Makalah Uas
Makalah Uas
Disusun Oleh:
Nama: NIM: Nomor Absen:
Masita Febriani Madjid (1902016073) 18
1
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK (B) 2019
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
BAB IV PENUTUP................................................................................................22
2
4.1 Kesimpulan........................................................................................22
4.2 Saran...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
3
budaya itu juga dapat dipamerkan kepada masyarakat. Sebuah sajian wisata yang edukatif
sangat kental melekat pada sebuah museum. Para pengunjung ditawarkan untuk berwisata
sekaligus memperoleh banyak ilmu pengetahuan tentang budaya dan sejarah yang ada
pada museum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 menjadi payung
hukum dalam pengembangan museum di Indonesia. Peraturan Pemerintah ini sekaligus
sebagai pelaksanaan dari pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya. Disebutkan secara jelas bahwa museum sebagai lembaga yang berfungsi
melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya
kepada masyarakat. Hal ini membawa dampak agar museum tidak hanya sebagai tempat
menyimpan barang kuno semata. Tetapi museum juga harus dijadikan tempat untuk
mengkomunikasikan koleksi museum kepada masyarakat luas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa museum
memiliki persamaan arti yaitu tempat untuk merawat, memelihara, dan memamerkan
barang-barang peninggalan sejarah, seni, ilmu dan barang-barang kuno, bersifat tetap,
terbuka untuk umum, serta tidak mencuri keuntungan. Berguna untuk tujuan–tujuan
studi, pendidikan, kesenangan, benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya.
Selain itu, museum merupakan suatu tempat untuk menyelamatkan dan memelihara
warisan budaya berikut sejarahnya, juga sebagai tempat segala kegiatanya meliputi
mengumpulkan, merawat, meneliti, memamerkan, dan menerbitkan hasil-hasil penelitian
dan pengetahuan mengenai benda-benda koleksi bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non-formal, karena aspek edukasi
lebih ditonjolkan dibanding rekreasi. Museum juga merupakan sebuah lembaga pelestari
kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible) seperti artefak, fosil, dan benda-
benda etnografi maupun tak benda (intangible) seperti nilai, tradisi, dan norma.
Museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan
dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas
yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Namun museum harus tetap
memberikan nuansa rekreatif dan edukatif bagi pengunjungnya. Kurator perlu
melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan koleksi serta menyusun tulisan yang
bersifat ilmiah dan populer. Hasil penelitian dan tulisan tersebut dipublikasikan kepada
masyarakat, dalam kegiatan ini kurator bekerjasama dengan bagian publikasi. Sebagai
lembaga pelestari budaya bangsa, museum harus berazaskan pelayanan terhadap
masyarakat. Program-program museum yang inovatif dan kreatif dapat meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap museum.
6
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Didasarkan kepada pemahaman pariwisata tersebut di atas, Yoeti (2008)
mengemukakan bahwa pariwisata harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu: Pertama,
perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedua, tujuan untuk
bersenang-senang. Ketiga, adanya uang yang dibelanjakan. Keempat, waktu
perjalanan setidaknya 24 (dua puluh empat) jam.
Kegiatan pariwisata tidak luput dari dua elemen penting yaitu wisatawan dan
daya tarik wisata. Wisatawan menurut Cohen (1974) diartikan sebagai pelancong
yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu untuk mendapatkan
kebahagiaan atau kenikmatan, sejalan dengan pemahaman tersebut Fandefi (1995)
mengungkapkan bahwa wisatawan merupakan seseorang yang terdorong sesuatu
sehingga melakukan berpergian dengan maksud bukan mencari nafkah. Sedangkan
pengertian daya tarik wisata sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka pariwisata merupakan aktivitas
mencari kesenangan/kebahagiaan dari suatu tempat baru yang dilakukan dalam
kurun waktu tertentu, dengan begitu perjalanan tersebut merupakan aktivitas
temporer/sementara yang bukan ditujukan untuk mencari keuntungan, adapun
manfaat dari pariwisata antara lain yaitu: memberikan pemasukan secara ekonomi,
membuka kesempatan kerja, mendorong pelestarian budaya asli serta menambah
devisa negara (Spillane, 1987)
7
kegiatan yang dilakukan adalah untuk menikmati objek-objek bersejarah. Hal tersebut
merupakan gambaran dari pengertian wisata itu sendiri, apabila dijelaskan secara singkat
wisata adalah suatu kegiatan dalam suatu perjalanan pariwisata.
Dimana kegiatan dalam pariwisata ini sangat ditentukan oleh minat dari wisatawan itu
sendiri. Tidak hanya ditentukan oleh minat wisatawan melainkan berdasarkan sumber
daya pariwisata yang tersedia. Oleh karena itu banyak muncul istilah wisata sejarah,
wisata budaya, wisata alam, wisata edukasi dan jenis wisata lainnya.
8
Berdasarkan muatan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)
sarat dengan pengajaran inquiry dan berdasarkan pengalaman terajar. Konsep dasar
edukasi menjadi sebuah singkatan dimana merujuk kepada sebuah sistem pembelajaran
yang efektif, yaitu:
1. E = Eksplorasi
2. D = Demonstrasi
3. U = Uraian (Konsep)
4. K = Kontemplasi
5. ASI = Aplikasi
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
bergeser ke alternatif liburan yang tidak banyak orang seperti solo travel tour, virtual
tourism, serta staycation dimana isu health, hygiene, dan safety akan menjadi
pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin berwisata. Kemudian bagi para pelaku
industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus betul-betul mengantisipasi dan tidak tergesa-
gesa untuk membuka destinasi wisata agar tak ada lagi imported case yang dapat
berdampak buruk pada citra pariwisata.
11
C. Ditinjau Dari Dimensi Organisasi
Di lihat dari dimensi organisasi dalam dimensi strategis Administrasi Publik dapat
diketahui bahwa pemerintah bersama para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif saling
berupaya dalam membangun kembali sector pariwisata dengan memberikan sebuah arahan
agar para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dapat mengimplementasikan program
kegiatan yang diberikan oleh pemerintah demi meningkatkan kemajuan ekonomi dalam
bidang pariwisata khususnya wisata edukasi pada masa pandemic COVID-19 ini.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela
Tanoesoedibjo mewakili Indonesia dalam pertemuan para menteri pariwisata negara-
negara ASEAN dalam “Special Meeting of the ASEAN Tourism Ministers (M-ATM) on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)” pada Rabu, 29 April 2020 memuat tujuh point
hasil kesepakatan bersama seluruh menteri pariwisata dari negara-negara ASEAN untuk
memperkuat kerja sama pariwisata, salah satu sektor ekonomi yang paling terpukul dalam
pandemi.
Pertama, para menteri sepakat untuk membina koordinasi ASEAN dalam
mempercepat pertukaran informasi tentang perjalanan, terutama terkait standar kesehatan
dan langkah-langkah lain yang diperlukan negara-negara anggota ASEAN dalam
mengendalikan penyebaran wabah COVID-19 melalui peningkatan operasi Tim
Komunikasi Krisis Pariwisata ASEAN (ATCCT).
Kedua, mengintensifkan kolaborasi Organisasi Pariwisata Nasional (NTOs) ASEAN
dengan sektor-sektor ASEAN lain yang relevan, terutama di bidang kesehatan, informasi,
transportasi, dan imigrasi serta dengan mitra eksternal ASEAN, untuk bersama-sama
mengimplementasikan langkah-langkah yang komprehensif, transparan dan respons yang
cepat dalam mitigasi dan mengurangi dampak COVID-19 serta krisis lain di masa depan.
Ketiga, para menteri juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama yang lebih erat
dalam berbagi informasi dan praktik terbaik di antara negara-negara anggota ASEAN serta
dengan mitra dialog ASEAN dalam mendukung sektor pariwisata.
Keempat, kerja sama ini juga mencakup penerapan kebijakan dan langkah-langkah
yang tepat untuk meningkatkan kepercayaan antara pengunjung domestik dan
internasional ke Asia Tenggara, termasuk pengembangan standar dan pedoman dalam
meningkatkan faktor keamanan dan kesehatan guna melindungi para pekerja dan
masyarakat di industri perhotelan dan industri lainnya terkait pariwisata.
12
Kelima, para menteri pariwisata juga sepakat untuk mendukung pengembangan dan
implementasi rencana pemulihan krisis pasca COVID-19 serta membangun kemampuan
pariwisata ASEAN serta upaya promosi dan pemasaran pariwisata bersama dengan tujuan
memajukan ASEAN sebagai single tourism destination.
Keenam, para menteri sepakat untuk mempercepat penerapan kebijakan mikro dan
makro ekonomi, memberikan dukungan teknis dan stimulus keuangan, pengurangan pajak,
peningkatan kapasitas dan kemampuan, terutama keterampilan digital bagi para
stakeholder industri perjalanan dan pariwisata.
Ketujuh, mempercepat kerja sama dengan mitra dialog ASEAN, organisasi
internasional dan industri yang relevan untuk membangun Asia Tenggara yang tangguh
dan siap untuk secara efektif menerapkan dan mengelola pariwisata yang berkelanjutan
dan inklusif setelah krisis.
13
untuk Singapura Ngurah Swajaya, dan Duta Besar LBPP Indonesia untuk Laos Pratito
Soeharyo.
14
terpaksa tutup, begitu pula dengan sejumlah maskapai penerbangan dan tour
operator yang ikut alami kerugian.
Pariwisata berkelanjutan didefinisikan UNWTO sebagai pariwisata yang
memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan,
memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat.
Kerugian ekonomi dari berhentinya aktivitas pariwisata berimplikasi kepada aspek
lainnya dikarenakan meskipun tidak mendapatkan penerimaan dari jasa pariwisata tetapi
aktivitas pengelolaan pariwisata tetap berjalan seperti pemeliharaan fasilitas pariwisata,
pembayaan iuran air dan listrik, pengajihan karyawan baik yang masih bekerja maupun
yang dirumahkan dan lain sebagainya. Kondisi tersebut membuat ketidakseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran bagi para pelaku usaha pariwisata, sehingga tidak
menutup kemungkinan bagi para pengusaha yang mengalami kerugian besar, memiliki
beban untuk mengembalikan kegiatan pariwisata.
15
kesehatan yang ketat, tentunya bisa tetap memanfaatkan media sosial di era digital dalam
hal promosi museum.
Promosi museum lokal menggunakan media sosial harus ditingkatkan oleh Dinas
Kebudayaan atau Dinas Pariwisata setempat. Eksistensi museum untuk dapat menjadi
salah satu pilihan kunjungan wisata edukatif untuk masyarakat harus terus didorong.
Melalui koleksi museum masyarakat dapat banyak belajar. Karena sejatinya bahwa
pemanfaatan museum adalah pendayagunaan koleksi untuk kepentingan sebesar-besarnya
untuk masyarakat.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menuturkan bahwa pandemi
memberi dampak yang sangat serius bagi museum di dunia. “Ada survei dari UNESCO,
memang lebih dari 90.000 museum di dunia, 90 persen tutup karena pandemi. Sekitar 10
persen dari 90.000 sudah menyatakan tidak akan buka lagi,” kata Hilmar dalam webinar
bertajuk “Prospect of Reopening of Museums in the New Normal”. Menurutnya, pandemi
memberi dampak yang sangat signifikan terhadap museum-museum yang mengandalkan
pendapatan publik. Tidak adanya pemasukan membuat mereka terpaksa menutup
operasional. Namun, Hilmar menuturkan, sebagian yang masih beroperasi sudah
mengambil langkah antisipasi melalui teknologi digital. Menurutnya, teknologi digital
membantu museum melakukan inovasi dalam pelayananannya. Tidak hanya untuk
mengelola data, juga menampilkan koleksi museum kepada masyarakat luas.
Perwakilan dari Museum Nasional, Dyah Sulistiyani, menuturkan, selama pandemi
pihaknya beralih ke digital untuk tetap menghibur masyarakat yang rindu dengan museum.
“Program bersifat online seperti tantangan untuk bikin pameran dari rumah. Tantangan
membuat infografis koleksi museum,” kata Dyah dalam kesempatan yang sama. Tidak
hanya itu, untuk menjaga interaksi antara museum dengan masyarakat, pihaknya juga
mengadakan webinar mengenai pandemi dalam lintasan sejarah umat manusia. “Ada juga
pemanduan daring yang dilakukan dengan menggunakan tur virtual museum, dan kelas
tari secara daring yang bisa diakses di YouTube Museum Nasional,”
Dalam diskusi terpumpun bertema “Inovasi Teknologi Digital dalam Layanan
Museum di Masa Pandemi COVID-19” yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian
Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbang dan
Perbukuan), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Museolog
Universitas Indonesia, Kresno Yulianto berpendapat, beberapa pengelola museum sudah
beradaptasi menjalankan strategi digital, misalnya dengan membuat kunjungan
16
virtual, blog, dan interaksi di internet. Namun, ia meyakini museum harus membuat tim
manajemen krisis yang lebih integratif. Ia juga mencontohkan bahwa museum dapat
menjalankan fungsi sosial (charity) dengan berbagai komunitas nonprofit sebagai bentuk
tanggung jawab sosial atau menggandeng seniman-seniman untuk membuat masker dan
dijual. “Buat yang unik-unik, dan pegang basis data pengunjung. Promosikan terus bahwa
museum aman dikunjungi dengan protokol kesehatan. Atau, seperti Museum Macan yang
selalu promosi museum bisa dikunjungi secara digital. Jadi, publik juga tidak merasa hak
berkunjung ke museum dikurangi,” ucapnya. Diskusi itupun dihadiri oleh pakar dari
universitas dan sejumlah pengelola museum di Jakarta. Sekretaris Balitbang dan
Perbukuan, Kemendikbud, Suhadi mengatakan, di masa krisis seperti saat ini, seluruh
lapisan masyarakat harus saling memotivasi dan menguatkan supaya kreativitas dan
inovasi di museum tetap berjalan meski di tengah berbagai tantangan. Adapun bentuk
kreativitas yang marak dilakukan adalah layanan digital.
Strategi online and social media marketing dengan menggunakan virtual museum
merupakan salah satu cara untuk mencari perhatian dari konsumen agar tertarik kepada
jenis wisata museum untuk kemudian menimbulkan minat berkunjung. Peng, Yang & Kan
(2015) mengungkapkan bahwa keaslian prototipe virtual dan dapat dipercaya dari layanan
virtual dalam dunia maya 3D merupakan faktor penting yang mempengaruhi niat beli
konsumen pada objek dunia sebenarnya. Demikian pula Cameron & Lynch (2008)
menyatakan bahwa koleksi digital dan pameran online menawarkan cara baru untuk
menarik orang ke museum dan membangun hubungan yang lebih kuat antara museum dan
pengunjung museum. Pendapat tersebut diperkuat oleh Thomas & Carey (2007) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara virtual museum atau museum online
terhadap minat berkunjung ke museum yaitu menemukan bahwa 70% pengunjung
museum secara khusus mencari informasi online sebelum mengunjungi museum, dan 57%
mengatakan bahwa informasi yang mereka temukan secara online meningkatkan
keinginan mereka untuk mengunjungi museum secara langsung.
Terdapat pengaruh antara virtual museum terhadap minat berkunjung adalah rendah
hanya 30-31%. Hal tersebut telah didukung dengan penelitian terdahulu yang mengatakan
terdapat pengaruh antara kedua variabel tersebut dan juga hipotesis yang mengatakan
terdapat pengaruh antara virtual museum dengan minat berkunjung dapat diterima.
17
Dalam rangka menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia untuk
melaksanakan program padat karya sebagai upaya mitigasi dampak COVID-19 pada
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) dan mitra kerja Komisi X DPR-RI menyelenggarakan kegiatan BISA
(Bersih, Indah, Sehat, Aman) di Museum Fosil Sangiran, Sragen, pada Senin (3/8) hingga
(4/8).
Kegiatan ini sebagai upaya menyiapkan destinasi wisata serta para pelaku pariwisata
dan ekonomi kreatif di sekitar lokasi untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru menuju
masyarakat yang produktif dan aman COVID-19.
Pembukaan kegiatan Gerakan BISA dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi X DPR-RI
Agustina Wilujeng Pramestuti, Tenaga Ahli Menteri Bidang Hubungan Antarlembaga
Kemenparekraf/Baparekraf Arief Budiman, Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno, Ketua
DPRD Kabupaten Sragen Suparno, Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah Untung
Wibowo Sukowati, Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Sragen I
Yusep Wahyudi serta Kepala BPSMP Sangiran, Sukronedi.
Sekitar 100 pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dibekali peralatan penunjang
kebersihan, keindahan, kesehatan dan keamanan, untuk kemudian menerapkan protokol
kesehatan di era adaptasi kebiasaan baru.
Gerakan BISA merupakan kegiatan padat karya yang melibatkan pelaku pariwisata,
ekonomi kreatif, hingga masyarakat yang terdampak COVID-19 dalam menunjang
kualitas dan daya saing destinasi pariwisata Indonesia.
Direktur Manajemen Strategis Kemenparekraf/Bapareraf, Harwan Ekon Cahyo
Wirasto dalam sambutannya mengatakan Gerakan BISA yang diselenggarakan di Museum
Sangiran diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing pariwisata, khususnya pada
indikator Health and Hygiene serta Safety and Security di lingkungan Museum Sangiran,
Kabupaten Sragen.
“Gerakan BISA bertujuan untuk mendorong pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif
untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru menuju masyarakat yang produktif dan aman
COVID-19. Serta mendukung destinasi pariwisata untuk mengantisipasi tatanan
kehidupan baru pascapandemi COVID-19 sesuai prinsip higiene dan sanitasi yang baik,”
ujar Harwan.
Dirinya juga menyampaikan sesuai instruksi Presiden terkait adanya peningkatan
kualitas industri pariwisata. Sehingga perlu melibatkan masyarakat sekitar atau padat
18
karya. Sangiran menjadi salah satu destinasi pariwisata yang ditetapkan sebagai kawasan
strategis pariwisata nasional. Di Jawa Tengah yang ditetapkan ada empat destinasi. Antara
lain Candi Borobudur, Kepulauan Karimunjawa, Pegunungan dieng dan Kawasan
Museum Sangiran.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti menyampaikan
Sangiran merupakan destinasi yang punya sisi edukasi dan sejarah. Dimasa pandemi
COVID-19 ini, dikatakan Agustina bahwa salah satu langkah untuk mengembalikan
pariwisata yang terdampak pandemi dengan mengembangkan potensi yang ada sekitar
obyek wisata.
19
Menurut Adita, pemberian diskon tersebut bertujuan agar pariwisata Indonesia tetap
berjalan walau ada penutupan penerbangan.
20
Sementara itu, Kemenparekraf menyiapkan strategi kampanye
#DreamNowTravelTomorrow sebagai branding protokol CHS untuk pasar wisatawan
mancanegara (wisman). Kampanye tersebut akan menghadirkan konten inspiratif
sekaligus menyampaikan pesan terkait protokol kesehatan kepada wisman. Kemenparekraf
akan tetap menjaga komunikasi dengan partner di destinasi wisata untuk tetap hadir dan
memberikan inspirasi di pasar. Duta Besar RI untuk Republik Demokrasi Rakyat Laos
Pratito Soeharyo menambahkan, pihaknya juga telah memiliki rencana program family
trip untuk Key Opinion Leaders (KOL) dan jurnalis dari Laos. Asisten Deputi Bidang
Pariwisata Kemenko Maritim dan Investasi, Kosmas Harefa mengatakan bahwa pihaknya
memiliki 13 program dalam mendukung sektor pariwisata di masa normal baru atau
pascapandemi COVID-19. Adapun salah satu program tersebut, ungkap Kosmas, adalah
sinkronisasi anggaran belanja terkait pariwisata yang tersebar di berbagai kementerian dan
lembaga. “Kami juga mendorong anggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri seluruh
kementerian dan lembaga agar dialokasikan ke daerah yang bergantung pada sektor
pariwisata, termasuk kegiatan MICE,” jelasnya. Kosmas menambahkan, jumlah anggaran
tersebut tidaklah sedikit, sehingga diharapkan dapat menjadi kekuatan perekonomian di
destinasi wisata Indonesia.
21
tantangan dalam pemulihan sektor pariwisata Indonesia. Maka dai itu, demi membantu
mereka yang “menderita”, Kemenparekraf siapkan berbagai kebijakan, salah satunya lewat
dana hibah pariwisata. Pakar kreatif strategi pariwisata, Taufan Rahmadi, berpendapat
bahwa partisipasi masyarakat menjadi penting dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
yang ada. Hal ini agar kebijakan-kebijakan yang diberikan nantinya tepat sasaran. Deputi
Bidang Industri dan Investasi Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf),
Fadjar Hutomo, menjelaskan bahwa dalam mendorong suatu destinasi wisata diperlukan
ekosistem pariwisata yang ramah.“Mendorong pembangunan industri pariwisata di
destinasi wisata tentunya melalui upaya menghadirkan ekosistem pariwisata - 3A
(Amenitas, Atraksi, Aksesibilitas) di destinasi wisata tersebut.“
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak dari wabah
COVID-19 yang ada di seluruh dunia. Kondisi ini pun memberikan kerugian baik
kepada pelaku usaha pariwisata, pekerja di bidang pariwisata dan masyarakat pada
umumnya, tak terkecuali museum-museum yang berada di Indonesia. Meskipun wabah
COVID-19 masih berlangsung, akan tetapi harus ada sesuatu yang dapat direncanakan
sedari awal mengenai proses penyusunan kebijakan pemulihan pariwisata agar nantinya
pariwisata di seluruh dunia khususnya, di Indonesia dapat kembali seperti sebelum
wabah COVID-19.
Perencanaan kebijakan pemulihan pariwisata yang direkomendasikan terdiri
dari optimalisasi peran kedua sektor utama pariwisata, yaitu pemerintah kota di berbagai
daerah sebagai pemilik hak untuk menyusun kebijakan dan para pelaku usaha sebagai
pihak penyelenggara kegiatan pariwisata. Kebijakan-kebijakan yang disusun pun
setidaknya harus memiliki dampak yang baik bagi pariwisata seperti penyusunan kembali
kebijakan pengembangan pariwisata sebagai dampak wabah COVID-19. Pemerintah kota
22
yang berada diberbagai daerah pun perlu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan
para pelaku usaha pariwisata, pemerhati pariwisata dan akademisi dalam rangka
penyusunan instrumen kebijakan pemulihan pariwisata pasca COVID-19 yang
bersifat partisipatif, kolaboratif dan sinergis.
4.2 Saran
Upaya pemulihan pariwisata pasca wabah COVID-19 tidak hanya melalui
penyusunan indikator kebijakan semata, tetapi juga harus diimbangi dengan adanya
perbaikan secara internal dalam organisasi Pemerintah Kota guna memastikan bahwa
pemulihan pariwisata tidak hanya ditujukan secara eksternal bagi para pelaku usaha
pariwisata, tetapi juga meliputi upaya perbaikan secara internal.
Reorientasi kebijakan pengembangan pariwisata merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh Pemerintah. Reorientasi kebijakan pembangunan pariwisata ditujukan
untuk memetakan kembali program dan anggaran pariwisata serta potensi pariwisata
dalam lingkup pengembangan pariwisata pasca wabah COVID-19, sehingga berbagai
program yang akan dilaksanakan beserta anggaranya akan disesuaikan dengan kondisi
pada saat ini. Dalam upayanya lebih ndic dalam melakukan upaya reorientasi kebijakan
pengembangan pariwisata maka pembentukan tim internal yang secara khusus ditugaskan
untuk melakukan kajian menyeluruh baik dampak maupun potensi pariwisata di Indonesia
perlu untuk dilakukan.
Upaya pemulihan pariwisata pasca wabah COVID-19 tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah, tetapi para pelaku usaha sebagai pihak yang langsung mengelola
berbagai jenis usaha pariwisata memiliki peran yang penting. Kontribusi para pelaku
usaha dalam pemulihan pariwisata akan dapat menjadi ndicator keberlangsungan usaha
pariwisata pasca wabah COVID-19.
23
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal:
Sumber Website:
1. Kajian Pustaka Pariwisata, Wisata, Edukasi, dan Jenis-jenis Wisata Edukasi [Internet]
[diunduh 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3824/Bab
%202.pdf?sequence=4
2. Kajian Pustaka Museum [Internet] [diunduh 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
http://etheses.uin-malang.ac.id/1414/4/04560011_Bab_2.pdf
3. Kemendikbud. 2020. Museum Virtual Jadi Pilihan di Masa Pandemi [Internet] [diunduh
2020 Nov 27]; Tersedia pada:
24
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/museum-virtual-jadi-pilihan-di-masa-
pandemi
4. Diskominfo. 2020. Gerakan Bisa Awali Museum Sangiran Masuki Masa Adaptasi Baru
[Internet] [diunduh 2020 Nov 25]; Tersedia pada: http://www.sragenkab.go.id/berita-
2131.html
5. Siedoo. 2020. Eksistensi Museum Sebagai Wisata Edukatif Masyarakat Dalam “New
Normal”[Internet] [diunduh 2020 Nov 25]; Tersedia pada: https://siedoo.com/berita-
30723-eksistensi-museum-sebagai-wisata-edukatif-masyarakat-dalam-new-normal/
6. DW. 2020. Bagaimana Sektor Pariwisata Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi Corona
[Internet] [diunduh 2020 Nov 26]; Tersedia pada: https://www.dw.com/id/bagaimana-
pariwisata-indonesia-bertahan-di-tengah-pandemi/a-54818132
7. Nabilla Ramadhian. 2020. Pengaruh Pandemi Terhadap Museum di Dunia, Interaksi
Beralih ke Digital [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 25]; Tersedia pada:
https://travel.kompas.com/read/2020/07/09/201100827/pengaruh-pandemi-terhadap-
museum-di-dunia-interaksi-beralih-ke-digital?page=all
8. Nabilla Ramadhian. 2020. Bagaimana Teknologi Digital Bantu Museum pada Masa
Pandemi? [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 25]; Tersedia pada:
https://travel.kompas.com/read/2020/07/09/093100627/bagaimana-teknologi-digital-
bantu-museum-pada-masa-pandemi?page=all#page3
9. Aditya Mulyawan. 2020. Upaya Memulihkan Sektor Pariwisata Indonesia Pascapandemi
Covid-19 [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
https://travel.kompas.com/read/2020/06/28/161137527/upaya-memulihkan-sektor-
pariwisata-indonesia-pascapandemi-covid-19?page=all
10. Deti Mega Purnamasari. 2020. Strategi Pemerintah Tingkatkan Pariwisata yang
Terdampak Wabah Virus Corona [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/07/07505111/strategi-pemerintah-tingkatkan-
pariwisata-yang-terdampak-wabah-virus-corona?page=all
25