Anda di halaman 1dari 17

Panduan Pelatihan Tutor

C. ACUAN MATERI PELATIHAN

1. MEMAHAMI PENDIDIKAN
KEAKSARAAN
2. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
BELAJAR
3. PERENCANAAN PROGRAM
PEMBELAJARAN
4. PROSES PEMBELAJARAN
5. STRATEGI BELAJAR MENULIS
6. STRATEGI BELAJAR MEMBACA
7. METODOLOGI
PEMBELAJARAAN KEAKSARAAN
8. STRATEGI BELAJAR
BERHITUNG
9. EVALUASI BELAJAR
10. SISTEM DUKUNGAN#1
11. SISTEM DUKUNGAN#2
12. PENGEMBANGAN KAPASITAS
13. EVALUASI PELATIHAN

Keaksaraan Fungsional 51
Panduan Pelatihan Tutor

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEAKSARAAN


1A Analisis Situasi dan Kondisi, dan Rencana Aksi Nasional

Tujuan:
 Peserta dapat memahami kebijakan nasional tentang pendidikan keaksaraan.
 Peserta dapat mengerti keterkaitan antara program KF dengan peningkatan SDM, peringkat
HDI, dan pemberdayaan masyarakat.

Konsep Pokok:
Pendidikan keaksaraan sudah diakui sebagai hak asasi manusia dan suatu keadaan yang sangat
mutlak bagi perkembangan umat manusia. Masalah kebuta-aksaraan sangat terkait dengan
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat.

Metodologi:
Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi (45 menit)

Langkah-langkah Kegiatan:
1. Pemaparan tentang Analisis Situasi dan Kondisi, serta Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Keaksaraan
2. Menjelaskan tentang pendekatan dan strategi program pendidikan keaksaraan di Indonesia
3. Tanya jawab tentang masalah kebuta-aksaraan di Indonesia, dan penanganannya
4. Mendiskusikan komponen-komponen HDI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
5. Mendiskusikan Gerakan Percepatan Pemberantasan Buta Aksara, dan hal-hal yang
melingkupinya.
6. Kesimpulan dan Klarifikasi

Aplikasi di Kelompok Belajar:


1. Diskusi bagaimana membangkitkan kesadaran masyarakat, bahwa masalah kebuta-aksaraan
merupakan tanggung jawab kolektif sebagai bangsa yang sangat berpengaruh terhadap
investasi sumberdaya manusia.
2. Diskusi bagaimana memotivasi warga belajar agar ikut berpartisipasi aktif sebagai bentuk
pemenuhan hak pendidikan mereka menuju masyarakat gemar belajar.

Bahan Pelatihan
Handout:
✓ Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
✓ Analisis Situasi dan Kondisi Pendidikan Keaksaraan
✓ Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan

Keaksaraan Fungsional 52
Panduan Pelatihan Tutor

Paparan (Poster/Transparan)

UU SISDIKNAS N0M0R 20 TAHUN 2003

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN DASAR

PENDIDIKAN MENENGAH
JALUR DAN
JENJANG
PENDIDIKAN PENDIDIKAN TINGGI

PENDIDIKAN NON FORMAL

PENDIDIKAN IN-FORMAL

Keaksaraan Fungsional 53
Panduan Pelatihan Tutor

Materi Kajian

Masalah kebuta-aksaraan merupakan persoalan yang terjadi hampir disemua negara.


Bahkan kebuta-aksaraan ini termasuk kategori masyarakat dunia kelima, setelah masyarakat
miskin, masyarakat dunia sedang berkembang, masyarakat pertanian dan masyarakat industri.
Kebuta-aksaraan juga sangat terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan.
Atas dasar itu, UNESCO, UNICEF, WHO, World Bank, dan badan-badan internasional lain
menjadi sangat gencar mengkampanyekan dan mensosialisasikan akan pentingnya pemberantasan
buta aksara di seluruh dunia. Negara-negara yang tergabung dalam forum Dakar misalnya, pada
tahun 2000 telah menetapkan satu point penting akan masalah kebuta-aksaraan ini, bahkan
sampai pada target kuantitatif, yakni pengurangan sebesar 50% tingkat buta aksara orang dewasa
pada tahun 2015.
UNDP menjadikan angka melek aksara menjadi satu variabel dari empat indikator untuk
menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara, di samping rata-rata lama
pendidikan, rata-rata usia harapan hidup, indeks kesehatan, dan pengeluaran keluarga. Variabel
kebuta-aksaraan penduduk ini menjadi penting, baik secara statistikal maupun secara praksis
sehingga sangat mempengaruhi IPM suatu negara. Oleh karena itu, apabila dilihat dari perspektif
nasional maka pemberantasan buta aksara mempunyai nilai yang sangat strategis disamping
indikator-indikator yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2004,
peringkat HDI Indonesia berada pada posisi 111 dari 177 negara. Sementara peringkat HDI
Indonesia dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia pada tahun-tahun sebelumnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Perbandingan HDI Indonesia dengan Negara lain
Negara Tahun
1995 2000 2002 2003 2004
Thailand 58 76 70 74 76
Malaysia 59 61 59 58 59
Philipina 100 77 77 85 83
Indonesia 104 109 110 112 111
China 111 99 96 104 94
Vietnam 120 108 109 109 112
Sumber: UNDP HDI Rank (1995, 2000, 2002, 2003, dan 2004)

Keaksaraan Fungsional 54
Panduan Pelatihan Tutor

Dari tabel di atas, dapat terlihat betapa posisi Indonesia tidak jauh berubah sejak tahun
1995. Berdasarkan data BPS tahun 2003 posisi kebuta-aksaraan penduduk Indonesia dapat
digambarkan sebagai berikut: (1) Untuk kelompok usia 10 tahun ke atas masih 15.533.571 orang;
(2) Usia 15-44 tahun sebesar 3.986.187 orang; dan (3) Usia 45 tahun ke atas 11.275.534 juta.
Sedangkan kemampuan pemerintah melalui APBN setiap tahun hanya mampu membelajarkan
sekitar 150.000-200.000 orang. Jika dililihat secara kuantitatif, masalah kebuta-aksaraan untuk
kelompok 10 tahun ke atas saja, baru akan dapat diselesaikan dalam tempo ±93 tahun. Sedang
yang usia 15-44 akan selesai ±20 tahun, usia 45 tahun ke atas akan selesai 63 tahun.
Padahal di dunia internasional, pendidikan keaksaraan ini sudah diakui sebagai hak asasi
manusia dan suatu keadaan yang sangat mutlak bagi perkembangan manusia. Suatu analisis
tentang hasil survey yang dilakukan di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan keaksaraan berdampak langsung terhadap investasi dan kinerja
seseorang. Pendidikan keaksaraan seperti halnya gizi, kesehatan, dan pendapatan, mempunyai
korelasi dengan peningkatan umur harapan hidup dan penurunan kematian anak dan ibu.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pendidikan keaksaraan tidak lagi dipandang
sebagai suatu bentuk pemborosan, tetapi sebagai suatu investasi sumber daya manusia yang
mempengaruhi aspek-aspek lainnya, seperti ekonomi, politik, hukum, demokrasi, sosial, budaya,
kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Bahkan WHO menekankan bahwa pendidikan keaksaraan
harus menjadi bagian yang terintregrasi dalam reformasi ekonomi. Ini disebabkan karena kebuta-
aksaraan dapat menimbulkan efek negatif terhadap generasi kedua. Hal itu dapat dijelaskan
bahwa, Ibu yang buta aksara cenderung tidak mempunyai pengetahuan yang memadai terhadap
kebutuhan-kebutuhan anaknya pada usia dini, sehingga mempengaruhi terhadap perkembangan
kesehatan, emosi, sosial dan intelektualnya. Studi lainnya menunjukan bahwa warga masyarakat
yang melek aksara akan mudah merespon dan memperbesar terhadap akses informasi, yang
sebagian besar akses tersebut ditampilkan melalui baca-tulis-hitung di media cetak dan elektronik.
Sebagai contoh, petani yang melek aksarapun akan mudah merespon terhadap inovasi baru dalam
bidang pertanian, begitu pula nelayan, buruh dan profesi lainnya. Berdasarkan studi-studi
tersebut, menunjukkan bahwa pendidikan keaksaraan seharusnya menjadi intrumen penting
untuk memecahkan masalah-masalah lainnya di berbagai bidang kehidupan. Sekali masalah
kebuta-aksaraan terpecahkan, maka akan berdampak pada pada program-program pembangunan
lainnya.

Keaksaraan Fungsional 55
Panduan Pelatihan Tutor

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEAKSARAAN


1B Target Nasional dan Target Dakar

Tujuan:
 Peserta dapat memahami pengertian dan peristilahan-peristilahan yang digunakan dalam
kebijakan nasional.
 Peserta dapat mengerti sasaran dan indikator-indikator yang digunakan dalam pendidikan
keaksaraan.

Konsep Pokok:
Program pemberantasan buta aksara merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalam kerangka makro
pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Metodologi:
Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi (45 menit)

Langkah-langkah Kegiatan:
1. Menjelaskan tentang pengertian dan peristilahan-peristilahan yang digunakan berdasarkan
kebijakan nasional pendidikan keaksaraan
2. Menjelaskan tentang Target Nasional dan Target Dakar
3. Menjelaskan indikator-indikator yang digunakan dalam pencapaian target-target di atas.
4. Mendiskusikan tentang Sosialisasi Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Aksara, dan hal-
hal yang melingkupinya.
5. Kesimpulan dan klarifikasi

Aplikasi di Kelompok Belajar:


Diskusi bagaimana memotivasi warga belajar agar ikut berpartisipasi aktif sebagai bentuk
pemenuhan hak pendidikan mereka menuju masyarakat gemar belajar.

Bahan Pelatihan
Handout:
✓ Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
✓ Analisis Situasi dan Kondisi Pendidikan Keaksaraan
✓ Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan

Keaksaraan Fungsional 56
Panduan Pelatihan Tutor

Paparan (Poster/Transparansi)

DEKLARASI DAKAR
Tentang Pendidikan Untuk Semua

1. Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak


dini usia, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung
2. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak
perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk
minoritas etnik, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang
bebas dan wajib dengan kualitas baik
3. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa
terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan
kecakapan hidup (life skills) yang sesuai
4. Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang
tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada
pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi demua orang dewasa
5. Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah
menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan
menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses
penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang
baik
6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya,
sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua,
terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang
penting

Keaksaraan Fungsional 57
Panduan Pelatihan Tutor

Materi Kajian
Pengertian

Melek aksara ditafsirkan sebagai melek aksara latin dan angka arab, melek bahasa
Indonesia dan pengetahuan dasar. Kesepakatan Dakar menyatakan bahwa sasaran (target audience)
tahun 2015 adalah penduduk dewasa, yang dalam konteks Indonesia dilakukan dengan sasaran
penduduk umur 15 tahun ke atas, mengingat usia 7-15 tahun merupakan sasaran wajib belajar
pendidikan dasar. Dengan demikian, dalam rangka pembandingan dengan target Dakar, angka
buta aksara dewasa adalah penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yaitu pemuda dan dewasa.
Program pemberantasan buta aksara merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalam kerangka makro
pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Untuk keperluan Indonesia, secara
praktis buta aksara didefinisikan sebagai buta aksara Latin dan angka Arab, buta bahasa Indonesia
dan pendidikan dasar. Dengan demikian buta aksara adalah penduduk yang tidak memiliki
kemampuan-kemampuan tersebut dan belum memfungsikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan buta aksara murni adalah penduduk yang sama sekali tidak dapat membaca, menulis
dan berhitung dengan sistem aksara apapun juga.
Tingkat keaksaraan penduduk merupakan indikator penting bagi ukuran kinerja
pendidikan keaksaraan yang selanjutnya digunakan dalam menentukan nilai indeks pembangunan
manusia. Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan keaksaraan orang dewasa merupakan
salah satu faktor penting dan sangat esensial dalam pembangunan manusia seutuhnya. Jika masih
terdapat warga masyarakat yang buta aksara akan menjadi faktor penghambat bagi pembangunan
pada sektor lainnya. Tingkat keaksaraan penduduk usia 15-44 tahun ke atas yaitu perbandingan
jumlah penduduk usia 15-44 tahun ke atas yang melek aksara terhadap jumlah seluruh penduduk
pada kelompok usia tersebut.
Tingkat Keaksaraan Jumlah Penduduk Usia 15 – 44 tahun yang melek huruf
(Angka melek aksara = X 100 %
penduduk usia 10-44th) Jumlah seluruh penduduk usia 15 – 44 tahun

Indikator lain yang juga digunakan untuk mengukur kinerja pendidikan keaksaraan adalah
angka buta aksara, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk buta aksara terhadap jumlah
seluruh penduduk pada kelompok usia tertentu.
Angka Buta Aksara Jumlah Penduduk Usia 15 – 44 tahun yang buta aksara
penduduk usia 10-44th = X 100 %
Jumlah seluruh penduduk usia 15 – 44 tahun

Keaksaraan Fungsional 58
Panduan Pelatihan Tutor

Faktor Penyebab Buta Aksara di Indonesia


Buta aksara dapat disebabkan oleh satu dari tiga hal berikut. Pertama, penduduk yang
tidak pernah mendapat akses pendidikan sama sekali sehingga mereka tidak memiliki
kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan aksara Latin dan angka Arab, bahasa
Indonesia dan pengetahuan dasar. Kedua, penduduk yang putus sekolah dasar (SD) atau madrasah
ibtidaiyah (MI) kelas 1-3 yang diasumsikan belum menguasai kemampuan minimal untuk
membaca dan menulis dengan aksara Latin dan angka Arab, serta menggunakan bahasa Indonesia
secara tepat. Ketiga, penduduk yang semula sudah melek aksara yang menjadi buta aksara kembali
(relapsed illiteracy) karena kemampuan keaksaraan yang pernah dimiliki tidak dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga lama-kelamaan kemampuan tersebut terkikis habis. Kempat,
penduduk yang sulit terjangkau layanan pendidikan, seperti daerah terpencil, suku terasing,
masyarakat termajinalkan, dan masyarakat nomaden (yang sering berpindah-pindah) atau migrasi.

Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan


1. Untuk Indonesia tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015 adalah “Tercapainya peningkatan
sebesar 50% pada tingkat keaksaraan orang dewasa yaitu kelompok usia 15 tahun ke atas dan
perempuan pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan
berkelanjutan bagi semua orang dewasa”.
2. Sementara target yang ingin dicapai oleh Kabinet Indonesia Bersatu, adalah “Tercapainya
peningkatan sebesar 95% pada tingkat keaksaraan orang dewasa yaitu kelompok usia 15 tahun
ke atas dan perempuan pada tahun 2009”.

Kebijakan dan Strategi


Untuk mencapai target yang telah ditetapkan dan mempertimbangkan berbagai
kecenderungan kependudukan, maka kebijakan yang diambil adalah (1) Tercapainya penurunan
angka buta aksara sebesar 50% pada tahun 2015 melalui perluasan akses dan perbaikan kinerja
pendidikan keaksaraan bagi kelompok usia dewasa (15 tahun ke atas) yang didukung oleh
peningkatkan kinerja pendidikan dasar bagi kelompok usia sekolah; dan (2) tersedianya akses yang
sama terhadap pendidikan dasar bagi semua penduduk dewasa melalui pelayanan pendidikan
kesetaraan yang lebih memadai dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kebijakan tersebut ditindaklanjuti melalui lima strategi pokok yaitu (a) peningkatan
kinerja pendidikan dasar bagi kelompok usia sekolah, (b) penurunan jumlah penduduk yang buta
aksara, melalui system pendidikan keaksaraan dan pendidikan kesetaraan (c) komunikasi, edukasi
dan informasi, (d) pembenahan sistem informasi dan manajemen, dan (e) peningkatan kapasitas
pengelola pendidikan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Keaksaraan Fungsional 59
Panduan Pelatihan Tutor

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEAKSARAAN


1C Konsep Dasar Program Keaksaraan Fungsional

Tujuan:
 Peserta dapat memahami konsep dasar keaksaraan fungsional dengan benar.
 Peserta dapat menyebutkan pengertian, tujuan, dan prinsip penyelenggaraan program.

Konsep Pokok:
Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu “keaksaraan” dan “fungsional”. Keaksaraan
(literacy) secara sederhana diartikan sebagai “kemampuan untuk membaca, menulis, dan
berhitung”. Fungsional (functional) berkaitan erat dengan “fungsi dan/atau tujuan
pembelajaran”, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar “bermakna atau
bermanfaat” (fungsional) bagi “peningkatan mutu dan taraf hidup” warga belajar dan kehidupan
masyarakat.

Metodologi:
Ungkap Pengalaman dan Diskusi (90 menit)

Langkah-langkah Kegiatan:
1. Meminta semua peserta menuliskan pengetahuan dan pengalamannya pada sepotong kertas,
tentang pengertian keaksaraan fungsional, dan menempelkannya di dinding/papan tulis.
2. Meminta beberapa peserta terpilih, untuk membacakan beberapa hasil tulisanya
3. Menjelaskan konsep dasar, pengertian, tujuan, dan prinsip keaksaraan fungsional
4. Menjelaskan poster "Tujuan dan Tahap Keaksaraan Fungsional" dan memunculkan
gagasan peserta tentang: (a) bagaimana mencapai WB/Kejar mandiri, bagaimana
membimbing WB agar memiliki proses belajar yang fungsional, dan membangun pikiran
peserta untuk bisa membedakan konsep "PBH Tradisional dan Keaksaraan Fungsional".

Aplikasi di Kelompok Belajar:


Diskusi bagaimana memotivasi warga belajar agar ikut berpartisipasi aktif sebagai bentuk
pemenuhan hak pendidikan mereka menuju masyarakat gemar belajar.

Bahan Pelatihan
✓ Kertas karton warna-warni ukuran 10 x 20 Cm dan spidol
✓ Poster ”Tujuan dan Tahap Keaksaraan Fungsional”
✓ Handout: Buku Pedoman Tutor

Keaksaraan Fungsional 60
Panduan Pelatihan Tutor

Paparan (Poster/Transparansi)

Tujuan dan Tiga Tahap Keaksaraan Fungsional

Tahap Pelestarian:
Warga belajar dapat:
 Memecahkan masalah
kehidupannya sendiri dan
kehidupan masyarakat sekitamya.
 Membuka jalan untuk
mendapatkan sumber-sumber
kehidupanya.
 Melaksanakan kehidupan sehan-hari
secara efektif dan efisien.
 Mengunjungi dan belajar pada lembaga
yang dibutuhkan
 Menggali, mempelajari INFORMASI,
pengetahuan, keterampilan dan sikap
pembaharuan untuk ikut berpartisipasi
Tahap Pembinaan dalam pembangunan.
Tutor membantu warga belajar
mengembangkan kemampuan
fungsional, yaitu:
 Membuat rencana
 Mengorganisasi kegiatan
 Membuat keputusan
 Mengidentifikasi kebutuhan
 Bekerja sama untuk melakukan
kegiatan
 Mengelola keuangan keluarga
 Memperoleh pelayanan dari
lembaga/instansi dan
instansi/organisasi lokal dan
lain lain

Tahap Pemberantasan:
Tutor membantu WB
“memberantas/mengikis pikiran dan perasaan
tidak mampu" melalui pengembangan
keterampilan dasar baca, tulis dan hitung.

Keaksaraan Fungsional 61
Panduan Pelatihan Tutor

Materi Kajian
Pengertian Keaksaraan Fungsional

Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu “keaksaraan” dan “fungsional”.
Keaksaraan (literacy) secara sederhana diartikan sebagai “kemampuan untuk membaca, menulis, dan
berhitung”. Sedangkan “fungsional” (functional) berkaitan erat dengan “fungsi dan/atau tujuan
pembelajaran”, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar “bermakna atau
bermanfaat” (fungsional) bagi “peningkatan mutu dan taraf hidup” warga belajar dan kehidupan
masyarakat.
Program keaksaraan fungsional merupakan bentuk pelayanan Pendidikan Luar Sekolah
untuk membelajarkan warga masyarakat penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan
menulis, membaca, berhitung, dan menganalisa, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari
dengan memanfatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya, sehingga warga belajar dan
masyarakat dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

Tujuan Program Keaksaraan Fungsional (Lihat Poster di halaman sebelumnya)

Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan
1. Konteks lokal: Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan minat, kebutuhan
pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta potensi yang ada disekitar warga belajar.
2. Disain lokal: Tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di
kelompok belajar sebagai jawaban atas hal-hal tersebut di atas.

Keaksaraan Fungsional 62
Panduan Pelatihan Tutor

3. Partisipatif: Tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif dari mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran
4. Fungsionalisasi Hasil Belajar: Dari hasil pembelajarannya, warga belajar diharapkan dapat
memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu serta taraf hidupnya.

Strategi Pembelajaran
1. Diskusi - BDPS (Belajar Dan Pengalaman Sendiri): Tutor dan WB berdiskusi dengan
menggunakan berberapa teknik seperti melalui pembuatan peta dan tal untuk merangsang
diskusi dan ide, pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki warga belajar.
2. Menulis: Tutor membantu warga belajar menulis berdasarkan pikiran/ide sendiri.
3. Membaca: Tutor membantu WB meningkatkan keteramplian membaca dengan ketepatan,
kelancaran, dan pemahaman. Warga belajar BH murni, belajar melalui teknik pendekatan
pengalaman berbahasa untuk membuat bahan bacaan berdasarkan ucapan WB sendiri.

4. Berhitung: Tutor membantu warga belajar meningkatkan kemampuan mengukur, menakar,


menghitung dengan alat hitung modern dan membuat pembukuai sederhana
5. Fungsionalisasi Hasil Belajar: Tutor membantu WB meningkatkan kemampuan fungsional
yang berkaitan dengan peningkatan mutu hidup, seperti memecahkan masalah keaksaraan
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari (mengisi formulir, menulis surat, dan lain-lain),
melek bahasa Indonesia, dan pengetahuan dasar, serta keterampilan fungsional yang dapat
meningkatkan ”taraf hidup” warga belajar seperti menjahit, bertani, berusaha, dan lain-lain,
yang diminati warga belajar.

Keaksaraan Fungsional 63
Panduan Pelatihan Tutor

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEAKSARAAN


1D Komponen Penyelenggaraan Kejar KF

Tujuan:
 Peserta dapat mengerti dan memahami komponen-komponen yang terkait dalam
penyelenggaraan kelompok belajar keaksaraan fungsional.
 Peserta dapat menyebutkan pengertian dan tujuan setiap komponen penyelenggaraan
kelompok belajar keaksaraan fungsional.

Konsep Pokok:
Pembentukan kelompok belajar keaksaraan fungsional harus memperhatikan komponen-
komponen berpengaruh dalam penyelenggaraan Kejar KF, yaitu tutor, WB, struktur program,
pengembangan kurikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, penilaian, dan sebagainya.

Metodologi:
Ungkap Pengalaman dan Diskusi (90 menit)

Langkah-langkah Kegiatan:
1. Meminta semua peserta menuliskan pengetahuan dan pengalamannya pada sepotong
kertas, tentang komponen-komponen penyelenggaraan Kejar KF, dan menempelkannya di
dinding/papan tulis.
2. Meminta beberapa peserta terpilih, untuk membacakan beberapa hasil tulisanya
3. Menjelaskan poster "Komponen Penyelenggaraan Kejar Keaksaraan Fungsional" dan
mendiskusikan setiap komponen tersebut.
4. Kesimpulan dan klarifikasi

Bahan Pelatihan
✓ Kertas karton warna-warni ukuran 10 x 20 Cm dan spidol
✓ Poster ”Komponen Penyelenggaraan Kejar Keaksaraan Fungsional”
✓ Handout: Pedoman Penyelenggaraan Kejar Keaksaraan Fungsional.
✓ Handout: Makalah ”Memahami Pendidikan Keaksaraan”

Keaksaraan Fungsional 64
Panduan Pelatihan Tutor

Paparan (Poster/Transparansi)

KOMPONEN PENYELENGGARAAN
KEJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL

1. Warga Belajar
2. Kelompok Belajar
3. Sumber Belajar
4. Panti Belajar
5. Program Belajar
6. Bahan dan Media Belajar
7. Proses Belajar
8. Hasil Belajar
9. Dana Belajar
10. Ragi Belajar

Keaksaraan Fungsional 65
Panduan Pelatihan Tutor

Materi Kajian

Komponen Penyelenggaraan Program Keaksaraan Fungsional

Warga Belajar
Sesuai dengan target Dakar dan Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan, warga belajar
untuk program ini memiliki persyaratan sebagai berikut:
a) Kelompok Usia: usia 16-24 (prioritas I), usia 25-44 (prioritas II), dan 45 ke atas (prioritas III).
b) Warga masyarakat buta huruf (khususnya perempuan), dan miskin; putus SD/MI kelas I-III;

Tutor
a) Berpendidikan minimal SLTA dan telah mengikuti pelatihan tutor;
b) Bertempat tinggal di lokasi kegiatan belajar dilaksanakan (berasal dari daerah setempat);
c) Mampu mengelola proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar WB, dan
menguasai subtansi materi yang akan dibelajarkan;
d) Mampu mengembangkan metode pembelajaran partisipatif; dan memiliki komitmen tinggi
terhadap tugas dan kewajibannya sebagai tutor;

Pengelola Program
Dapat dilakukan oleh unsur Dinas Pendidikan (Penilik PLS, TLD, SKB), dan atau Yayasan/LSM,
Pondok Pesantren, PKBM, maupun individu yang concern terhadap pemberantasan buta aksara.

Kelompok Belajar
Dapat dibentuk di mana saja dengan persyaratan:
a) Setiap Kejar terdiri 10-15 WB, dan dibimbing oleh seorang tutor yang sudah dilatih.
b) Dalam hal kesulitan untuk mendapatkan jumlah WB yang cukup untuk membentuk satu
Kejar dalam tahap yang sama, dimungkinkan untuk membentuk Kejar multi level yang WB-
nya memiliki kemampuan dan keterampilan keaksaraan yang berbeda-beda.
c) Waktu dan jadwal pertemuan di kelompok ditentukan bersama-sama antara tutor dengan WB
(minimal 2 –3 kali seminggu @ 90 menit selama 9 bulan berjalan).
d) Tersedia tempat belajar, seperti rumah penduduk, balai desa/pemerintah, yayasan/lembaga,
dan mudah dijangkau oleh warga belajar, dan tersedia bahan-bahan belajar yang relevan
dengan kebutuhan dan minat, serta masalah yang dihadapi warga belajar.

Keaksaraan Fungsional 66
Panduan Pelatihan Tutor

Program Belajar
Dirancang bersama warga belajar, yang berisi obyek-obyek spesifik dan dikembangkan
berdasarkan minat dan kebutuhan nyata (real needs) yang dirasakan oleh WB, dan dimulai dari
satu bagian ke bagian berikutnya sesuai kontrak belajar. Untuk program belajar keaksaraan
fungsional, cukup terbagi menjadi dua aspek, yaitu: (1) aspek baca-tulis-hitung fungsional yang
bertujuan meningkatkan mutu hidup; dan (2) aspek keterampilan fungsional yang mengacu pada
peningkatan taraf hidup.

Proses Pembelajaran
Proses pembelajarannya mengutamakan daur berikut: diskusi~menulis~membaca~
berhitung~dan aksi. Aksi disini, tidak hanya bersifat keterampilan vokasional, tetapi juga
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan warga belajar dalam kehidupannya, seperti tentang
kesehatan, mendidik anak, berhubungan dengan bank/koperasi/pos, dan sebagainya.

Bahan dan Media Belajar


Menggunakan segala potensi yang ada, tidak mesti berasal dari buku Paket atau bahan belajar
yang hanya berisi informasi fungsional, tetapi bahan belajar ini dapat saja dibuat dan diciptakan
sendiri oleh warga belajar bersama tutor, dan semaksimal mungkin menggunakan media yang ada
atau dapat disediakan dari lingkungan sekitar, seperti KTP, KK, mata uang, guntingan
koran/majalah dan sebagainya.

Evaluasi Belajar
Warga belajar terus menerus mengikuti perkembangan dan efek-efeknya pada komunitas, bila
perlu mengadakan perbaikan program. Warga belajar dan tutor bersama-sama menjadi evaluator.
Penekanan pada proses evaluasi ini adalah pada evaluasi diri sendiri (self evaluation) dan kemajuan
belajarnya.

Fungsionalisasi Hasil Belajar


Apa yang dipelajari di kelompok belajar harus dapat diterapkan atau difungsionalisasikan dalam
kehidupan sehari-harinya. Mereka harus dapat menerapkan kemampuan baca-tulis-hitungnya
dalam kehidupan, seperti dalam mengisi (membaca-menulis-berhitung) formulir KTP, menulis
dan berkirim surat melalui kantor pos, berhubungan dengan bank dan sebagainya.

Keaksaraan Fungsional 67

Anda mungkin juga menyukai