merupakan sebuah seni dan ilmu dalam menentukan target pasar, menentukan,
merupakan segala hal yang dianggap penting bagi setiap individu atau
masyarakat. Menurut Sumarwan (2011) sebuah nilai akan berlangsung lama dan
sulit berubah, hal ini kemudian akan memengaruhi pada sikap dan perilaku dalam
nilai organisasi untuk membentuk nilai pada konsumen yang akan berdampak
oleh konsumen atas produk maupun jasa yang diberikan, karena menurut Kotler
dan Keller (2016) salah satu dari tugas manajemen pemasaran adalah
meliputi segala aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dan
mengetahui secara pasti apa yang dirasakan oleh konsumen. Setiap konsumen
merasakan arti nilai yang berbeda-beda apabila dikaitkan dengan jenis produk
atau layanan, dan karakteristik pribadi konsumen. Nilai (value) yang dirasakan
tersebut menurut Zeithaml (1988) dapat dijelaskan ke dalam empat bagian yang
berbeda, yaitu: 1) nilai sebagai harga yang rendah (value as low price), 2) nilai
adalah segala keinginan konsumen akan suatu produk (value as whatever the
sejumlah harga yang telah dibayarkan (value as the quality get from the price the
customer pay), dan 4) nilai dianggap sebagai apa yang didapatkan untuk apa yang
telah diberikan (value as what is get for what is give). Craven dan Piercy dalam
selisih dari persepsi pelanggan terhadap manfaat dari produk atau jasa dengan
nilai yang dirasakan selama dan/atau sesudah penggunaan dari sebuah produk
bahwa produk yang diinginkan adalah layak untuk dibeli. Persepsi ini terbentuk
dihasilkan oleh konsumen terhadap suatu produk atau jasa dapat meningkatkan
masukan informasi untuk menciptakan persepsi yang tidak hanya berfokus pada
stimuli fisik tetapi juga stimuli interpersonal dan lingkungan sekitar. Selain itu,
persepsi nilai yang dirasakan oleh pelanggan merupakan selisih antara manfaat
yang ia terima dan biaya penawaran terhadap alternatifnya. Hal ini pun didukung
dengan pendapat Zeithaml (1988) bahwa persepsi nilai yang dirasakan oleh
is given” yang berarti adanya timbal balik antara pengorbanan dan manfaat yang
kebutuhannya, maka perusahaan sudah mendapatkan sebuah nilai dari apa yang
telah diberikan pada konsumen untuk masa waktu yang lama (Sweeney dan
Soutar, 2001). Akan tetapi sebelum perusahaan ingin menambahkan nilai lebih
pada produk ataupun jasa yang ditawarkan, perlu dipahami nilai apa yang dihargai
oleh konsumen.
menurut Woodall (dalam Mencarelli & Rivie`re, 2014) pada pelaksanaan B2C
terdapat dua kriteria yang digunakan untuk menyusun definisi nilai dalam
literatur: waktu di mana nilai dipelajari dan cara konsepnya. Berikut ini penjelasan
mengenai tiga jenis perceived value dapat dibuat sesuai dengan momen ketika
nilai dipelajari,
distribusi ritel yang spesifik. Nilai jenis ini muncul dari pengalaman
tersendiri. Ini terlepas dari jenis nilai lainnya dalam hal saat konsumen
oleh Holbrook sebagai preferensi relatif. Hal ini berarti nilai yang
pakai dan mengarah pada konseptualisasi hedonis atau simbolik yang lebih
bernilai.
“The value reflects a global valuation formed on the basis of value for
money” yang berarti sebuah nilai secara global terbentuk berdasarkan nilai
terhadap uang. Pada contoh pertama, nilai yang dirasakan dapat diwakili
“The value reflects a global valuation arising from the trade-off between
penilaian global yang timbul dari trade-off antara berbagai manfaat dan
multidimensional dari nilai yang dirasakan juga telah diajukan Lai (dalam
“The value breaks down into separate facets reflecting varied sources of
secara keseluruhan tidak hanya dari segi pertukaran manfaat dan biaya
individu. Nilai proses perlu diperhatikan karena hal ini bertujuan untuk
oleh konsumen dapat diukur dengan empat dimensi yaitu, emotional value
merek tujuan.