Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

PENGARUH BRAND IMAGE DAN E-WOM TERHADAP


MINAT BELI SKINCARE REKOMENDASI PADA SOSIAL
MEDIA TIKTOK

Disusun Oleh:

FIRDA HI ADE
02042111048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KAHIRUN

TERNATE

2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era digital ini, teknologi berkembang pesat dan membawa pengaruh signifikan
terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal perilaku konsumen.
Pergeseran pola belanja dari offline ke online semakin marak, dan media sosial
menjadi salah satu platform utama yang dimanfaatkan oleh konsumen untuk mencari
informasi dan melakukan pembelian produk.

Salah satu jejaring media sosial yang sering digunakan pada saat ini adalah
Tiktok. Menurut Weimanndan Masri( 2020),Tiktok merupakan aplikasi yang
menunjukan pertumbuhan tercepat saat ini. Menurut Bulele dan Wibowo (2020),
aplikasi Tiktok ini berhasil membukukan 1,5 miliar unduhan dan berhasil
mengalahkan beberapa aplikasi popular lainnya seperti Youtube, Whatsapp,
Facebook, Messanger dan Instagram. Karena tidak membatasi hanya dalam satu
kategori konten, pengguna aplikasi ini secara bebas menempatkan diri mereka
keberbagai kategori seperti dance, lip-sinc,dan rekomendasi gaya pakaian serta
berbagai produk skincare.

TikTok, platform media sosial berbasis video singkat, telah menjadi fenomena
global dengan jutaan pengguna aktif. Platform ini menawarkan berbagai konten
menarik, termasuk video review dan rekomendasi produk dari para pengguna,
termasuk produk skincare. Konten-konten ini dapat memberikan pengaruh besar
terhadap keputusan pembelian konsumen, khususnya bagi mereka yang mencari
informasi dan rekomendasi produk skincare secara online.

Brand image atau citra merek merupakan persepsi konsumen terhadap suatu
merek. Citra merek yang positif dapat meningkatkan kepercayaan dan minat beli
konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Electronic Word of Mouth (E-WOM)
atau komunikasi mulut ke mulut elektronik mengacu pada perbincangan dan ulasan
online tentang suatu produk atau merek yang dilakukan oleh konsumen melalui
media sosial. E-WOM yang positif dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap
minat beli konsumen karena dianggap sebagai informasi yang kredibel dan berasal
dari pengalaman nyata pengguna lain.

Melihat fenomena di atas, penelitian mengenai pengaruh brand image dan E-


WOM terhadap minat beli skincare rekomendasi pada media sosial TikTok menjadi
relevan untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kedua
faktor tersebut memengaruhi keputusan pembelian konsumen, khususnya dalam
konteks produk skincare yang direkomendasikan melalui platform TikTok.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh brand image terhadap minat beli skincare rekomendasi
pada media sosial TikTok?
2. Bagaimana pengaruh E-WOM terhadap minat beli skincare rekomendasi
pada media sosial TikTok?
3. Bagaimana pengaruh brand image dan E-WOM secara simultan terhadap
minat beli skincare rekomendasi pada media sosial TikTok?

1.3 Tujuan
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh brand
image dan E-WOM terhadap minat beli skincare rekomendasi pada media
sosial TikTok.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pelaku bisnis skincare
dalam merumuskan strategi pemasaran yang efektif di platform TikTok.
3. Membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian skincare yang
lebih bijak dan tepat.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Teori Brand Image
2.1.1 Pengertian Brand Image

Brand image adalah tanggapan konsumen akan suatu merek yang


didasarkan atas baik dan buruknya merek yang diingat konsumen (Keller &
Swaminathan, 2020, hlm. 3). Ingatan yang konsumen tersebut tentunya dibentuk
oleh pengalaman menggunakan produk tersebut atau persepsi dan pendapat
konsumen lain. Seperti yang diungkapkan oleh Firmansyah (2019, hlm. 60)
bahwa brand image adalah suatu persepsi yang muncul di benak konsumen ketika
mengingat suatu merek dari jajaran produk tertentu. Selanjutnya, pengalaman
tersebut kemudian akan tercitra atau tergambarkan pada merek sehingga
membentuk brand image yang positif maupun negatif tergantung dari berbagai
pengalaman dan citra sebelumnya dari merek atau perusahaan.

Masih senada dengan pendapat di atas, Setiadi (2016, hlm. 109)


mengungkapkan bahwa brand Image adalah representasi dari keseluruhan
persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu
terhadap merek itu sendiri. Dengan demikian segala informasi dan pengalaman
masa lalu akan menjadi suatu representasi yang akan menciptakan persepsi
konsumen terhadap merek.

Sementara itu menurut menurut Kotler & Keller (2016, hlm. 315) brand
image adalah persepsi dan keyakinan konsumen yang tercermin dalam asosiasi
yang terjadi dalam ingatan konsumen. Asosiasi-asosiasi itu akan menyamakan
serta membedakan produk serupa dengan merek yang berbeda. Brand image
adalah citra pembeda yang dihasilkan serta digunakan sebagai pembanding dalam
asosiasi-asosiasi tersebut.

Menurut Tjiptono (2015;49), Citra merek adalah deskripsi asosiasi


dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek adalah
pengamatan dan kepercayaan yang digenggam konsumen.
Sedangkan menurut Rangkuti (2012), brand image adalah sekumpulan
asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen.

Menurut Roslina (2010), mendefinisikan bahwa brand image merupakan


petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika
konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk.

Dengan demikian dalam pernyataan ini maka terdapat kecenderungan


konsep bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui
pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh
melalui berbagai sumber. Berdasarkan pada uraian definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa brand image adalah kesan yang dimiliki oleh konsumen
maupun publik terhadap suatu merek sebagai suatu refleksi atas evaluasi
merek yang bersangkutan.

2.1.2 Faktor-Faktor Pembentukan Brand Image

Menurut Kotler & Amstrong (2018, hlm. 216) brand image yang efektif
dapat mencerminkan tiga hal, yaitu:

1. Keunggulan asosiasi merek, salah satu faktor pembentuk brand


image adalah keunggulan produk, dimana produk tersebut unggul dalam
persaingan.
2. Kekuatan asosiasi merek, setiap merek yang berharga mempunyai
jiwa, suatu kepribadian khusus adalah kewajiban mendasar bagi
pemilik merek untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan
jiwa/kepribadian tersebut dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk
kegiatan promosi dan pemasaran lainnya. Hal itulah yang akan terus
menerus menjadi penghubung antara produk/merek dengan
pelanggan. dengan demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan
akan tetap terjaga ditengah-tengah maraknya persaingan. Membangun
popularitas sebuah merek menjadi merek yang terkenal tidaklah
mudah. Namun demikian, popularitas adalah salah satu kunci yang dapat
membentuk brand image pada pelanggan.
3. Keunikan asosiasi merek, merupakan keunikan-keunikan yang dimiliki
oleh produk tersebut.

2.1.3 Hubungan Brand Image dan Minat Beli


Hubungan antara brand image dan permintaan pembelian sangat erat
karena brand image merupakan persepsi dan citra yang dimiliki oleh konsumen
tentang suatu merek atau brand. Ketika konsumen memiliki persepsi positif
terhadap suatu merek, mereka cenderung lebih condong untuk memilih produk
tersebut dibandingkan dengan merek lain yang memiliki citra yang kurang baik.

Brand image yang kuat dapat mempengaruhi perilaku pembelian


konsumen dalam beberapa cara:

1. Kepercayaan dan Kepuasan: Konsumen yang percaya pada suatu merek dan
merasa puas dengan pengalaman mereka dengan merek tersebut cenderung
akan memilih untuk membeli produk dari merek tersebut lagi di masa depan.
2. Identifikasi: Konsumen seringkali mengidentifikasi diri mereka dengan
merek tertentu, terutama jika merek tersebut memiliki citra yang sesuai
dengan nilai-nilai atau gaya hidup yang mereka anut. Hal ini dapat
mendorong mereka untuk memilih produk dari merek tersebut.
3. Kualitas dan Reputasi: Brand image yang kuat sering kali dikaitkan dengan
kualitas yang baik dan reputasi yang positif. Konsumen cenderung memilih
produk dari merek yang dianggap memiliki kualitas yang baik dan reputasi
yang terjaga.
4. Pengaruh Kelompok: Citra suatu merek juga dapat mempengaruhi persepsi
konsumen di dalam kelompok mereka. Jika suatu merek dianggap populer
atau dihormati oleh kelompok tertentu, konsumen dalam kelompok tersebut
mungkin akan lebih condong untuk memilih produk dari merek tersebut.

Dengan demikian, brand image yang positif dapat meningkatkan permintaan


pembelian karena konsumen cenderung lebih tertarik, percaya, dan merasa
terhubung dengan merek tersebut. Ini menunjukkan pentingnya bagi perusahaan
untuk membangun dan memelihara citra merek yang kuat dan positif melalui
strategi branding yang efektif.

2.2 Teori Electronic Word-of-Mouth (e-WOM):


2.2.1 Pengertian Electronic Word-of-Mouth (e-WOM)

Menurut Goyette, dkk (2010), eWOM adalah komunikasi online informal


yang bersifat nonkomersial tentang pendapat suatu layanan atau barang, yang
terjadi secara langsung, melalui telepon, e-mail, atau metode komunikasi lainnya.
Menurut Prasetyo, dkk (2018), eWOM adalah pernyataan yang dibuat
oleh pelanggan, baik pelanggan potensial, pelanggan aktual, maupun pelanggan
sebelumnya tentang suatu produk ataupun perusahaan baik bersifat positif
ataupun negatif, yang informasinya tersedia untuk orang banyak ataupun institusi
melalui media internet.

Menurut Thurau, dkk (2004), eWOM adalah pernyataan positif yang


dibuat oleh konsumen tentang sebuah produk atau perusahaan yang dapat diakses
oleh banyak orang atau institusi melalui internet.

Menurut Cheung dan Lee (2008), eWOM adalah sebuah ulasan


konsumen secara online yang terdiri dari analisis dan komentar yang dihasilkan
dan diposting oleh pengguna akhir produk yang sudah membelanjakan uang
mereka untuk produk tersebut dan menggunakannya.

Menurut Ismagilova, dkk (2017), eWOM adalah proses pertukaran


informasi yang dinamis dan berkelanjutan melalui media online yang melibatkan
konsumen potensial, aktual, atau konsumen yang pernah mencoba suatu produk,
jasa, merek, atau perusahaan.

Electronic Word of Mouth merupakan suatu pernyataan yang berisikan


pendapat atau ulasan (reviews) secara singkat, padat dan permanen lewat fitur
(forum) penilaian yang telah disediakan, baik positif maupun negatif pada suatu
produk atau layanan yang diberikan oleh konsumen setelah merasakan produk
atau layanan yang telah mereka konsumsi. eWOM dapat dilakukan melalui
berbagai media online atau internet seperti melalui email, blog, chat room,
facebook, twitter, Tiktok, Instagram dan berbagai jenis media sosial lainnya yang
bisa menimbulkan interaksi antara konsumen satu dengan konsumen lainnya.

e-WOM dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk saling berbagi


informasi mengenai suatu produk atau jasa yang telah dikonsumsi antar
konsumen yang tidak saling mengenal dan bertemu sebelumnya. Pada
Marketplace, konsumen dapat bebas dalam memberikan ulasan terhadap suatu
produk secara negatif atau positif tergantung kesan yang didapat oleh konsumen.
Electronic Word of Mouth juga dinilai sangat penting karena dapat
mempengaruhi citra merek dan keputusan pembelian konsumen. Electronic Word
of Mouth biasa kita temukan di berbagai E-commerce seperti Tokopedia,
Bukalapak, Shopee, dan lain sebagainya.
2.2.2 Dimensi Electronic Word of Mouth

Goyette et al.,(2010) membagi e-WOM dalam tiga dimensi yaitu :

1. Intensity Liu (2006), mendefinisikan intensity (intensitas) dalam e-WOM


adalah banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs
jejaring sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al., (2010)
membagi indikator dari Intensity sebagai berikut : a. Frekuensi mengakses
informasi dari situs jejaring sosial b. Frekuensi interaksi dengan pengguna
situs jejaring sosial c. Banyaknya Ulasan yang ditulis oleh pengguna situs
jejaring sosial.
2. Valence of Opinion Adalah pendapat konsumen baik positif atau negatif
mengenai produk, jasa dan brand. Valence of Opinion memiliki dua sifat
yaitu negatif dan positif. Valence of Opinion meliputi : a. Komentar positif
dari pengguna situs jejaring sosial b. Rekomendasi dari pengguna situs
jejraing sosial
3. Content Adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan
produk dan jasa. Indikator dari Content meliputi: a. Informasi Variasi
makanan dan minuman b. Informasi kulaitas ( rasa, tekstur dam suhu)
makanan dan minuman c. Informasi mengenai harga yang ditawarkan.

2.2.3 Pengaruh e-WOM terhadap Perilaku Konsumen

Jones (2010), mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai media publik


dimana pengguna dapat menulis, menyimpan serta mempublikasikan informasi
secara online. Selain itu Jones (2010) juga menyatakan dalam teori perilaku
konsumen, bahwa pengaruh situs jejaring sosial mempunyai peran penting dalam
proses pencarian informasi sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu
produk atau jasa. .

Goldsmith dan Horowitz (2006) menyatakan bahwa penggunaan internet


telah mengubah cara konsumen berkomunikasi dan berbagi pendapat atau ulasan
mengenai produk atau jasa yang pernah dikonsumsi. Proses komunikasi antar
konsumen melalui internet dikenal dengan Electronic Word-of-Mouth (e-WOM).
Gruen (2006), mendefinisikan e-WOM sebagai sebuah media
komunikasi untuk saling berbagi informasi mengenai suatu produk atau jasa yang
telah dikonsumsi antar konsumen yang tidak saling mengenal dan bertemu
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Jimenez dan Mendoza (2013),
menunjukkan bahwa e-WOM memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen
sebelum konsumen memutuskan untuk membeli sebuah produk atau jasa.

2.3 Pengaruh TikTok sebagai Platform Media Sosial


2.3.1 Peran TikTok dalam Pemasaran

Peran TikTok dalam pemasaran telah berkembang pesat dan menjadi


semakin signifikan dalam strategi pemasaran perusahaan, terutama di bidang
kosmetik dan kecantikan seperti skincare. Berikut ini adalah beberapa peran
utama TikTok dalam pemasaran:

1. Platform Visual yang Menarik: TikTok menawarkan format video pendek


yang kreatif dan menarik, memungkinkan merek untuk menampilkan produk
mereka dengan cara yang unik dan menarik perhatian konsumen. Video-
video pendek dapat mencakup demo produk, tutorial penggunaan, dan
testimoni, membantu merek memperkenalkan dan mempromosikan produk
skincare mereka dengan cara yang menarik dan menghibur.
2. Pengembangan Brand Awareness: Dengan jutaan pengguna aktif setiap hari,
TikTok merupakan platform yang efektif untuk meningkatkan kesadaran
merek (brand awareness). Merek dapat menggunakan kampanye pemasaran
kreatif dan konten yang relevan untuk memperkenalkan merek mereka
kepada audiens yang lebih luas, termasuk generasi milenial dan Z yang aktif
di TikTok.
3. Interaksi dan Keterlibatan yang Tinggi: TikTok memfasilitasi interaksi
langsung antara merek dan konsumen melalui komentar, like, dan share.
Merek dapat berinteraksi dengan konsumen mereka secara langsung,
menjawab pertanyaan, memberikan tips, dan merespons umpan balik, yang
dapat membangun hubungan yang kuat dan positif dengan konsumen.
4. Pengaruh Tokoh dan Kreator Konten: Banyak tokoh dan kreator konten
populer di TikTok memiliki jutaan pengikut dan pengaruh yang besar
terhadap audiens mereka. Kerjasama dengan tokoh atau kreator konten yang
relevan dalam industri skincare dapat membantu merek untuk mencapai
audiens yang lebih besar dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap
produk mereka.
5. Viralisasi Konten: TikTok memiliki algoritma yang canggih yang
mempromosikan konten yang populer dan menarik perhatian pengguna.
Konten yang menarik dapat dengan mudah menjadi viral di TikTok,
memungkinkan merek untuk mendapatkan eksposur yang besar tanpa biaya
iklan yang tinggi.
6. Ulasan Produk dan Rekomendasi: Pengguna TikTok seringkali berbagi ulasan
produk dan rekomendasi kepada pengikut mereka. Ulasan dan rekomendasi
ini dapat memengaruhi sikap dan perilaku pembelian konsumen, membuat
TikTok menjadi platform yang efektif untuk promosi produk skincare.

Dengan berbagai fitur dan potensi yang dimilikinya, TikTok telah


menjadi bagian penting dari strategi pemasaran digital bagi banyak merek,
termasuk merek skincare, dalam memperkenalkan, mempromosikan, dan menjual
produk mereka kepada audiens yang lebih luas.

2.3.2 Karakteristik TikTok yang Mempengaruhi Konsumen

Tiktok kini menjadi salah satu media sosial yang sedang populer sejak
tahun 2020, khususnya di Indonesia. Adapun yang menyebabkan TikTok bisa
menjadi populer di Indonesia saat ini adalah karena format video pendek dengan
tema yang realistis dan sehari-hari, Durasi yang maksimal hanya 1 menit mampu
membuat pengguna mendapatkan kesenangan spiritual dan memungkinkan untuk
menghabiskan waktu luangnya dalam menelusuri berbagai video, Fitur dalam
aplikasi yang sangat banyak serta tampilan antar muka yang sangat user friendly.

TikTok adalah platform yang fokus utamanya pada konten, meskipun


penggunanya dapat mencari video, menambahkan teman, dan mengobrol di
aplikasi, namun tujuan utamanya adalah menjadi platform hiburan tanpa akhir di
mana pengguna dapat dengan santai menonton video pendek dan menyenangkan
yang menggairahkan pengguna.

Algoritma TikTok adalah, saat pertama setelah video diunggah, TikTok


akan membagikannya ke sekelompok kecil pengguna. Pengguna ini bisa dari
mereka yang mengikuti akun pembuatnya. Namun pengguna-pengguna ini
merupakan mereka yang dinilai TikTok lebih mungkin untuk berinteraksi dengan
konten tersebut berdasarkan perilaku mereka. Jika mereka menyukainya,
misalnya dengan menonton video tersebut sampai habis atau membagikannya
kepada pengguna lain, kemudian TikTok akan mendistribusikannya ke pengguna
lain yang dirasa memiliki minat serupa dengan kelompok pengguna pertama.

Setiap fungsi di TikTok menyertakan unit atau modul kecil yang bekerja
sama untuk memberikan hasil berkualitas tinggi kepada pengguna, Misalnya
untuk video TikTok memiliki modul audio dan video, setiap kali pengguna
merekam video dengan musik, platform menerjemahkan dan menggabungkan
konten dan meletakkan versi final pada Aplikasi; juga pengeditan video terdiri
dari berbagai modul yang bekerja sama untuk memberikan efek, warna, stiker,
dan filter kepada pengguna digunakan selama proses pengeditan. Modularitas
lain yang dianggap sebagai faktor keberhasilan TikTok adalah konten kustomisasi
yang dapat diputuskan menggunakan algoritme berbeda, konten yang
direkomendasikan oleh TikTok untuk setiap pengguna didasarkan pada preferensi
dan interaksi mereka yang ditunjukkan dalam jumlah suka, bagikan, atau
komentar mereka secara spesifik konten yang dianalisis dan difilter TikTok
menggunakan algoritme Kecerdasan Buatan dan disediakan secara otomatis
kepada pengguna dengan video yang dipilih khusus untuk mereka (Wang, 2019).

Setiap fungsi di TikTok menyertakan unit atau modul kecil yang bekerja
sama untuk memberikan hasil berkualitas tinggi kepada pengguna, Misalnya
untuk video TikTok memiliki modul audio dan video, setiap kali pengguna
merekam video dengan musik, platform menerjemahkan dan menggabungkan
konten dan meletakkan versi final pada Aplikasi; juga pengeditan video terdiri
dari berbagai modul yang bekerja sama untuk memberikan efek, warna, stiker,
dan filter kepada pengguna digunakan selama proses pengeditan. Modularitas
lain yang dianggap sebagai faktor keberhasilan TikTok adalah konten kustomisasi
yang dapat diputuskan menggunakan algoritme berbeda, konten yang
direkomendasikan oleh TikTok untuk setiap pengguna didasarkan pada preferensi
dan interaksi mereka yang ditunjukkan dalam jumlah suka, bagikan, atau
komentar mereka secara spesifik konten yang dianalisis dan difilter TikTok
menggunakan algoritme Kecerdasan Buatan dan disediakan secara otomatis
kepada pengguna dengan video yang dipilih khusus untuk mereka (Wang, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan
dan menganalisis data. Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang
relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori dan komariah, 2012:25)

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis Data

a. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa keterangan- keterangan


yang mendukung penelitian ini, seperti gambaran umum perusahaan.
b. Data Kuantitatif yaitu data ordinal yang diperoleh dari hasil kuesioner yang
diterjemahkan dengan menggunakan skala Likert.

3.2.2. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan baik
melalui responden maupun hasil pengamatan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil bacaan dari buku- buku,
majalah, makalah dan kepustakaan lain yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang dihadapi.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengguna tiktok di


Indonesia yang pernah melihat dan membeli skincare berdasarkan rekomendasi di
Tiktok.

3.3.2. Sampel

Adapun pengertian sampel menurut Husein Umar (2002:136) adalah


sebagai berikut :
“sampel adalah bagian dari populasi”. Teknik sampling yang digunakan
adalah non-probability sampling dengan metode snowball sampling. Sampel awal
diperoleh dari pengguna TikTok yang aktif melihat konten skincare dan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian. Selanjutnya, sampel awal diminta untuk
merekomendasikan pengguna TikTok lain yang memenuhi kriteria penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui kuesioner online yang disebar melalui media
sosial Tiktok dan platform lain yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA

Komaling, S Firginia. 2023. “Analysis Of The Effect Of Electronic Words On


Social Mediatiktok On Brand Image And Customer's Buyingintereston The Online
Shopee Site” Klabat: JournalofManagemen Volume 4 (hlm. 78-89).

Lestari, D, Erika. Gunawan, Ce. 2021. “Pengaruh E-Wom Pada Media Sosial
Tiktok Terhadap Brand Image Serta Dampaknya Pada Minat Beli” Embiss: Jurnal
Ekonomi Manajemen Bisnis dan Sosial Volume 1 (hlm. 75-82)

Pandingan,Kasman. Masiyono. Atmogo, Dwi. 2021. Ffaktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Brand Quity: Brand Trust, Brand Image, Perceived Quality, dan
Brand Loyalty” Jimt: Jurnal ilmu Manajemen Terapan Volume 2 (hlm. 471-484).

Thabroni, Gamal. 2022. “Brand Image (Citra Merek): Pengertian, Indikator,


Manfaat, dsb”, https://serupa.id/brand-image-citra-merek-pengertian-indikator-
manfaat-dsb/, diakses pada 15 april 2024 pukul 10:27.

Anda mungkin juga menyukai