KAJIAN PUSTAKA
Pengalaman berbelanja merupakan hal yang penting bagi calon pembeli untuk
mengetahui tentang produk yang akan mereka beli. Mengevaluasi pengalaman
berbelanja menjadi hal pentimg saat pembelian produk dilakukan secara online. Oleh
karena itu, konsumen yang berbelanja menggunakan ecommerce akan sangat
bergantung pada kualitas pengalaman yang didapatkan hanya melalui pengalaman
pembelian sebelumnya. Pelanggan harus merasa puas pada pengalaman membeli
secara online karena apabila merasa tidak puas, maka mereka tidak akan berbelanja
kembali pada situs atau toko online yang sama (Wicaksono & Sukapto, 2021).
Menurut Ling (2010) menyatakan bahwa konsumen hanya akan membeli produk
secara online setelah memiliki pengalaman sebelumnya. (Farida & Roesman, 2019)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan e-commerce harus menarik
pelanggan dengan memberikan pengalaman online yang menarik. Perusahaan akan
terbantu mencapai keunggulan kompetitif dengan membuat dan memelihara saluran
online yang membangkitkan perasaan positif, serta memberikan pengalaman online
yang menarik (Bilgihan, Kandampully, & Zhang, 2016). Dalam pemasaran online, hal
penting yang menjadi perhatian konsumen adalah pengalaman akan pembelian
sebelumnnya karena hal ini berkaitan dengan kepuasan konsumen dan berdampak
pada pembelian (Wicaksono & Sukapto, 2021). Menurut M. Suyanto (2007:79)
Pengalaman pelanggan merupakan suatu tanggapan pelanggan secara internal dan
subyektif terhadap setiap berhubungan dengan perusahaan, baik secara langsung atau
tidak.
2.1.3 E-Loyalty
1. Cognitive
Didefinisikan sebagai preference (preferensi), preferensi ini dapat terhadap
website lain ataupun layanan lain yang tersedia di dalam satu perusahaan.
2. Affective
Didefinisikan sebagai positive attitude, hal ini dihasilkan dari preferensi yang
tercipta, sehingga akan menimbulkan sikap me-referensikan. Sebagai contoh,
pelanggan yang menyarankan orang lain untuk menggunakan website perusahaan
berdasarkan kepuasan atau kesukaan yang lebih (preferensi) dari pada website
atau layanan lain yang diterapkan sebagai pembanding.
3. Conative
Pelanggan bersedia untuk mengunjungi kembali website perusahaan. Hal ini bisa
didasari oleh pengalaman sebelumnya yang dapat berupa
kecocokan/kepuasan/kesukaan, sehingga ada keinginan atau harapan untuk
mendapatkan pengalaman baik yang sama dengan kembali mengunjungi website
(revisit), tetapi hal ini tidak terikat dengan prilaku pembelian.
4. Action
Merupakan tingkatan tertinggi dari loyalitas, yaitu ketika pelanggan kembali
mengunjungi website dengan kesiapan untuk melakukan pembelian secara online.
Keterangan Gambar :
Dalam penelitian ini dikaji bahwa variabel independen yaitu variabel Brand
Ambassador (X₁) dan Online Shopping Experience (X₂). Variabel dependen yaitu E-Loyalty
(Y).
2.3 Hipotesis
Sugiyono (2016), mengemukakan pengertian hipotesis sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneltian, oleh
karena itu rumusan masalah penelitian disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris.”
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Farida, I., & Roesman, R. R. (2019). Pengaruh Cognitive Dan Affective Online Shopping
Experience Terhadap E-Loyalty Pada Generasi Millenial Yang Berbelanja Di Situs
Belanja Online. Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 12(2), 253.
https://doi.org/10.25105/jmpj.v12i2.4714
Kartono, R. A., & Halilah, I. (2018). Pengaruh E-Trust Terhadap E-Loyalty (Studi Pada
Seller Di Bukalapak). Polban Irwns, 1(1), 1204–1213.
Wicaksono, I. B. A., & Sukapto, P. (2021). Pengaruh online shopping experience produk
fashion terhadap customer satisfaction dan repurchase intention The impact of online
shopping experiences with fashion products on customer satisfaction and repurchase
intention. Forum Ekonomi, 23(1), 20–28.