Anda di halaman 1dari 28

BAB VII

SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU DAKWAH

A. Pendahuluan
Berbicara tentang perkembangan dakwah tidak bisa
dilepaskan dari sejarah perkembangan kegiatan dakwah itu
sendiri. Sejauh ini secara khusus sejarah perkembangann
ilmu dakwah belum dibahas oleh para pakar dalam literatur-
literatur dakwah, mengingat keberadaan ilmu dakwah
sampai sekarang masih dicarikan format epistimologinya
yang jelas. Pembahasan tentang sejarah ilmu dakwah terkait
dengan sebuah asumsi bahwa masing-masing disiplin ilmu
pengetahuan memiliki sejarah dan perkembangan tertentu
dan dapat ditelusuri.

B. Perkembangan Ilmu Dakwah

Secara garis besar perkembangan ilmu dakwah bila


dicermati dapat dibagi menjadi berbagai tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap Konvensional
Pada tahap ini dakwah masih merupakan kegiatan
keagamaan berupa seruan atau ajakan untuk menganut dan
mengamalkan ajaran Islam yang dilakukan secara
konvensional, artinya dalam pelaksanaan secara operasional
belum didasarkan kepada metode-metode ilmiah, tetapi
dilakukan berdasarkan pengalaman orang perorangan. Oleh
karena itu, tahap ini disebut juga sebagai tahapan tradisional
artinya ilmu dakwah dalam tahap ini hanya sekeedar
pengetahuan tentang penyampaian pesan, dimana
fenomena-fenomena dakwah yang ada belum tersusun
secara sistematis, logis, dan metodologis menuju kearah
ilmu pengetahuan dakwah.

2. Tahap Sistematis

Pemikiran-pemikiran tentang konsep dakwah telah


dilakukan oleh para ulama dan cendikiawan muslim, yang
dikaji secara ilmiah dan dibahas dalam berbagai aspek
historis, doktrinal, normatif, etika, sosial, dan budaya.
Pemikiran tersebut terlihat pada berbagai karya tulis
dakwah yang telah dihasilkan sebagai berikut:
 Syech Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin (1942), yang
kemudian oleh sebagian pengamat dipandang sebagai
permulaan adanya ilmu dakwah.

Ilmu Dakwah | 192


 Hasan al-Banna, Mudzakirat ad-Da’wati wad Da’iyah,
Darul Tauziq wal Nasryl Islamiyah, Isinya catatan
penting tentang perjalanan Dakwah Hasan al-Banna.
 Muhammad al-Ghazali, Fi Muakibid Da’wah (1954),
yang membicarakan perlunya perbaikan masyarakat dan
buku yang berjudul, Ma’allahi Dirasat Fid-Dakwah Wa
Du’at” (1961). Isinya menekankan pada keperluan akan
dakwah, problematika dan proses dakwah.
 Barmawi Umari, Asas-asas ilmu dakwah, (1961) yang
mengkaji unsur-unsur dakwah Islam (Tabligh).
 Hasan al Banna, Dakwatuna fi Thaural-Jidid bainal
Amsi wal Yaum. Darul Thiba’ah wa Nasryl Islamiyah,
1961. Isinya risalah Nabi, Sistem Al-Qur’an, Negara
Islam dan langkah untuk mencapai tujuan.
 Abu Bakar Zakri, ad-Dakwatu Ilal-Islam, (1962),
membicarakan pokok dakwah, kelompok da’i, teori
dakwah serta metode menghadapi sasaran dakwah.
 Shalahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip
Dakwah Islam, Semarang : Ramadhani, (1964).
 Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, Jakarta.
(1965)

Ilmu Dakwah | 193


 Abul A’la al-Maududi, Tadzkiya du’atil Islam (1966)
yang mengkaji kondisi dakwah pada masa jahiliyah,
tujuan dan metode dakwah, Akhllaq da’i serta dakwah di
lingkungan keluarga.
 Thoha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah (1967), yang
membahas masalah ilmu tabligh dari pelbagai aspek.
Buku ini termasuk buku lengkap dan menjelaskan ilmu
tabligh.
 Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, Jakarta : Kiblat
(1969), yang mengkaji dakwah secara komprehensip
dalam semua aspek kehidupan baik dari sisi sistem
maupun metode. Dalam buku ini dakwah dilihat sebagai
upaya mewujudkan ajaran dalam masyarakat.
 Muhammad Isa Anshari, Mujahid Dakwah, Bandung :
Ddiponegoro, (1969) yang membahas dakwah sebagai
gerakan Islam.
 Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Al-Mursyid al-Amin
Musthafa al-Babi al-Halabi, Mesir (1969), menerangkan
tentang seorang tokoh/guru dakwah yang dapat
dipercaya dalam menjadi teladan.

Ilmu Dakwah | 194


 Sayyid Quthub, Fiqhud-Dakwah, Muassasatur-Risalah,
(1970), menerangkan dakwah Islamiyah dan gerakan
Islam
 Khadijah Nasution, Ilmu Dakwah, Yogyakarta : fakultas
Ushuluddin, (1970) yang mengkaji masalah ilmu tabligh
khususnya unsur0unsur dakwah.
 M. Nasruddin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islam,
Jakarta : Dara, (1971).
 Abu Bakar Aceh, Beberapa Catatan Mengenai Dakwah
Islam, Semarang : Ramadhani
 Husnul Aqib Suminto, Problematika Dakwah, Jakarta :
Tintamas 1973
 Hamzah Ya’kub, Publistik Islam, Seni dan Dakwah,
1973 ang membahas dakwah dalam kaitannya dengan
tabligh, tulisan melalui media masa dan tabligh sebagai
seni serta bagaimana tekhnik tabligh yang tepat.
 Mohammad Natsir, Dakwah dalam Pembangunan, DDII,
1973
 Masdar Helmy, Dakwah dalam Pembangunan, 1973,
membahas kaitan dan fungsi dalam pembangunan.

Ilmu Dakwah | 195


o A. Hasyim, Dustur Dakwah menurut al-Qur’an, jakarta :
Bulan Bintang, 1974 membahas masalah aspek-aspek
dakwah menurut al-Quran.
 Imam as-Syahid Hasan al-Banna, Mauqif fid-Da’wah wa
Tarbiyah, al-‘abbas al-Sisy-Darul-Da’wah, cet III. 1394
H/ 1974M.
 Dr. Abdul Karim Zaidan, Ushulud-Da’wah th 1975,
yang telah diterjemahkan oleh dewan Da’wah Islamiyah
Indonesia merupakan buku yang komplit untuk kegiatana
dakwah Islam.
 Ki Moesa Ali Mahfoeld, Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah
dan Penerapanya, 1975. Isinya membahas filsafat
dakwah dan cara mentrasformasi kedalam kenyataan.
 Husnul Aqib Suminto, Dakwah untuk masyaakat
Metropolitan Jakarta : IAIN Syahid, 1976
 Abdul badi’ Shaqar, Kaifa Nad’u an-Naas, Kairo
Maktabah wahbah 1976, menjelaskan tentang metode
dakwah.
 Nasrudin Razak, Metodelogi Dakwah, 1976, membahas
metode-metode dakwah.
 Abul Hasan Ali an-Nadawi, Rijal Fikri wad-Da’wah fil
Islam, Darul Qalam 1977.

Ilmu Dakwah | 196


 Ali Aabdul ‘Adhin, Ad-Dakwatu wal-Khitobah, 1979,
menerangkan masalah dakwah dalam kaitannya dengan
pidato dan tabligh.
 Mohammad Natsir, Kode dan Etika Dakwah, Jakarta :
Mutiara 1979.
 T.W. Arnold, Preaching of Islam: A History of
Propagation of The Muslim Faith SA. Muhammad
Ashraf, Lahore Pakistan.
 Ahmad Faiz, Thariqud-dakwah Fidzilalil-Qur’an, tt,
yang nerangkan defnisi dan kandungan ad-Din,
pemihakkan kepada Allah atau Taghut, gerakan dakwah
Islamiyah, metode dakwah, karakter dan langkah-
langkah dakwah serta akhlaw da’i.
 Zainuddin Sardan, The Future of Moeslem Civilazation,
London : Croom Helm, 1979. Buku ini sudah
diterjemahkan kedalam bahasa indonesia. Isi buku ini
sangat memberikan kerangka teoritik bagi manajemen
dakwah Islam. Karena itu buku ini merupakan buku yang
dapat memadu kajian perencanaan masa depan khairul
sebagai tujuan.
 Usman bin Hasan Khubuy, Bekal Juru Dakwah, Terj.
Surabaya : Balai Buku, 1980.

Ilmu Dakwah | 197


 As-Sayid Abdullah bin Alwi al-Hadad, Ad-Da’watut
wat- Tadzkiratul ‘Ammah (1933), terjemah M. Ali
Chasan Umar, Semarang 1980. Isinya menerangkan
tentang macam-macam obyek dakwah yang terbagi
menjadi 8 golongan.
 Anwar Masy’ari, Studi tentang Ilmu Dakwah, Surabaya :
Bina Ilmu, 1981.
 Muhammad al-Ghazali, Ma’a Allah, Dirasat fid-Da’wah
wad-Du’at, Darul Kutub Al-islamiyah 1981.
 Malik Ahmad, Strategi Dakwah Islamiyah, Jakarta :
LPPA PP Muhamdiyah, 1981.
 Abdul Rahim Abdul Khaliq, Al-Ushul al-‘Amaliyah Lid-
Da’wah as-Salafiyah, Kuwait : Jam’iyyatu Turatsi al-
Islami, 1982, menerankan dasar-dasar salfiyah yang
berlaku secara umum, yaitu masalah tauhid, obyek
dakwah, tazkiyah dan jenis-jenis dakwah salafiyah.
 Saifudin Zuhri, Unsur Politik dalam Dakwah, Bandung :
Al-Ma’arif, 1982
 M. Syafa’at Habib, Buku pedoman Dakwah, Jakarta :
Wijaya, 1982
 Muhammad Musthafa Atha, Sejarah Dakwah Islam, terj,
Surabaya, Bina Ilmu 1982

Ilmu Dakwah | 198


 Dirjen BMI dan Urusan Haji Depag RI, Panduan Kerja
Da’i Pembangunan, Jakarta : 1982. Isinya : tugas dan
langkah da’i, petunjuk dan pelaksanaan dakwah
administrasi pembinaan dan pengawasan.
 Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta :
Umminda, 1982.
 Amrullah Ahmad (ed), Dakwah Islam dan Perubahan
Sosial, Yogyakarta : primaduta, 1983, 1985. Buku ini
merupakan hasil seminar nasional dakwah Islam
menawarkan pendekatan baru dalam memahami dan
mengkaji dakwah Islam. Disamping itu, untuk pertama
kali dalam bentuk buku status dakwah sebagai ilmu
dipersoalkan dengan pendekatan epistemologis. Dalam
buku ini juga untuk pertama kali dakwah Islam dikaji
dari pelbagi aspek : Pemikir Islam, epistemologi, sejarah,
politik, sosiologi, budaya, ekonomi. Dakwah dipahami
bukan sekedar fenomena tauhid tetapi fenomena semua
realitas dipahami bukan sekedar fenomena tauhid, tetapi
fenomena semua realitas sosial budaya, bukan hanya
dilihat sebagai kegiatan usaha mewujudkan dalam semua
tatanan masyarakat dan sekaligus sebagai gerakan aksi
sosial-ekonomi Islam.

Ilmu Dakwah | 199


 Yusuf Qardhawi, Kritik dan Saran untuk Para Da’i,
(terjm) Surabaya : Media Dakwah, 1983.
 Muhammad al-Ghazali, Keprihatinan Seorang Juru
Dakwah, (trjm), Bandung :Mirzan , 1984
 Muhammad bin Alwi Al-Hazani, Dakwah : Membina
kepemimpinan, (terjm), Bintang Pelajar, 1984
 Khusrsyid Ahmad dkk, Dakwah Islam dan Misi Kristen,
Bandung : Risalah, 1984. Isi : menerangkan dialog
internasional tentang dakwah Islam dan misi Kristen
didunia muslim.
 Fathi Yakan. Kunci Sukses Petugas Dakwah, Terj. Imron
Abu Amar, Jakarta : Pustaka Amani 1984. Buku ini
berasal dari pemikiran yang pertama yang secara khusus
membahas dakwah Islam. Meskipun dalam
terjemahanedisi indonesia baru diterbitkan pada 1984.
 Abdurrahman Abdul Khaliq. Beberapa Kebijakan Islam
tentang Dakwah, Jakarta : LPPA Muhammadiyah, 1985
 Makhfudz Anwar, Pokok-pokok Retorika Dakwah,
jakarta Grafido Utama, 1985
 Moh. Amin Rais dan Ahmad W. Praktiknya, Dialog
Da’wah Nasional, Yogyakarta : Majelis Tabligh

Ilmu Dakwah | 200


Muhammadiyah, 1986. Isi : Adanya rmusan strategi dan
perencanaan dakwah secara metode penelitian dakwah
 Abdurrahman Abdulhaliq. Dasar-Dasar Dakwah
Generasi Pertama. Jakarta : LPPA Muhammadiyah,
1986
 Datok Tumbak Alam, Kunci Rahasia Penerangan dan
Dakwah, Bandung : Rosda, 1986
 Qomaruddin Shaleh, Manajemen Dakwah Islam,
Jakarta : Bulan Bintang 1986
 Murtadha Muthahari, Gerakan Islam Abad XX, erj,
Jakarta : Beunebi Cipta, 1986
 Muhammad Ali Gharisah, Juru Dakwah Bukan Teroris,
terjm. Solo : Ramadhani 1986
 J. Bachtiar Affandi, Materi Dakwah Pembangunan,
Jakarta : Wahani. 1986
 Abu Bakar Aceh, Potret Dakwah Muhammad dan Para
Sahabat, Solo : Ramadhani 1986
 Muhammad Ghalwusy, Ad-Da’wah al-Islamiyah
Ushuluhu wa wasailuha. Kairo : Daarul Kitab al-Misro,
1987. Menerangkan tentang pokok-pokok dakwah,
sasaran dakwah, sistem dakwah, bekal da’i, materi

Ilmu Dakwah | 201


dakwah, jenis-jenis dakwah dan dakwah para Nabi
sebelum Nabi Muhammad.
 Harun Al-Rasyid, Pedoman Pembinaan Dakwah bil Hal,
Jakarta : DEPAG, 1987
 Kafrawi Ridwan, Metode Dakwah dalam Menghadapi
Tantangan, Jakarta : Golden Terayon Pres, 1987
 Anwar Haryono, Dakwah dan Masalah Sosial
Kemasyarakatan, Jakarta : DDII, 1987
 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta : Gaya
Media, 1987
 Fathi Yakan, Konsep Penguasaan Dakwah, terjm,
Jakarta : Al-Amana, 1987
 Yusuf Khardawi, Pasang Surut gerakan Islam, terj
jakarta : Media Dakwah. 1987
 Ali bin Shalih al-Mursyid, Mustalzamat ad-Da’wah bil
‘Ashrl Hadhir, Jeddah : Maktabah layyinah 1989
 Ibnu Taimiyah, Etika Ber amar Ma’ruf Nahi Munkar
(Al-amru bil-Marufi Wannahyu ‘anil-Munkar). Jakarta :
Gema Insani Press, 1990. Isi : akhlaq seorang da’i dan
permasalhanan yang ada dalam berdakwah.
 Husain bin Muhammad Ali Jabir, Menuju Jama’atul
Muslimin (Ath-Thariq Ila Jama Atil-Muslmimin),

Ilmu Dakwah | 202


Jakarta : Rabbani Press 1990. Isi : menerangkan tentang
kedudukan jama’atul muslimin, struktur, jalan, dan
pembentukannya.
 Sayid Muhammad Nuh. Fiqh ad-Da’wah al-Fardiyah fil
Manhajil-Islami, Darul Wafa Mesir 1991
 Rabi’bin Hadi al-Makhali, Manhaj Dakwah Para Nabi
(Minhajl-Anbiya fis-Dakwah Ilallah Fihil-Hikmatu
wal’Aqlu) Jakarta : Gema Insani Press 1992
 Zaid Abdul Karim z-Zaid, al-Hikmah ad-Dakwah ilalla,
Darul Ashimah 1992
 Ali Abdul Halim Muhammad, Fiqh ad-Da’wah al-
Fardiyah Darul Wafa 1992
 Abdul Hamid al-Bilali, Nahi munkar (Fiqhul-Dakwah fii
Inkari Munkar), Jakarta Gema Insani Press 1993. Isi :
menerangkan akhlak da’i, metode dakwah dan cara
berdakwah kepada sekte-sekte didunia.
 WAMI, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (al-
Mausuah Al-Muyassaro fiil-Adyan wal-Madzahib
alMuassirah), Jakarta : Al-Islahi Press 1993
 Zaid Abdul Karim z-Zaid, Dakwah bil hikmah (Al-
Hilmah fid Dakah Illahiyah), Jakarta, Pustaka al-Kautsar,

Ilmu Dakwah | 203


1993. Isi : menerangkan tentang metode dakwah bil-
hikmah.
 Sayyid Muhammad Nur, Terapi Mental Aktivis
Harakah, telaah atas Penyakit Mental dan Sosial
Kontemporer Para Da’i, penerj. As’ad Yasin, Solo :
Pustaka Mantiq 1993
 Said bin Ali Qothoni, Dakwah Islam Dakwah Bijak (al-
Hikmah fid Dakwah Ilalah Ta’al), Jakarta : Gema Insani
Press 1994. Isi : menerangkan dakwah bil hikmah,
termasuk didalamnya penegrtian, jenis-jenis dan sendi-
sendi hikmah serta cara memperoleh dan
mempraktekkannya dalam berdakwah.
 Syaikh Musthafa Mashyur, Jalan Dakwah (Thariqud-
Dakwah), Jakarta : Pustaka Insani Press 1994. Isi :
Perjalanan dakwah dan tahapan dakwah yang
meneladani dakwah Rasulullah
 Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi
Dakwah, Surabaya, Usaha Nasional 1994
 Ismail R al-Faruqi, Hikmah Hijrah, Strategi Dakwah
Islam Membangun Tatanan Dunia Baru (trj) Bandung,
Mizan 1994

Ilmu Dakwah | 204


 Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah.
Episode kehidupan M.Natsir dan Azhar Basyir
Yogyakarta: P.sipress 1996
 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,
Jakarta, LOGOS, 1997
Selain buku-buku tersebut masih banyak lagi buku
panduan kegiatan dakwah yang dimiliki oleh organisasi
dakwah masing-masing yang tidak diedarkan untuk
masyarakat umum. Dari hasil pemikiran dakwah yang
dilakukan oleh para pemikir dakwah tersebut diatas bila kita
pelajari dan dianalisa secara mendalam kiranya telah
terpenuhilah keberadaan kapling ilmu dakwah (ontologi
dakwah) baik dalam tataran konsep teoritis maupun
praktis/terapan dakwah. Sehingga, keberadaan ilmu dakwah
tidak diragukan lagi. Maka, tepatlah apabila dakwah diakui
menjadi suatu disiplin ilmu sendiri secara formal di
Indonesia. Melalui K.M.A. RI No 110/1982 dan
disetujui/diakui oleh lembaga ilmu pengetahuan indonesia.
Ilmu dakwah menjadi disiplin ilmu sendiri sebagaimana
ditegaskan oleh DR. Ahmad Ghalwus, bahwa dakwah Islam
telah menjadi ilmu yang mandiri, sebab ilmu dakwah
memenuhi persyaratan yang disyaratkan bagi suatu disiplin

Ilmu Dakwah | 205


ilmu sebagaimana disiplin ilmu agama Islam lainnya, baik
dari segi ontologis, epistemologis, dak aksiologisnya (Al-
Da’wah al-Islamiyah Darul Qitab, Kairo hal 10, 1987)

3. Tahap Ilmiah.
Pemikiran dakwah sebagai kajian akademik dan
dijadikan salah satu program study telah dimulai dengan
bukanya jurusan dakwah pada fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar pada tahun 1880/1942M, ditandai
dengan terbitnya karya ilmiah Syekh Ali mahfudz, murid
syaikh Muhammad Abduh. Untuk keperluan
perkuliahannya pada universitas Al-Azhar Kairo, beliau
menyusun buku pegangan yang mula-mula diberi judul
“Fatnul Wa’dzi wal Irsyad” kemudian dibukukan menjadi
Hidayatul Mursyidin Wa’dzi Ila Thuruqil Wa’dzi wal
Kitabah. Kemudian, kitab ini di terjemahkan secara ringkas
oleh Dra. Chotidjah Nasution kedalam bahasa Indonesia
tahun 1972 dengan judul buku Hidayatul Mursyidin. Buku
ini menjadi rujukan utama literatur ilmu dakwah.
Pembahasan mengenai pengetahuan dakwah secara
akademik di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak
adanya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) pada tahun

Ilmu Dakwah | 206


1950 M dan dilanjutkan dengan membuka jurusan dakwah
pada Fakultas Ushuluddin sejak tahun 1960 M.
Perkembangan selanjutnya, kajian dakwah secara akademis
berkembang menjadi program study pada setiap Perguruan
Tinggi Islam (IAIN) yang ada di Indonesia. Dalam
sejarahnya Fakultas Ushuludiin IAIN Sunan Kalijaga
membuka jurusan dakwah yang pertama kali, kemudian
diikuti oleh Fakultas Ushuluddin IAIN lain seluruh
Indonesia yang jumlahnya ada 14 Fakultas.
Pada tahun 1970, atas desakan kebutuhan paktis
dilapangan yang sangat membutuhkan tenaga profesional
dalam bidang dakwah yang berstatus sarjana dan amino
masyarakat untuk memasukkan putra dan putrinya dalam
bidang dakwah, maka beberapa IAIN mensponsori
berdirinya persiapan Fakultas Dakwah hingga berstatus
negeri yaitu sama dengan fakultas lainnya di IAIN.
Berdirinya Fakultas Dakwah sempat menjadi polemik dan
debat oleh para tokoh agama, terutama pakar agama Islam
yang pada waktu itu merangkap sebagai pejabat negara
dalam Departemen Agama termasuk kalangan akademisi
IAIN sendiri. Yang menjadi persoalan pokok adalah
menyangkut dakwah hanya diakui sebagai profesi dan dilain

Ilmu Dakwah | 207


pihak berasumsi dakwah dapat dikaji sebagai suatu disiplin
ilmu. Sehingga, pada waktu itu (1970-1971) hanya beberapa
IAIN di luar Jawa (IAIN Ar-Raniri Banda Aceh).
Diantaranya IAIN yang mendirikan Fakultas Dakwah ialah
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Sunan Ample
Surabaya dan IAIN Walisongo Semarang. Semenjak
dakwah menjadi jurusan di fakultas Ushuluddin dan telah
berdiri sendiri menjadi Fakultas Dakwah, orientasi
kurikulumnya masih mengacu pada kegiatan dakwah
praktis.
Ketika para calon lulusan sarjana dakwah
mempertanyakan jati dirinya dan spesifikasi keahlian serta
peran apa yang menjadi bidang garapannya. Maka pada saat
itu pula para calon sarjana dakwah dan pemikir dakwah
mulai mempertanyakan status epistemologi ilmu dakwah.
Apa kapling ilmu dakwah (ontologinya), bagaimana cara
mengetahuinya dan sejauhmana batas-batasnya
(etistomologi) dan apa gunanya (aksiologi). Maka, mulailah
ilmu dakwah didiskusikan dan diseminarkan oleh berbagai
kalangan, pakar dakwah baik didalam maupun diluar
kampus.

Ilmu Dakwah | 208


Ikhtiar ilmiyah terhadap perkembangan dakwah
sebagai ilmu dilakukan untuk menjawab kerangka kerja
keilmuan dan pendidikan dakwah di Indonesia yang
diawali dengan pertemuan ilmiah pada tahun 1976 yang
diadakan oleh Fakultas Dakwah IAIN Semarang.
Kemudian, senat mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN
Surabaya pada tahun 1977 menyelenggarakan seminar
nasional ilmu dakwah. Dari hasil pertemuan dan
pembahasan tersebut, menjadi masukan bagi
penyempurnaan kurikulum dan perkembangan ilmu
Dakwah. Hal tersebut ditandai dengan perubahan dan
penyempurnaan kurikulum dakwah tahun 1978. Pada
kurikulum 1978 cakupan bahasan materi ilmu dakwah
berkembang sebagai berikut:
a. Pengertian dakwah
b. Dasar-dasar hukum dakwah
c. Materi dakwah
d. Tujuan dakwah
e. Pelaksanaan dakwah
f. Organisasi dakwah
g. Dana dakwah
h. Gagasan dakwah

Ilmu Dakwah | 209


i. Metode dakwah
j. Media dan sarana dakwah
k. Planning dan evaluasi dakwah
l. Tahap-tahap pelaksanaan dakwah
Dalam kurikulum 1978 tersebut materi pembahasan
ilmu dakwah sebagai kajian suatu ilmu belum jelas benar
masih samar-samar. Oleh karena itu, gagasan untuk
merumuskan dakwah sebagai ilmu terus berjalan dikalangan
para pemerhati/pengamat dakwah dan cendikiawan muslim
baik mereka berasal dari lingkungan perguruan tinggi Islam
IAIN dan UII maupun dari perguruan tinggi umum seperti
UGM, ITB, IPB dan non kampus seperti lembaga-lembaga
dakwah Islam, LSM, dan lain-lainnya.

Pada tahun 1982 diadakan pertemuan oleh tujuh


utusan dari masing-masing fakutas dakwah yang ada di
Indonesia dan jurusan dakwah dari maisng-masing fakultas
ushuluddin se Indonesia, serta dihadiri beberapa utusan dari
Ditbinpertais Departemen Agama RI. Dari hasil pertemuan
tersebut kurikulum 1978 dapat disempurnakan menjadi :
a. Pengertian dakwah dan ilmu dakwah
b. Obyek pembahasan ilmu dakwah dan metode
pengembangannya

Ilmu Dakwah | 210


c. Dasar hukum berdakwah
d. Unsur-unsur kegiatan dakwah

Pada tahun 1982 ini pula, Pusat Latihan, Penelitian


dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M) Yogyakarta, pada
bulan Agustus mengadakan seminar nasional tentang :
“Dakwah Islam dan Perubahan Sosial”. Dalam seminar ini
perumusan dakwah sebagai ilmu dikaji dengan pendekatan
antar disiplin : disiplin ilmu dakwah, ilmu pendidikan, ilmu
politik, ilmu komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu
kedokteran, ilmu filsafat. Di dalam seminar tersebut hadir
berbagai kalangan pakar ilmu dengan komitmen yang tinggi
terhadap perjuangan dakwah Islam, meskipun pada waktu
itu belum dibahas secara khusus status epistemologis
keilmuan dakwah. Hasil seminar pada intinya sepakat,
bahwa dakwah Islam pada hakekatnya adalah mengajak
umat manusia kejalan Allah sebagai ikhtiar kolektif dalam
mewujudkan Islam dengan berbagai aspek dalam kehidupan
pribadi, keluarga, dan masyarakat ang diridhoi Allah SWT.
Dalam seminar tersebut, dakwah Islam sudah terklasifikasi
menjadi tiga :

a. Dakwah bil-lisan (ceramah)

Ilmu Dakwah | 211


b. Dakwah bil-Qolam/kitabah (tulisan)
c. Dakwah bil-Haal (aksi sosial-ekonomi, sosial dll)

Dari hasil seminar-seminar tersebut menunjukkan,


bahwa dakwah sebagai suatu aktivitas keagamaan menuju
kepada suatu ilmu tersendiri makin jelas dan pada akhirnya
dapat melahirkan silabus dan kurikulum ilmu dakwah 1985
yang topik intinya adalah :

a. Dakwah
1) Takrif dakwah
2) Azas dakwah
3) Status dakwah dalam rangka ajaran Islam (sistem) dan
hukumnya dalam Islam
4) Fungsi dakwah
5) Peran dakwah
6) Unsur-unsur dakwah
b. Ilmu dakwah
1. Takrif ilmu dakwah
2. Obyek studi
3. Ruang lingkup ilmu dakwah
4. Sejarah dan perkembangan ilmu dakwah
5. Perbandingan dakwah dan ilmu dakwah

Ilmu Dakwah | 212


6. Sumber : Al-Quran, As-Sunnah dan ilmu pengetahuan
7. Ilmu bantu ilmu dakwah (Ditbipentais 1985:67)

Porsi pembahasan yang lebih mendalam terhadap


ilmu dakwah tercermin pada kurikulum 1985 ini. Demikian
juga penegasan obyek studinya dan hubungannya dengan
ilmu-ilmu yang lain semakin jelas.

Pada bulan Desember 1986 Fakultas Dakwah IAIN


Sunan Ampel Surabaya beserta seluruh Fakultas Dakwah
swasta dalam lingkungan KOPERTAIS wilayah IV
mengadakan seminar silabus dan kurikulum dakwah yang
menghasilkan rumusan sebagai berikut :

a. Pengertian dakwah dan ilmu dakwah


b. Dakwah Islam dan hukum Islam
c. Sistem dan unsur-unsur dakwah
d. Hubungan hidayah san sistem dakwah
e. Eksistensi dan hubungan struktural ilmu dakwah
f. Metode pengembangan ilmu dakwah (Fakultas Dakwah
Surabaya, 1988 : 17)

Pada tahun yang sama, majelis tabligh PP


muhammadiyah mengadakan “Dialog Dakwah Nasional” di

Ilmu Dakwah | 213


Yogyakarta. Kegiatan ini dimaksudkan untuk merumuskan
strategi dan perencanaan dakwah termasuk didalam
mempelopori pengembangana metode penelitian dakwah.
Sebenarnya, PP Muhammadiyah telah memiliki model
dakwah jama’ah yang cukup ideal bagi trsformasi ideal
Islam menjadi realitas ummat.

Bersamaan dengan itu, Departemen Agama RI


mengeluarkan kurikulum SI dengan surat No. E
III/PP.00.10/Ed/88, bersama dengan perintah dan petunjuk
untuk menyusun silabinya kepada seluruh rektor dan
ditindak lanjuti oleh para rektor. Penyusunannya diserahkan
kepad tim ahli dosen Fakultas Dakwah IAIN masing-
masing. Kurikulum ini dikenal dengan kurikulum 1988.
Dalam kurikulum 1988 ilmu dakwah dibahas lebih rinci
kearah disiplin ilmu, yang mencakup topik inti sebagai
berikut:

a. Definisi ilmu dakwah


b. Dasar hukum dan tujuan dakwah
c. Ruang lingkup pembahasan ilmu dakwah
d. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu dakwah
e. Metodologi ilmu dakwah

Ilmu Dakwah | 214


f. Hubungan ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu lain yang erat
kaitannya.
g. Komponen dan faktor dalam kegiatan dakwah
h. Dakwah dalam pelaksanaannya (Team Pendistribusi
Kurikulum dan penyusunan sylabus Fakultas Dakwah
IAIN walisongo Yogyakarta)

Bulan Maret 1990 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo


semarang, dua tahun sejak berlakunya kurikulum 1988,
mengadakan seminar nasional dengan tema “Seminar
Nasional Pengembangan Ilmu Dakwah”. Dalam seminar
tersebut mengetengahkan topik:

a. Sejarah perkembangan dakwah di Indonesia


b. Studi kasus beberapa pelaku dakwah
c. Ilmu dakwah kaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain

Peserta Seminar berusaha menghasilkan jawaban


tentang esensi ilmu dakwah. Dilihat dari pakar yang hadir,
terutama sebagai pemakalah yang berlatar belakang dari
berbagai disiplin ilmu, yaitu Pakar Komunikasi (Jalaluddin
Rahmat), pakar sejarah (A. Hamid Abdullah/UNDIP) dan
pakar dakwah, serta ilmu sosial lainnya dari berbagai
perguruan tinggi, seperti UGM dan utusan dari Fakultas

Ilmu Dakwah | 215


Dakwah se-Indonesia (termasuk utusan dari Lampung).
Dari hasil seminar tersebut dapat diperoleh gambaran
bahwasannya posisi ilmu dakwah (pada saat itu) masih
dipertanyakan. Dari hasil kertas kerja tersebut (A. Chairul
Bashori) menampilkan paparan tentang posisi ilmu dakwah
di bagi tiga katagori:

a. Golongan yang berpendapat bahwa ilmu dakwah telah


memadai sebagai kajian sebuah ilmu yang memperoleh
pembenarannya secara normatif diambil dari nash al-
Quran dan Hadits seperti yang lazim dipakai dalam
kajian ilmu ke-Islaman selama ini. Pendapat ini
dikuatkan oleh Jalaluddin Rahmat, “Ilmu dakwah yang
ada sekarang berada pada paradigma logis yang dikaji
adalah teks suci al-Quran dan hadits. Prinsip-prinsip
dakwah di jabarkan dari nash lewat proses deduksi logis.
Keberadaan ilmu dakwah sama dengan tafsir ilmu bahasa
Arab dan ilmu hadits” (Jalaluddin Rahmat, makalah
seminar 1990).
b. Golongan yang berpendapat bahwa : ilmu dakwah yang
ada sekarang ini (1990) belum bisa diterima sebagai
sesuatu disiplin ilmu, masih merupakan pengetahuan non
sains.

Ilmu Dakwah | 216


c. Golongan yang berpendapa bahwa : ilmu dakwah identik
dengan ilmu komunikasi, mengingat yang berbeda
hanyalah mengenai materi masagenya.

Dari tiga pandangan tersebut diatas, Jalaluddin


Rahmat cenderung pada pendapat yang ketiga yaitu bila
ingin dikaji secara empiris, maka ilmu dakwah harus
diletakkan dalam kelompok ilmu-ilmu prilaku (behavioral
science) atau ilmu-ilmu sosial (Social sciences) dengan
demikian ilmu dakwah paling erat berkaitan dengan ilmu
komunikasi yang juga “cross road” (Jalaluddin Rahmat,
makalah 1990)

Perkembangan selanjutnya, Fakultas Dakwah IAIN


Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Agustus 1992
mengadakan seminar nasional tentang dakwah sebagai ilmu.
Dalam seminar Jakarta tahun 1992 tersebut, lagi-lagi
keberadaan ilmu dakwah masih dipertanyakan, Prof. Selo
Sumarjan menjelaskan dalam makalahnya tentang
kedudukan dakwah Islam sebagai ilmu, dan menjelaskan,
“dakwah dapat menjadi suatu ilmu dalam kreteria ilmu
spiritual yang kebenarannya tidak diragukan lagi. (sembari
membagi ilmu menjadi dua yaitu ilmu spiritual dan ilmu

Ilmu Dakwah | 217


intelektual). Sedangkan dalam katagori intelektual dakwah
menurutnya, menunggu perkembangan lebih lanjut, yang
jelas posisi sekarang belum memenuhi kriteria keilmuan
intelektual. Namun, dalam operasional dakwah Islam, dia
mengelompokkan dalam jajaran ilmu komunikasi (Selo
Sumarjan, makalah 1992). Tindak lanjut dari seminar ini,
diadakan lokakarya kurikulum Fakultas Dakwah pada mei
1993 yang juga diselenggarakan di Fakultas Dakwah
Jakarta.

Ilmu Dakwah | 218

Anda mungkin juga menyukai