Dosen Pengampu:
Oleh:
NIRM: 04.03.18.211
HEWAN PPKH 7B
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021
JURNAL 1
Judul Artikel Akses Teknologi Informasi melalui Media Elektronik pada Petani KRPL
Tujuan (1) menganalisis secara deskriptif akses teknologi informasi melalui media
Penelitian elektronik, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi akses teknologi
informasi melalui media elektronik, dan (3) menetapkan strategi untuk
meningkatkan akses teknologi informasi melalui media elektronik pada petani
KRPL di Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.
Populasi dan Sampel penelitian yaitu 46 petani yang tergabung dalam kelompoktani yang telah
Sampel menerapkan program KRPL.
Metode Peubah penelitian terdiri atas karakteristik petani, dukungan fasilitas akses
Penelitian teknologi, peranan penyuluh dan akses petani. Data penelitian diambil
menggunakan instrument berupa kuesioner. Data dianalisis menggunakan
statistic deskriptif dan inferensial, serta analisis SWOT dilakukan untuk menyusun
strategi peningkatan akses teknologi informasi melalui media elektronik pada
petani KRPL. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan mengelompokkan data
yaitu membagi jawaban responden yang dikelompokkan dalam empat kategori (1)
sangat rendah, (2) rendah, (3) tinggi dan (4) sangat tinggi. Analisis statistic
inferensial melalui uji regresi berganda dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi akses teknologi informasi melalui media elektronik.
Hasil dan 1. Mayoritas petani responden menyatakan pendukung akses teknologi informasi
Bahasan melalui media elektronik di Metro Pusat dalam kategori tinggi sebesar 41,3%,
sedangkan 58,7% petani responden lainnya menyatakan hal berbeda
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi akses teknologi informasi melalui media
elektronik:
a. Karakterisitik Responden (X1):
- Umur (X1.1): Tidak Signifikan
- Pendidikan (X1.2): Tidak Signifikan
- Lama Usahatani (X1.3): Tidak Signifikan
- Jumlah Tanggungan Keluarga (X1.4): Nilai koefisien sebesar 3,451 dengan nilai
signifikasi 0,024 < 0,05. Ini berarti semakin besar jumlah anggota keluarga dalam
rumahtangga tani maka semakin rendah tingkat akses teknologi informasi petani
melalui media elektronik, hal ini selaras dengan penelitian Awal (2018).
- Jumlah Teknologi Informasi (X1.5): Tidak Signifikan
b. Dukungan fasilitas Akses (X2): Nilai koefisien 0,981 dan nilai signifikasi 0,001 <
0,05. Hal ini berarti semakin tinggi persentase sarana prasarana akses maka
semakin tinggi ketersediaan sarana informasi berbasis teknologi informasi yang
ada akan mendorong pada semakin tingginya tingkat perilaku petani dalam
meningkatkan keinovatifan dan kesadarannya untuk mencari informasi yang
dibutuhkan.
c. Peranan Penyuluh (X3): Taraf signifikasi pada peranan penyuluh yaitu 0,000 <
0,005. Tingkat signifikasi pada variabel ini merupakan tingkat signifikasi yang
paling berpengaruh terhadap variabel dependen.
3. Strategi S – O : 2,28 + 2,16 = 4,44
Strategi S – T : 2,28 + 1,14 = 3,42
Strategi W – O : 0,66 + 2,16 = 2,82
Strategi W – T : 0,66 + 1,14 = 1,8
a. Memaksimalkan pemanfaatan media elektronik petani untuk meningkatkan
akses teknologi informasi pertanian
b. Pengajuan bantuan kepada Dinas Pertanian terkait pengadaan sarana
prasarana akses kelompoktani melalui media elektronik
c. Pengembangan kegiatan KRPL yang dilakukan dengan kegiatan pertanian
terpadu. Kegiatan dengan menggabungkan antara pertanian, perikanan dan
peternakan.
Kesimpulan Tingkat akses teknologi informasi melalui media elektronik pada petani KRPL di
Kecamatan Metro Timur, Kota Metro secara keseluruhan termasuk dalam kategori
tinggi dengan persentase 70,7%. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat akses
petani melalui media elektronik yaitu jumlah tanggungan keluarga, pendukung
akses teknologi informasi serta peranan penyuluh. Strategi yang disusun untuk
melakukan peningkatan akses petani dapat dilakukan dengan memanfaatkan
kekuatan dan peluang yang ada pada kelompoktani serta memanfaatkan peluang
yang ada untuk memperbaiki kelemahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
adalah memperkuat peranan penyuluh pertanian dan dukungan fasilitas teknologi
informasi seperti media elektronik. Petani tidak hanya aktif sebagai pencari
informasi tetapi dapat menjadi sumber informasi, pengajuan sarana dan
prasarana akses kelompok ke institusi terkait serta melakukan pengembangan
kegiatan KRPL.
Daftar Pustaka: Ardelia, R., Anwarudin, O., & Nazaruddin. (2020). Akses Teknologi Informasi
melalui Media Elektronik pada Petani KRPL. Jurnal Triton, 11(1), 24–36.
https://doi.org/10.47687/jt.v11i1.101
Link: https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/jt/article/view/101/84
JURNAL 2
Judul Artikel Identifikasi Aplikasi Penggunaan Cyber Extension Sebagai Sumber Informasi
Penyuluh Dalam Adopsi Teknologi Pakan
Penulis Agustina Abdullah, Jamila, Amidah A, Amrullah, Syahdar B dan Hilda Ibrahim
Hasil dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cyber extension belum tersosialisasi
Bahasan dengan baik ke penyuluh, dan tidak didukung dengan fasilitas laptop. Penyuluh
yang tanggap menggunakan fasilitas pribadi seperti laptop (bagi yang memiliki
laptop) menggunakan laptop untuk mendapatkan informasi materi penyuluhan
tentang teknologi pakan. Peternak akan lebih mudah memahami, menarik, dan
mengadopsi jika penyuluhan dilakukan dengan gambaran tentang bahan pakan
ternak, bagaimana mengolah pakan yang tersedia di wilayah
melalui gambar, dan mau mengikuti anjuran penyuluh karena peternak dapat
melihat bukti walaupun hanya melalui tayangan-tayangan yang diperlihatkan
penyuluh. Cara lain yang digunakan penyuluh untuk meningkatkan adopsi
teknologi pakan dengan fasilitas yang minim yaitu berkolaborasi dengan
formulator sales untuk melakukan penyuluhan dengan target penyuluhan yang
hendak dicapai adalah peningkatan adopsi teknologi pakan.
Kesimpulan Penyuluh telah mengetahui adanya cyber extension untuk mendapatkan informasi
dalam membuat materi penyuluhan. Namun demikian, ternyata penyuluh belum
mengetahui dengan baik tentang penggunaan cyber extension sebagai sumber
informasi. Hal ini terlihat jumlah penyuluh yang telah memanfaatkan cyber
extension masih rendah yaitu kurang dari 50%. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
peningkatan dan optimalisasi penggunaan cyber extension untuk mendapatkan
informasi teknologi melalui perbaikan fasilitas dan dukungan kelembagaan.
Daftar Pustaka: Abdullah, A., Jamila, J., A, A., Amrullah, A., B, S., & Ibrahim, H. (2019).
Identifikasi Aplikasi Penggunaan Cyber Extension sebagai Sumber Informasi
Penyuluh dalam Adopsi Teknologi Pakan. Suluh Pembangunan : Journal of
Extension and Development, 1(2), 109–114. https://doi.org/10.23960/jsp.v1i2.22
Link: https://jsp.fp.unila.ac.id/index.php/jsp/article/view/22
JURNAL 3
Judul Artikel Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pemenuhan Informasi
Bagi Rumah Tangga Usaha Pertanian Di Kecamatan Halongonan Kabupaten
Padang Lawas Utara
Populasi dan Populasi penelitian berjumlah 134 rumah tangga dengan sampel berjumlah 100
Sampel responden.
Metode Penelitian ini menggunakan metode actor. Data yang dipelajari adalah data dari
Penelitian sampel yang diambil dari populasi, sehingga ditemukakan kejadian-kejadian
actor e, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun
psikologis. Lokasi penelitian berdasarkan perwakilan desa yang topografinya
berbukit-bukit dengan cara undi meliputi Desa Sitabola, Japinulik, Sitenun,
Sandean Tonga, Tapus Jae, dan Sandean Julu Kecamatan Halongonan. Teknik
pengolahan dan analisis data digambarkan dalam bentuk table frekuensi
kemudian diinput dalam SPSS dan dianalisis secara deskriptif. Dalam penelitian
actor menggunakan teknik pengumpulan data dan kuesioner.
Hasil dan 1. Hasil penelitian menunjukkan, pemanfaatan actor e dalam jumlah waktu yang
Bahasan digunakan untuk menonton actor e setiap hari sebanyak 65 responden
(86,7%),2-3 kali seminggu sebanyak 7 responden (9,3%), minimal 1 minggu
sekali sebanyak 3 responden (4,0%). Manfaat yang didapat rumah tangga usaha
pertanian dari menonton tayangan actor e beragam sesuai dengan program
actor e yang dipilih. Namun pemanfaatan actor e belum dirasakan oleh rumah
tangga usaha pertanian di Kecamatan Halongonan yang seharusnya mereka
mendapatkan pengaruh dari tayangan actor e untuk usaha taninya tentang
kondisi cuaca, informasi harga komoditi dalam konten-konten berita.
2. Hasil penelitian menunjukkan, pemanfaatan radio dalam jumlah waktu yang
digunakan untuk mendengarkan radio dengan frekuensi 2-3 kali seminggu
sebanyak 12 responden (48%), minimal sekali dalam seminggu sebanyak 8
responden (32%) dan setiap hari sebanyak 5 responden (20%). Radio mampu
menyampaikan pesan kepada banyak orang lewat suara dan tetap menjadi salah
satu sarana penyebaran informasi yang cukup efektif dalam menyebarluaskan
informasi terkait program-program pemerintah di bidang pertanian baik yang
sudah terlaksana maupun yang sedang berjalan dan sedang direncanakan patut
diketahui.
3. Hasil penelitian menunjukkan, Pemanfaatan akses internet oleh responden
sangat minim sekali yaitu Lebih dari 1 kali dalam seminggu sebanyak 8
responden (66,7%), setiap hari sebanyak 3 responden (25%) dan minimal 1 kali
dalam seminggu sebanyak 1 responden (8,3%). Realitanyarumah tangga usaha
pertanian merasa kesulitan untuk memanfaatkan internet dalam pemenuhan
infomasi pertanian dengan pemakaian bahasa asing yang disebabkan tingkat
pendidikan yang rendah. Disamping itu, infrastruktur yang belum maksimal di
daerah perbukitan, pemanfaatan teknologi informasi belum menyentuh petani,
minat petani mencari informasi lemah, dan penggunaan informasi pertanian
belum meluas. Sehingga menghambat penyebarluasan informasi bagi rumah
tangga usaha pertanian.
4. Hasil penelitian menunjukkan, minat baca surat kabar dari sebanyak 100
Responden (100%) hanya 16 responden (16%) dan membeli surat kabar hanya 6
responden (6%) saja. Artinya, pemanfaatan media surat kabar sangat tidak
maksimal oleh rumah tangga usaha pertanian.
Daftar Pustaka: Abdul Rahman Harahap. (2016). Pemanfaatan Teknologi Iinformasi dan
Komunikasi dalam Pemenuhan Iinformasi Bagi Usaha Rumah Tangga
Pertanian di Kecamatan Halongan. Penelitian Komunikasi Dan Pembangunan,
17(2), 77–88.
Link: https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jpkp/article/view/876
JURNAL 4
Populasi dan Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 35 orang dengan
Sampel spesifikasi 27 orang penyuluh perikanan, 2 orang dari pihak dinas perikanan dan
6 orang pelaku utama perikanan.
Metode Metode snowball sampling merupakan suatu metode penarikan sampel yang
Pengambilan dalam hal ini responden yang berhasil diperoleh diminta untuk menunjukkan
Sampel responden-responden lainnya secara berantai.
Hasil dan 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh perikanan intensitas mereka
Bahasan dalam menggunakan media internet tergolong paling sering dibandingkan dengan
media lainnya seperti media cetak maupun Cyber Extension. Mayoritas penyuluh
perikanan memiliki tingkat frekuensi dengan kategori sedang sebanyak 85 persen
dan kategori tinggi 15 persen. Hal tersebut menggambarkan bahwa penyuluh
perikanan memiliki ketertarikan terhadap penggunaan internet dan telah
mengakses internet secara rutin. Hasil pengukuran frekuensi pada kategori
sedang tersebut menunjukkan bahwa intensitas mengakses internet yang
dilakukan oleh penyuluh perikanan berkisar antara 1-4 hari dalam kurun waktu
satu minggu.
2. Cyber Extension ini kurang diminati oleh penyuluh perikanan maupun pelaku
utama sebagai sasaran penyuluhan. Disamping itu kemampuan penyuluh
perikanan berkaitan dengan manajerial dan operasional di bidang teknologi dan
informasi yang masih terbatas menyebabkan penyuluh perikanan kesulitan untuk
mempelajari lebih dalam akan manfaat dari Cyber Extension. Permasalahan
lainnya dalam mengakses Cyber Extension adalah anggapan penyuluh perikanan
yang menganggap informasi yang disajikan dalam laman Cyber Extension kurang
realistis.
3. Media cetak: jenis koran yang sering dibaca oleh penyuluh perikanan adalah
koran tingkat provinsi yaitu Manggala yang terbit setiap seminggu sekali. Media
cetak lain berupa buku-buku perikanan yang di dalamnya memuat berbagai
penelitian ilmiah.
Daftar Pustaka: Ratnadila, N. S., Taryoto, A. H., & Leilani, A. (2019). Pemanfaatan Media
Teknologi Informasi dalam Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan (Kasus
Penyuluh Perikanan Kabupaten Tabanan Provinsi Bali). Jurnal Penyuluhan
Perikanan Dan Kelautan, 13(2), 189–204.
https://doi.org/10.33378/jppik.v13i2.128
Link: http://jppik.id/index.php/jppik/article/view/128
JURNAL 5
Judul Artikel Pelatihan PenggunaanMedia Aplikasi Penyuluhan Berbasis Android bagi PPL dan
Ketua Kelompok Tani di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kec. Hamparan Rawang
Kota Sungai Penuh
Tujuan Mengenalkan fungsi, manfaat dan cara menggunakan media aplikasi penyuluhan
Kegiatan berbasis android kepada PPL dan Ketua Kelompok Tani.
Populasi dan Para petani muda yang sudah aktif menggunakan android untuk kebutuhan
Sampel komunikasi dan informasi dengan memanfaatkan jaringan internet
Daftar Pustaka: Rendra, R., Jamaluddin, J., & Sativa, F. (2019). Pelatihan Penggunaan
Media Aplikasi Penyuluhan Berbasis Android bagi PPL dan Ketua Kelompok
Tani di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kec. Hamparan Rawang Kota Sungai
Penuh. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(2), 278–285.
https://doi.org/10.22437/jkam.v3i2.8502
Link: https://online-journal.unja.ac.id/JKAM/article/view/8502/9950
REVIEW PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 16/Permentan/OT.140/2/2013.
Judul:
Penulis:
Publikasi:
Latar Belakang:
Dalam rangka percepatan informasi penyuluhan pertanian agar efektif dan efisien serta
memenuhi 4 tepat yaitu tepat waktu, tepat tempat, tepat sasaran dan tepat kebutuhan, Pusat
Penyuluhan Pertanian melakukan modifikasi penyusunan dan penyebaran informasi
penyuluhan pertanian melalui sistem jaringan yang terkoneksi dengan internet. Hal ini
dimaksudkan agar informasi pertanian yang dibutuhkan oleh pelaku utama maupun pelaku
usaha dan masyarakat pertanian pada umumnya dapat setiap saat diperoleh dan dipilih sesuai
kebutuhan spesifik lokasi.
Tujuan:
2. Mempercepat arus data dan informasi pertanian dari pusat sampai ke petani;
Ruang Lingkup:
Hasil/Isi:
Cyber Extension yang dimakasud dalam SMIPP adalah sistem informasi penyuluhan pertanian
melalui media internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi
pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku
utama dan pelaku usaha.
1. Organisasi Pengelolaan Cyber Extension mulai dari pusat sampai dengan daerah.
Tugas dan tanggung jawab pengelola sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian:
2. Pengelola Simluh
3. Pengelola Simpoktan
Tugas dan tanggung jawab administrator sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian:
2. Administrator Simluh
3. Administrator Simpoktan
1. Melakukan pengumpulan data dan informasi pertanian sebagai bahan untuk menyusun
materi penyuluhan yang bersumber dari berbagai lembaga informasi (lembaga-lembaga
penelitian pertanian penghasil rekomendasi pertanian/Balai Pengkajian Teknologi Pertanian);
2. Melakukan Pengolahan terhadap data dan informasi pertanian yang telah dikumpulkan
menjadi materi penyuluhan pertanian dalam bentuk file digital untuk memenuhi kebutuhan
database materi penyuluhan pertanian dalam Cyber Extension.; dan
3. Melakukan verifikasi terhadap materi penyuluhan yang telah disusun, sebelum diunggah ke
dalam Cyber Extension.
Pedoman ini merupakan acuan bagi para pelaksana, pengelola data dan informasi
Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian, serta seluruh unit kerja yang terkait dalam
peningkatan operasional Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian di lingkungan
Kementerian Pertanian. Pedoman ini bersifat dinamis dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan teknologi dan informasi