta dasar mana yang akan dijadikan sebagai acuan,
tahap selanjutnya ialah pembuatan peta batas desa secara kartometrik
yakni dan menelusuri garis batas dengan menenetukan posisi titik
koordinat dan mengidentifikasi cakupan wilayah pada petayang meliputi
dua tahap yakni penelusuran garis batas diatas peta dan survei yang
345
dilakukan di lapangan. Pelaksanaan ini harus disepakati oleh kedua belah
pihak (desa yang bersangkutan) dan tim teknis, setelah menemukan titik
kesepakatan lalu kemudian membuat berita acara.
2) Penduduk
Penduduk merupakan salah satu unsur penting dalam suatu wilayah.
Di dalam upaya mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak sebagai
tenaga kerja, perencana, atau pelaksana sekaligus yang akan memanfaatkan
segala potensi yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan kependudukan dalam
suatu wilayah antara lain jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan
mata pencaharian penduduk. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
pola penggunaan lahan yang ada di pedesaan.
346
c. Sejarah, Istilah, Dan Perkembangan Desa
Sumber: www.google.com/imgres
(Buku Harto Hadikusumo) Pada zaman penjajahan Belanda terdapat
peraturan perundang-undangan mengenai desa yaitu Inlandshe Gemeente
Ordonantie (IGO) yang berlaku untuk Jawa dan Madura serta Inlandshe Gemeente
Ordonantie voor Buitengewesten yang berlaku untuk daerah-daerah di luar Jawa
dan Madura pada tahun 1906. Aturan ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 71
regerings reglement (RR) yang dikeluarkan tahun 1854 yang merupakan bentuk
pengakuan terhadap adanya desa, demokrasi, dan otonomi desa. Pada tahun 1854,
Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan “Regeeringsreglement” yang
merupakan cikal-bakal pengaturan tentang daerah dan desa. Dalam pasal 71 (pasal
128.I.S.) tentang kedudukan desa, yakni: Pertama, bahwa desa yang dalam
peraturan itu disebut “inlandsche gemeenten” atas pengesahan kepala daerah
(residen), berhak untuk memilih kepala desa. Kedua, bahwa kepala desa itu
diserahkan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur jenderal atau
dari kepala daerah (residen). Gubernur Jenderal menjaga hak tersebut terhadap
segala pelanggarannya.
Dalam ordonansi itu juga ditentukan keadaan dimana Kepala Desa dan
anggota pemerintah Desa diangkat oleh penguasa yang ditunjuk untuk itu. Kepala
Desa bumiputera diberikan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal,
347
pemerintah wilayah dan residen atau Pemerintah otonom yang ditunjuk dengan
ordonansi.
Selain itu, dalam ordonansi diatur wewenang dari Desa Bumiputera untuk
memungut pajak di bawah pengawasan di dalam batas-batas tertentu menetapkan
hukuman terhadap pelanggaran atas aturan yang diadakan oleh desa.
Ada 3 hak desa yang bisa diperhatikan dalam Pasal 71 tersebut, antara lain:
a. Desa berhak memilih sendiri Kepala desa
b. Desa berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
c. Desa yang terletak di kota (kota praja) dihapus
2) Zaman Jepang
Pada zaman pemerintahan Jepang, pengaturan mengenai Desa diatur
dalam Osamu Seirei No. 7 yang ditetapkan pada tanggal 1 Maret Tahun 1944.
Dari ketentuan Osamu Seirei ini ditegaskan bahwa Kucoo (Kepala Ku, Kepala
Desa) diangkat dengan jalan pemilihan. Sedangkan dewan yang berhak untuk
menentukan tanggal pemilihan dan syarat-syarat lain dalam pemilihan Kucoo
adalah Guncoo. Sedangkan untuk masa jabatan Kucoo adalah 4 tahun. Kucoo
dapat dipecat oleh Syuucookan.
Selanjutnya menurut Suhartono (2001: 49 dalam
galihsaputra.blogspot.co.id), pada jaman penjajahan Jepang, desa ditempatkan
setingkat di atas kampung yang merupakan institusi paling rendah di
pemerintahan desa. Pada pendudukan Jepang ini, otonomi desa kembali dibatasi
bahkan desa dibawah pengaturan dan pengendalian yang sangat ketat. Rakyat desa
dimobilisasi untuk keperluan perang, menjadi satuan-satuan milisi, seperti Heiho,
Kaibodan, Seinendan, dan lain-lain. Kepala desa difungsikan sebagai pengawas
rakyat untuk menanam tanaman yang dikehendaki Jepang, seperti jarak, padi dan
tebu.
Pemerintah desa pada jaman pendudukan Jepang terdiri dari 9 (sembilan)
pejabat: Lurah, Carik, 5 (lima) orang Mandor, Polisi desa dan Amir (mengerjakan
urusan agama). Artinya, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pengaturan
desa tidak terlalu banyak. Sehingga, desa berjalan dan sesuai dengan IGO 1906
yang ditetapkan pada masa pemerintahan Belanda. Satu-satunya perauran
mengenai desa yang dikeluarkan oleh penguasa Jepang adalam Osamu Seirei No.
348
7 tahun 1944 diatas. Peraturan ini hanya mengatur tentang pemilihan kepala desa
(Ku-tyoo) yang menetapkan masa jabatan kepala desa menjadi empat (4) tahun.
349
Undang-Undang desapraja tidak berumur lama,sebab ketika orde baru
lahir, undang-undang yang jiwanya dan sistem pengaturannya akan dapat
membawa ke arah ketidakstabilan politik di desa-desa, dinyatakan tidak berlaku
oleh Undang-Undang No. 6 Tahun 1969.
350
nama atau sebutan yang dahulu, karena setiap perubahan sekalipun hanya
perubahan sebutan memerlukan waktu untuk bisa diterima sehingga membudaya.
Telah dimaklumi bahwa Desa dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami
perubahan baik yang menyangkut aspek yuridis formal maupun yang berkaitan
dengan luas wilayah, sistem dan pola ketahanan masyarakat, prasarana dan sarana,
sumber-sumber penghasilan, sistem administrasi pemerintahan, lembaga-lembaga
kemasyarakatanm susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa dan lain-
lainnya, namun pada hakikatnya ada anasir penting yang melekat pada setiap Desa
yang tidak mungkin mudah berubah karena perubahan zaman yaitu :
a. Pada zaman atau masa manapun Desa merupakan satuan organisasi
ketatanegaraan (sekalipun terkecil dan paling sederhana) dalam suatu negara
(Kerajaan atau Republik)
b. Pemerintah Desa merupakan pemerintahan terendah dalam susunan
pemerintahan negara (Kerajaan atau Republik).
c. Adanya hak untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
d. Berada dalam suatu wilayah yang batas-batasnya jelas dan tertentu.
e. Ada penduduknya atau masyarakat dalam jumlah yang cukup besar sesuai
persyaratan, yang hidup secara tertib dan bertempat tinggal pada lokasi-
lokasi yang sudah tetap.
f. Kepalanya dipilih secara langsung, bebas dan rahasia oleh penduduk Desa
yang berhak.
g. Memiliki kekayaan sendiri (fisik ekonomis dan non fisik ekonomis).
h. Ada Landasan Hukum (tertulis dan tidak tertulis) yang ditaati oleh
masyarakatnya bersama aparatur Pemerintah Desa.
i. Mempunyai nama, yang tetap dan lestari serta mengandung makna tertentu
bagi masyarakatnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan msyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adapt istiadat
setempat yang diakui dalam sistim pemerintahan nasional dan berada didalan
daerah kabupaten. Sedangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan
pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
351
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
352
lebih berkembang dan maju dibandingkan desa yang terletak di daerah
terpencil.
b) Luas desa, wilayah desa meliputi luas lahan pertanian, permukiman, dan
penggunaan lahan lainnya.
c) Keadaan tanah, keadaan tanah dapat mencirikan kesuburan lahan
pertanian
d) Keadaan iklim, mencakup curah hujan, temperature, kelembapan,
penyinaran, matahari, dan angin. Oleh karena itu sebagaian besar
masyarakat desa bermata pencarian sebagai petani maka kondisi iklim
merupakan factor yang penting
e) Ketersediaan sumber daya nabati, jenis hewan, dan produksinya
f) Keadaan bentang alam. Bentang alam suatu daerah merupakan factor
alam yang penting karena mempunyai hubungan erat dengan persebaran
penduduk serta member ciri pada bentuk ruamg gerak manusia. Bentang
alam meliputi pegunungan, perbukitan, dan daratan.
Data sumber daya alam yang digunakan menurut Peraturan Mentri Dalam
Negeri Nomor 12 Tahun 2007 meliputi:
a. potensi umum yang meliputi batas dan luas wilayah, iklim, jenis dan
kesuburan tanah, orbitasi, bentangan wilayah dan letak
b. pertanian
c. perkebunan
d. kehutanan
e. peternakan
f. perikanan
g. bahan galian
h. sumber daya air
i. kualitas lingkungan
j. ruang publik/taman
k. wisata
2) Potensi sumber daya manusia
Penduduk desa merupakan potensi bagi desa itu sendiri. Semakin banyak
jumlah penduduk desa, terlebih penduduk usia produktif, semakin besar
353
potensi desa tersebut. Kegiatan penduduk yang ditekuni setiap hari
memberikan sumbangan bagi pendapatan desa tersebut.
Apabila suatu wilayah desa mempunyai potensi cukup baik, termasuk
tingkat pendidikan penduduknya yang sudah tinggi, desa tersebut akan cepat
berkembang. Penduduk memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus seperti:
a) Komposisi umur, jenis kelamin, dan rasio ketergantungan
b) Organisasi masyarakat
c) Tingkat pendidikan, jumlah siswa, dan jumlah guru
d) Tingkat kesehatan, tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan kualitas
lingkungan
e) Swadaya masyarakat dan gotong royong untuk pembangunan daerah
f) Adat istiadat dan kebiasaan
Adat istiadat yang telah mengakar merupakan factor yang cukup penting
dalam menilai tingkat perkembangan suatu desa. Komponen-komponen
pembangunan yang tidak didukung oleh adat istiadat menyebabkan
perkembangan pembangunan desa tersebut akan menghadapi hambatan. Mata
pencarian masyarakat suatu desa pada umumnya dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu kelompok primer, kelompok sekunder, dan kelompok
tersier
Data sumber daya manusia yang diperlukan untuk menganalisis potensi desa
menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 meliputi:
a. Jumlah
b. Usia
c. Pendidikan
d. mata pencaharian pokok
e. agama dan aliran kepercayaan
f. kewarganegaraan
g. etnis/suku bangsa
h. cacat fisik dan mental; dan
i. tenaga kerja.
354
3) Potensi Kelembagaan
Desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional. Agar desa menjadi kuat,
setiap desa harus memiliki lembaga. Data sumber daya kelembagaan yang
diperlukan untuk menganalisis potensi desa menurut Peraturan Mentri Dalam
Negeri Nomor 12 Tahun 2007 meliputi:
a) lembaga pemerintahan desa dan kelurahan
b) lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan
c) lembaga social kemasyarakatan
d) organisasi profesi
e) partai politik
f) lembaga perekonomian
g) lembaga pendidikan
h) lembaga adat
i) lembaga keamanan dan ketertiban.
4) Potensi Prasarana dan Sarana
Data prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a) transportasi
b) informasi dan komunikasi
c) prasarana air bersih dan sanitasi
d) prasarana dan kondisi irigasi
e) prasarana dan sarana pemerintahan
f) prasarana dan sarana lembaga kemasyarakatan
g) prasarana peribadatan
h) prasarana olah raga
i) prasarana dan sarana kesehatan
j) prasarana dan sarana pendidikan
k) prasarana dan sarana energi dan penerangan
l) prasarana dan sarana hiburan dan wisata
m) prasarana dan sarana kebersihan.
355
Ruang lingkup dan jenis data potensi desa selengkapnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel. 2.1 Ruang Lingkup dan Jenis Data Potensi Desa
NO POTENSI JENIS DATA
1 1. potensi umum yang meliputi batas
dan luas wilayah, iklim, jenis dan
kesuburan tanah, orbitasi,
bentangan wilayah dan letak
2. pertanian
3. perkebunan
4. kehutanan
sumber daya alam
5. peternakan
6. perikanan
7. bahan galian
8. sumber daya air
9. kualitas lingkungan
10. ruang publik/taman
11. wisata
2 1. Jumlah
2. Usia
3. Pendidikan
4. mata pencaharian pokok
sumber daya manusia 5. agama dan aliran kepercayaan
6. kewarganegaraan
7. etnis/suku bangsa
8. cacat fisik dan mental; dan
9. tenaga kerja.
3 1. Lembaga pemerintahan desa dan
kelurahan
2. lembaga kemasyarakatan desa dan
kelurahan
3. lembaga social kemasyarakatan
Kelembagaan
4. organisasi profesi
5. partai politik
6. lembaga perekonomian
7. lembaga pendidikan
8. lembaga adat
9. lembaga keamanan dan ketertiban.
4 Prasarana dan Sarana 1. transportasi
2. informasi dan komunikasi
3. prasarana air bersih dan sanitasi
4. prasarana dan kondisi irigasi
5. prasarana dan sarana pemerintahan
6. prasarana dan sarana lembaga
kemasyarakatan
7. prasarana peribadatan
8. prasarana olah raga
356
9. prasarana dan sarana kesehatan
10. prasarana dan sarana pendidikan
11. prasarana dan sarana energi dan
penerangan
12. prasarana dan sarana hiburan dan
wisata
13. prasarana dan sarana kebersihan.
(Sumber : Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007)
Data potensi desa dan kelurahan dilakukan pengukuran dan analisis untuk
menentukan tingkatan potensi umum, potensi pengembangan dan tipologi
desa dan kelurahan.
357
e. Tipologi desa dan kelurahan nelayan
f. Tipologi desa dan kelurahan pertambangan/galian
g. Tipologi desa dan kelurahan kerajinan dan industri kecil
h. Tipologi desa dan kelurahan industri sedang dan besar;
i. Tipologi desa dan kelurahan jasa dan perdagangan.
e. Tipe-Tipe Desa
Tipologi desa dan kelurahan adalah karakteristik desa dan kelurahan
berdasarkan potensi sumber daya alam dan interaksi dengan kegiatan sosial
ekonomi masyarakat (pola nafkah). Tipologi desa dan kelurahan mempertemukan
konsep sumber daya alam, konsep pemberdayaan masyarakat, dan pola nafkah,
dan aspek kewilayahan.
Acuan dalam menentukan tipologi desa dan kelurahan adalah berdasarkan pada
karakteristik desa yang secara alami tidak akan berubah atau jika mengalami
perubahan membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, berdasarkan
sensus Potensi Desa (Podes), data karakteristik desa yang memenuhi kriteria
tersebut diatas dan dapat digunakan sebagai dasar pembentukan tipologi adalah
sebagai berikut :
1. Letak geografis
2. Peruntukan lahan
3. Pola nafkah/mata pencaharian
Berdasar karateristik diatas maka tipe desa itu terbagi atas:
1) Desa Pesisir/Nelayan ( DNL)
Desa pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari dan atau lainnya yang
memiliki wilayah berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau
merupakan desa pulau) dengan corak kehidupan masyarakatnya, baik
tergantung maupun tidak tergantung pada potensi laut.
2) Desa Persawahan (DPS)
Desa yang bila sebagian besar penduduknya tergantung dari usaha
persawahan
3) Desa Perladangan (DPL)
358
Desa yang bila bagian terbesar penduduknya hidup tergantung dari usaha
pertanian ladang (palawija/padi gogo/hortikultural)
4) Desa Perkebunan (DRS)
Desa yang bila sebagian besar penduduknya hidup tergantung kepada
usaha perkebunan (karet, kelapasawit, cengkeh,dll)
5) Desa Peternakan (DPT)
Desa yang merupakan desa dimana penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai peternak.
6) Desa Perdagangan (DJP)
Desa dimana orang-orang dari berbagai jurusan dapat bertemu satu dengan
yang lain untuk menjual dan membeli barang-barang yang dihasilkan
masyarakat sehingga terjadilah pasar. Di dekat pasar tersebut semakin
lama tumbuh suatu masyarakat dari orang-orang yang pekerjaannya
membeli dan menjual barang-barang yang dibutuhkan di tempat lain.
7) Desa Pertambangan (DPG)
Desa yang tumbuh di dekat wilayah yang menghasilkan hasil-hasil
pertambangan.
8) Desa Industri Kecil dan kerajinan (DIK)
Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri
kecil kerajinan.
9) Desa Industri Sedang dan Besar ( DIB)
Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri
sedang dan besar.
Berdasarkan karakteristik dan potensi desa, maka tipe desa juga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Tipe Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka
terbentuklah ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk.
Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di
Indonesia, yakni:
1) Tipe Desa Geneologis
359
Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya
mempunyai ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan
pertalian darah. Desa yang terbentuk secara geneologis dapat dibedakan
atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran.
2) Tipe Desa Teritorial
Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa
teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan
kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang
menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas
ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
3) Tipe Desa Campuran
Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan
wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.
360
ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya
mengelilingi desa ( ring road ) agar permukiman baru tak terpencil.
361
Soekandar Wiriaatmadja membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam
empat pola, yakni:
1) Pola Permukiman Menyebar
Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini
terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang
harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan demikian,
orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal didalam lahan
mereka.
2) Pola Permukiman Memanjang
Bentuk pemukiman yang terletak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang
sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya
masing-masing.
3) Pola Permukiman Berkumpul
Bentuk pemukiman dimana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam
sebuah kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung.
4) Pola Permukiman Melingkar
Bentuk pemukiman dimana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti
tepi jalan, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakangnya.
362
f. Analisis Potensi Desa
Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa maka menjadi peluang
yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan
masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Potensi desa merupakan segala sesuatu yang ada di desa yang dapat
dioptimalkan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Untuk mengetahui
potensi yang ada di desa dapat dilakukan analisis potensi desa. Analisis potensi
umumnya dimulai dengan klasifikasi dan verifikasi data sumber daya alam,
sumberdaya manusia, prasarana dan sarana serta kelembagaan yang sudah
dikumpulkan dalam daftar isian masing-masing. Data potensi yang valid dan
reliable itu selanjutnya diolah baik menggunakan program aplikasi maupun secara
manual.
363
Analisis potensi desa juga ditujukan untuk mengetahui faktor penghambat
pengembangan yang dihadapi desa baik penghambat penduduk, faktor
penghambat kelembagaan, faktor penghambat kelembagaan, faktor prnghambat
sarana dan prasarana. Berikut merupakan jenis data potensi desa.
364
10. Pendidikan
11. Energi dan penerapan
12. Hiburan dan wisata
13. Kebersihan
365
4 Luas Kuburan Bila luas kuburan mencapai
Kurang dari 0,1 ha 2
0,1-1,0 ha 4
1,0-5,0 ha 6
5,0 – 10,0 ha 8
>10,0 ha 10
Dsb
C Tanah Sawah
Bila luas perkebunan mencapai
Kurang dari 10 ha
10-50 ha
50-100 ha
100-500 ha
>500 ha
C Tingkat
Pendidikan
Jumlah usia 7- Bila kurang dari 10% dari jumlah 3
18 tahun yang penduduk dari usia 7-18 tahun
tidak sekolah
10-25% 2
25%-50% 1
Lebih dari 75% 0
Dsb
Skoring Potensi Kelebagaan
366
A1 Pemerintah desa/kelurahan
1 Dasar Hukum pembentukan pemerintah desa/kelurahan
Bila pembentukan organisasi 10
pemerintahan desa dan kelurahan
berdasarkan perda kab/kota
Berdasarkan keputusan 2
bupati/walikota
Berdasarkan keputusan camat 1
Berdasarkan hokum 0
2 Dasr hokum pembentukan Bila pembentukan organisasi BPD 10
BPD berdasarkan perda kab/kota
Berdasarkan keputusan 2
bupati/walikota
Berdasarkan keputusan camat 1
Berdasarkan hokum 0
Setelah data potensi desa/kelurahan yang diisi tim pengumpul atau pokja
profil di tingkat desa/kelurahan, diberi skor atau diberi nilai oleh tim pengolah
data profil, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan skor tinggi dan skor
367
terendah dari setiap variable pengukur tingkat potensi desa/kelurahan. Scoring
tertinggi dan terendah yang digunakan untuk menganalisis tingkat potensi
desa/kelurahan sebagaimana pada tabel berikut.
No Komponen Skor
Terendah tertinggi
A Sumber daya alam 265 2327
1 Batas wilayah 0 10
Luas wilayah 16 80
Luas tanah sawah 8 40
Luas tanah kering 6 30
Luas tanah basah 5 34
Luas tanah perkebunan 8 40
Luas tanah fasilitas umum 30 164
Luas tanah hutan 26 136
Iklim 7 31
Kesuburan tanah 12 51
Bentang wilayah 20 81
Letak 5 10
Orbitasi 0 25
Pertanian tanaman pangan 13 54
Tanaman buah-buahan 10 62
Tanaman apotik hidup 5 38
Perkebunan 22 83
Kehutanan 14 222
Peternakan 8 570
Perikanan 2 35
Bahan galian 1 47
Sumber daya air 32 493
Kualitas udara 4 40
Ruang public/taman 4 16
Wisata 5 17
B Potensi SDM 46 165
Kepadatan 2 8
Perkembangan usia 7 19
Pendidikan 8 31
Mata pencarian 3 10
Agama 6 14
Kewarganegaraan 2 6
Etnis 1 1
Penduduk cacat mental/fisik 1 5
Tenaga kerja 16 62
C Potensi kelembagaan 73 775
368
Lembaga pemerintahan desa/kelurahan 12 107
Badan pemusyawaratan desa 5 57
Lembaga kemasyarakatan 12 79
Partai politik dan underbow partai 25 82
politik
Lembaga ekonomi dan unit usaha 4 26
desa/kelurahan
Lembaga jasa keuangan 4 26
Industri kecil dan menengah 9 24
Usaha jasa pengangkutan 10 25
Usaha jasa dan perdagangan 5 26
Usaha jasa hiburan 5 27
Usaha jasa gas, listrik, BBM dan air 7 28
minum
Usaha jasa keterampilan 3 26
Usaha jasa hokum dan konsultan 3 26
Usaha penginapan 4 26
Lembaga pendidikan formal 10 89
Lembaga pendidikan non formal 3 42
Lembaga adat 0 24
Lembaga keamanan dan Linmas 2 75
D Potensi Prasarana dan Sarana 33 1079
Transportasi 2 89
Komunikasi dan informasi 0 89
Air bersih dan sanitasi 2 51
Irigasi 5 25
Pemerintahan desa/kelurahan 4 69
Administrasi desa/kelurahan 0 20
Badan permusyawaratan desa 3 51
Dusun/lingkungan/sebutan lain 0 31
Lembaga kemasyarakatan 4 219
desa/kelurahan
Peribdatan 0 35
Olahraga 0 103
Kesehatan 5 154
Pendidikan 3 35
Energi dan penerapan 0 35
Hiburan dan wisata 0 60
Kebersihan 5 63
TOTAL SELURUHNYA 416 4346
369
Penentuan tinggi rendahnya suatu potensi ditentukan dengan menghitung total skor
setiap potensi yang dicapai dan membandingkan dengan skor maksimal bagi potensi dan
dapat mengukur tinggi rendahnya skor potensi setiap desa/kelurahan
No Skor
Variabel Terendah Tertinggi
Tinggi, apabila
>3476,8
ANALISIS
TINGKATAN
Sedang, apabila
POTENSI
UMUM 2607,6-3476,8
Rendah, apabila
<2607,6
370
Ruang lingkup dan jenis data yang dibutuhkan dalam pengukuran potensi
pertanian, potensi perkebunan, potensi peternakan, potensi perikanan, potensi
pertambangan/bahan galian, potensi perdagangan, pertanian industri dan kerajinan
rumah tangga serta potensi pariwisata.
Analisis penilaian tingkat potensi pertanian didasarkan pada data potensial
tanaman pangan, tanaman buah-buahan dan palawija serta subvariabel
pendukungnya. Penilaian tingkat potensi perkebunan didasarkan pada nilai skor
dari indicator potensi perkebunan dan pendukungnya. Demikian pula penilaian
tingkat potensi perternakan didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi
peternakan pada nilai skor dari indicator potensi peternakan dan pendukungnya.
Penilaian tingkat potensi perikanan didasarkan pada nilai skor dari indicator
potensi perikanan dan pndukungnya. Penilaian tingkat potensi pertambangan
didasarkan pada nilai skor dari indicator potensial pertambangan dan
pendukungnya. Penilaian tingkat perdagangan didasarkan pada nilai skor potensi
perdangangan dan indicator pendukungnya. Penilaian tingkat potensi industri
didasarkan pada nilai skor dari indicator potensi industri dan pendukungnya.
Penilaian tingkat potensi wisata didasarkan pada nilai skor dari indicator potensi
wisata dan pendukungnya.
371
10. Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja
11. Penduduk usia 18-15 yang tamat SMA
12. Prasarana dan kondisi irigasi
dsb
Perumusan potensi pengembangan suatu potensi didasarkan pada capaian
nilai skor dari indicator sector yang bersangkutan. Suatu sector sangat potensial;
dikembangkan, apabila capaian nilai skor indikatornya lebih dari 80% dari skor
maksimal potensial yang diukur, potensial dikembangkan apabila capaian nilai
skornya antara 70-80% dari skor maksimal potensial yang diukur, cukup potensi
dikembangkan skornya 60-70% dan kurang potensial kurang dari 60% dari skor
maksimal potensi yang di ukur. Berikut ini merupakan salah satu contoh potensi
desa yang terdapat di Indonesia, desa Wonokromo terletakk diwilayah bagian
kecamatan tikung kabupaten lamongan provinsi jawa barat.
372
g. Tingkat Perkembangan Desa
Berdasarkan tingkat perkembangannya (yaitu tingkat pendapatan, peran
serta masyarakat dalam pembangunan, tingkat kesehatan, dan tingkat
pendidikan masyarakat), desa dapat dikelompokkan ke dalam desa swadaya,
swakarya, dan swasembada.
1) Desa swadaya
Desa swadaya adalah desa yang masyarakatnya telah mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri. Penduduknya masih jarang dan kurang
berkomunikasi dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuan yang
diperoleh sebagai hasil interaksi dengan wilayah berjalan lambat. Menurut
Wardiyatmoko (2012) adapun ciri-ciri desa swadaya sebagai berikut:
a) Penduduknya jarang
b) Pendidikan masyarakat rendah,
c) Masih terikat kebiasaan adat
d) Sebagian besar penduduk hidup bertani
e) Produktivitas tanah rendah
f) Daerahnya bergunung-gunung atau daerah perbukitan
g) Lokasinya terpencil
h) Produktivitas masyarakat rendah
i) Lembaga-lembaga yang ada masih sederhana
j) Kegiatan ekonomi di tujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
kebutuhan sehari – hari
k) Masyarakatnya cenderung tertutup
l) Sistem perhubungan dan pengangkutan kurang berkembang
Contoh Desa swadaya: Kegiatan masyarakat di desa swadaya masih
dipengaruhi keadaan alam.
373
2) Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang masyarakatnya sudah lebih maju
dibandingkan dengan desa swadaya. Selain untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan penduduk sudah
mulai dijual ke daerah lain. Desa swakarya mulai mengadakan kontak atau
hubungan dengan warga lain, walaupun intensitasnya masih sedikit.
(Fahmi : 2014)
374
3) Desa swasembada
Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua
potensi yang ada secara optimal. Masyarakat desa ini sudah mulai
mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat luar untuk
melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain. Hasil dari interaksi
tersebut menyebabkan masyarakat yang tinggal didesa swasembada
mampu menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki, sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.
375
Gambar. Desa Swasembada
Sumber : www.wikipedia.com
Berikut tabel Klasifikasi desa berdasarkan tingkat perkembangannya
Swadaya Swakarya Swasembada
Sebagian besar Mata pencaharian mulai Mata pencaharian
kehidupan penduduknya bearagam penduduk sebagaian
masih menggantungkan besar di bidang jasa dan
pada alam perdagangan
376
2. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN KOTA
a. Ciri-Ciri Kota
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community yang ciri-
ciri dan sifatnya lebih ditekankan pada kehidupan yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan.
377
Gambar 1: Kota Paris Gambar 2: Kota Jakarta
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Kota
378
Gambar; Super market
Sumber: www.google.com/images
2) Ciri-Ciri Sosial
a) Masyarakatnya heterogen.
b) Bersifat individualistis dan materialistis.
c) Mata pencaharian nonagraris.
d) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai
pudar).
e) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan
masyarakat miskin.
f) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
g) Pandangan hidup lebih rasional.
h) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau
kelompok sosial masyarakat secara tegas.
Masyarakat kota
Sumber: www.google.com/images
379
5) Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan
berprinsip ekonomi.
380
Banyak gedung – gedung tinggi
Udaranya terpolusi
Penduduk padat
Macet
Ciri Ciri Kota Industri, perdagangan dan jasa
Pendidikan tinggi
Fasilitas umum memadai
Jalan macet
Pemukiman padat
Masyarakat tidak saling peduli
Kota merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh penduduk yang biasanya
memiliki ciri modern. Penduduk yang menempati kawasan perkotaan umumnya
memiliki pencaharian di bidang nonagraris yang beraneka ragam. Kegiatan
ekonomi yang menggunakan lahan perkotaan antara lain :
1. Perumahan
Pemanfaatan lahan di kota lebih kompleks dari pedesaan karena struktur dan
kondisi masyarakatnya pun lebih beragam. Lahan perumahan di perkotaan
biasanya sangat rapat, karena jumlah penduduknya banyak.
381
Gambar: perumahan diperkotaan
Sumber: www.google.com/images
2. Industri
a. Industri berhaluan bahan (bahan mentah harus diperhitungkan secara
khusus) berlokasi ditempat terdapatnya bahan mentah tersebut.
b. Di tempat pemasaran
c. Industri berhaluan pekerja, berlokasi ditempat tenaga kerja yaitu
pengerjaan bahan industri yang memerlukan keahlian khusus seperti
membatik, membordir
3. Jasa
Jasa yang menggunakan lahan kota adalah jalan, terminal, rel kereta api, stasiun
dan sebagainya.
382
Gambar: suasana jalan lalu lintas di kota
Sumber: www.google.com/images
4. Sarana Pemerintahan
5. Tempat Pemasaran
Keberadaan kawasan perkotaan sebagai pusat pemerintahan akhirnya mendorong
masyarakat untuk lebih banyak melakukan transaksi perdagangan di perkotaan.
Oleh karena itu, ada pula sebagian lahan yang dimanfaatkan untuk keperluan
perdagangan (pasar, mall, grosir, dan sebagainya).
383
Gambar: ruang terbuka tempat rekreasi
Sumber: www.google.com/images
b) Pengertian Kota
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang
keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai
berikut.
1. Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas
penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan
suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama,
adat, dan kebudayaan
2. Max Weber
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai
benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
3. Louis Wirth
Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
4. Arnold Toynbee
Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kekompleksan
yang khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing.
5. Grunfeld
Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi
daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris,
dan sistem penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh
gedung-gedung tinggi yang lokasinya berdekatan.
384
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan,
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan.
c) Struktur Keruangan Kota
1. Pengertian Struktur Ruang Kota
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan serta meliharan
kelangsungan hidupnya. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman,
sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan
fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang
adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial,
dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu
dengan yang lainnya membentuk tata ruang.
385
Mengingat kota yang mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan, maka
penataan ruangnya harus melalui perencanaan yang cermat, agar tidak
menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Perencanaan penataan ruang perlu
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek sosial seperti ,kependudukan, sosial budaya, pendidikan, agama,
status sosial, struktur sosial masyarakat;
2. Aspek ekonomi seperti pendapatan per kapita, produksi, perdagangan,
pertambangan dll;
3. Aspek fisik seperti relief, tanah dll.
Ketiga aspek ini penting untuk penyusunan master plan dan detail
plan kota. Penataan ruang kota yang baik perlu didasarkan pada kondisi fisik,
pemerintah kota sebagai pengatur kebijakan, dan tingkat perekonomian.
386
lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hirarkinya, cakupan/skala layanannya,
serta dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan
tersebut. Sedangkan rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana
yang mengintegrasikan kota dalam lingkup yang lebih luas maupun
mengitegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan layanan bagi fungsi
kegiatan yang ada/direncakan dalam wilayah kota, sehingga kota dapat
menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang
ditetapkan.
387
citra (image) yang kuat pada setiap orang. Menurutnya ada lima unsur dalam
gambaran mengenai kota yaitu path, edge, district, node, dan landmark. Sebagai
wujud struktural pemanfaatan ruang, kota terdiri dari susunan unsur-unsur
pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis dan struktural yang berhubungan
satu dengan lainnya membentuk tata ruang kota. Adapun elemen-elemen yang
membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005:97) yaitu:
2. Polycentric City
388
hanya wilayah kota saja, tetapi wilayah sekeliling kota yang disebut juga wilayah
pengaruh kota.
CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota (regional
centre) akan membentuk kota menjadi polycentric city atau cenderung seperti
multiple nucles city yang terdiri dari:
1. CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks perkantoran
2. Inner suburb (kawasan sekeliling CBD), yaitu bagian kota yang tadinya
dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan setelah
berkembang sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi sebagian lagi
dilayani oleh sub pusat kota
3. Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh sesuai
perkembangan kota
4. Outer suburb (pinggiran kota), yaitu bagian yang merupakan perluasan
wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub pusat kota
5. Urban fringe (kawasan perbatasan kota), yaitu pinggiran kota yang secara
berangsur-angsur tidak menunjukkan bentuk kota lagi, melainkan
mengarah ke bentuk pedesaan (rural area).
3. Kota Metropolitan
Kota Metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit
yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya
membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk wilayah
metropolitan. Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat-
pusat pelayanan diantaranya adalah:
1) Mono Centered. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang
tidak saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat
yang lain.
2) Multi Nodal. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat daan sub-
sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub-sub pusat selain
terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan
pusat.
3) Multi Centered. Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling
terhubung satu sama lain.
389
4) Non Centered. Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat
maupun sub pusat. Semua node memiliki hirarki sama dan saling
terhubung antara satu dengan yang lain.
Sumber : http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/geography/images/set_004.gif
390
ini ditandai dengan kawasan perumahan yang mulai merosot yang
ditinggal penghuni asalnya menuju ke lapisan ketiga dan membiarkan
daerah ini ditempati oleh kaum migran. Pada lapisan ini pada beberapa
bagian terdapat juga kegiatan perniagaan yang menyebabkan lapisan
ini tidak cocok untuk kediaman.
391
Gambar : Kota Amsterdam
5. Teori Sektor
Sumber : http://www.lewishistoricalsociety.com/wiki/article_image.php?id=27
Keterangan gambar :
1. Biru : Pusat niaga sekaligus pusar kota (CBD)
2. Ungu : Kawasan industri ringan dan perdagangan
3. Orange : Sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum murba atau
kaum buruh
4. Hijau : Kawasan pemukiman kelas menengah
5. Kuning : Kawasan tempat tinggal golongan atas
392
zone yang teratur secara konsentris, tetapi dengan membentuk sektor-
sektor tertentu. Sector-sektor tersebut bisa terjadi di sepanjang jalur
transportasi darat maupun air, sehingga perkembangan kota lebih
menyerupai gurita.
393
1. Pertumbuhan Vertikat, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur keluarga
tunggal dan semakin lama akan didiami oleh struktur keluarga ganda. Hal
ini karena ada factor pembatas, yaitu : fisik, social, ekonomi dan politik.
2. Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih cukup
tersedia ruang-ruang kosong untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan
lainnya.
394
menerus dan bersifat datar pada kota (pusat kegiatan), maka
mengakibatkan terjadinya penggabungan pusat-pusat tersebut satu
kesatuan kegiatan.
395
Gambar . Kota Los Angeles
396
CBD (Cenral Bussines District) : Merupakan Pusat Daerah Kegiatan
yang merupakan inti kota.
Industry : Industri mengikuti aliran sungai, jalur kereta api, jalan raya.
Pekerja kelas bawah bekerja di daerah ini memproduksi barang kebutuhan
kota.
Low Class Residential : Merupakan pemukiman pekerja kelas bawah,
dekat dengan lokasi pabrik untuk mengurangi biaya transport. Tingkat
polusi di daerah ini sangat tinggi dan lingkungan yang buruk karena
pengaruh pabrik.
397
Middle Class Residental : Merupakan zona pemukiman terluas, dihuni
pekerja dengan taraf ekonomi menengah. Kondisi lingkukngan lebih baik
karena agak jauh dari daerah pabrik.
High Class Residental : Merupakan zona pemukiman kelas atas, kondisi
lingkungan sangat baik dan sarana transportasi sangat nyaman tanpa
kemacetan. Akses menuju pusat kota sangat lancar.
ditonjolkan.
8. Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
398
Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada
peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
9. Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan
historis yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota.
Teori historis dari Alonso dapat digambarkan sebagai berikut.
399
10. Teori Pusat Pelayanan (Christaller)
Walter Christaller seorang geograf jerman (1933) mengemukakan teori
lokasi yang dikenal sebagai teori tempat sentral (central place theory). Christaller
memperkenalkan teori ini tahun 1933 dalam tulisannya yang berjudul ”Die
Zentralen Orte la Suddeutschland”. Tempat yang sentral diasumsikan sebagai
tempat yang memberikan peluang kepada manusia yang jumlahnya maksimum
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan, baik sebagai pelayannya maupun
sebagai pihak yang dilayani.
Teori lainnya yang mendasari struktur ruang kota adalah Teori Ketinggian
Bangunan; Teori Konsektoral; dan Teori Historis. Dikaitkan dengan
perkembangan DPK atau CBD, maka berikut ini adalah penjelasan masing-
masing teori mengenai pandangannya terhadap DPK atau CBD :
1. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955). Teori ini menyatakan
bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat dari variabel
ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan
daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan
ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal.
Dalam hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan
perdagangan (retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu
ruang maka ruang tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat
ekonominya.
2. Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980). Teori Konsektoral
dilandasi oleh strutur ruang kota di Amerika Latin. Dalam teori ini
disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari
perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi
proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari
daerah tersebut. Pada daerah – daerah yang berbatasan dengan DPK
atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang
digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-
daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain
dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
400
3. Teori Historis (Alonso, 1964). DPK atau CBD dalam teori ini
merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan daerah dengan
daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi.
401
Sesuai dengan luas kawasan pengaruhnya, hierarki tempat sentral dapat
dibedakan sebagai K=3, K=4 dan K=7. Untuk melihat tempat-tempat sentral
berdasarkan hierarkinya, ikutilah gambar-gambar berikut :
1) Tempat Sentral yang Berhierarki 3 (K=3)
Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa pasar yang
senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi penduduk yang tinggal
daerah sekitarnya. Hierarki 3 sering disebut sebagai kasus pasar optimal yang
memiliki pengaruh 1/3 bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya yang berbentuk
heksagonal, selain memengaruhi wilayahnya itu sendiri.
K=3
= 6 (1/3 + 1) = 3
402
Gambar 8. Berhierarki 4 dengan kekuatan pengaruh setengah
wilayah sekitarnya, yang disebut Situasi lalu lintas yang optimum
K=7
= 6 (1) + 1 = 7
403
(2009), kota-kota yang terdapat di negeri kita mulanya hanya merupakan sebuah
pemukiman penduduk biasa, seperti desa. Lama-kelamaan tumbuh dan
berkembang berdasarkan latar belakang atau sejarahnya masing-masing.
Dari uraian di atas, adanya perkembangan aktivitas penduduk di Indonesia
yang tumbuh mengakibatkan munculnya kota-kota atas dasar sebagai berikut : ada
yang berkembang karena tempat tersebut merupakan kawasan perdagangan,
karena merupakan pusat perkebunan, pertambangan, atau karena dijadikan pusat
administrasi pemerintahan.
404
2. Pertumbuhan Kota yang Berlatar Belakang sebagai Pusat
Perkebunan
Usaha perkebunan memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan
curah hujan dan iklim yang sesuai dengan tanamannya. Di samping itu, usaha
perkebunan banyak memerlu kan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah
perkebunan selalu didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut akhirnya
bertempat tinggal di daerah sekitar perkebunan. Banyaknya penduduk di sekitar
perkebunan akhirnya berkembang menjadi desa dan jika perkembangannya pesat
akan menjadi wilayah kota.
Menurut Dewi (2009) Kota Jambi dan Maluku dapat digolongkan ke dalam
jenis kota yang mengalami pertumbuhan atas dasar pusat perkebunan.
1) Jambi, mulanya unit-unit perkebunan yang berskala besar yang kemudian
berkembang seiring dengan peningkatan pendapatan penduduk dan
kemajuan di bidang teknologi. Sampai pada tahun 1990, Jambi memiliki
48,7% hutan produksi dan 24,7% hutan konsumsi dari 2.947.200 ha hutan
yang dimilikinya.(perkebunan karet)
2) Maluku, adalah pusat rempah-rempah yang sejak dulu telah menjadi
rebutan pedagang-pedagang Eropa. Setelah dikuasai 3,5 abad oleh
Belanda, Maluku semakin berkembang dan sampai sekarang tetap
menjadi pusat perkebunan rempah-rempah.
Selain kota tersebut Menurut Eni H (2012) Kota yang berasal dari
perkebunan diantaranya Sukabumi (perkebunan teh), Ambarawa (perkebunan
karet), Bandung, Bogor, Malang, Salatiga, Palembang, dan Bengkulu
Pematangsiantar, Lampung, , Sabang, dan Bandung.
405
Berikut kota yang berasal dari pertambangan (1) Cepu , Balik Papan,
Samarinda dan Surabaya tumbuh dan berkembang karena terdapat pertambangan
minyak bumi. (2) Bangka, Belitung, Muntok, Pangkal Pinang, Tanjung Pandan,
Linggas, dan Singkep dapat tumbuh dan berkembang karena adanya sumber
tambang timah. (3) Martapura berkembang karna adanya tambang intan. Selain itu
Dumai, Langkat, Kutai, Bontang, Ombilin, Sawahlunto, Tanjung Enim, Bukit
Asam, Wonokromo, juga berasal dari bekas pertambangan. (Eni H : 2012)
406
Gambar 10.2 Administrasi Kota Batavia
Sumber http://kliksma.com/
b) Polis
Tahap ini dicirikan dengan munculnya pasar di tengah perkampungan
serta mulai berdirinya industri kecil. Pengaruh industri pada tahap ini
masih belum begitu besar.
c) Metropolis
Tahap ini kenampakan struktur ruang kota sudah berkembang cukup
besar. Pengaruh kota sudah terasa hingga daerah sekitarnya sehingga
banyak ditemukan kota satelit atau daerah penyokong kota utama.
d) Megalopolis
Tahap ini dicirkan dengan perilaku manusia di atasnya yang hanya
berorientasi materi. Sistem birokrasi yang buruk dan standarisasi
produk lebih dipentingkan pada tahap ini. Contoh tahap ini adalah
Kota Paris pada abad ke 18, New York pada awal abad ke 20.
e) Tiranopolis
Tahap ini merupakan awal kehancuran suatu kota. Kondisi
perdagangan mulai menurun secara signifikan.
f) Nekropolis
407
Tahap ini disebut juga the city of dead, yaitu kehancuran total kota
karena berbagai faktor seperti kelaparan, perang, bencana atau sistem
tata kota yang buruk. Kenyamanan sudah tidak ditemukan pada kota
seperti ini
b. Tahap Juvenile
Pada tahap ini ditandai dengan munculnya rumah-rumah baru diantara
rumah-rumah lama atau tua dan mulai nampak terpisahnya antara toko
atau perusahaan atau perumahan.
408
Gambar 2. Pecinan - Semarang
(Sumber;http://prayudibrillian.blogspot.co.id/2016/09/tahap-
perkembangan-kota.html)
c.Tahap Mature
Pada tahap ini ditandai adanya pengaturan tempat ekonomi dan
perumahan atau sudah adanya perencanaan tata kota yang baik
d. Tahap sinile
Pada tahap ini kota kembali menjadi rumit karena adanya
pengembangan-pengembangan kota yang lebih luas lagi sehingga
terjadi pembongkaran dan penggusuran perumahan maupun untuk
dipindahkan keluar kota.
409
Gambar 4. Bantaran Waduk Pluit, Jakarta
Sumber;http://prayudibrillian.blogspot.co.id/2016/09/tahap-
perkembangan-kota.html
Bentuk-bentuk Desa
Bentuk- bentuk desa secara sederhana dapat dikemukakan sebagai beikut :
a. Bentuk Desa Menyusur Sepanjang Pantai
410
Sumber: s683.photobucket.com
411
dibuatkan jalan baru mengelilingi desa, jadi semacam ring road dengan maksud
agar kawasan pemukiman baru tak terpencil.
d. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Pola-pola Desa
a. R. Bintarto
Menurut R. Bintarto ada 6 pola desa yang dikemukakan yaitu :
1) Memanjang jalan: Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai.
Contohnya: terdapat didaerah Bantul, Jokyakarta
2) Memanjang sungai : Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan
sungai. Contohnya terdapat didaerah Bantul, Yogyakarta
3) Radial : Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang
sepanjang sungai dilereng gunung
4) Tersebar : Pola desa didaerah gunung kidul – yogyakarta merupakan
nucleus yang berdiri sendiri.
5) Memanjang pantai : Didaerah pantai susunan desa nelayan berbentuk
memanjang sepanjang pantai.
6) Sejajar jalan kereta api.
412
keterangan :
a. Memanjang jalan
b. Memanjang sungai
c. Radial
d. tersebar
e. memanjang pantai
b. Daldjoeni
Menurut Daldjoeni (1987) dalam Aminah Aam (2014:184),
mengemukakan bahwa ditinjau dari pola tata guna lahannya, ada empat bentuk
perdesaan yang banyak dijumpai di Indonesia. Keempat bentuk desa tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Bentuk desa linear atau memanjang mengikuti jalur jalan raya atau alur
sungai.
Pola semacam ini dapat dijumpai di daerah dataran, terutama dataran
rendah. Tujuan utama bentuk desa yang linear atau memanjang adalah
mendekati prasarana transportasi (jalan atau alur sungai) sehingga
memudahkan mobilitas manusia, barang, dan jasa.
413
2) Bentuk desa yang memanjang mengikuti garis pantai.
Bentuk desa ini terjadi karena aktivitas manusia yang mencari ikan dan
hasil laut lainnya.
414
atau dusun (hamlet) yang terdiri atas kurang dari 40 rumah, serta kampung
(village) yang terdiri atas 40 rumah atau lebih bahkan ratusan rumah. Di
sekitar kampung dan dusun terdapat tanah pertanian, perikanan,
peternakan, pertambangan, kehutanan, dan tempat bekerja sehari-hari.
Perkampungan pertanian pada umumnya mendekati bentuk bujur sangkar
sedangkan perkampungan nelayan umumnya memanjang (satu baris atau
beberapa baris rumah) sepanjang pantai atau sepanjang sungai. Pola
permukiman ini terdapat di daerah pegunungan. Pada umumnya, warganya
masih satu kerabat. Pemusatan tempat tinggal tersebut didorong oleh
adanya rasa kegotong-royongan. Jika jumlah penduduk bertambah,
pemekaran permukiman mengarah ke segala arah, tanpa adanya rencana.
Sementara itu, pusat-pusat kegiatan penduduk dapat bergeser mengikuti
pemekaran.
Ciri-ciri pola permukiman terpusat adalah:
a) Plot rumah saling berhubungan
b) Kerugiannya, yaitu jarak rumah penduduk dengan lahan pertanian
mereka agak jauh
c) Kelebihan dari pola pemukiman terpusat, yaitu areal pertanian pribadi
dapat tersebar luas.
415
c. Pola pemukiman desa
Pola pemukiman desa yaitu:
1) Pola pemukumiman desa mengelompok (Nucleated Village) yaitu
pemusatan penduduk desa hidup menggerombol membentuk suatu
kelompok yang disebut nucleus. Pola ini dipengaruhi oleh faktor sebagai
berikut:
Tanah yang subur adalah daerah yang memiliki tanah yang subur
memikat penduduk untuk berdiam mengelompok.
Reliefnya tidak kasar adalah daerah dataran rendah yang banyak
didiami penduduk.
Air tanah yang dalam adalah daerah ini akan didapatkan jumlah sumur
yang sedikit dan jumlah memusat disekitar sumur.
Keamanan daerah yang keamanannya belum menjamin, penduduk
akan hidup mengelompok.
2) Pola pemukiman desa memanjang (line village) yaitu penduduk desa
menyusun tempat tinggalnya mengikuti jalur pantai, sungai atau jalur jalan
dan membentuk suatu deretan perumahan.
3) Pola pemukiman desa menyebar (open country village) yaitu penduduk
desa memilih atau membangun tempat kediamannya tersebar di suatu
daerah pertanian hingga dimungkinkan adanya suatu hubungan dagang,
karena perbedaan produksi dan kebutuhan. Pola ini juga disebut trade
center community. Pemukiman penduduk yang menyebar dipengaruhi
oleh faktor sebagai berikut:
Bencana banjir adalah daerah banjir dapat menjadi pemisah antara
pemukiman penduduk antar satu dengan yang lainnya.
Topografi yang kasar adalah daerah ini pemukiman penduduk akan
menyebar.
Air tanah yang dangkal adalah pembuatan sumur dibuat dengan mudah
dimana-mana sehingga pemukiman perumahan penduduk menyebar
mengikuti penyebaran sumur.
416
a. Fungsi Desa
Masyarakat desa pada umumya memiliki pemikiran yang belum modern.
Karena mempertahankan budaya dan kearifan lokal, jadi masyarakat desa belum
berkembang diberbagai bidang contohnya bidang pendidikan, komunikasai,
sarana dan prasarana, perekonomian. Penduduk yang berada di pedesaan biasanya
beraktifitas sesuai dengan potensi desa. Desa pertanian penduduknya beraktifitas
sebagai petani, desa nelayan penduduk mayorotas sebagai nelayan.
Kebudayan yang ada di desa masih sangat terjaga sebagian besar
masyarakat desa masih tetap mempertahankan budaya yang ada disana. Seiring
berkembangnya zaman masyarakat desa sudah mulai berkembang dan sebagian
besar sudah mulai keluar dari desa untuk mencari pekerjaan dan pendidikan yang
layak. Desa memiliki potensi alam dan manusia yang sangat melimpah, potensi
alam dan manusia ini memberikan fungsi tersendiri bagi desa.
417
Gambar . Fungsi desa sebagai penyuplai kebutuhan masyarakat kota dan masyarakat
desa sebagai tenaga kerja
Sumber: Sumber:https://www.google. fungsi+desa
b. Fungsi Kota
Kota memiliki banyak fungsi, misalnya: sebagai pusat pemerintahan, pusat
pendidikan, dan pusat hiburan (pariwisata), atau pun sebagai fungsi-fungsi
lainnya. Tidak setiap kota memiliki fungsi yang sama, mungkin ada yang
berfungsi sebagai pusat kebudayaan saja, sebagai pusat perdagangan saja, atau
fungsi-fungsi khusus lainnya. Tapi, tidak sedikit pula kota yang memiliki banyak
fungsi. Misalnya kota Jakarta. Di samping sebagai pusat pemerintahan, Jakarta
juga merupakan pusat pendidikan dan pusat rekreasi.
418
f. Kota yang berfungsi ganda. Kota-kota di abad sekarang banyak yang
termasuk kategori ini. Contohnya: Jakarta, Tokyo, dan Surabaya yang
mencanangkan diri sebagai kota industri, perdagangan, maritim, dan
pendidikan, di samping sebagai pusat pemerintahan
(Sumber:https://desacilayung.blogspot.co.id/2012/05/klasifikasi-potensi-
fungsi-ciri-ciri.html)
Gambar 11.2 Fungsi desa sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat
perindustrian
Sumber:https://www.google. fungsi+kota
Relationship: hubungan antar dua gejala, dua komponen, dua individu atau lebih yang
menimbulkan pengaruh
Interelation : hubungan berpengaruh antar dua gejala atau lebih dalam satu wilayah
Interaction : kontak atau hubungan antar dua wilayah atau lebih yang dapat
menimbulkan gejala atau masalah hidup
Integration : bertemunya beberapa unsur
419 yang saling mengisi, sehingga dapat dicapai
suatu keserasian dan kelengkapan
Selain dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan ada juga teori
interaksi yang bertujuan untuk mengukur kekuatan antar dua wilayah atau lebih.
Reilly (1929) berpendapat bahwa “kekuatan interaksi antar dua wilayah atau
lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk masing-masing
wilayah serta jarak mutlak antar wilayah”. Dari teori tersebut dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kekuatan antar wilayah ditentukan oleh :
1. Jarak antar dua wilayah
Semakin dekat jarak antar dua wilayah maka interaksinya semakin besar, dan
sebaliknya.
2. Jumlah penduduk
Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar kekuatan interaksinya
3. Keterjangkauan transportasi
4. Fasilitas yang terdapat di suatu wilayah
5. Banyaknya kesempatan bekerja dan berusaha
6. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan IPTEK di suatu wilayah
Terjadinya interaksi dapat dipengaruhi oleh kelancaran perhubungan antar
wilayah, sehingga transportasi dapat menjangkau beberapa wilayah dan
menyebabkan terjadinya pertukaran barang dan jasa. Arus komunikasi yang
tersebar di seluruh wilayah seperti surat kabar, radio, televisi, dan telepon
menyebabkan orang yang berada di suatu wilayah terdorong untuk mengetahui
informasi tentang daerah lain.
Menurut Daljoeni (1997) selain faktor yang mempengaruhi interaksi yang
dijelaskan di atas, ada juga faktor spatial transfer ability yang dipengaruhi oleh
hal-hal berikut ini:
1. Jarak mutlak
2. Jarak relatif
3. Biaya angkutan/biaya transportasi
4. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah.
Interaksi keruangan menandakan bahwa gejala-gejala, sifat gejala dan
sebagainya dipengaruhi oleh sifat keruangan dan non keruangan dari gejala yang
bersangkutan. Interaksi keruangan menyatakan dirinya dalam bentuk perpindahan
manusia, materi, informasi dan energi. Interaksi keruangan menyajikan dasar
420
untuk menerangkan lokasi, relokasi, distribusi dan difusi pemencaran dari gejala-
gejala tersebut.
Pengertian-pengertian pokok cara interaksi keruangan menurut Schoenmaker
manusia
Gerakan a Hasil Lokasi
-Komplementaritas materi
nyata pada arus Relokasi
-Transferabilitas
energi Distribusi
-Intervening
Difusi
opportunities informasi
Pola dan kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan yang
mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu. Menurut Edward Ullman, ada
tiga faktor utama yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi antar
wilayah, yaitu sebagai berikut:
1. Regional Complementary
Yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi. Regional
Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda dalam
ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah yang
kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan galian,
dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya
alam tersebut. Adanya dua wilayah yang surplus dan minus sumber daya
tersebut sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi
kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan
konsumen. Perhatikan bagan berikut.
421
Bagan. Regional Complementary
2. Intervening Opportunity
Adanya kesempatan untuk berintervensi, artinya adanya suatu kemungkinan
perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antar wilayah.
Amatilah bagan berikut ini.
422
Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa secara potensial antara wilayah A
dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-masing wilayah
memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat berperan sebagai
produsen dan konsumen. Akan tetapi, karena ada wilayah lain yaitu wilayah C
yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B, maka kekuatan interaksi antara A
dan B menjadi lemah. Dalam hal ini, wilayah C berperan sebagai intervening area
atau wilayah perantara. Intervening Opportunity dapat diartikan sebagai suatu hal
atau keadaan yang dapat melemahkan jalinan interaksi antar wilayah karena
adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan. Untuk lebih jelasnya perhatikan
bagan berikut:
423
Zona Interaksi Desa-Kota
Menurut Bintarto, zona-zona interaksi antara wilayah perkotaan dan
perdesaan membentuk pola-pola konsentrik, yaitu sebagai berikut.
1. City diartikan sebagai pusat kota.
2. Suburban (sub daerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang lokasinya
berdekatan dengan pusat kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal para
penglaju (penduduk yang melakukan mobilitas harian ke kota untuk
bekerja).
3. Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah
yang melingkari sub-urban, atau peralihan antara kota dan desa.
4. Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar) yaitu semua batas
wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini ditandai dengan sifat-sifatnya yang
mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
5. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota) yaitu suatu wilayah yang
terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan
campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
6. Rural (daerah perdesaan).
424
dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan oleh mahasiswa, kegiatan
ABRI Masuk Desa (AMD), tenaga sukarela untuk pembangunan desa terpencil
baik yang dikirim pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
program pembangunan desa, dan media-media lainnya. Interaksi desa-kota bisa
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi desa dan kota.
1. Dampak Interaksi Bagi Desa
Interaksi antara dua wilayah atau lebih yang berbeda akan berpengaruh pada
masing-masing wilayah sehingga hal ini memicu terjadinya perubahan. Seberapa
besar perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk dan berbagai
faktor pendukung lainnya seperti sarana transportasi, komunikasi, listrik dan lain-
lain.
a. Dampak Positif Bagi Desa
1) Pengetahuan desa menjadi meningkat karena banyak sekolah telah
dibangun di desa, demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu
pengetahuan yang diterima penduduk kota dengan mudah menyebar ke
desa. Misalnya pengetahuan tentang bibit unggul, pengawetan kesuburan
tanah dan pengolahan hasil panen.
2) Jumlah guru dan sekolah sudah banyak terdapat di desa. Hal ini bisa
menjadi penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan, sehingga
angka buta huruf penduduk desa semakin berkurang.
3) Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor telah menjangkau daerah pedesaan sehingga hubungan desa-kota
semakin terbuka. Hasil panen dari desa menjadi mudah diangkut ke kota,
kelangkaan bahan pangan di kota bisa dihindari karena suplai bahan
pangan mudah dilakukan.
4) Produktivitas desa semakin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat
guna, kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan
penduduk desa.
5) Pelestarian lingkungan hidup pedesaan (seperti pencegahan erosi dan
banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan) bisa dilakukan
dengan hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
425
6) Dengan peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk yang
berkualitas, seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik
perhubungan dan perbengkelan serta peternakan bisa dilakukan karena
pemerintah turun tangan.
7) Adanya pengetahuan tentang kependudukan sehingga kesadaran memiliki
keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.
8) Adanya seperti koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di
pedesaan telah memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan
penduduk dan pembangunan desa.
b. Dampak Negatif Bagi Desa
1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi
pokok kehidupan mereka, misalnya budaya kontes kecantikan, peragaan
busana dan foto model.
2) Siaran televisi yang bissa ditangkap di pelosok desa bisa meningkatkan
konsumerisme dan kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah meniru
iklan dan tindak kejahatan dalam film atau sinetron yang ditayangkan di
televisi.
3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak
tenaga muda yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di
kota banyak kesempatan kerja dengan nilai upah yang lebih tinggi.
Akibatnya di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak
produktif.
4) Perubahan tata guna lahan di pedesaan akibat perluasan wilayah kota dan
banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota.
Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan desa-kota
berubah menjadi pemukiman atau bangunan lain.
5) Tata cara dan kebiasan yang menjadi budaya kota telah masuk ke pelosok
desa dan cenderung mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota
yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi desa, sehingga sering
menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat desa.
426
6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran
dan pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi
desa-kota.
2. Dampak Interaksi Bagi Kota
Urbanisasi ialah salah satu bentuk dari interaksi desa-kota. Menurut Hope
Tisdale Eldrige ( 1956 ) pengertian urbanisasi ialah sebuah proses perpindahan
penduduk ke kota atau dari daerah permukiman padat.
a. Dampak Positif Bagi Kota
1) Tercukupinya kebutahan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang
sebagian besar berasal dari daerah perdesaan, seperti sayuran, buah-
buahan, beras dan lain-lain.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk
dari desa yang pergi ke kota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan bisa dipasarkan
hingga ke pelosok desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
b. Dampak Negatif Bagi Kota
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan
permasalahan bagi daerah perkotaan yaitu meningkatnya jumlah
pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan
hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan
dan lain-lain.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan
atau tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bataran
sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan dan kolong jembatan. Umumnya
permukiman yang terbentuk ialah permukiman kumuh.
Menurut para geografi, wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri
khas yaitu:
1. Tidak tersedia air bersih untuk diminum.
2. Tidak ada saluran pembuangan air.
3. Penumpukan sampah dan kotoran.
4. Serta akses ke luar perkampungan yang sulit.
427
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan, peningkatan jumlah penduduk kota
yang pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota.
Permukiman baru muncul di kota-kota seperti di Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan dan Makassar.
Pertumbuhan permukiman yang sangat cepat di perkotaan sangat
berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas lingkungan.
Rumus : IAB = k. PA . PB
(dAB)2
Keterangan
IAB : kekuatan interaksi antara daerah A dengan daerah B
k : nilai konstanta empiris, biasanya angka 1
PA : jumlah penduduk daerah A
PB : Jumlah penduduk daerah B
dAB : : Jarak mutlak yang menghubungkan daerah A dan B
Contoh Soal :
428
Jawab : A dAB : 20 km B
Diketahui :
PA = 40.000
PB = 10.000
dAB = 20 km
interaksi antara kota A dan B adalah :
PA . PB
IAB =k.
(dAB)2
(40.000) . (10.000)
=1.
(20)2
= 400.000.000
400
= 1.000.000
Jadi kekuatan interaksi antara kota A ke kota B adalah 1.000.000
Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region
dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang bersangkutan yang
kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region. Teori gravitasi oleh W.J
Reilly yang mengadopsi teori Issac Newton Bahwa kekuatan interaksi antar
wilayah dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak, dengan Ketentuan :
Tij =
429
Keterangan :
Tij = kekuatan gravitasional antara kecamatan pusat SSWP dengan hinterlan
dnya.
Pi = jumlah penduduk kecamatan pusat SSWP
Pj = jumlah penduduk kecamatan hinterland
dij = jarak antara antara kecamatan pusat SSWP dengan
kecamatan hinterland.
K = suatu konstan
Rumus:
Keterangan :
Dab = jarak lokasi titik henti, yang diukur dari kota atau wilayah lebih kecil ( dari
kota A)
dab = jarak antara kota A dan B
Pa = jumlah penduduk yang lebih kecil (penduduk kota A)
Pb = jumlah penduduk yang lebih besar (penduduk kota B)
Contoh soal :
Jumlah penduduk kota A sebanyak 500.000 orang, kota B sebanyak
20.000 orang. Jarak kota A dan B 36 km, lokasi titik henti antara kota A
dan kota B adalah….
Pembahasan :
Diketahui :
Pb = 500.000 orang
430
Pa = 20.000 orang
Ditanya : lokasi titik henti antara kota A dan kota B ?
Jawab :
THab
THab = 6 km, jadi jarak lokasi titik henti dari kota A dan kota B adalah
: 6 km
Keterangan :
(kelancaran interaksi
431
Jawab:
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa yang paling tinggi tingkat
interaksinya adalah wilayah A
432
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya, guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat
(Kuncoro, M, 2003). Sedangkan menurut Tadaro dalam (Munir, 2002)
menyatakan bahwa pembangunan merupakan proses menuju perbaikan taraf
kehidupan masyarakat secara menyeluruh dan bersifat dinamis.
433
dalam pembentukan struktur suatu kota (Yunus, 2000). Adapun dampak
perkembangan kota terhadap desa dan kota itu sendiri adalah:
a. Aspek Fisik
Dampak dari upaya pengembangan suatu kota yang dilakukan
berdasarkan pada peran dan fungsi kota melalui suatu kebijakan
pembangunan kota pada aspek fisik dapat meliputi meningkatnya
intensitas penggunaan lahan kota, meningkatnya penyediaan sarana dan
prasarana kota, serta menurunnya kualitas lingkungan kota (Bintarto
dalam Khairuddin, 2000).
1) Penggunaan Lahan
Suatu kota yang berdasarkan fungsi ditetapkan sebagai kawasan
pengembangan industri melalui kebijakan pengembangan kota, akan
membutuhkan lahan yang digunakan sebagai lahan industri, lahan
permukiman, lahan untuk sarana dan parasarana kota sebagai pendukung
(Jayadinata, 1992). Tata guna tanah perkotaan menunjukkan pembagian
dalam ruang dan peran kota. Sedangkan menurut Sandy (1977), dikatakan
bahwa penggunaan lahan perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut: a)
lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk pekarangan dan
lapangan olah raga, b) lahan jasa, meliputi perkantoran pemerintah dan
swasta, sekolahan, puskesmas dan tempat ibadah, c) lahan perusahaan
yang meliputi pasar, toko, kios dan tempat hiburan, dan d) lahan industri
yang meliputi pabrik dan percetakan.
Chappin (1979), menyatakan bahwa pada dasarnya penggunaan
lahan berkaitan dengan sistem aktivitas antara manusia (individu dan
rumah tangga) dan aktivitas institusi (swasta dan lembaga pemerintah)
yang masing-masing berbeda dalam kepentingan sehingga mengakibatkan
terciptanya pola-pola keruangan dalam suatu kota. Perkembangan kota
secara fisik dapat dicirikan dari pertambahan penduduknya yang semakin
padat, bangunan yang semakin rapat dan wilayah terbangun, terutama
permukiman yang cenderung meluas, serta lengkapnya fasilitas kota yang
mendukung kegiatan sosial ekonomi.
2) Lingkungan Hidup
434
Wardhana (2001), menyatakan perkembangan industri yang pesat
ternyata membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia namun dampak negatifnya dapat
menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup baik manusia maupun
lingkungan.
Setiap proses pembangunan tentu akan mempengaruhi
keseimbangan lingkungan (Tjahyadi dalam Supriyanta, 2002).
Pembangunan yang semakin meningkat akan mendesak sumber daya dan
ruang. Akibatnya dalam penggunaan ruang dan lahan untuk kegiatan
pembangunan banyak menimbulkan berbagai masalah seperti:
a. Menurunnya mutu lingkungan hidup karena pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai dengan kemampuan daya dukung alam atau pemanfaatan
yang berlebihan dan bahkan merusak, baik dalam jangka pendek
maupun panjang,
b. Banyak kawasan yang seharusnya berfungsi lindung dimanfaatkan
untuk kegiatan-kegiatan yang mengganggu fungsi lindung tersebut,
c. Adanya benturan kepentingan dalam penggunaan lahan, karena
beberapa pihak sama-sama merasa lebih berhak menggunakan
kawasan tersebut,
d. Adanya perkembangan kota dan permukiman baru yang tak terkendali
telah menimbulkan permasalahan di kawasan itu maupun kawasan
lain.
b. Aspek Sosial
1) Penduduk
Pertambahan penduduk biasanya dikaitkan dengan tingginya arus
urbanisasi yang masuk kedaerah tersebut. Khairuddin (2000), menyatakan
435
bahwa urbanisasi selain berdampak positif juga berdampak negatif.
Dampak positif dari urbanisasi itu diantaranya:
a. Urbanisasi merupakan faktor penting dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan
b. Urbanisasi merupakan suatu cara untuk menyerap pengetahuan dan
kemajuan yang ada di kota
c. Urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perkembangan kota.
Urbanisasi juga menimbulkan dampak negatif. Urbanisasi telah
menimbulkan kelebihan penduduk sehingga melebihi daya tampung kota.
Permasalahan ini akan berkembang pada sektor kehidupan lainnya, seperti
perumahan, pencemaran lingkungan, penganguran, kriminalitas dan
sebagainya, sehingga menimbulkan persoalan yang semakin rumit dan
saling berkaitan satu sama lain.
Tingginya kepadatan penduduk akan menimbulkan masalah daya
dukung kota dalam bentuk tidak seimbangnya antara ruang/tanah yang
dibutuhkan dengan penduduk yang ada. Masalah permukiman selanjutnya
merupakan salah satu sebab timbulnya lingkungan hidup yang tidak sehat,
berupa permukiman liar dan perkampungan kumuh (slum). Bintarto
(dalam Khairuddin, 2000), mencirikan daerah slum ini sebagai berikut: 1)
didiami oleh warga kota yang gagal dalam bidang ekonomi, 2) lingkungan
yang tidak sehat, 3) banyak didiami oleh penganggur 4) penduduk daerah
ini emosinya tidak stabil, dan 5) penduduk daerah ini dihinggapi oleh
banyak kebiasaan yang bersifat negatif.
Todaro (dalam Kuncoro, 2003), menyatakan bahwa ketimpangan
ekonomi antara daerah asal dengan daerah tujuan menjadi penyebab
timbulnya migrasi, sehingga terdapat kaitan erat antara migrasi dan aspek
ekonomi, khususnya migrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mencari pekerjaan.
Pembangunan telah memunculkan berbagai aktivitas ekonomi
ikutan (sektor informal), terutama di wilayah perkotaan dan dampak dari
perkembangan tersebut menyebabkan timbulnya permasalahan
kependudukan, permukiman, penataaan lingkungan perkotaan dan lahan
436
hijau (Kuncoro, 2003). Apabila permasalahan pembangunan di wilayah
perkotaan tergambar dari dampak ikutan dari pembangunan itu sendiri
seperti terjadinya pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyediaan utilitas
publik dan lapangan kerja, berkembangnya permukiman liar dan sektor
informal yang tidak tertata, degradasi lahan tangkapan air hujan dan
ekosistem lainnya, merangsang terjadinya lonjakan angka kriminalitas dan
kemungkinan konflik berbasis ekonomi dan sosial.
Fandeli (2004), mengatakan bahwa pertambahan penduduk yang
terus terjadi dengan cepat meyebabkan beberapa masalah lingkungan
yaitu: a) proses urbanisasi akan terjadi sehingga menyebabkan persoalan
pencemaran di wilayah perkotaan, b) tekanan penduduk terhadap lahan
akan semakin tinggi, akibatnya terjadi sedimentasi dan erosi, dan c)
tekanan penduduk terhadap kawasan hutan, meyebabkan menurunnya
kualitas hutan yang menyebabkan erosi dan banjir pada musim hujan dan
kekeringan di musim kemarau.
Irawan dan Suparmoko, (2002), mengatakan bahwa penduduk
memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu
perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan
penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk ini
mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil
produksi yang dihasilkan. Pertambahan penduduk akan mengakibatkan
rangsangan untuk mengadakan investasi dan permintaan agregasif juga
akan naik, begitu juga sebaliknya. Peningkatan jumlah penduduk juga
mendorong adanya perluasan investasi karena adanya kebutuhan
perumahan yang semakin besar dan juga kebutuhan yang bersifat umum
seperti penyedian sarana prasarana serta berbagai fasilitas sosial dan
fasilitas umum.
2) Tenaga Kerja
Sukirno (dalam Khairuddin, 2000) menyatakan bahwa dilihat dari
sisi peluang, pertumbuhan ekonomi telah menciptakan banyaknya peluang
usaha baru bagi masyarakat. Namun permasalahan juga muncul akibat
437
daya pikat ekonomi yang mendorong migrasi tenaga kerja dari luar yang
tidak selalu dibekali keahlian yang memadai.
Arsyad (1999), mengatakan pertambahan penduduk akan
menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya pembangunan
yang dilakukan karena pertambahan penduduk yang tinggi akan
menyebabkan cepatnya pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan
kemampuan dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru sangat terbatas.
Keadaan ini akan menyebabkan jumlah pengangguran yang semakin lama
semakin serius.
Dalam pembangunan industri pasti terjadi berbagai eksternalitas
dari industri tersebut. Pulau Batam sebagai daerah industri diharapkan
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Penyerapan tenaga
kerja ini memang terjadi, tetapi sayangnya lebih banyak tenaga kerja yang
berasal dari luar Batam. Hal ini dapat terjadi karena tenaga lokal banyak
yang tidak memiliki keterampilan maupun tingkat pendidikan yang
disyaratkan. Disamping itu banyak pula penduduk setempat yang
merasakan adanya penurunan kualitas lingkungan akibat beroperasinya
industri tersebut. Jadi bila diamati, maka manfaat eksternal lebih banyak
dinikmati oleh orang luar (Irawan dan Suparmoko, 2002).
3) Masalah Sosial
Disamping kerusakan lingkungan yang bersifat biofisik terdapat
pula kerusakan lingkungan sosial budaya. Orang desa yang bermigrasi ke
kota biasanya mempunyai pendidikan yang rendah dan tidak terampil
sehingga mereka susah untuk ditampung bekerja dengan upah layak
sehingga tidak sedikit dari mereka yang terperangkap kedalam profesi
prostitusi. Pengangguran, kurang makan dan prostitusi merupakan media
yang subur untuk berkembangnya kejahatan (Soemarwoto, 2001).
Idealnya sebelum aktivitas pembangunan di Pulau Batam
berkembang pesat, perlu penyiapan masyarakat lokal baik dalam upaya
merebut lapangan kerja, memasarkan produksi dan menangkal dampak
negatif dari industrialisasi, karena bagaimanapun juga proses
438
industrialisasi juga memuat problemnya sendiri seperti munculnya
penyakit sosial yang terus tumbuh dan berkembang seperti pelacuran,
penggunaan narkoba dan perjudian (Bahrum, 1995).
c. Aspek Ekonomi
1) Pertumbuhan Ekonomi
Arsyad (1999), juga mengatakan bahwa faktor ekonomi juga
mempunyai kontribusi yang besar dalam menjadikan suatu kota kecil
menjadi kota besar karena pertumbuhan ekonomi suatu kota tentu saja
tidak terlepas dari potensi dan aktivitas ekonomi yang berjalan di kota
tersebut.
Suatu hal yang mungkin sangat sulit untuk dipisahkan adalah,
bahkan mungkin tidak bisa adalah hubungan antara pembangunan
dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu banyak ahli, terutama
mereka yang mempunyai pendekatan pertumbuhan (growth)
menganggap bahwa pembangunan itu sendiri sesungguhnya adalah
pertumbuhan ekonomi (Tjokroamidjojo dalam Khairuddin, 2000).
Seer (dalam Bahrum, 1995), melihat dengan pesimistik dan
menyatakan bahwa bisa saja beberapa tipe pertumbuhan ekonomi untuk
sementara waktu berhasil meningkatkan pendapatan perkapita akan
tetapi ia dapat menyebabkan penganguran, kemiskinan dan
ketimpangan yang semakin lebar di masyarakat.
Pembangunan ekonomi tidak hanya memusatkan perhatian pada
pertumbuhan ekonomi, namun juga mempertimbangkan bagaimana
distribusi dari pembangunan tersebut. Ini dapat diwujudkan dengan
kombinasi strategi seperti peningkatan kesempatan kerja, investasi
modal usaha, perhatian pada sektor informal dan ekonomi lemah
(Kuncoro, 2003). Pembangunan ekonomi juga akan menimbulkan
multiplier effect terhadap bidang perekonomian lainnya, seperti
tumbuhnya industri-industri pendukung, transportasi, jasa-jasa untuk
melayani pertumbuhan ekonomi.
2) Pemerataan Ekonomi
439
Kuncoro (2003), menyatakan bahwa proses pembangunan pada
dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan
tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang
dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan
mempunyai perspektif yang lebih luas. Dalam proses pembangunan
selain mempertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan juga
mempertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan
sosial masyarakat.
Salah satu ketimpangan yang terjadi di Indonesia saat ini
menurut Kuncoro (2003), bahwa distribusi pendapatan dan hasil
pembangunan secara nasional masih belum merata pada setiap daerah.
Hal ini memberikan dampak terhadap masyarakat pada suatu daerah
yang kurang memperoleh distribusi pendapatan, sehingga menimbulkan
perbedaan pertumbuhan antar desa dan kota dan masyarakat tersebut.
Menurut kriteria Bank Dunia (dalam Arsyad 1999),
mendasarkan penilaian pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk
berpendapatan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan
dikategorikan:
a. Tinggi, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima
kurang dari 12% bagian pendapatan
b. Sedang, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima
12% - 17% bagian pendapatan, dan
c. Rendah, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima
lebih dari 17% bagian pendapatan
440
Urbanisasi diartikan juga sebagai proses bertambahnya jumlah kota pada
suatu wilayah atau negara yang disebabkan oleh perkembangan sosial,
ekonomi dan teknologi.
Urbanisasi diartikan sebagai proses berubahnya suasana kehidupan
pedesaan menjadi suasana perkotaan.
Urbanisasi bisa pula diartikan sebagai pemekaran wilayah perkotaan.
441
Dampak positif urbanisasi
Beberapa dampak positif yang terjadi akibat adanya urbanisasi adalah sebagai
berikut :
442
Dampak negatif urbanisasi
443
D. USAHA-USAHA DALAM RANGKA PEMERATAAN
PEMBANGUNAN DESA DAN KOTA OLEH PEMERINTAH DI
INDONESIA
444
Penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan mencakup
mereka yang berpendapatan sangat rendah, tidak berpendapatan tetap, atau
tidak berpendapatan sama sekali. Upaya bangsa dalam meningkatkan
pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan juga bertujuan
menunjang upaya mewujudkan perekonomian nasional yang mandiri dan
andal, serta mampu mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial
Kesenjangan antar daerah, antar sektor, dan antar golongan ekonomi akan
makin mengecil karena pembangunan yang makin merata, sehingga penduduk
miskin diharapkan akan dapat makin berperan serta dalam pembangunan.
445
8) pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
(sumber:http://elianor-antonius.blogspot.co.id)
446
2) Kemampuan membangun masyarakat desa mulai dari merencanakan,
melaksanakan sampai mengawasi masih dilakukan dengan cara yang
sangat sederhana atau dalam banyak hal masih tanpa mekanisme
manajemen sama sekali.
3) Mekanisme kerja antara pemerintah desa dan pemerintahan diatasnya
perlu dimantapkan. Hal ini dimaksudkan agar rencana yang
dipersiapkan desa beserta masyarakatnya disambut baik dan terwujud
dalam pelaksanaannya tanpa modifikasi ataupun penghilangan yang
pokok demi kepentingan desa. Dan agar pembangunan jangan
berlangsung secara birokratis yang berlebihan.
447
Agar pembangunan wilayah pedesaan menjadi terarah dan sesuai dengan
apa yang menjadi kepentingan masyarakat desa, maka perencanaan mekanisme
pelaksanaan pembangunan desa dilakukan mulai dari bawah. Proses
pembangunan yang dilaksanakan merupakan wujud keinginan dari masyarakat
desa. Dalam hal ini koordinasi antara pemerintah desa dengan jajaran di atasnya
(Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan Kabupaten) harus terus menerus
dilakukan dan di mantapkan. Apalagi pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan
pada Pemerintah Kabupaten.
Pelaksanaan pembangunan pun hendaknya tidak hanya menjadikan desa
sebagai obyek pembangunan tetapi sekaligus menjadikan desa subyek
pembangunan yang mantap. Artinya obyek pembangunan adalah desa secara
keseluruhan yang meliputi potensi manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA)
dan teknologinya, serta mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan yang
ada di pedesaan. Sehingga menjadikan desa memiliki klasifikasi desa
swasembada. Yaitu suatu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakatnya menunjukkan kenyataan yang makin meningkat.
448
pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Dengan kondisi
masyarakat pedesaan yang lebih berdaya maka diharapkan partisipasi
interaktif dan swakarsa masyarakat pedesaan lebih aktif dalam pembangunan.
Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan sudah
selayaknya menjadi misi yang senantiasa melandasi setiap gerak dan langkah
pembangunan nasional. Upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan yang
mengaktualisasikan paradigma pembangunan harus lebih mengarah kepada
langkah-langkah yang menuju pemerataan kemakmuran. Karena itu visi
pembangunan nasional terhadap wilayah pedesaan hendaknya merupakan
pembangunan pedesaan untuk kemakmuran rakyat demi tercapainya
keserasian dengan masyarakat kota, sedangkan misi yang diemban perlu
antara lain memprioritaskan upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan. Disi
lain, realisasi konsep otonomi daerah mensyaratkan adanya distribusi hasil
pembangunan secara adil dan proporsional pada setiap daerah, serta secara
politis mensyaratkan adanya pemencaran kekuasaan (dispersed of power).
Pembinaan terhadap masyarakat desa dilakukan dengan pendekatan
sosial budaya yang mempergunakan sistem sosisal politik masyarakat
setempat untuk berkomunikasi. Walaupun memperhitungkan kemungkinan
perubahan sosial secara sosial pula. Pengetahuan masyarakat tentang bertani
pun juga masih sangat tradisional sekali.
449
b. Modal usaha kecil
Pasaran kerja atau kesempatan kerja ini biasanya digerakkan oleh
perorangan atau kelompok di desa. Usaha semacam ini biasanya
disesuaikan dengan kondisi dan kualitas dari tenaga kerja. Teknologi yang
digunakan tidak terlalu tinggi bahkan dapat dilakukan transfer teknologi
kepada masyarakat desa. Karena bentuknya yang perorangan (kalaupun
ada yang kelompok) biasanya modal usahanya pun kecil. Untuk
mendorong keberadaan usaha ini, maka pemerintah perlu untuk
memberikan bantuan kredit kecil ala desa, seperti BKD (Bank Kredit
Desa)
450
Untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan dan aspek
ketidakmampuan masyarakat desa khususnya dibidang mendinamisasikan
kegiatan dan kehidupan masyarakat, perlu adanya suatu program
pendukung yang bersifat menyeluruh bagi pertumbuhan desa. Program-
program ini dimaksudkan untuk membawa masyarakat desa setahap demi
setahap mampu menjangkau pertumbuhan ekonomi desa menjadi lebih
cepat tumbuh dan berkembang. Program-program dan usaha
pembangunan desa yang dapat menciptakan suasana pra-conditioning
untuk tumbuh dan berkembang adalah:
1) Sistem kepemimpinan di desa
Sistem kepemimpinan di desa baik yang bersifat kepemimpinan
formal maupun informal, baik yang berdasarkan agama maupun
organisasi masyarakat adalah sistem yang mampu menggerakkan
partisipasi masyarakat dan menghidupkan inisiatif, kreativitas, dan
produktivitas masyarakat desa. Jiwa dan ide kepemimpinan dengan
dasar apapun selalu mengutamakan inspirasi dan aspirasi masyarakat
dan harus mampu menyalurkan menjadi landasan pembangunan oleh,
dari dan untuk masyarakat. Karena itu, seorang pemimpin masyarakat
desa harus mampu melihat kebutuhan dan kepentingan masyarakat
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pembinaan kelembagaan
Pembinaan kelembagaan ini adalah merupakan usaha menggerakkan
sesuai dengan kepentingan masing-masing. Karena lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang tumbuh atas inisiatif masyarakat desa, perlu
terus dibina dan dilestarikan keberadaannya agar lebih tumbuh dan
berkembang. Sehingga mampu lebih efektif dalam mendukung
program dan rencana masyarakat maupun pemerintah.
451
pelaku pembangunan. Karena itu perlu disusun sebuah rencana
program peningkatan kualitas dan kemampuan masyarakat yang
berupa pendidikan, pelatihan umum, pelatihan tenaga kerja,
penyuluhan, kegiatan stimulasi dan demonstrasi-demonstrasi. Di sisi
lain transfer teknologi kepada aparatur pemerintah dan fungsionaris
pembangunan perlu juga untuk dilakukan.
4) Bantuan teknis
Bantuan teknis ini merupakan unsur pendukung proses pembangunan
masyarakat desa. Hal ini dibutuhkan dalam hal masyarakat memiliki
sedemikian rupa rendahnya kualitas sumberdaya, potensi alam, dan
kesempatan ekonomi sehingga perlu mendapatkan dukungan dari luar
masyarakat setempat.
452
GLOSARIUM
B
Batavia : Istilah kota Jakarta pada masa dahulu
D
Desa : pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa
Desa swadaya : desa yang masyarakatnnya telah mampu memenuhi
kebutuhan sendiri
Desa swakarya : desa yang masyarakatnya sudah lebih maju dibandingkan
dengan desa swadaya
Desa swasembada : desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi
yang ada secara optimal
Desa Tradisional : desa yang kehidupan masyarakatnya masih tergantung
pada alam sekitarnya.
H
Homogenitas Sosial : Persamaan status sosial
Hubungan Primer : Hubungan yang saling mengenal
M
Magis religious : Hubungan antara kekuatan gaib dengan kepercayaan yang
di anut
P
Perjanjian Giyanti : Perjanjian pemisahan wilayah mataram menjadi
Yogyakarta dan Surakarta
R
Relief : Tinggi rendahnya permukaan bumi atau bentuk raut muka bumi.
453
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah.2011.Memahami Perkembangan Desdi Indonesia. (Jurnal Online)
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2284
Diakses Tanggal 27 April 2017
Endarto, Danang ,dkk. 2006. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Imam Asyari, Sapari, 1993, Sosiologi Kota Dan Desa, Surabaya: Usaha Nasional.
454
Rianthoboy Charles. 2012. Pola Keruangan Desa. (Online)
http://ewissok.blogspot.co.id Diakses Tanggal 27 April 2017
Respati, Dian. 2015. Pengaruh dan Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Desa
dan Kota. (Online). http://geografisku.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 1
Mei 2017
Utoyo, Bambang. 2006. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Wardiyatmoko, K. 2012. GEOGRAFI untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga
http://www.materibelajar.id/2016/01/definisi-kota-dan-ciri-ciri-kota-serta.html
https://bagusxplano.wordpress.com/2011/10/06/definisi-kota/
455