1. MEMAHAMI PENDIDIKAN
KEAKSARAAN
2. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
BELAJAR
3. PERENCANAAN PROGRAM
PEMBELAJARAN
4. PROSES PEMBELAJARAN
5. STRATEGI BELAJAR MENULIS
6. STRATEGI BELAJAR MEMBACA
7. METODOLOGI
PEMBELAJARAAN KEAKSARAAN
8. STRATEGI BELAJAR
BERHITUNG
9. EVALUASI BELAJAR
10. SISTEM DUKUNGAN#1
11. SISTEM DUKUNGAN#2
12. PENGEMBANGAN KAPASITAS
13. EVALUASI PELATIHAN
Keaksaraan Fungsional 51
Panduan Pelatihan Tutor
Tujuan:
Peserta dapat memahami kebijakan nasional tentang pendidikan keaksaraan.
Peserta dapat mengerti keterkaitan antara program KF dengan peningkatan SDM, peringkat
HDI, dan pemberdayaan masyarakat.
Konsep Pokok:
Pendidikan keaksaraan sudah diakui sebagai hak asasi manusia dan suatu keadaan yang sangat
mutlak bagi perkembangan umat manusia. Masalah kebuta-aksaraan sangat terkait dengan
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat.
Metodologi:
Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi (45 menit)
Langkah-langkah Kegiatan:
1. Pemaparan tentang Analisis Situasi dan Kondisi, serta Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Keaksaraan
2. Menjelaskan tentang pendekatan dan strategi program pendidikan keaksaraan di Indonesia
3. Tanya jawab tentang masalah kebuta-aksaraan di Indonesia, dan penanganannya
4. Mendiskusikan komponen-komponen HDI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
5. Mendiskusikan Gerakan Percepatan Pemberantasan Buta Aksara, dan hal-hal yang
melingkupinya.
6. Kesimpulan dan Klarifikasi
Bahan Pelatihan
Handout:
✓ Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
✓ Analisis Situasi dan Kondisi Pendidikan Keaksaraan
✓ Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan
Keaksaraan Fungsional 52
Panduan Pelatihan Tutor
Paparan (Poster/Transparan)
PENDIDIKAN DASAR
PENDIDIKAN MENENGAH
JALUR DAN
JENJANG
PENDIDIKAN PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN IN-FORMAL
Keaksaraan Fungsional 53
Panduan Pelatihan Tutor
Materi Kajian
Keaksaraan Fungsional 54
Panduan Pelatihan Tutor
Dari tabel di atas, dapat terlihat betapa posisi Indonesia tidak jauh berubah sejak tahun
1995. Berdasarkan data BPS tahun 2003 posisi kebuta-aksaraan penduduk Indonesia dapat
digambarkan sebagai berikut: (1) Untuk kelompok usia 10 tahun ke atas masih 15.533.571 orang;
(2) Usia 15-44 tahun sebesar 3.986.187 orang; dan (3) Usia 45 tahun ke atas 11.275.534 juta.
Sedangkan kemampuan pemerintah melalui APBN setiap tahun hanya mampu membelajarkan
sekitar 150.000-200.000 orang. Jika dililihat secara kuantitatif, masalah kebuta-aksaraan untuk
kelompok 10 tahun ke atas saja, baru akan dapat diselesaikan dalam tempo ±93 tahun. Sedang
yang usia 15-44 akan selesai ±20 tahun, usia 45 tahun ke atas akan selesai 63 tahun.
Padahal di dunia internasional, pendidikan keaksaraan ini sudah diakui sebagai hak asasi
manusia dan suatu keadaan yang sangat mutlak bagi perkembangan manusia. Suatu analisis
tentang hasil survey yang dilakukan di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan keaksaraan berdampak langsung terhadap investasi dan kinerja
seseorang. Pendidikan keaksaraan seperti halnya gizi, kesehatan, dan pendapatan, mempunyai
korelasi dengan peningkatan umur harapan hidup dan penurunan kematian anak dan ibu.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pendidikan keaksaraan tidak lagi dipandang
sebagai suatu bentuk pemborosan, tetapi sebagai suatu investasi sumber daya manusia yang
mempengaruhi aspek-aspek lainnya, seperti ekonomi, politik, hukum, demokrasi, sosial, budaya,
kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Bahkan WHO menekankan bahwa pendidikan keaksaraan
harus menjadi bagian yang terintregrasi dalam reformasi ekonomi. Ini disebabkan karena kebuta-
aksaraan dapat menimbulkan efek negatif terhadap generasi kedua. Hal itu dapat dijelaskan
bahwa, Ibu yang buta aksara cenderung tidak mempunyai pengetahuan yang memadai terhadap
kebutuhan-kebutuhan anaknya pada usia dini, sehingga mempengaruhi terhadap perkembangan
kesehatan, emosi, sosial dan intelektualnya. Studi lainnya menunjukan bahwa warga masyarakat
yang melek aksara akan mudah merespon dan memperbesar terhadap akses informasi, yang
sebagian besar akses tersebut ditampilkan melalui baca-tulis-hitung di media cetak dan elektronik.
Sebagai contoh, petani yang melek aksarapun akan mudah merespon terhadap inovasi baru dalam
bidang pertanian, begitu pula nelayan, buruh dan profesi lainnya. Berdasarkan studi-studi
tersebut, menunjukkan bahwa pendidikan keaksaraan seharusnya menjadi intrumen penting
untuk memecahkan masalah-masalah lainnya di berbagai bidang kehidupan. Sekali masalah
kebuta-aksaraan terpecahkan, maka akan berdampak pada pada program-program pembangunan
lainnya.
Keaksaraan Fungsional 55
Panduan Pelatihan Tutor
Tujuan:
Peserta dapat memahami pengertian dan peristilahan-peristilahan yang digunakan dalam
kebijakan nasional.
Peserta dapat mengerti sasaran dan indikator-indikator yang digunakan dalam pendidikan
keaksaraan.
Konsep Pokok:
Program pemberantasan buta aksara merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalam kerangka makro
pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Metodologi:
Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi (45 menit)
Langkah-langkah Kegiatan:
1. Menjelaskan tentang pengertian dan peristilahan-peristilahan yang digunakan berdasarkan
kebijakan nasional pendidikan keaksaraan
2. Menjelaskan tentang Target Nasional dan Target Dakar
3. Menjelaskan indikator-indikator yang digunakan dalam pencapaian target-target di atas.
4. Mendiskusikan tentang Sosialisasi Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Aksara, dan hal-
hal yang melingkupinya.
5. Kesimpulan dan klarifikasi
Bahan Pelatihan
Handout:
✓ Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
✓ Analisis Situasi dan Kondisi Pendidikan Keaksaraan
✓ Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan
Keaksaraan Fungsional 56
Panduan Pelatihan Tutor
Paparan (Poster/Transparansi)
DEKLARASI DAKAR
Tentang Pendidikan Untuk Semua
Keaksaraan Fungsional 57
Panduan Pelatihan Tutor
Materi Kajian
Pengertian
Melek aksara ditafsirkan sebagai melek aksara latin dan angka arab, melek bahasa
Indonesia dan pengetahuan dasar. Kesepakatan Dakar menyatakan bahwa sasaran (target audience)
tahun 2015 adalah penduduk dewasa, yang dalam konteks Indonesia dilakukan dengan sasaran
penduduk umur 15 tahun ke atas, mengingat usia 7-15 tahun merupakan sasaran wajib belajar
pendidikan dasar. Dengan demikian, dalam rangka pembandingan dengan target Dakar, angka
buta aksara dewasa adalah penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yaitu pemuda dan dewasa.
Program pemberantasan buta aksara merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalam kerangka makro
pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Untuk keperluan Indonesia, secara
praktis buta aksara didefinisikan sebagai buta aksara Latin dan angka Arab, buta bahasa Indonesia
dan pendidikan dasar. Dengan demikian buta aksara adalah penduduk yang tidak memiliki
kemampuan-kemampuan tersebut dan belum memfungsikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan buta aksara murni adalah penduduk yang sama sekali tidak dapat membaca, menulis
dan berhitung dengan sistem aksara apapun juga.
Tingkat keaksaraan penduduk merupakan indikator penting bagi ukuran kinerja
pendidikan keaksaraan yang selanjutnya digunakan dalam menentukan nilai indeks pembangunan
manusia. Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan keaksaraan orang dewasa merupakan
salah satu faktor penting dan sangat esensial dalam pembangunan manusia seutuhnya. Jika masih
terdapat warga masyarakat yang buta aksara akan menjadi faktor penghambat bagi pembangunan
pada sektor lainnya. Tingkat keaksaraan penduduk usia 15-44 tahun ke atas yaitu perbandingan
jumlah penduduk usia 15-44 tahun ke atas yang melek aksara terhadap jumlah seluruh penduduk
pada kelompok usia tersebut.
Tingkat Keaksaraan Jumlah Penduduk Usia 15 – 44 tahun yang melek huruf
(Angka melek aksara = X 100 %
penduduk usia 10-44th) Jumlah seluruh penduduk usia 15 – 44 tahun
Indikator lain yang juga digunakan untuk mengukur kinerja pendidikan keaksaraan adalah
angka buta aksara, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk buta aksara terhadap jumlah
seluruh penduduk pada kelompok usia tertentu.
Angka Buta Aksara Jumlah Penduduk Usia 15 – 44 tahun yang buta aksara
penduduk usia 10-44th = X 100 %
Jumlah seluruh penduduk usia 15 – 44 tahun
Keaksaraan Fungsional 58
Panduan Pelatihan Tutor
Tujuan:
Peserta dapat memahami konsep dasar keaksaraan fungsional dengan benar.
Peserta dapat menyebutkan pengertian, tujuan, dan prinsip penyelenggaraan program.
Konsep Pokok:
Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu “keaksaraan” dan “fungsional”. Keaksaraan
(literacy) secara sederhana diartikan sebagai “kemampuan untuk membaca, menulis, dan
berhitung”. Fungsional (functional) berkaitan erat dengan “fungsi dan/atau tujuan
pembelajaran”, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar “bermakna atau
bermanfaat” (fungsional) bagi “peningkatan mutu dan taraf hidup” warga belajar dan kehidupan
masyarakat.
Metodologi:
Ungkap Pengalaman dan Diskusi (90 menit)
Langkah-langkah Kegiatan:
1. Meminta semua peserta menuliskan pengetahuan dan pengalamannya pada sepotong kertas,
tentang pengertian keaksaraan fungsional, dan menempelkannya di dinding/papan tulis.
2. Meminta beberapa peserta terpilih, untuk membacakan beberapa hasil tulisanya
3. Menjelaskan konsep dasar, pengertian, tujuan, dan prinsip keaksaraan fungsional
4. Menjelaskan poster "Tujuan dan Tahap Keaksaraan Fungsional" dan memunculkan
gagasan peserta tentang: (a) bagaimana mencapai WB/Kejar mandiri, bagaimana
membimbing WB agar memiliki proses belajar yang fungsional, dan membangun pikiran
peserta untuk bisa membedakan konsep "PBH Tradisional dan Keaksaraan Fungsional".
Bahan Pelatihan
✓ Kertas karton warna-warni ukuran 10 x 20 Cm dan spidol
✓ Poster ”Tujuan dan Tahap Keaksaraan Fungsional”
✓ Handout: Buku Pedoman Tutor
Keaksaraan Fungsional 60
Panduan Pelatihan Tutor
Paparan (Poster/Transparansi)
Tahap Pelestarian:
Warga belajar dapat:
Memecahkan masalah
kehidupannya sendiri dan
kehidupan masyarakat sekitamya.
Membuka jalan untuk
mendapatkan sumber-sumber
kehidupanya.
Melaksanakan kehidupan sehan-hari
secara efektif dan efisien.
Mengunjungi dan belajar pada lembaga
yang dibutuhkan
Menggali, mempelajari INFORMASI,
pengetahuan, keterampilan dan sikap
pembaharuan untuk ikut berpartisipasi
Tahap Pembinaan dalam pembangunan.
Tutor membantu warga belajar
mengembangkan kemampuan
fungsional, yaitu:
Membuat rencana
Mengorganisasi kegiatan
Membuat keputusan
Mengidentifikasi kebutuhan
Bekerja sama untuk melakukan
kegiatan
Mengelola keuangan keluarga
Memperoleh pelayanan dari
lembaga/instansi dan
instansi/organisasi lokal dan
lain lain
Tahap Pemberantasan:
Tutor membantu WB
“memberantas/mengikis pikiran dan perasaan
tidak mampu" melalui pengembangan
keterampilan dasar baca, tulis dan hitung.
Keaksaraan Fungsional 61
Panduan Pelatihan Tutor
Materi Kajian
Pengertian Keaksaraan Fungsional
Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu “keaksaraan” dan “fungsional”.
Keaksaraan (literacy) secara sederhana diartikan sebagai “kemampuan untuk membaca, menulis, dan
berhitung”. Sedangkan “fungsional” (functional) berkaitan erat dengan “fungsi dan/atau tujuan
pembelajaran”, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar “bermakna atau
bermanfaat” (fungsional) bagi “peningkatan mutu dan taraf hidup” warga belajar dan kehidupan
masyarakat.
Program keaksaraan fungsional merupakan bentuk pelayanan Pendidikan Luar Sekolah
untuk membelajarkan warga masyarakat penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan
menulis, membaca, berhitung, dan menganalisa, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari
dengan memanfatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya, sehingga warga belajar dan
masyarakat dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan
1. Konteks lokal: Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan minat, kebutuhan
pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta potensi yang ada disekitar warga belajar.
2. Disain lokal: Tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di
kelompok belajar sebagai jawaban atas hal-hal tersebut di atas.
Keaksaraan Fungsional 62
Panduan Pelatihan Tutor
3. Partisipatif: Tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif dari mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran
4. Fungsionalisasi Hasil Belajar: Dari hasil pembelajarannya, warga belajar diharapkan dapat
memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu serta taraf hidupnya.
Strategi Pembelajaran
1. Diskusi - BDPS (Belajar Dan Pengalaman Sendiri): Tutor dan WB berdiskusi dengan
menggunakan berberapa teknik seperti melalui pembuatan peta dan tal untuk merangsang
diskusi dan ide, pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki warga belajar.
2. Menulis: Tutor membantu warga belajar menulis berdasarkan pikiran/ide sendiri.
3. Membaca: Tutor membantu WB meningkatkan keteramplian membaca dengan ketepatan,
kelancaran, dan pemahaman. Warga belajar BH murni, belajar melalui teknik pendekatan
pengalaman berbahasa untuk membuat bahan bacaan berdasarkan ucapan WB sendiri.
Keaksaraan Fungsional 63
Panduan Pelatihan Tutor
Tujuan:
Peserta dapat mengerti dan memahami komponen-komponen yang terkait dalam
penyelenggaraan kelompok belajar keaksaraan fungsional.
Peserta dapat menyebutkan pengertian dan tujuan setiap komponen penyelenggaraan
kelompok belajar keaksaraan fungsional.
Konsep Pokok:
Pembentukan kelompok belajar keaksaraan fungsional harus memperhatikan komponen-
komponen berpengaruh dalam penyelenggaraan Kejar KF, yaitu tutor, WB, struktur program,
pengembangan kurikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, penilaian, dan sebagainya.
Metodologi:
Ungkap Pengalaman dan Diskusi (90 menit)
Langkah-langkah Kegiatan:
1. Meminta semua peserta menuliskan pengetahuan dan pengalamannya pada sepotong
kertas, tentang komponen-komponen penyelenggaraan Kejar KF, dan menempelkannya di
dinding/papan tulis.
2. Meminta beberapa peserta terpilih, untuk membacakan beberapa hasil tulisanya
3. Menjelaskan poster "Komponen Penyelenggaraan Kejar Keaksaraan Fungsional" dan
mendiskusikan setiap komponen tersebut.
4. Kesimpulan dan klarifikasi
Bahan Pelatihan
✓ Kertas karton warna-warni ukuran 10 x 20 Cm dan spidol
✓ Poster ”Komponen Penyelenggaraan Kejar Keaksaraan Fungsional”
✓ Handout: Pedoman Penyelenggaraan Kejar Keaksaraan Fungsional.
✓ Handout: Makalah ”Memahami Pendidikan Keaksaraan”
Keaksaraan Fungsional 64
Panduan Pelatihan Tutor
Paparan (Poster/Transparansi)
KOMPONEN PENYELENGGARAAN
KEJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL
1. Warga Belajar
2. Kelompok Belajar
3. Sumber Belajar
4. Panti Belajar
5. Program Belajar
6. Bahan dan Media Belajar
7. Proses Belajar
8. Hasil Belajar
9. Dana Belajar
10. Ragi Belajar
Keaksaraan Fungsional 65
Panduan Pelatihan Tutor
Materi Kajian
Warga Belajar
Sesuai dengan target Dakar dan Rencana Aksi Nasional Pendidikan Keaksaraan, warga belajar
untuk program ini memiliki persyaratan sebagai berikut:
a) Kelompok Usia: usia 16-24 (prioritas I), usia 25-44 (prioritas II), dan 45 ke atas (prioritas III).
b) Warga masyarakat buta huruf (khususnya perempuan), dan miskin; putus SD/MI kelas I-III;
Tutor
a) Berpendidikan minimal SLTA dan telah mengikuti pelatihan tutor;
b) Bertempat tinggal di lokasi kegiatan belajar dilaksanakan (berasal dari daerah setempat);
c) Mampu mengelola proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar WB, dan
menguasai subtansi materi yang akan dibelajarkan;
d) Mampu mengembangkan metode pembelajaran partisipatif; dan memiliki komitmen tinggi
terhadap tugas dan kewajibannya sebagai tutor;
Pengelola Program
Dapat dilakukan oleh unsur Dinas Pendidikan (Penilik PLS, TLD, SKB), dan atau Yayasan/LSM,
Pondok Pesantren, PKBM, maupun individu yang concern terhadap pemberantasan buta aksara.
Kelompok Belajar
Dapat dibentuk di mana saja dengan persyaratan:
a) Setiap Kejar terdiri 10-15 WB, dan dibimbing oleh seorang tutor yang sudah dilatih.
b) Dalam hal kesulitan untuk mendapatkan jumlah WB yang cukup untuk membentuk satu
Kejar dalam tahap yang sama, dimungkinkan untuk membentuk Kejar multi level yang WB-
nya memiliki kemampuan dan keterampilan keaksaraan yang berbeda-beda.
c) Waktu dan jadwal pertemuan di kelompok ditentukan bersama-sama antara tutor dengan WB
(minimal 2 –3 kali seminggu @ 90 menit selama 9 bulan berjalan).
d) Tersedia tempat belajar, seperti rumah penduduk, balai desa/pemerintah, yayasan/lembaga,
dan mudah dijangkau oleh warga belajar, dan tersedia bahan-bahan belajar yang relevan
dengan kebutuhan dan minat, serta masalah yang dihadapi warga belajar.
Keaksaraan Fungsional 66
Panduan Pelatihan Tutor
Program Belajar
Dirancang bersama warga belajar, yang berisi obyek-obyek spesifik dan dikembangkan
berdasarkan minat dan kebutuhan nyata (real needs) yang dirasakan oleh WB, dan dimulai dari
satu bagian ke bagian berikutnya sesuai kontrak belajar. Untuk program belajar keaksaraan
fungsional, cukup terbagi menjadi dua aspek, yaitu: (1) aspek baca-tulis-hitung fungsional yang
bertujuan meningkatkan mutu hidup; dan (2) aspek keterampilan fungsional yang mengacu pada
peningkatan taraf hidup.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajarannya mengutamakan daur berikut: diskusi~menulis~membaca~
berhitung~dan aksi. Aksi disini, tidak hanya bersifat keterampilan vokasional, tetapi juga
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan warga belajar dalam kehidupannya, seperti tentang
kesehatan, mendidik anak, berhubungan dengan bank/koperasi/pos, dan sebagainya.
Evaluasi Belajar
Warga belajar terus menerus mengikuti perkembangan dan efek-efeknya pada komunitas, bila
perlu mengadakan perbaikan program. Warga belajar dan tutor bersama-sama menjadi evaluator.
Penekanan pada proses evaluasi ini adalah pada evaluasi diri sendiri (self evaluation) dan kemajuan
belajarnya.
Keaksaraan Fungsional 67