Karakter Airtanah
Karakter Airtanah
Prahastomi126.geounpad10@gmail.com
Abstrak
Daerah penelitian terletak di Kecamatan Wates, Provinsi DIY. Secara geografis daerah
penelitian ini terletak pada koordinat 110o 04’ 00’’ – 110 o 08’ 00’’ BT dan 7 o 55’ 30’’-7 o 56’
00’’ LS. Penelitian aspek geologi dan sifat fisik airtanah dilakukan sebagai dasar pendugaan
adanya intrusi air laut pada daerah penelitian. Bidang temu air tawar dan air asin dibuat
menggunakan model numerik Ghyben-Herzberg dengan mengasumsikan bahwa akifer memiliki
sifat homogen. Daerah penelitian memiliki runtutan batuan/ stratigrafi dari atas ke bawah adalah
pasir tak terkonsolidasi, gravel, dan lapisan lanau (silt). Litologi yang bertindak sebagai akifer
adalah Pasir dan Gravel. Litologi yang bertindak sebagai akuitard adalah lanau (silt). Pengukuran
aspek fisik airtanah meliputi pH, EC, TDS, dan suhu. Pengamatan sifat fisik airtanah dilakukan
pada 88 titik sumur, sumur gali maupun sumur bor. Kedalaman sumur dan muka airtanah diukur
pada tiap titik pengamatan. Konus muka airtanah diperlihatkan pada beberapa titik sumur. Model
Ghyben- Herzberg dikomparasi dengan sifat fisik airtanah pada penampang. Konus-konus yang
diperoleh pada penampang tidak memperlihatkan adanya pengaruh pada sifat fisik airtanah (DHL).
Hasil analisis dari data penampang sumur yang berkonus memperlihatkan bahwa hanya sumur
DW 38-2 yang memperlihatkan tingginya pengaruh nilai DHL.
I. PENDAHULUAN
manusia. Kebutuhan air bersih yang kian irigasi, industri. Survey yang dilakukan
i
oleh Pemerintah Daerah Kulon Progo dilakukan secara bersamaan untuk saling
melengkapi.
(2010) menunjukkan bahwa mayoritas
ii
Pengamatan aspek geologi untuk melihat pengaruh pasang surut
topografi setempat.
ii
Cekungan Airtanah Wates
ii
yang bertindak sebagai akifer adalah keterdapatan sumur (sudah termasuk
akitard adalah lapisan lanau. Jenis tersebut berada bagian timur, barat,
akifer di daerah penelitian adalah utara dan selatan daerah studi. Pada
aliran dan gradien hidrolik airtanah, pada peta beberapa daerah yang
airtanah dengan air permukaan. muka air tanah yang lebih dalam dari
air asin ini menurut Ghyben Herzberg memiliki suhu airtanah berkisar 32-
titik-titik dengan suhu airtanah yang 17-1 yang terletak 3.8 kilometer dari
lebih tinggi dari rata-rata suhu garis pantai. Nilai DHL diatas 1500
titik sumur, yaitu DW 23-2 dan BHa- Sihwanto (1990) dalam Saefudin
29 yang memiliki suhu diatas 35°C. (2000) tergolong air agak payau.
dekat dengan pantai. Anomali suhu nilai DHL tidak dapat ditentukan dan
iii
Pengukuran Daya Hantar Pengukuran pada 3 bagian
masing sumur bor, namun metode terdapat hubungan tinggi muka air
kedalaman sumur (vertikal) tidak airlaut kedalam akifer. Hal ini dapat
Sampling airtanah pada dua titik di dekat aliran sungai bagian hilir,
pengaruh air asin ke dalam dua titik begitu tinggi (400-600 µS/cm)
iv
nilai permeabilitas akifer yang Dalam distribusi nilai pH
beberapa titik sekitar hulu dan hilir misalnya pengaruh dari jenis mineral
[Ca2(Mg,Fe2+)4-
Nilai DHL pada muka
(Al,Fe3+)(Si7Al)O22(OH)2]
airtanah yang terjadi pada muka
(Raymond,2002). Hal ini tentu dapat
airtanah yang terdepresi, yaitu DW
menaikkan nilai pH airtanah.
51-2 (380) dan DW 56-2 (380) tidak
Sehingga tingginya nilai pH airtanah
menunjukkan adanya nilai DHL
dapat terjadi karena airtanah
yang tinggi. Nilai tinggi pada DW
melewati material dengan mineral
19-2 (1110) dapat disebabkan karena
penyusun tersebut (mineral basa).
letak sumur yang dekat dengan
Jadi ketika peneliti mendapati nilai
dermaga.
pH yang amat tinggi, terdapat dua
v
akibat pengaruh airlaut atau sifat Klorida dan bikarbonat yang tinggi.
vi
DW 01-2 2050 15.29 6.9 1000 490 27.6
Pada model interface air asin normal. Muka airtanah yang diukur
Sumur BHa-20 memiliki sifat fisik semakin rendah dari kondisi normal.
laut dengan nilai pH 6.9, DHL 370 ketika muka air laut berada pada Mid
mhos/cm, dan suhu air 32.7°C pada daerah penelitian dimana sifat
ii
Pengukuran datum 0 mdpl mengubah model interface model
berdasarkan mid sea level daerah airtawar dan air asin sebanyak 40
penting dalam hal ini untuk membuat kesimpulan bahwa pada sumur DW
model interface airtawar dan air asin. 38-2 mempunyai indikasi kuat terjadi
disimpulkan:
ii
Geomorfologi daerah Terdapat konus-konus
Ghyben-Herzberg, satu
ii
stasiun mengkonfirmasi dengan sifat kimia pada
terpengaruh airtawar.
Afandi.1985. Hidrogeologi Regional
Interval kecil pada Daerah Studi dan Sekitarnya.
iv
Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang Rahardjo dkk. 1995. Geologi daerah
Netherlands.
Sihwanto. 1991. Metode Penentuan
geologi Indonesia.
Mandel, S. 1981. Groundwater
Groundwater. Proceedings
Matthess, George. 1982. The properties
First Canadian/American
of Groundwater. John Wiley & Sons
Conference on Hydrogeology.
Puradimadja, Deny P .1993. Penyusunan
Practical Appplications of
Tipologi Paket Penelitian
Groundwater. Geochemistry:
Sumberdaya Air penunjang
Canada.
Perencanaan Transmigrasi.
Todd.1980. Groundwater Hydrology 2nd
LAPI ITB
Ed. Newyork: John Wiley and Sons.
v
LAMPIRAN
ii
Interface Zone Garis Penampang A
iii
Interface Zone Garis Penampang C
TDS EC
Temperatur Temperatur
No STAT X Y PH MAT (mdpl)
ppm (micro
Air Udara
) S.)
iv
TDS EC
Temperatur Temperatur
No STAT X Y PH MAT (mdpl)
ppm (micro
Air Udara
) S.)
v
TDS EC
Temperatur Temperatur
No STAT X Y PH MAT (mdpl)
ppm (micro
Air Udara
) S.)
DW 51-
53 400262 9124757 7.5 180 380 29.1 29.3 0.46
2
DW 52-
54 401227 9123770 7.3 260 540 30.9 31.2
2 1.53
vi
TDS EC
Temperatur Temperatur
No STAT X Y PH MAT (mdpl)
ppm (micro
Air Udara
) S.)
DW 53-
55 400664 9123885 7.4 240 500 31.3 31.9
2 1.9
DW 54-
56 400078 9124302 7.4 330 680 32.6 33.0 3.4
2
DW 55-
57 400189 9124458 7.4 260 540 33.4 33.9 2.5
2
DW 56-
58 400295 9124721 7.8 180 380 32.0 32.4 1.37
2
vii
TDS EC
Temperatur Temperatur
No STAT X Y PH MAT (mdpl)
ppm (micro
Air Udara
) S.)
viii