menunjukkan prioritas perusahaan berkaitan dengan kepuasan pelanggan. Nilai pelanggan merupakan
salah satu konsep pemasaran dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan nilai pelanggan yang
tepat akan membantu produk tersebut selangkah lebih maju dibanding dengan pesaing. Kualitas dari nilai
memainkan peran kunci dalam memantau apakah tujuan jangka panjang, menengah, dan pendek
organisasi sesuai dengan aspirasi yang diinginkan. Tolok ukur nilai pelanggan adalah lamanya waktu
adopsi terhadap harapan dan kebutuhan pelanggan dan banyaknya informasi yang diadopsi oleh
Kepuasan pelanggan, kualitas jasa/layanan dan customer value memiliki keterkaitan erat.
Kualitas jasa dapat diukur berdasarkan insiden spesifik maupun secara kumulatif/general. Manajemen
kualitas jasa membutuhkan tiga aspek, yakni merancang produk jasa, merancang lingkungan jasa, dan
menyampaikan jasa yang berkualitas. Sedangkan customer value tidak hanya mencakup kualitas, tetapi
juga harga. Tawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Pembeli
memilih diantara beraneka ragam tawaran yang dianggap memberikan nilai yang paling banyak
Berdasarkan teori Kotler & Armstrong (2008:31) nilai dapat dilihat terutama sebagai kombinasi
mutu, jasa dan harga yang disebut sebagai tiga serangkai nilai pelanggan. Nilai meningkat mengikuti
mutu dan jasa serta menurun mengikuti harga walaupun faktor-faktor lain juga dapat memainkan peran
Nilai yang diberikan merupakan perkiraan atas seluruh kemampuan produk untuk memuaskan
membutuhkan produk yang memiliki nilai yang sesuai dengan persepsi nilai pelanggan yang berlaku.
1
Nilai yang diterima pelanggan juga diungkapkan Fandy Tjiptono (2008:301) sebagai berikut:
“Nilai yang diterima pelanggan sebagai selisih antara total customer value (jumlah nilai bagi
pelanggan) dan total customer cost (biaya total bagi pelanggan). Total customer value (jumlah
nilai bagi pelanggan) adalah kumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau
jasa tertentu. Total customer cost (biaya total pelanggan) adalah kumpulan pengorbanan yang
diperkirakan pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk
atau jasa tersebut.”
Secara sederhana, seorang konsumen akan merasa puas jika dalam mengkonsumsi produk,
konsumen tersebut mendapatkan Customer Value yang positif. Hasil Customer Value yang positif
menunjukan bahwa sebuah produk dipersepsi dengan baik oleh konsumen, dalam arti konsumen merasa
mendapat manfaat untuk (perceived benefits) yang lebih besar dibanding biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengkonsumsi produk tersebut (perceived costs). Sebaliknya Customer Value yang negatif
menunjukan konsumen cenderung tidak puas dengan produk tersebut (perceived banefits). Customer
“customer delivered value is the difference between total customer value and total customer cost.
Total customer cost is the bundle of benefits customer expect from a given product or service,
Total customer cost is the bundle of cost customer expect to incur in eveluating, obtaining, using
and disposing of the product or service.”
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total. Nilai
pelanggan total adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa
tertentu. Biaya pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang
dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan membuang produk atau jasa.
Menurut Andre Luiz (2007:1) customer value is understood as one of the constructs that best
explains consumer decision making. Nilai pelanggan dipahami sebagai salah satu konstruksi yang paling
menjelaskan pengambilan keputusan konsumen. Selanjutnya, Kemudian, menurut Flint et al., (1997)
dalam Mikko Pynnonen (2011:2) customer value is what the customer wants from the market and is
willing to pay for. Nilai pelanggan adalah apa yang pelanggan inginkan dari pasar dan bersedia
membayar.
Sementara itu, Jens J. Dahlgaard (2007:46) mengemukakan customer value is the summation of
benefits minus the sacrifices that result as consequence of a customer using a product or service to meet
certain needs. Nilai pelanggan adalah penjumlahan dari manfaat dikurangi pengorbanan yang hasil
sebagai konsekuensi dari pelanggan menggunakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
2
Selanjutnya, menurut Best (2008:213) nilai pelanggan (customer value) merupakan selisih antara
nilai yang diperoleh pelanggan dengan memiliki dan menggunakan suatu produk, dengan biaya yang
dari perspektif pelanggan dan nilai pelanggan memegang peranan penting dalam strategi pemasaran.
Dalam pengembangan konsepnya dinyatakan bahwa, “Customer Value defined as a difference between
total benefits and total sacrifices perceived by Customer. Total benefit / manfaat meliputi : manfaat
fungsional, sosial dan emosional sedangkan sacrifices / pengorbanan yang meliputi pengorbanan
Nilai pelanggan ini pada akhirnya akan diterima oleh konsumen dan menjadi apa yang disebut
“Customer perceived value is the difference between the prospective customer’s evaluation of all
the benefits and all the costs of an offering and the perceived alternatives”
Customer perceived value adalah perbedaan berbagai kegunaan dan biaya antara sebuah
penawaran dengan keseluruhan alternatif yang diterima oleh calon konsumen berdasarkan hasil dari
sebuah proses evaluasi. Persepsi konsumen terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relative lebih
tinggi dari pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, semakin tinggi persepsi nilai yang
dirasakan oleh pelanggan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi). Pelanggan
membentuk suatu harapan akan nilai dan bertindak berdasarkan kualitas nilai dari pelayanan, kualitas,
harga dan image. Nilai dapat dihasilkan pada situasi ketika pelanggan dan pengguna bersama-sama
berada pada situasi yang dapat menciptakan kepuasan, kepuasan yang superior, bahkan ketidakpuasan,
Suatu produk atau jasa yang dibeli pelanggan dari perusahaan semakin memuaskan jika
pelanggan itu mendapatkan value yang tinggi. Customer value semakin penting untuk dipertimbangkan
oleh perusahaan dan menjadi bagian integral strategi perusahaan, khususnya dalam strategi pemasaran
produknya Secara garis besarnya, nilai pelanggan merupakan kumpulan manfaat yang diharapkan akan
diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu atau perbedaan antara apa yang pelanggan dapatkan
dari produk, dan apa yang dia harus berikan untuk mendapatkannya.
3
Pada suatu perusahaan pertukaran bisnis pelanggan atau pembeli secara hati-hati mengevaluasi
pembeliannya yang bertujuan untuk menghasilkan manfaat dari bisnisnya pada permintaan sebuah produk
yang digunakan terhadap sejumlah biaya yang digunakan dari penawaran produk tersebut yang memiliki
nilai produk dan terdiri atas service, kualitas, image dan harga.
Dari konsep dan beberapa definisi tentang nilai pelanggan di atas dapat dikembangkan secara
komprehensif, bahwa secara garis besar nilai pelanggan merupakan perbandingan antara manfaat
(benefits) yang dirasakan oleh pelanggan dengan apa yang pelanggan bayarkan (cost) untuk mendapatkan
atau mengkonsumsi produk tersebut. Sehingga nilai pelanggan merupakan suatu preferensi yang
dirasakan oleh pelanggan dan evaluasi terhadap atribut-atribut produk serta berbagai konsekuensi yang
timbul dari penggunaan suatu produk untuk mencapai tujuan dan maksud pelanggan.
Perusahaan membutuhkan produk yang berisi nilai yang sesuai dengan persepsi nilai pelanggan
yang berlaku. Selain itu perusahaan menghadapi tantangan tersendiri dalam menghadapi konsumennya,
karena pada saat ini konsumen dapat lebih leluasa memilih produk, merek, dan produsen yang sesuai
Pelanggan biasanya menghadapi sederetan besar produk dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan tertentu. Seorang pelanggan membuat keputusan pembelian berdasarkan persepsi terhadap
nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa tersebut. Wahyuningsih dalam Vanessa Gaffar (2004:8)
mengembangkan suatu model mengenai komponen dari nilai pelanggan yang terdiri dari manfaat dan
4
Berdasarkan Gambar 2.1 mengenai komponen customer value dapat dilihat bahwa manfaat dan
korbanan yang diterima pelanggan terdiri dari manfaat dan korbanan fungsional, manfaat dan korbanan
sosial, serta manfaat dan korbanan emosional. Semua ini dinamakan sebagai nilai fungsional, nilai sosial
serta nilai emosional. Komponen nilai fungsional, nilai sosial serta nilai emosional dapat dijadikan suatu
Dimensi nilai pelanggan yang dikemukakan Kotler & Keller (2009:161) adalah sebagai berikut:
1. Total customer benefit (manfaat total yang dirasakan pelanggan) adalah nilai yang ditawarkan dari
suatu produk berupa fungsi ekonomi, dan manfaat phsychology yang diharapkan pelanggan dari
sejumlah biaya yang dikeluarkan karena manfaat dari produk, pelayanan, personnel dan image.
2. Total customer cost (biaya total pelanggan) adalah kumpulan pengorbanan yang diperkirakan
pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk atau jasa
Berikut disajikan dimensi nilai pelanggan pada Gambar 2.10 sebagai berikut:
Customer Value
(Sumber : Kotler dan Keller, Kevin Lane. 2009. Marketing Management. New Jersey: Pearson
Education International.
Gambar 2.2
DIMENSI NILAI PELANGGAN
5
Dimensi nilai yang dikemukakan oleh Holbrook dalam Fandy Tjiptono (2008:297) sebagai
berikut:
1. Nilai menyangkut preferensi, yang secara umum diinterpretasikan favorable disposition, general
liking, emosi positif, penilaian positif/baik, tendensi untuk menyukai, sikap “pro” versus
“kontra”.
2. Nilai itu tidak sepenuhnya subjektif dan tidak sepenuhnya objektif, namun lebih merupakan
interaksi subjek-objek.
3. Nilai bersifat relatif, karena tergantung pada peringkat atau ranking sebuah objek dari pada objek
lainnya (komparatif), berbeda antar individu (personal), dan tergantung pada konteks penilaian,
atau perolehan suatu objek tetapi lebih pada pengalaman konsumsi yang didapatkan dari objek
bersangkutan.
Kombinasi antara efektifitas dan efisiensi menghasilkan empat kemungkinan penyampaian nilai
bagi pelanggan, yaitu effectivness value, efficiency value, best value dan poor value. Kondisi idealnya
tentu saja adalah best value, dimana efektifitas dan efisiensi terwujud secara simultan. Menurut Sweeney
& Soutar dalam Fandy Tjiptono (2008:298) dimensi nilai terdiri dari empat aspek utama sebagai berikut:
1. Emotional Value yaitu utilitas yang berasal dari perasaaan atau afektif/emosi yang positif yang
Pada suatu studi, Wang et.al.,(2004) membagi dimensi nilai pelanggan menjadi nilai fungsional,
nilai ekonomi, nilai emosional dan nilai pengorbanan. Apabila keempat komponen tersebut dapat berjalan
secara terintegrasi dengan baik, maka semakin tinggi nilai pelanggan akan berdampak terhadap
peningkatan kepuasan pelanggan. Keempat komponen tersebut di atas akan benar-benar menjadi
komponen penting dan dipercaya mampu menghasilkan kepuasan pelanggan apabila perusahaan lebih
baik dalam mengelola aktivitas orientasi pelanggan. Lebih lanjut kepuasan pelanggan menciptakan fungsi
yang terintergrasi dan memberi sesuatu yang baik melalui nilai pelanggan. Fungsi dan dukungan tersebut
6
berdasarkan pada karangka kerja yang dibangun berlandaskan hubungan dan interaksi yang tercipta dari
nilai pelanggan pemahaman atas apa yang menjadi keinginan dan harapan pelanggan, sehingga tercapai
“konsep customer value tidak hanya mencakup kualitas, namun juga sebuah harga. Sebuah jasa
tertentu bisa saja memiliki kualitas unggul, namun dievaluasi bernilai rendah karena harganya
terlalu mahal. Sebagaimana halnya dengan kepuasan, loyalitas dan kualitas jasa, konsep customer
value juga perlu dikembangkan. Salah satu ukuran yang dikembangkan untuk mengevaluasi
customer value adalah Perval (Perceived Value). Selain itu pengukuran customer value bisa pula
didasarkan pada tiga peran utama dalam keputusan pembelian yaitu user value, buyer value dan
payer value.”
Menurut Woodruff (R.Billinton 2006:25) pengukuran customer value terdiri dari 3 tingkatan,
yaitu: atribut produk dan jasa, konsekuensi produk dan jasa, dan tujuan pelanggan. Definisi masing-
1. Atribut produk atau jasa (product attributes): dasar hirarki, yaitu pelanggan belajar berpikir
mengenai produk atau jasa sebagai rangkaian dari atribut dan kinerja atribut.
2. Konsekuensi produk atau jasa (product consequences): konsekuensi yang diinginkan oleh
dicapai melalui konsekuensi tertentu dari penggunaan produk dan jasa tersebut.
sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan kepuasaan konsumen merupakan perbedaan antara yang
diharapkan konsumen (nilai harapan) dengan situasi yang diberikan perusahaan di dalam usaha
Adapun manfaat yang dirasakan pelanggan terdiri dari manfaat product, service, personnel and
image, sedangkan korbanan atau biaya yang dikeluarkan pelanggan adalah berupa monetary, time, energy
and psychic cost. Manfaat berhubungan dengan kehandalan, daya tahan, kinerja dan nilai jual kembali
7
dari produk atau jasa yang ditawarkan. Manfaat pelayanan atau service adalah sejauh mana produk atau
jasa tertentu yang ditawarkan berhubungan dengan penyampaian, pelatihan serta pemeliharaannya.
Berdasarkan cara pandang diatas maka pelanggan tidak hanya menerima kualitas tetapi juga
mereka harus merasakan bahwa mereka sudah menerima nilai yang sepantasnya dibandingkan dengan
biaya yang mereka keluarkan. Oleh karena itu penciptaan nilai terdiri dari service, kualitas, image dan
price.
Penciptaan nilai dapat diperoleh melalui service (pelayanan), kualitas, image dan price.
Kombinasi gabungan ini dapat diimplementasikan pada perusahaan. Terkadang service merupakan faktor
penting dalam menumbuhkan atau menciptakan penyampaian nilai pada pelanggan yang digunakan
Selain service, mutu atau kualitas (quality) merupakan hal yang penting dalam membentuk nilai
pelanggan, karena mutu berhubungan dengan perusahaan. Bahwa mutu itu selaras dengan spesifikasi
Membangun nilai pelanggan yang langsung adalah menciptakan nilai dan kepuasan yang unggul.
Pelanggan yang puas akan menjadi pelanggan yang setia dan memberikan pasar bisnis yang lebih besar
kepada pasar. Nilai pelanggan merupakan evaluasi pelanggan tentang perbedaaan antara semua
Selanjutnya, Fandy Tjiptono (2008:307) mengungkapkan bahwa konsep customer value tidak
hanya mencakup kualitas, namun juga sebuah harga. Sebuah jasa tertentu bisa saja memiliki kualitas
unggul, namun dievaluasi bernilai rendah karena harganya terlalu mahal. Sebagaimana halnya dengan
kepuasan, loyalitas dan kualitas jasa, konsep customer value juga perlu dikembangkan. Salah satu ukuran
yang dikembangkan untuk mengevaluasi customer value adalah Perval (Perceived Value). Selain itu
pengukuran customer value bisa pula didasarkan pada tiga peran utama dalam keputusan pembelian yaitu
Faktor-faktor dalam nilai pelanggan meliputi nilai produk, nilai layanan, nilai personil dan nilai
citra. Faktor-faktor ini merupakan manfaat yang dirasakan pelanggan atas produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan. Untuk mendapatkan faktor-faktor dalam nilai pelanggan tersebut seorang
8
pelanggan perlu melakukan pengorbanan moneter yang berarti pengorbanan uang, pengorbanan waktu,
Menurut Philip Kotler (2000:41) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
GAMBAR 2.3
PENENTU-PENENTU NILAI YANG DIBERIKAN KE PELANGGAN
a. Nilai Produk
Nilai produk merupakan daya guna suatu produk/barang dalam memuaskan kebutuhan konsumen
yang merupakan selisih antara manfaat yang dirasakan pelanggan atas produk yang diterimanya
b. Nilai Layanan
kepada konsumen yang merupakan selisih antara manfaat yang dirasakan pelanggan atas layanan
pribadi/private konsumen yang merupakan selisih antara manfaat yang dirasakan pelanggan atas
dilakukannya.
d. Nilai Citra
Nilai citra merupakan kemampuan suatu produk/barang dalam memberikan gambaran diri
seorang/sekelompok konsumen yang merupakan selisih antara manfaat yang dirasakan pelanggan
atas terwujudnya citra yang diharapkan pelanggan dengan pengorbanan yang dilakukannya.
Sementara itu menurut Best (2008:23) pengorbanan yang dilakukan pelanggan untuk
a. Pengorbanan Moneter
Merupakan pengorbanan dalam bentuk uang yang dikeluarkan pelanggan untuk memperoleh
b. Pengorbanan Waktu
Merupakan pengorbanan dalam bentuk waktu yang diluangkan oleh pelanggan untuk mencari dan
c. Pengorbanan Tenaga
Merupakan pengorbanan dalam bentuk tenaga yang dilakukan/dikeluarkan oleh pelanggan untuk
d. Pengorbanan Psikologi
Merupakan pengorbanan secara psikologi (pikiran, perasaan, perbuatan) yang diberikan oleh
pelanggan untuk mencari dan memilih produk atau jasa yang ditawarkan.
Kenyataan di atas disebabkan karena para pelanggan memperkirakan tawaran mana yang akan
memberikan nilai tertinggi. Mereka bertindak dalam rangka memaksimumkan nilai, dengan dibatasi oleh
biaya pencarian serta keterbatasan pengetahuan, mobilitas, dan penghasilan. Mereka akan membentuk
nilai dan bertindak berdasarkan harapan itu. Nilai yang dipikirkan pelanggan adalah selisih antara
10
evaluasi calon pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan alternatif lain yang
dipikirkan.
Kenyataan apakah suatu tawaran memenuhi harapan akan nilai mempengaruhi kepuasan dan
kemungkinan keputusan pembelian kembali. Pembeli akan puas setelah pembelian tergantung pada
kinerja tawaran dalam memenuhi harapan pembeli. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara nilai produk yang ditawarkan terhadap nilai
produk yang diharapkan. Apabila proses perbandingan terhadap nilai tersebut memberikan kepuasan
kepada pelanggan, maka pelanggan akan membuat keputusan pembelian terhadap produk yang
Pelanggan akan lebih memilih produk sesuai daya beli yang dimilikinya dengan
mempertimbangkan nilai pelanggan (customer value) neto tertinggi yang akan diterimanya. Nilai
pelanggan (customer value) neto adalah selisih total customer value dengan total customer cost. Untuk
meningkatkan nilai pelanggan tersebut, pemasar harus dapat mengidentifikasi sumber-sumber nilai
Memberikan nilai pelanggan yang tinggi atau yang memenuhi harapan mereka adalah mutlak
bagi perusahaan yang ingin mempertahankan pelanggan dalam jangka waktu panjang, karena dengan
memenuhi perasaan senang dan menghindarkan perasaan kecewa pelanggan, berarti proses bisnis akan
terus berlangsung dan perusahaan akan terus berkembang. Dan pada saat ini banyak perusahaan yang
memfokuskan pada nilai pelanggan yang terus ditingkatkan, karena para pelanggan dengan mudah untuk
mengalihkan keputusan pembeliannya bila mendapatkan tawaran dengan nilai pelanggan yang lebih baik.
Apalagi kondisi sekarang lebih kompetitif bagi perusahaan dalam hal persaingan untuk memikat hati para
konsumen. Sedikit saja inovasi dalam penawaran produk, para pelanggan akan segera membuat suatu
Kenyataan lainnya adalah bahwa para pembeli pada dewasa ini akan membuat keputusan
pembelian produk dari perusahaan yang mereka yakini menawarkan nilai bagi pelanggan atau produk
yang memberikan added value yang lebih baik dari produk sejenis.
dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berpengaruh
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra
yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. (Setiadi,
2007: 47).
Brand image atau citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah merek, yang berisikan
interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik
pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari produk/merek tersebut. Citra merek adalah apa yang
konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek. (Hawkins, Best dan
Coney, 2008: 57). Citra merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak konsumen terhadap
suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Pengaruh terhadap suatu merek akan semakin
Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif
ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli bahkan
loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen. Konsumen lebih sering membeli produk dengan merek
yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal. Adanya asumsi bahwa
merek terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak
diragukan, sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih konsumen daripada merek yang tidak.
Citra merek meliputi pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif),
konsekuensi dari penggunaan merek tersebut, dan situasi penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan
evaluasi, perasaan dan emosi yang diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek Afektif). Citra merek
didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan
oleh berbagai macam asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Meskipun asosiasi merek dapat
terjadi dalam berbagai macam bentuk tapi dapat dibedakan menjadi asosiasi performansi dan asosiasi
imajeri yang berhubungan dengan atribut dan kelebihan merek. (Peter dan Olson, 2007: 35).
Citra merek adalah kesan keseluruhan terhadap posisi merek ditinjau dari persaingannya dengan
merek lain yang diketahui konsumen, apakah merek tersebut dipandang konsumen sebagai merek yang
kuat. Sebagian alasan konsumen memilih suatu merek karena mereka ingin memahami diri sendiri dan
12
untuk mengkomunikasikan aspek diri ke orang lain. Citra merek ini bisa diukur dengan menanyakan
atribut apa dari suatu merek-merek pilihan konsumen dalam satu kategori produk, yang membedakannya
dengan merek lain, mengapa atribut-atribut itu penting dan mengapa alasan itu penting bagi konsumen.
Hasil penelitian (Sirgy dkk, 2007: 37) menemukan bahwa serangkaian perasaan, ide, dan sikap
yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek merupakan aspek penting dalam perilaku pembelian. Citra
merek didefinisikan sebagai sekumpulan atribut spesifik yang berelasi dengan produk, merek, dan
konsumen serta pengetahuan, perasaan, dan sikap terhadap merek yang disimpan individu di dalam
memori. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai simbol, merek sangat mempengaruhi status dan harga
diri konsumen.
Penelitian ini juga menyebutkan bahwa suatu merek lebih mungkin dibeli dan dikonsumsi jika
konsumen mengenali hubungan simbolis yang sama antara citra merek dengan citra diri konsumen baik
citra diri ideal ataupun citra diri aktual (Jamal dan Goode, 2007: 12). Produk dan merek memiliki nilai
simbolis untuk setiap individu, yang melakukan evaluasi berdasarkan kekonsistensian dengan gambaran
atau citra personal akan diri sendiri. Terkadang citra merek tertentu sesuai dengan citra diri konsumen
Citra merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang
berhubungan dengan sebuah merek. citra merek terdiri dari (a) faktor fisik: karakteristik fisik dari merek
tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan produk dari merek itu dan (b)
faktor psikologis: dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen
menggambarkan produk dari merek tersebut. Jadi, citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang
orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih
Menurut Hogan (2005: 97) citra merek merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia
mengenai produk, jasa dan perusahaan dari merek yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara;
yang pertama melalui pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan fungsional dan
kepuasan emosional.
13
Merek tersebut tidak hanya dapat bekerja maksimal dan memberikan performansi yang dijanjikan
tapi juga harus dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh
kosumen dan juga memenuhi kebutuhan individual konsumen – yang akan mengkontribusi atas hubungan
dengan merek tersebut. Kedua, persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari merek tersebut melalui
berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations),
logo, fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak
merek, media dan lingkungan dimana merek tersebut dijual dapat mengkomunikasikan atribut-atribut
yang berbeda.
Setiap alat pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Hal ini
penting demi kesuksesan sebuah merek, jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau seimbang, ketika
nantinya akan membentuk gambaran total dari merek tersebut. Gambaran inilah yang disebut citra merek
atau reputasi merek, dan citra ini bisa berupa citra yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya.
Citra merek terdiri dari atribut objektif/instrinsik seperti ukuran kemasan dan bahan dasar yang
digunakan, serta kepercayaan, perasaan dan asosiasi yang ditimbulkan oleh merek produk tersebut.
(Arnould, Price dan Zinkan, 2005: 37). Citra merek merepresentasikan inti dari semua kesan mengenai
suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri dari:
5. Semua imajeri dan makna simbolik yang terbentuk dalam benak konsumen termasuk juga imajeri
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa citra merek merupakan ‘totalitas’ terhadap suatu merek
yang terbentuk dalam persepsi konsumen. (Sengupta, 2005: 84). Citra pada suatu merek merefleksikan
image dari perspektif konsumen dan melihat janji yang dibuat merek tersebut pada konsumennya. Citra
merek terdiri atas asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan karakteristik personal yang dilihat oleh
konsumen pada merek tersebut. Menurut Joseph Plummer (dalam Aaker, 2005: 53), citra merek terdiri
14
1. Product Attributes (Atribut Produk): yang merupakan hal-hal yang berkaitan dengan merek
2. Consumer Benefits (Keuntungan Konsumen): yang merupakan kegunaan produk dari merek
tersebut;
Kotler dan Keller (2009: 40) mendefinisikan citra merek sebagai persepsi mengenai sebuah
merek sebagaimana direfleksikan oleh asosiasi merek yang terdapat dalam benak konsumen. Citra merek
1. Attributes (Atribut), merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam sebuah
Didefinisikan sebagai bahan-bahan yang diperlukan agar fungsi produk yang dicari
konsumen dapat bekerja. Berhubungan dengan komposisi fisik atau persyaratan dari suatu
Merupakan aspek eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan pembelian dan
konsumsi suatu produk atau jasa. Terdiri dari: informasi tentang harga, kemasan dan desain
produk, orang, peer group atau selebriti yang menggunakan produk atau jasa tersebut,
2. Benefits (Keuntungan), nilai personal yang dikaitkan oleh konsumen pada atribut-atribut produk
suatu produk atau jasa. Benefit ini memuaskan kebutuhan bereksperimen seperti kepuasan
eksklusivitas dan gaya fashion dari sebuah merek karena hal-hal ini berhubungan dengan
3. Brand Attitude (Sikap merek), didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas suatu merek, apa
yang dipercayai oleh konsumen mengenai merek-merek tertentu – sejauh apa konsumen percaya
bahwa produk atau jasa tersebut memiliki atribut atau keuntungan tertentu, dan penilaian
evaluatif terhadap kepercayaan tersebut – bagaimana baik atau buruknya suatu produk jika
Citra suatu merek dapat menentukan titik perbedaan yang mengindikasikan suatu merek superior
dibandingkan dengan alternatif merek lain dalam satu kategori produk. Titik perbedaan suatu merek dapat
kenyamanan, penghematan uang dan efisiensi waktu, kesehatan, serta harga murah.
suatu merek, ia akan menjadi penting, spesial, ataupun merasa senang. Merek menawarkan
kesenangan, membantu atau meningkatkan citra diri dan status, dan hubungannya dengan orang
lain. Kelebihan emosional menggeser fokus dari merek dan fungsi produknya ke pengguna dan
perasaan yang didapat ketika menggunakan merek tersebut. Kelebihan ini berhubungan dengan
mempertahankan keinginan dan kebutuhan dasar manusia, termasuk juga keinginan konsumen
untuk mengekspresikan diri, pengembangan diri dan prestasi, serta determinasi diri.
3. Pengakuan superioritas bisa juga didukung oleh pembentukan citra merek yang
selebriti atau atlit dalam iklan. (Tybout dan Calkins, 2005: 97).
16
Kepuasan pelanggan adalah bagian yang berhubungan dengan penciptaan nilai pelanggan. Karena
terciptanya kepuasan pelanggan berarti memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu, diantaranya
hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik atau
terciptanya kepuasan pelanggan serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang
menguntungkan bagi perusahaan, sehingga timbul minat dari pelanggan untuk membeli atau
menggunakan jasa perusahaan tersebut. Kepuasan pelanggan dihasilkan dari kualitas baik barang maupun
jasa yang ditawarkan kepada pelanggan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya
derajat kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh tingginya derajat kualitas produk (barang dan jasa yang
ditawarkan) kepada pelanggan (Lee et.al.,2000; Lee et.al.,2001). Memberikan manfaat bagi perusahaan
yaitu, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan
dasar yang baik atau terciptanya kepuasan pelanggan serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke
mulut yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga timbul minat dari pelanggan untuk membeli atau
menggunakan jasa perusahaan tersebut. Kepuasan pelanggan dihasilkan dari kualitas baik barang maupun
jasa yang ditawarkan kepada pelanggan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya
derajat kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh tingginya derajat kualitas produk (barang dan jasa yang
ditawarkan) kepada pelanggan (Lee et.al.,2000; Lee et.al.,2001). memberikan pelayanan yang memadai
Kepuasan adalah penilaian konsumen terhadap produk atau jasa yang dirasakan, apakah produk
atau jasa tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapan konsumen atau tidak. Bila produk atau jasa
tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan maka dapat diasumsikan bahwa konsumen tidak puas
terhadap produk dan jasa tersebut. Namun penilaian terhadap pelayanan dapat berubah-ubah sesuai
dengan individu yang menggunakanya, situasi, dank arena faktor experience. Semakin rutin seorang
mengkonsumsi suatu jasa, maka tingkat kepuasannya pun akan semakin menurun.
Saat ini customer satisfaction atau kepuasan pelanggan menjadi fokus perhatian oleh hampir
semua pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis, pelanggan dan sebagainya. Hal ini disebabkan semakin
baiknya pemahaman mereka atas konsep kepuasan pelanggan sebagai strategi untuk memenangkan
persaingan di dunia bisnis. Kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting bagi penyelenggara jasa,
karena pelanggan akan menyebarluaskan rasa puasnya kepada calon pelanggan, sehingga akan menaikkan
atau kepuasan pelanggan. Menurut Buttle (2007) dalam Supriadi Setiawan (2011:44) berpendapat bahwa
“kepuasaan pelanggan adalah respon berupa perasaan puas yang timbul karena pengalaman menggunakan
Kemudian Menurut Walter (2008:6) customer satisfaction in the sense of our definition to have a
positive impact on the trade-off between perceived benefits and sacrifices in a business relationship with
a supplier. Kepuasan pelanggan memiliki dampak positif pada trade-off antara manfaat yang dirasakan
dan pengorbanan dalam hubungan bisnis dengan pemasok. Sedangkan menurut Tse and Wilton (2009:18)
dalam Muzammil Hanif (2010:45) customer satisfaction is defined as an "evaluation of the perceived
discrepancy between prior expectations and the actual performance of the product". Kepuasan pelanggan
didefinisikan sebagai evaluasi "dari kesenjangan yang dirasakan antara sebelum harapan dan kinerja
menyimpulkan bahwa kepuasan pelanggan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara apa yang
diharapkan oleh pelanggan mengenai produk/jasa yang dibelinya dan persepsi kinerja persepsinya
terhadap kinerja dari produk/jasa yang diterimanya. Singkatnya, kepuasan adalah perbandingan antara
persepsi atas sesuatu yang “diterima” konsumen (costumer’s perception) dengan harapan konsumen
(customer’s expectation).
Diskonfirmasi ekspektasi dipengaruhi oleh ekspektasi sebelum membeli dan kinerja setelah
membeli, jika hal tersebut sesuai maka akan menimbulkan kepuasan. Spreng, MacKenzie & Olshavsky
mendefinisikan “Perceived performance sebagai keyakinan menyangkut atribut produk, tingkat atribut
produk, atau hasil” Spreng et al, dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2007:206) sebagaimana
Ekspektasi Pra-Pembelian
18
Sumber: Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2007:206)
GAMBAR 2.4
Menurut Oliver yang dikutip dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2007:206) “Perceived
performance adalah persepsi terhadap jumlah atribut produk atau jasa dari hasil yang diterima”.
berargumen bahwa ukuran perceived performance rancu atau tumpang tindih dengan konstruk lainnya,
sementara pakar lainnya berpendapat bahwa justru ukuran ini yang harus menjadi fokus para peneliti dan
manajer. Dalam berbagai model kepuasan pelanggan, perceived performance kadang ditempatkan sebagai
Kepuasan sendiri dalam pemasaran memiliki posisi yang sangat penting. Menurut Kottler dan
Keller (2009:34), memposisikan kepuasan konsumen dalam pemasaran sebagai respon yang diberikan
oleh konsumen atas barang/jasa yang diperolehnya berdasarkan kebutuhannya akan barang/jasa tersebut.
Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan
memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing. Menurut Kotler Keller (2009:179) mengukur
a. Pembelanjaan Siluman
Perusahaan memperkerjakan seorang menjadi pembelanja potensial dan melaporkan tentang hal-
hal kuat dan lemah yang dialami dalam membeli produk perusahaan dan produk pesaing.
19
a. Price fairness
Price fairness merupakan kesesuaian harga yang diterima oleh pelanggan dari produk yang ditawarkan
pada konsumen.
b. Customer service
Pelayanan pelanggan merupakan penyediaan macammacam barang yang diinginkan langganan dan
menawarkan pada harga yang pantas di tempat yang menarik, menyenangkan dan mudah tercapai.
Sedangkan menurut Tax et al., (2008), kepuasan pelanggan dapat diukur melalui rasa senang,
rasa puas dan kepuasan terhadap sistem layanan purna jual. Sementara itu, dalam Majalah Marketing
05/X/Mei 2010 CCSL (Center for Customer Satisfaction & Loyalty) kepuasan pelanggan dapat diukur
melalui Accessibility, Service Process, People, Service Complaint Handling, Quality of Repair Result.
Stauss & Neuhaus membedakan tiga tipe kepuasan dan dua tipe ketidakpuasan berdasarkan
kombinasi antara emosi-emosi spesifik terhadap penyedia jasa, ekspektasi menyangkut kapabilitas kinerja
masa depan pemasok jasa, dan minat berperilaku untuk memilih lagi penyedia jasa yang bersangkutan.
Stauss et al, dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2007:202) sebagai berikut:
Tipe ini merupakan tipe kepuasan yang aktif. Relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif,
terutama optimisme dan kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif di masa lalu, pelanggan
dengan tipe kepuasan ini berharap bahwa penyedia jasa akan mampu memuaskan ekspektasi
mereka yang semakin meningkat di masa depan. Selain itu mereka bersedia meneruskan relasi
Pelanggan dalam tipe ini memiliki tingkat aspirasi pasif. Mereka menginginkan segala sesuatunya
tetap sama.
Pelanggan dalam tipe ini juga merasa puas. Namun, kepuasannya bukan disebabkan oleh
pemenuhan ekspektasi, akan tetapi lebih didasarkan pada kesan bahwa tidak realistis untuk
untuk tidak melakukan apa-apa. Relasi mereka dengan penyedia jasa diwarnai emosi negatif dan
asumsi bahwa ekspektasi mereka tidak akan terpenuhi di masa datang dan tidak melihat adanya
Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif dan perilaku demanding. Pada tingkat emosi,
ketidakpuasannya menimbulkan protes dan oposisi. Hal ini menyiratkan bahwa mereka akan aktif
Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan
kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran,
kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang ditempatkan
di lokasi-lokasi strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar (yang
bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos kepada perusahaan), saluran telepon khusus bebas pulsa,
Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan
mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan
potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan
Perusahaan yang kehilangan langganan mencoba untuk menghubungi pelanggan tersebut dan
dibujuk kenapa mereka berhenti, pindah ke perusahaan lain, dan sebagainya. Dengan informasi yang
21
diperoleh maka perusahaan dapat lebih meningkatkan kinerjanya dengan cara meningkatkan kepuasan
para pelanggan.
Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan survei, baik survei
melalui pos, telepon, e-mail, websites, maupun wawancara langsung. Pengukuran kepuasan yang
dilakukan perusahaan yaitu dengan menggunakan survei kepuasan, di antaranya dengan wawancara atau
menyebarkan kuesioner kepada pelanggan melalui pernyataan kepada pelanggan dengan ungkapan sangat
tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas, dan sangat puas.
Bila sebuah perusahaan mengimplementasikan sebuah nilai dalam penciptaan strategi yang
diimplementasikan secara tidak berkelanjutan oleh pesaing potensial, maka kita dapat mengatakan bahwa
perusahaan telah memiliki competitive advantage (keunggulan bersaing). Dan apabila sebuah perusahaan
mengimplementasikan penciptaan suatu nilai dalam strateginya dan tidak secara terus menerus
diimplementasikan oleh pesaing potensial dan dimana perusahaan lain tidak memiliki kemampuan untuk
menirunya, dapat dikatakan bahwa perusahaan telah memiliki competitive advantage (keunggulan
bersaing).
Keunggulan bersaing merupakan keunggulan yang dicapai melalui nilai pelanggan yang
superior dengan menciptakan suatu strategi bersaing untuk mencapai kemampulabaan dan pertumbuhan
(Bennett and Smith, 2002:75). Menurut Christensen (2010:21) mengemukakan bahwa “competitive
advantage is whatever value a business provides that motivates its customers (or end users) to purchase
its products or services rather than those of its competitors and that poses impediments to imitation by
actual or potential direct competitors.” Keunggulan kompetitif adalah nilai bisnis apa pun yang
disediakan untuk memotivasi pelanggan (atau pengguna akhir) untuk membeli produk atau layanan
daripada para pesaingnya. Keunggulan bersaing dapat dilakukan melalui penurunan biaya,
mengembangkan produk yang lebih baik, dan menyediakan yang lebih baik pelayanan kepada pelanggan
di pasar ekspor dengan membuat investasi yang diperlukan dalam proses ekspor (Koksal, 2009:21).
Sedangkan Matear (2000:783) competitive advantage is derived from innovation, reputation, architecture
22
and control of strategic assets. Keunggulan kompetitif berasal dari inovasi, arsitektur reputasi, dan
pengendalian aset strategis. Selain itu, Daniel Prior (2008:3) keunggulan kompetitif berasal dari
Dessler (2007: 21) mendefinisikan keunggulan bersaing adalah faktor-Faktor yang dimiliki suatu
organisasi untuk membedakan produk atau pelayanannya dari pesaingnya untuk meningkatkan pangsa
pasar. Selanjutnya Heizer dan Render (2000) menyatakan bahwa keunggulan bersaing adalah kemampuan
organisasi merumuskan strategi penempatan posisi perusahaan yang baik dalam industri. Dengan dua
prinsip utama untuk memperoleh keunggulan bersaing dalam bisnis yaitu dengan menciptakan nilai
Lebih luas lagi Spulber (2004) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan keunggulan bersaing
mampu menciptakan nilai (creating value) ekonomi yang lebih besar untuk pemegang saham/owner,
konsumen, supplier, dibandingkan pesaing-pesaingnya. Dan Jay dan Barry (2001) dalam Heizer dan
Render (2000) berpendapat bahwa keunggulan bersaing merupakan implikasi penciptaan sistem yang
unik dan unggul dibandingkan dengan pesaingnya, idenya dengan menciptakan nilai (creating value)
konsumen dan langkah yang berkesinambungan melalui diferensiasi, biaya rendah, dan kemampuan
merespon.
Analisis keunggulan bersaing menunjukkan perbedaan dan keunikannya di antara para pesaing.
Sumber keunggulan bersaing itu adalah keterampilan, sumber daya dan pengendalian yang superior.
Keterampilan yang superior memungkinkan organisasi untuk memilih dan melaksanakan strategi yang
akan membedakan organisasi dari persaingan. Keterampilan mencakup kemampuan teknis, manajerial
dan operasional.
Konsep keunggulan bersaing (competitive advantage) menurut Day dan Wensley (2002) diartikan
sebagai kompetisi yang berbeda dalam keunggulan keahlian dan sumber daya. Secara luas menunjukkan
apa yang diteliti di pasar yaitu keunggulan posisional berdasarkan adanya customer value yang unggul
atau pencapaian biaya relatif yang lebih rendah dan menghasilkan pangsa pasar dan kinerja yang
menguntungkan. Kemudian konsep keunggulan bersaing menurut Hunt dan Morgan (2005) merupakan
perubahan dari keunggulan komparatif dalam sumber daya dan keunggulan bersaing tersebut mengenai
pasar dan kinerja keuangan yang superior. Menguatkan pendapat Day dan Wensley, Hunt dan Morgan
(2005) menyebutkan sumber daya potensial dapat dikategorikan sebagai finansial, fisik, hukum, manusia,
23
organisasi, informasi dari konsumen, pemasok dan pelanggan. Idealnya, sebuah perusahaan menempati
posisi keunggulan bersaing adalah disebabkan keunggulan komparatif dalam sumber daya menghasilkan
nilai yang superior pada biaya yang lebih rendah. Menurut Hunt dan Morgan (2005) yang dipentingkan
adalah sumber daya yang menghasilkan nilai dan bukan pada diferensiasi, karena perbedaan sederhana
dengan pesaing tidak menentukan posisi. Sedangkan menurut Keegan (2004:325) keunggulan bersaing
ada kalau terdapat keserasian antara kompetensi yang membedakan dari sebuah perusahaan dan faktor-
faktor kritis untuk meraih sukses dalam industri yang menyebabkan perusahaan tadi mempunyai prestasi
Dari beberapa pendapat para pakar di atas dapat dinyatakan bahwa keunggulan bersaing
(competitive advantage) merupakan strategi formulasi perusahaan yang dirancang untuk mencapai
peluang-peluang yang menguntungkan dan tidak dapat ditiru oleh pesaing untuk memaksimumkan
pengembalian investasi perusahaan, yang dapat dilakukan melalui strategi inovasi, peningkatan kualitas,
Keunggulan bersaing berkaitan dengan cara bagaimana perusahaan memilih dan benar-benar
dapat melaksanakan strategi generik ke dalam praktik (Porter, 2004). Semua bagian yang ada dalam
organisasi, baik yang berupa sumber daya maupun aktifitas, dapat menjadi keunggulan bersaing melalui 3
alternatif strategi: cost leadership, differentiation, atau focus. Menurut Homburg dan Pflesser (2000:456)
menyatakan bahwa keunggulan bersaing dapat diukur dari Financial Performance dan kinerja pasar.
Keunggulan bersaing dalam penelitian ini dilihat dari 3 indikator : (1) Posisi Pasar, (2) Posisi Keuangan,
(3) Posisi Persaingan. Dengan memperkenalkan suatu alat yang dikenal sebagai analisis rantai nilai,
manajemen dapat memisahkan aktifitas-aktifitas dasar yang dilakukan oleh perusahaan, mulai dari
aktivitas desain, proses produksi, pemasaran sampai dengan jasa pelayanan setelah penjualan dan semua
kegiatan pendukung mulai dari manajemen sumber daya manusia, infrastruktur, pembelian dan
pengembangan teknologi. Porter (2004) memberikan sebuah perspektif baru dan praktis tentang strategi
bersaing dengan memperlihatkan bagaimana semua aktifitas dasar dan aktifitas pendukung ini dapat
dipadukan sehingga membentuk sinergi yang pada gilirannya akan mendatangkan keunggulan bersaing.
Dengan menggunakan analisis rantai nilai ini, manajemen dapat melakukan aktivitas yaitu memahami
perilaku biaya, mengidentifikasi apa yang menciptakan nilai bagi pembeli, memilih strategi teknologi
24
yang mencerminkan signifikansi teknologi perusahaan untuk keunggulan bersaing dan memanajemeni
Cravens (2009) mengemukakan bahwa keunggulan bersaing seharusnya dipandang sebagai suatu
proses dinamis bukan sekedar dilihat sebagai hasil akhir. Keunggulan bersaing memiliki tahapan proses
seperti terlihat pada gambar 2.5 yang terdiri atas sumber keunggulan, keunggulan posisi dan prestasi hasil
Gambar 2.6
Elemen-elemen Keunggulan Bersaing
Analisis keunggulan bersaing menunjukkan perbedaan dan keunikannya di antara para pesaing.
Sumber keunggulan bersaing itu adalah keterampilan, sumber daya dan pengendalian yang superior.
25
Keterampilan yang superior memungkinkan organisasi untuk memilih dan melaksanakan strategi yang
akan membedakan organisasi dari persaingan. Keterampilan mencakup kemampuan teknis, manajerial
dan operasional. Sebagai contoh, pengetahuan tentang keinginan dan permintaan konsumen membantu
perusahaan dalam menggunakan kemampuannya untuk memuaskan konsumen. Sementara itu, sumber
Keunggulan posisi merupakan hasil produksi dengan biaya rendah (cost leadership) atau
diferensiasi yang memberikan keunggulan nilai bagi konsumen. Biaya yang lebih rendah memungkinkan
perusahaan memberikan nilai yang superior dengan pemberian harga yang lebih rendah dari para pesaing
untuk produk yang sama. Perbedaan penampilan produk yang sesuai dengan preferensi pembeli
menghasilkan manfaat unik yang dapat menutupi harga tinggi. Faktor penting dalam mencari keunggulan
adalah bagaimana mengambil keputusan bersaing. Pada saat keterampilan organisasi, sumber daya, dan
pengendalian digunakan untuk meperoleh nilai dan atau efisiensi biaya, keunggulan posisi telah menuju
pada prestasi dari hasil akhir (kepuasan konsumen, kesetiaan terhadap merek, pangsa pasar, dan
kemampuan mendapatkan laba. Keunggulan bersaing merupakan sasaran yang selalu berubah.
tersebut.
Bagi produsen yang ingin menikmati keunggulan bersaing di pasar, perbedaan antara produknya
dan produk pesaing harus dapat dirasakan di pasaran. Mereka harus dapat merefleksikan pada beberapa
produk/atribut yang akan disampaikan, yang merupakan kriteria pokok pembelian (key buying criterion)
pasar. Kesenjangan kapasitas (a capability gap) adalah perbedaan antara posisi perusahaan dan pesaing
terkuat untuk kriteria pembelian. Keunggulan bersaing terjadi pada saat kemampuan perusahaan melebihi
pesaing terkuat untuk kriteria pembelian yang penting bagi para pembeli. Keunggulan bersaing diperoleh
dengan mencari aspek-aspek diferensiasi yang akan dinilai sebagai nilai superior oleh konsumen sasaran
dan yang tidak mudah diduplikasikan oleh pesaingnya.. Para pesaing selalu berusaha untuk mengurangi
atau menghilangkan kesenjangan kapasitas tersebut. Keunggulan dipertahankan dengan berjuang sekuat
tenaga untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap nilai yang diberikan pada para pembeli
dan atau mengurangi biaya dalam menyediakan produk atau jasa. Produk baru yang sesuai dengan
keinginan konsumen dan lebih baik ketimbang produk yang sudah ada juga dapat menciptakan
Perusahaan yang berada dalam struktur pasar persaingan tentunya memerlukan strategi untuk
memenangkan persaingan dalam suatu industri atau bidang bisnisnya. Strategi tersebut dikenal sebagai
strategi bersaing (competitive strategy) yaitu suatu kombinasi antara tujuan yang diperjuangkan
perusahaan dengan alat (kebijakan) yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi bersaing
merupakan pencarian akan posisi yang menguntungkan dalam suatu industri tempat terjadinya
persaingan.
Posisi relatif suatu perusahaan dalam suatu industri menentukan apakah kemampulabaan
perusahaan berada di atas atau di bawah rata-rata industri. Kinerja perusahaan di atas rata- rata jangka
panjang akan merupakan keunggulan bersaing (competitive advantage) yang bersifat tahan lama. Untuk
memenangkan persaingan, ada dua dasar keunggulan bersaing suatu perusahaan yaitu biaya rendah
kepemimpinan biaya (cost leadership) dan diferensiasi (differentiation). Menurut Desleer (2007: 21)
keunggulan bersaiang meliputi keunggulan biaya, keunggulan diferensiasi dan nilai pelanggan.
Hal tersebut dipertegas oleh Crown (2001:159) yang perpendapat bahwa terdapat dua dasar
1. Keunggulan Biaya
Untuk mencapai keunggulan biaya, sebuah perusahaan harus siap menjadi produsen berbiaya rendah
dalam industrinya. Perusahaan harus memiliki cakupan yang luas dan melayani banyak segmen,
bahkan beroperasi didalam industri terkait. Sumber keunggulan biaya bervariasi dan tergantung
kepada struktur industri. Sumber tersebut mungkin mencakup : pengerjaan skala ekonomi, teknologi
milik sendiri, akses kebahan mentah dan lain-lain. Bila perusahaan dapat mencapai dan
mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan kinerja rata -rata dalam
industri asal dapat menguasai harga pada atau dekat rata-rata industri.
2. Keunggulan diferensiasi
Dalam hal diferensiasi, perusahaan harus menjadi unik dalam industrinya yang secara umum dihargai
oleh pembeli, jadi perusahaan dihargai karena keunikannya. Cara melakukan diferensiasi berbeda
27
untuk tiap industri dan pada umumnya dapat didasarkan kepada produk, sistem penyerahan,
Jika keunggulan bersaing didasarkan pada karakteristik struktural, seperti kekuatan pasar, skala
ekonomi, atau lini produk, maka saat ini penekanan pada bisnis untuk mengirimkan nilai superior secara
konsisten menjadi fokus pada pelanggannya. Untuk melakukan hal ini, maka keunggulan kompetitif
bukan hanya suatu fungsi dalam permainan suatu perusahaan, tetapi lebih bergantung pada kemampuan
perusahaan untuk berubah secara radikal. Maka ada empat kebutuhan pokok untuk sumber daya yang
harus dipenuhi untuk mencapai keunggulan bersaing yaitu (Javalgi, et. al., 2005:4).
1. Nilai. Dengan nilai tambah yang dimiliki akan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan.
2. Keunikan di antara perusahaan sejenis dan pesaing potensial. Jika suatu perusahaan memiliki
keunikan tersendiri maka akan semakin meningkatkan keunggulan bersaing yang dimilikinya di
antara pesaing.
3. Tidak dapat ditiru dengan sempurna. Perusahaan dengan produk yang tidak dapat ditiru pesaingnya
dengan sempurna telah memiliki nilai tambah dalam mencapai keunggulan bersaing.
4. Harus tidak ada strategi yang sama yang dapat menggantikan sumber daya. Jika tidak ada strategi
yang dapat menggantikan sumber daya maka suatu perusahaan akan mencapai keunggulan bersaing
tersendiri.
Pendapat di atas didukung oleh Ferdinand (2003) yang menyatakan bahwa berdasarkan teori
berbasis sumber daya, esensi keunggulan bersaing adalah kombinasi unik dari sumber daya dan
Sedangkan Day & Wensley dalam Hoffman (2000) berpendapat bahwa terdapat dua faktor yang
dapat mempengaruhi upaya perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing mereka, yaitu
Dari berbagai pendapat mengenai unsur-unsur keunggulan bersaing, maka dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur keunggulan bersaing meliputi strategi penempatan posisi perusahaan yang baik dalam
industri. Unusr-unsur keunggulan bersaing merupakan penciptaan sistem yang unik dan unggul
dibandingkan dengan pesaingnya, idenya dengan menciptakan nilai (creating value) konsumen dan
langkah yang berkesinambungan melalui nilai, keunikan, tingkat kesulitan untuk ditiru, keunggulan biaya
28
serta keunggulan sumber daya lainnya.
Dalam era perdagangan bebas persaingan diantara perusahaan semakin tajam. Hal ini
menyebabkan tiap perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas produknya dengan tujuan
Nilai pelanggan merupakan salah satu konsep pemasaran dalam meningkatkan kepuasan
pelanggan, dengan nilai pelanggan yang tepat akan membantu produk tersebut selangkah lebih maju
dibanding dengan pesaing. Kualitas dari nilai memainkan peran kunci dalam memantau apakah tujuan
jangka panjang, menengah, dan pendek organisasi sesuai dengan aspirasi yang diinginkan. Tolok ukur
nilai pelanggan adalah lamanya waktu adopsi terhadap harapan dan kebutuhan pelanggan dan banyaknya
informasi yang diadopsi oleh perusahaan, untuk membangun nilai pelanggan (Lam et.al., 2004;Evans
2002). Nilai pelanggan merupakan sebuah rasio dari manfaat yang didapat oleh pelanggan dengan
pengorbanan. Perwujudan pengorbanan yang dilakukan oleh pelanggan sejalan dengan proses pertukaran
adalah biaya transaksi, dan risiko untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) yang ditawarkan oleh
perusahaan. Ketika nilai yang dirasakan dari rasio yang dipersepsikan oleh pelanggan atas sejumlah
pengorbanan ekomomi dengan produk yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan harapan
pelanggan, maka akan memuncullah sikap tidak puas. Sebaliknya apabila sama atau melebihi harapan
pelanggan maka pelanggan akan merasa puas (Budiman 2003; Yang dan Peterson 2004).
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total. Nilai
pelanggan total adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa
tertentu. Biaya pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang
dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan membuang produk atau jasa. Menurut
Kotler & Keller (2009:161) nilai pelanggan memiliki dua dimensi yaitu total customer benefit dan total
customer cost. Total customer benefit adalah nilai yang ditawarkan dari suatu produk berupa fungsi
ekonomi, dan manfaat phsychology yang diharapkan pelanggan dari sejumlah biaya yang dikeluarkan
karena manfaat dari produk, pelayanan, personnel dan image. Total customer cost adalah kumpulan
pengorbanan yang diperkirakan pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan
29
menggunakan produk atau jasa tersebut dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan. Salah satu factor yang
Citra merek merupakan apa yang dipersepsikan konsumen mengenai sebuah merek. Sebuah
merek yang baik dapat memberikan tanda adanya superiotas produk terhadap konsumen yang mengarah
pada sikap konsumen yang menguntungkan dan membawa kinerja penjualan dan keuangan yang lebih
baik bagi perusahaan. Citra yang positif menjadi salah satu hal yang penting. Sebab tanpa citra yang kuat
dan positif, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang
sudah ada dan pada saat yang sama meminta mereka membayar dengan harga yang tinggi. Jika nilai dari
produk dapat dirasakan oleh pelanggan yang didukung oleh citra merek maka akan menciptakan
kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan merupakan konsep untuk mengukur prestasi perusahaan dalam pasar
terhadap suatu fokus dan nilai pelanggan. Setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui
prestasinya sebagai cermin dari keberhasilan usahanya dalam persaingan pasar, fokus dan nilai pelanggan
yang berkualitas dapat menimbulkan daya terima pelanggan terhadap tingkatan kualitas, perbaikan pasar
dan kinerja. Berfokus pada aktifitas yang dilakukan dan pada nilai yang ditambahkan pada produk secara
Kepuasan pelanggan merupakan konsep untuk mengukur prestasi perusahaan dalam pasar terhadap suatu
fokus dan nilai pelanggan. Setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui prestasinya sebagai
cermin dari keberhasilan usahanya dalam persaingan pasar, fokus dan nilai pelanggan yang berkualitas
dapat menimbulkan daya terima pelanggan terhadap tingkatan kualitas, perbaikan pasar dan kinerja.
Berfokus pada aktifitas yang dilakukan dan pada nilai yang ditambahkan pada produk secara langsung
sebagai akibat aktifitas fokus pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah lebih relevan bagi bisnis untuk
mengukur nilai tambah hasil (Malhotra, et.al., 2004).Dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan
yang optimal maka mendorong terciptanya loyalitas di benak pelanggan yang merasa puas tadi.
Keunggulan bersaing merupakan keunggulan yang dimiliki oleh suatu produk baik itu produknya
memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari produk lain maupun produk tersebut unggul
dalam biaya. Keunggulan bersaing berkaitan dengan cara bagaimana perusahaan memilih dan benar-
benar dapat melaksanakan strategi generik ke dalam praktik (Porter, 1994). Semua bagian yang ada dalam
30
organisasi, baik yang berupa sumber daya maupun aktifitas, dapat menjadi keunggulan bersaing melalui 3
Berdasarkan atas uraian diatas maka dapat dibuat paradigma sebagai berikut:
Nilai Pelanggan
Kepuasan Keunggulan
pelanggan bersaing
1. Nilai pelanggan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada konsumen pengguna ponsel
Samsung
2. Citra merek berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada konsumen pengguna ponsel Samsung
3. Nilai pelanggan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing melalui kepuasan pelanggan pada
31