Disusun Oleh:
FIRDA HI ADE
02042111048
UNIVERSITAS KAHIRUN
TERNATE
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era digital ini, teknologi berkembang pesat dan membawa pengaruh signifikan
terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal perilaku konsumen.
Pergeseran pola belanja dari offline ke online semakin marak, dan media sosial
menjadi salah satu platform utama yang dimanfaatkan oleh konsumen untuk mencari
informasi dan melakukan pembelian produk.
Salah satu jejaring media sosial yang sering digunakan pada saat ini adalah
Tiktok. Menurut Weimanndan Masri( 2020),Tiktok merupakan aplikasi yang
menunjukan pertumbuhan tercepat saat ini. Menurut Bulele dan Wibowo (2020),
aplikasi Tiktok ini berhasil membukukan 1,5 miliar unduhan dan berhasil
mengalahkan beberapa aplikasi popular lainnya seperti Youtube, Whatsapp,
Facebook, Messanger dan Instagram. Karena tidak membatasi hanya dalam satu
kategori konten, pengguna aplikasi ini secara bebas menempatkan diri mereka
keberbagai kategori seperti dance, lip-sinc,dan rekomendasi gaya pakaian serta
berbagai produk skincare.
TikTok, platform media sosial berbasis video singkat, telah menjadi fenomena
global dengan jutaan pengguna aktif. Platform ini menawarkan berbagai konten
menarik, termasuk video review dan rekomendasi produk dari para pengguna,
termasuk produk skincare. Konten-konten ini dapat memberikan pengaruh besar
terhadap keputusan pembelian konsumen, khususnya bagi mereka yang mencari
informasi dan rekomendasi produk skincare secara online.
Brand image atau citra merek merupakan persepsi konsumen terhadap suatu
merek. Citra merek yang positif dapat meningkatkan kepercayaan dan minat beli
konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Electronic Word of Mouth (E-WOM)
atau komunikasi mulut ke mulut elektronik mengacu pada perbincangan dan ulasan
online tentang suatu produk atau merek yang dilakukan oleh konsumen melalui
media sosial. E-WOM yang positif dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap
minat beli konsumen karena dianggap sebagai informasi yang kredibel dan berasal
dari pengalaman nyata pengguna lain.
1.3 Tujuan
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh brand
image dan E-WOM terhadap minat beli skincare rekomendasi pada media
sosial TikTok.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pelaku bisnis skincare
dalam merumuskan strategi pemasaran yang efektif di platform TikTok.
3. Membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian skincare yang
lebih bijak dan tepat.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Teori Brand Image
2.1.1 Pengertian Brand Image
Sementara itu menurut menurut Kotler & Keller (2016, hlm. 315) brand
image adalah persepsi dan keyakinan konsumen yang tercermin dalam asosiasi
yang terjadi dalam ingatan konsumen. Asosiasi-asosiasi itu akan menyamakan
serta membedakan produk serupa dengan merek yang berbeda. Brand image
adalah citra pembeda yang dihasilkan serta digunakan sebagai pembanding dalam
asosiasi-asosiasi tersebut.
Menurut Kotler & Amstrong (2018, hlm. 216) brand image yang efektif
dapat mencerminkan tiga hal, yaitu:
1. Kepercayaan dan Kepuasan: Konsumen yang percaya pada suatu merek dan
merasa puas dengan pengalaman mereka dengan merek tersebut cenderung
akan memilih untuk membeli produk dari merek tersebut lagi di masa depan.
2. Identifikasi: Konsumen seringkali mengidentifikasi diri mereka dengan
merek tertentu, terutama jika merek tersebut memiliki citra yang sesuai
dengan nilai-nilai atau gaya hidup yang mereka anut. Hal ini dapat
mendorong mereka untuk memilih produk dari merek tersebut.
3. Kualitas dan Reputasi: Brand image yang kuat sering kali dikaitkan dengan
kualitas yang baik dan reputasi yang positif. Konsumen cenderung memilih
produk dari merek yang dianggap memiliki kualitas yang baik dan reputasi
yang terjaga.
4. Pengaruh Kelompok: Citra suatu merek juga dapat mempengaruhi persepsi
konsumen di dalam kelompok mereka. Jika suatu merek dianggap populer
atau dihormati oleh kelompok tertentu, konsumen dalam kelompok tersebut
mungkin akan lebih condong untuk memilih produk dari merek tersebut.
Tiktok kini menjadi salah satu media sosial yang sedang populer sejak
tahun 2020, khususnya di Indonesia. Adapun yang menyebabkan TikTok bisa
menjadi populer di Indonesia saat ini adalah karena format video pendek dengan
tema yang realistis dan sehari-hari, Durasi yang maksimal hanya 1 menit mampu
membuat pengguna mendapatkan kesenangan spiritual dan memungkinkan untuk
menghabiskan waktu luangnya dalam menelusuri berbagai video, Fitur dalam
aplikasi yang sangat banyak serta tampilan antar muka yang sangat user friendly.
Setiap fungsi di TikTok menyertakan unit atau modul kecil yang bekerja
sama untuk memberikan hasil berkualitas tinggi kepada pengguna, Misalnya
untuk video TikTok memiliki modul audio dan video, setiap kali pengguna
merekam video dengan musik, platform menerjemahkan dan menggabungkan
konten dan meletakkan versi final pada Aplikasi; juga pengeditan video terdiri
dari berbagai modul yang bekerja sama untuk memberikan efek, warna, stiker,
dan filter kepada pengguna digunakan selama proses pengeditan. Modularitas
lain yang dianggap sebagai faktor keberhasilan TikTok adalah konten kustomisasi
yang dapat diputuskan menggunakan algoritme berbeda, konten yang
direkomendasikan oleh TikTok untuk setiap pengguna didasarkan pada preferensi
dan interaksi mereka yang ditunjukkan dalam jumlah suka, bagikan, atau
komentar mereka secara spesifik konten yang dianalisis dan difilter TikTok
menggunakan algoritme Kecerdasan Buatan dan disediakan secara otomatis
kepada pengguna dengan video yang dipilih khusus untuk mereka (Wang, 2019).
Setiap fungsi di TikTok menyertakan unit atau modul kecil yang bekerja
sama untuk memberikan hasil berkualitas tinggi kepada pengguna, Misalnya
untuk video TikTok memiliki modul audio dan video, setiap kali pengguna
merekam video dengan musik, platform menerjemahkan dan menggabungkan
konten dan meletakkan versi final pada Aplikasi; juga pengeditan video terdiri
dari berbagai modul yang bekerja sama untuk memberikan efek, warna, stiker,
dan filter kepada pengguna digunakan selama proses pengeditan. Modularitas
lain yang dianggap sebagai faktor keberhasilan TikTok adalah konten kustomisasi
yang dapat diputuskan menggunakan algoritme berbeda, konten yang
direkomendasikan oleh TikTok untuk setiap pengguna didasarkan pada preferensi
dan interaksi mereka yang ditunjukkan dalam jumlah suka, bagikan, atau
komentar mereka secara spesifik konten yang dianalisis dan difilter TikTok
menggunakan algoritme Kecerdasan Buatan dan disediakan secara otomatis
kepada pengguna dengan video yang dipilih khusus untuk mereka (Wang, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan
dan menganalisis data. Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang
relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori dan komariah, 2012:25)
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan baik
melalui responden maupun hasil pengamatan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil bacaan dari buku- buku,
majalah, makalah dan kepustakaan lain yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang dihadapi.
3.3.2. Sampel
Lestari, D, Erika. Gunawan, Ce. 2021. “Pengaruh E-Wom Pada Media Sosial
Tiktok Terhadap Brand Image Serta Dampaknya Pada Minat Beli” Embiss: Jurnal
Ekonomi Manajemen Bisnis dan Sosial Volume 1 (hlm. 75-82)