Disusun Oleh:
UNIVERSITAS MATARAM
KAJIAN PUSTAKA
Nilai yang dirasakan pelanggan (Customer Perceived Value) adalah selisih antara
penilaian pelanggan prospektif atas semua manfaat dan biaya dari suatu penawaran
dibandingkan alternatif lainnya (Gustiani et al., 2018) . Dewasa ini, pelanggan lebih terdidik
dan berpengetahuan. Pelanggan memiliki akses (misalnya internet) yang memungkinkan
mereka memverifikasi klaim perusahaan dan mencari alternatif yang lebih unggul. Pelanggan
cenderung memaksimalkan nilai dalam batasan biaya pencarian, pengetahuan, mobilitas, dan
pendapatan mereka. Pelanggan akan memperkirakan tawaran mana yang memberikan nilai
tertinggi yang akan mendorong mereka untuk bertindak berdasarkan pemikiran tersebut.
Kesesuaian atau ketidaksesuaian suatu penawaran dengan harapan pelanggan akan
mempengaruhi kepuasan dan probabilitas pelanggan membeli produk itu lagi. Dengan
demikian, nilai yang dirasakan pelanggan didasarkan pada selisih antara apa yang didapatkan
pelanggan dan apa yang dikorbankan pelanggan untuk berbagai pilihan yang ada.
Customer perceived value merupakan penilaian pelanggan yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara manfaat yang diterima dengan pengorbanan yang dikeluarkan dalam
memperoleh sebuah produk atau layanan. Dalam konteks ini, perceived value didefinisikan
sebagai perbandingan antara apa yang konsumen keluarkan dalam bentuk pengorbanan,
seperti biaya atau waktu, dengan apa yang mereka terima dalam bentuk manfaat atau benefit
dari penawaran tersebut. Perceived value juga mencakup penilaian keseluruhan konsumen
terhadap kegunaan suatu produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diterima dan
diberikan. Selain itu, perceived value juga bisa berupa evaluasi subjektif konsumen atas
manfaat relatif dibandingkan biaya untuk menentukan nilai penawaran produk perusahaan
dibandingkan produk pesaing. Pada konsepnya, nilai yang dirasakan (perceived value)
memiliki konsep pertukaran barang atau yang sering disebut barter. Dalam sistem ini, kita
akan bertukar barang dan berusaha agar barang yang kita berikan memiliki nilai yang setara
dengan nilai barang yang akan kita terima. Dapat dikatakan bahwa nilai pelanggan adalah
pertukaran antara manfaat dalam suatu produk maupun jasa dengan pengorbanan yang telah
dikeluarkan untuk mendapatkan barang dan manfaat dari barang/jasa tersebut
(Rivai & Wahyudi, 2017)
. Jadi nilai pelanggan merupakan pertimbangan antara manfaat produk/jasa
dengan pengorbanan untuk mendapatkannya.
Nilai yang dirasakan (perceived value) oleh konsumen merupakan faktor penting yang
mempengaruhi intensitas penggunaan kembali aplikasi e-wallet. Perceived value berkaitan
dengan bagaimana konsumen mengevaluasi secara subjektif manfaat yang mereka peroleh
dari penggunaan aplikasi e-wallet dibandingkan dengan pengorbanan yang mereka keluarkan.
Semakin tinggi nilai yang dirasakan konsumen terhadap aplikasi e-wallet, semakin besar
kemungkinan mereka menggunakan kembali aplikasi tersebut secara intensif. Hal ini karena
konsumen merasa bahwa manfaat yang mereka dapatkan, seperti kemudahan transaksi,
diskon, atau fitur menarik lainnya, melebihi pengorbanan yang mereka keluarkan seperti
biaya data internet atau risiko keamanan. Tingginya perceived value juga membuat konsumen
semakin puas dan loyal dalam menggunakan suatu aplikasi e-wallet. Oleh karena itu,
penyedia aplikasi e-wallet perlu terus berupaya meningkatkan perceived value pengguna
dengan menyediakan manfaat dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini
akan mendorong intensitas penggunaan kembali aplikasi e-wallet secara berkelanjutan.
Dengan perceived value yang optimal, penyedia aplikasi e-wallet dapat memenangkan
persaingan dan mempertahankan konsumen dalam jangka panjang.
Penggunaan e-wallet yang dilakukan oleh berbagai kalangan, tidak terlepas dari adanya
keyakinan pembelian pada konsumen. Keyakinan pembelian merupakan faktor utama yang
dapat memengaruhi penggunaan pembayaran digital (Samara & Susanti, 2023) . Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor kepercayaan dan manfaat yang
dirasakan dapat memengaruhi sikap terhadap menggunakan yang kemudian mengarah pada
niat perilaku untuk menggunakan e-wallet. Selain itu, selain dari rasa keamanan, pengaruh
sosial dan kepercayaan seseorang dalam meggunakan e-wallet, persepsi kegunaan dan
kemudahan penggunaan juga memiliki efek signifikan pada sikap pengguna. Intensitas
penggunaan e-wallet pada mahasiswa beragam. Intensitas penggunaan yang paling banyak
dilakukan oleh beberapa informan yaitu lebih dari sepuluh kali dalam sebulan, lima sampai
sepuluh kali dalam satu bulan, enam sampai sembilan kali dalam satu bulan, dan lima sampai
enam kali dalam sebulan. Sedangkan intensitas penggunaan e-wallet informan lainnya lebih
sedikit, yaitu sebanyak dua sampai tiga kali dalam sebulan. Secara keseluruhan intensitas
untuk aktivitas konsumsi, para informan memiliki kesamaan dalam hal pemanfaatan aplikasi
tersebut untuk membeli pulsa, meskipun demikian terdapat perbedaan intensitas pada
informan dalam hal pembelian kebutuhan di merchant kerjasama
(Sobandi & Somantri, 2020)
.
Hal yang mendorong pemakaian uang elektronik, namun setelah dilakukan penelitian
terhadap responden, faktor utama yang mempengaruhi penggunaan uang elektronik adalah
persepsi kemudahan atau ease of use, dalam hal ini kemudahan dalam penggunaan uang
elektronik mengacu pada mudahnya akses pada pengisian saldo layanan yang dapat
dilakukan di berbagai gerai ritel, sehingga hal tersebut memudahkan konsumen sekaligus
mempengaruhi intensitas penggunaanya (Kinanti & Mukhlis, 2022). Persepsi kebermanfaatan
atau usefulness mempengaruhi intensitas penggunaan uang elektronik, hal tersebut
diakibatkan ketika pengguna merasa mahir dan merasa mudah dalam menggunakan aplikasi,
maka orang tersebut dapat mengambil manfaat dari penggunaan aplikasi dan memutuskan
untuk terus menggunakannya (Samara & Susanti, 2023).
Tujuan paling utama dari suatu usaha adalah menciptakan kepuasan bagi para pelanggan.
Tingkat kepuasan pembeli setelah melakukan pembelian sangat tergantung pada sejauh mana
kinerja penawaran memenuhi ekspektasi pembeli dan bagaimana pembeli menafsirkan
adanya penyimpangan antara keduanya (Subawa & Sulistyawati, 2020) . Secara umum,
kepuasan dapat didefinisikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
melalui perbandingan antara kinerja yang dipersepsikan dari produk atau hasil dengan
ekspektasi seseorang. Kepuasan pelanggan adalah evaluasi purnabeli secara keseluruhan yang
dilakukan oleh pelanggan dengan membandingkan persepsi terhadap kinerja produk dengan
ekspektasi pra-pembelian. Dengan kata lain, kepuasan pelanggan terbentuk ketika
pengalaman setelah pembelian mencapai atau melebihi harapan yang telah dibentuk sebelum
melakukan pembelian.
Kepuasan pelanggan dianggap sebagai salah satu dimensi kinerja pasar. Dalam
mengukur kepuasan pelanggan, terdapat beberapa ukuran yang dapat digunakan, seperti yang
diungkapkan oleh (Sari et al., 2020) . Pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan
melalui empat sarana, yaitu sistem keluhan dan usulan, survei kepuasan konsumen,
konsumen samara, dan analisis mantan pelanggan. Indikator-indikator kepuasan pelanggan
terdiri dari kesesuaian harapan, minat untuk berkunjung kembali, serta kesediaan untuk
merekomendasikan. Kepuasan pelanggan dapat dikonseptualisasikan sebagai sikap senang
atau kecewa yang timbul setelah pelanggan mengalami penggunaan produk atau layanan dari
suatu perusahaan. Terbentuknya kepuasan ini terjadi melalui perbandingan antara kinerja
produk atau layanan dengan harapan yang dimiliki oleh pelanggan. Dalam mengevaluasi
kinerja produk atau layanan, pelanggan akan mempertimbangkan sejauh mana hasil tersebut
memenuhi atau tidak memenuhi ekspektasi mereka, dan mereka akan merespons dengan
emosi positif, negatif, atau netral terhadap pengalaman tersebut. Dengan demikian, kepuasan
pelanggan juga dapat diartikan sebagai keadaan atau perasaan senang yang tercapai ketika
produk atau layanan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan (Meliana et al., 2018).
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kepercayaan konsumen dan nilai yang dirasakan
berkontribusi positif terhadap intensitas penggunaan kembali aplikasi e-wallet. Dalam
konteks ini, kepuasan pelanggan memainkan peran kunci sebagai variabel mediasi yang
memediasi pengaruh positif kepercayaan konsumen dan nilai yang dirasakan terhadap
intensitas penggunaan kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan hasil dari pengalaman positif, dan meningkatnya kepuasan memperkuat intensitas
penggunaan kembali aplikasi e-wallet. Implikasi praktis dari temuan ini memberikan panduan
bagi penyedia layanan e-wallet untuk fokus pada peningkatan kepercayaan, nilai yang
dirasakan, dan kepuasan pelanggan guna mendorong penggunaan kembali aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adixio, R. F., & Saleh, L. (2018). Pengaruh Kualitas Layanan dan Nilai yang Dirasakan Terhadap Niat
Pembelian Ulang Melalui Mediasi Kepuasan Pelanggan Restoran Solaria di Surabaya. Journal of
Business and Banking, 3(2), 151–164.
Gustiani, D., Putri, D., & Santoso, S. B. (2018). Analisis Pengaruh Kualitas Jasa, Nilai Yang
Dirasakan, Citra Merek Melalui Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi
pada PT Pos Indonesia (Persero)). Diponegoro Journal of Management, 7(1), 1–13.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr
Kinanti, S. A., & Mukhlis, I. (2022). Analisis Pengaruh Faktor Persepsi Terhadap Minat
Penggunaan E-Wallet Shopeepay. Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Pendidikan (JEBP), 2(1), 11–
25. https://doi.org/10.17977/um066v2i12022p11-25
Lismanizar, & Utami, S. (2021). Pengaruh Keamanan Pangan, Kesadaran Kesehatan, Nilai yang
Dirasakan dan Harga Terhadap Niat Beli Makanan Cepat Saji pada Konsumen KFC di Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen, 3(2), 86–97.
Meliana, Sulistiono, & Setiawan, B. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepercayaan
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Giant Hypermarket). Jurnal
Ilmiah Manajemen Kesatuan , 1(3).
Rivai, A. R., & Wahyudi, T. A. (2017). Pengaruh Persepsi Kualitas, Citra Merek, Persepsi Harga
terhadap Loyalitas Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi. Kalbisocio: Jurnal Bisnis Dan
Komunikasi, 4(1).
Rosdiana, R., & Haris, I. A. (2018). Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Minat Beli
Produk Pakaian Secara Online. International Journal of Social Science and Business, 2(3).
Rosdiana, R., Haris, I. A., & Suwena, K. R. (2019). Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap
Minat Beli Produk Pakaian Secara Online. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 11(1).
Samara, A., & Susanti, M. (2023). Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Pengalaman Pengguna Dan
Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Penggunaan Aplikasi Dompet
Digital (E-Wallet) di Kalangan Mahasiswa Universitas Buddhi Dharma. Jurnal Riset
Akuntansi, 1(2), 249–260.
Sari, A. N., Mintarti, S. U., & Utomo, S. H. (2020). Penggunaan E-wallet dalam Membentuk
Perilaku Konsumsi Mahasiswa. Jurnal Pendidikan, 5(12).
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/
Sobandi, A., & Somantri, B. (2020). Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan
Pembelian Secara Online. Winter Journal: IMWI Student Research Journal, 1(1).
Subawa, I. G. B., & Sulistyawati, E. (2020). Kualitas Pelayanan Berpengaruh Terhadap Loyalitas
Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi. E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, 9(2), 718. https://doi.org/10.24843/ejmunud.2020.v09.i02.p16
Wan, X., Wang, T., Zhang, W., & Cao, J. (2017). Perceived Value of Online Customization
Experience in China: Concept, Measurement, and Consequences. The Journal of High
Technology Management Research, 28(1), 17–28.
Yu, M.-C., Mai, Q., Tsai, S.-B., & Dai, Y. (2018). An Empirical Study on the Organizational
Trust, Employee-Organization Relationship and Innovative Behavior From the Integrated
Perspective of Social Exchange and Organizational Sustainability. Sustainability, 10(3), 864.