Kalkulasi Heksatriena Using Huckel
Kalkulasi Heksatriena Using Huckel
1,3,5-HEKSATRIENA MENGGUNAKAN
KOMPUTASI SEMIEMPIRIK HUCKEL
Oleh:
Rustaman
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JUNI 2008
1
KEADAAN-KEADAAN TRANSISI MOLEKUL
1,3,5-HEKSATRIENA MENGGUNAKAN
KOMPUTASI SEMIEMPIRIK HUCKEL
Oleh:
Rustaman
Mengetahui/Menyetujui:
Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unpad,
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
1. Pendahuluan......................................................................................................... 1
2. Tinjauan Pustaka.................................................................................................. 2
2.1. Metode Orbital Molekul Huckel.................................................................. 2
2.2. Teori Simetri dan Grup ................................................................................ 5
3. Metode Perhitungan............................................................................................. 6
4. Hasil dan Pembahasan ......................................................................................... 6
4.1. Perhitungan Huckel tanpa memperhatikan konsep simetri dan grup: ......... 6
4.2. Perhitungan 1,3,5-heksatriena dengan metode Huckel yang sudah
memasukkan konsep simetri dan grup..................................................................... 9
5. Kesimpulan ........................................................................................................ 19
6. Daftar Pustaka.................................................................................................... 19
7. Lampiran............................................................................................................ 19
i
1. Pendahuluan
Ketika pertama kali kita mendengar frase “perhitungan orbital molekul”,
kesan yang muncul adalah pekerjaan tersebut pasti memerlukan perhitungan
matematika yang rumit dan setumpuk keluaran (output) hasil perhitungan komputer
yang harus dianalisis. Namun, hal yang menarik untuk dicatat adalah kadang-kadang
perhitungan yang relatif sederhana dapat memberikan informasi yang sangat berguna
yang dapat menghubungkan hasil-hasil pengamatan secara eksperimen. Perhitungan
sederhana yang dimaksud adalah metode orbital molekul Hückel (HMO). Metode ini
dikembangkan pada tahun 1931 oleh Erich Hückel, seorang ahli fisika Jerman yang
ingin mencoba memahami konsep aromatisitas pada benzena. tetapi kemudian
metode ini dikembangkan untuk mempelajari sifat-sifat molekul molekul
hidrokarbon linier yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Prosedur
perhitungannya relatif sederhana sehingga menjadikannya dikenal sebagai
perhitungan “di balik amplop”.1
1
Agar memudahkan dan mempercepat perhitungan, maka dilakukan pemrograman
dengan menggunakan software MatLab™ versi 7.0.
2. Tinjauan Pustaka
yaitu:
ψ = ∑ ciφ i (1)
i
2
Ĥψ = εψ (2)
Persamaan (2) memenuhi persamaan sekuler:
∑ (Hj
ij − ε S ij )c j = 0 (3)
dengan
H ij = ∫ φi Hˆ φ j dv; S ij = ∫ φiφ j dv. (4)
tetangga terdekat. Selain itu, Sii = 1 dan Sij lainnya diabaikan karena jauh lebih
⎧1; i = j
S ij = ⎨ (5b)
⎩0; lainnya
dengan potensial ionisasi (α) dan energi lompat (β) harus dinyatakan negatif.
Selain itu, sebagai akibat persamaan (5b), dengan menormalisasi orbital molekul
dalam persamaan (1) maka berlaku:
∑c i
2
i =1 (6)
∫ψ ψr r dv = ∑ c ri c rj ∫ φiφ j dv =∑ c ri c rj S ij = 1 . (8)
i, j i
3
∫ψ ψr r dv = ∑ c ri2 = 1 (9)
i
qi = ∑ nr c ri2 (10)
r
4
Jadi, semakin besar harga total order-ikatan pada suatu atom karbon, semakin
kecil pula valensi bebasnya; artinya, semakin kecil peluang atom itu untuk
bisa diserang radikal bebas.
5. Energi Total Elektron-π
Energi total elektron-π adalah:
E o = ∑ nr ε r (14)
r
5
3. Metode Perhitungan
Perhitungan komputasi molekul 1,3,5-heksatriena (C6H8) dengan menggunakan
metode semi empirik Huckel. Komputasi yang dilakukan meliputi:
1. Tanpa memasukkan konsep simetri dan grup dalam perhitungan:
a. Orbital-orbital molekul dan energi bersangkutan.
b. Fungsi-fungsi keadaan yang mungkin (keadaan dasar dan keadaan-
keadaan tereksitasi).
c. Spektrum UV-Vis.
2. Tanpa memasukkan konsep simetri dan grup dalam perhitungan:
a. Orbital-orbital molekul dan energi bersangkutan.
b. Fungsi-fungsi keadaan yang mungkin.
c. Periksalah transisi-transi yang mungkin.
2 4 6
1 3 5
H H 4
C C CH2 6
H2C C C 3
H H 5
a) b)
6
α −ε β 0 0 0 0 x 1 0 0 0 0
β α −ε β 0 0 0 1 x 1 0 0 0
0 β α −ε β 0 0 0 1 x 1 0 0
=β =0 (17)
0 0 β α −ε β 0 0 0 1 x 1 0
0 0 0 β α −ε β 0 0 0 1 x 1
0 0 0 0 β α −ε 0 0 0 0 1 x
Untuk menghitung determinan matrik orde 6×6 dengan cara manual (cara
perhitungan di atas kertas) adalah suatu pekerjaan yang tidak sederhana, begitu
juga karena matriksnya mengandung peubah x, maka determinan yang dihasilkan
masih berupa persamaan yaitu x 6 − 5 x 4 + 6 x 2 − 1 = 0 . Untuk menyelesaikan
persamaan tersebut tanpa bantuan komputer adalah suatu perkerjaan yang sulit.
Oleh karena itu, perlu dibuat program untuk menyelesaikannya, yaitu
menggunakan software MatLab™. Setelah dibuat program perhitungan
menggunakan metode Huckel tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Energi orbital-orbital molekul 1,3,5-heksatriena:
ε 6 = α − 1,8019β = −6.4952 anti − bonding
ε 5 = α − 1, 2470 β = −7,8826 anti − bonding
ε 4 = α − 0, 4450β = −9,8874 anti − bonding
ε 3 = α + 0, 4450β = −12,1126 bonding
ε 2 = α + 1, 2470 β = −14,1174 bonding
ε1 = α + 1,8019 β = −15,5048 bonding
7
ε6 -6,4952 ψ6
ε5 -7,8826 ψ5
ε4 -9,8874 ψ4
ε3 -12,1126 ψ3
ε2 -14,1174 ψ2
ε1 -15,5048 ψ1
3 4 1 2 3 4 5 6
1 2 5
6
ψ1 ψ4
2 3 4 5 2 3 4 5
1 6 1 6
ψ2 ψ5
1 2 3 4 5 6 3 4
1 2 5
6
ψ3 ψ6
8
4.2. Perhitungan 1,3,5-heksatriena dengan metode Huckel yang sudah
memasukkan konsep simetri dan grup.
z
1 3 5
2 4 6
Jika ditinjau dari segi simetri, dengan bidang-xy sebagai bidang molekul,
akan dipenuhi operasi-operasi simetri I, C2(z), σh(xy) dan i. Jadi, molekul ini
9
Operasi elemen-elemen grup terhadap orbital-orbital {φi = 2 pz } adalah
sebagai berikut:
⎛ φ1 ⎞ ⎛ φ1 ⎞ ⎛1 0 0 0 0 0⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ φ2 ⎟ ⎜ φ2 ⎟ ⎜0 1 0 0 0 0⎟
⎜ φ3 ⎟ ⎜ φ3 ⎟ ⎜0 0 1 0 0 0⎟
I⎜ ⎟=⎜ ⎟→I =⎜ ⎟→χ =6
⎜ φ4 ⎟ ⎜ φ4 ⎟ ⎜0 0 0 1 0 0⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟ ⎜0 0 0 0 1 0⎟
⎜ 5⎟ ⎜ 5⎟ ⎜⎜ ⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟
⎝ 6⎠ ⎝ 6⎠ ⎝0 0 0 0 0 1 ⎟⎠
⎛ φ1 ⎞ ⎛ φ6 ⎞ ⎛0 0 0 0 0 1⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ φ2 ⎟ ⎜ φ5 ⎟ ⎜0 0 0 0 1 0⎟
⎜ φ3 ⎟ ⎜ φ ⎟ ⎜0 0 0 1 0 0⎟
C2 ( z ) ⎜ ⎟ = ⎜ 4 ⎟ → C2 ( z ) = ⎜ ⎟→χ =0
⎜ φ4 ⎟ ⎜ φ3 ⎟ ⎜0 0 1 0 0 0⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟ ⎜0 1 0 0 0 0⎟
⎜ 5⎟ ⎜ 2⎟ ⎜⎜ ⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟
⎝ 6⎠ ⎝ 1⎠ ⎝1 0 0 0 0 0 ⎟⎠
⎛ φ1 ⎞ ⎛ φ1 ⎞ ⎛1 0 0 0 0 0⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ φ2 ⎟ ⎜ φ2 ⎟ ⎜0 1 0 0 0 0⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟ ⎜0 0 1 0 0 0⎟
σ h ( xy ) ⎜ 3 ⎟ = ⎜ 3 ⎟ → σ h ( xy ) = ⎜ ⎟→χ =6
⎜ φ4 ⎟ ⎜ φ4 ⎟ ⎜0 0 0 1 0 0⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟ ⎜0 0 0 0 1 0⎟
⎜ 5⎟ ⎜ 5⎟ ⎜⎜ ⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟
⎝ 6⎠ ⎝ 6⎠ ⎝0 0 0 0 0 1 ⎟⎠
⎛ φ1 ⎞ ⎛ φ6 ⎞ ⎛0 0 0 0 0 1⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ φ2 ⎟ ⎜ φ5 ⎟ ⎜0 0 0 0 1 0⎟
⎜ φ3 ⎟ ⎜ φ ⎟ ⎜0 0 0 1 0 0⎟
i⎜ ⎟ = ⎜ 4 ⎟ → i = ⎜ ⎟→χ =0
⎜ φ4 ⎟ ⎜ φ3 ⎟ ⎜0 0 1 0 0 0⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟ ⎜0 1 0 0 0 0⎟
⎜ 5⎟ ⎜ 2⎟ ⎜⎜ ⎟
⎜φ ⎟ ⎜φ ⎟
⎝ 6⎠ ⎝ 1⎠ ⎝1 0 0 0 0 0 ⎟⎠
10
Hasil ini dapat diringkaskan dalam Tabel 2 berikut:
a ( Ag ) = 1
4( (6 ×1) + (0 ×1) + (6 ×1) + (0 ×1) ) = 3
a ( Ag ) = 14 ( (6 × 1) + (0 × 1) − (6 × 1) − (0 × 1) ) = 0
a ( Ag ) = 14 ( (6 × 1) − (0 × 1) − (6 × 1) + (0 × 1) ) = 0
a ( Ag ) = 14 ( (6 × 1) − (0 × 1) + (6 × 1) − (0 × 1) ) = 3
11
⎧ϕ1 = φ1 + φ6 + φ1 + φ6 → ϕ1 = 1 (φ1 + φ6 )
⎪⎪ 2
Ag ⎨ϕ2 = φ2 + φ5 + φ2 + φ5 → ϕ 2 = 12 (φ2 + φ5 )
⎪
⎪⎩ϕ3 = φ3 + φ4 + φ3 + φ4 → ϕ3 = 2 (φ3 + φ4 )
1
⎧ϕ 4 = φ1 − φ6 + φ1 − φ6 → ϕ 4 = 1 (φ1 − φ6 )
⎪⎪ 2
Bu ⎨ϕ5 = φ2 − φ5 + φ2 − φ5 → ϕ5 = 2 (φ2 − φ5 )
1
⎪
⎪⎩ϕ6 = φ3 − φ4 + φ3 − φ4 → ϕ6 = 2 (φ3 − φ4 )
1
H11 = ϕ1 H ϕ1
= 12 [ φ1 H φ1 + φ1 H φ6 + φ6 H φ1 + φ6 H φ6 ]
= 12 (α + α ) = α
H12 = H 21 = ϕ1 H ϕ2
= 12 [ φ1 H φ2 + φ1 H φ5 + φ6 H φ2 + φ6 H φ5 ]
= 12 ( β + β ) = β
H 22 = ϕ 2 H ϕ 2
= 12 [ φ2 H φ2 + φ2 H φ5 + φ5 H φ2 + φ5 H φ5 ]
= 12 (α + α ) = α
H 23 = H 32 = ϕ2 H ϕ3
= 12 [ φ2 H φ3 + φ2 H φ4 + φ5 H φ3 + φ5 H φ4 ]
= 12 ( β + β ) = β
H 33 = ϕ3 H ϕ3
= 12 [ φ3 H φ3 + φ3 H φ4 + φ4 H φ3 + φ4 H φ4 ]
= 12 (α + β + β + α ) = α + β
H 44 = ϕ 4 H ϕ4
= 12 [ φ1 H φ1 − φ1 H φ6 − φ6 H φ1 + φ6 H φ6 ]
= 12 (α + α ) = α
H 45 = H 54 = ϕ4 H ϕ5
= 12 [ φ1 H φ2 − φ1 H φ5 − φ6 H φ2 + φ6 H φ5 ]
= 12 ( β + β ) = β
12
H 55 = ϕ5 H ϕ5
= 12 [ φ2 H φ2 − φ2 H φ5 − φ5 H φ2 + φ5 H φ5 ]
= 12 (α + α ) = α
H 56 = H 65 = ϕ5 H ϕ6
= 12 [ φ2 H φ3 − φ2 H φ4 − φ5 H φ3 + φ5 H φ4 ]
= 12 ( β + β ) = β
H 66 = ϕ6 H ϕ6
= 12 [ φ3 H φ3 − φ3 H φ4 − φ4 H φ3 + φ4 H φ4 ]
= 12 (α − β − β + α ) = α − β
α −ε β 0 0 0 0 x 1 0 0 0 0
β α −ε β 0 0 0 1 x 1 0 0 0
0 β α + β −ε 0 0 0 0 1 ( x + 1) 0 0 0 (18)
=β =0
0 0 0 α −ε β 0 0 0 0 x 1 0
0 0 0 β α −ε β 0 0 0 1 x 1
0 0 0 0 β α − β −ε 0 0 0 0 1 ( x − 1)
α −ε β 0 x 1 0
Ag : β α −ε β =β 1 x 1 =0 (19)
0 β α + β −ε 0 1 ( x + 1)
dan
13
α −ε β 0 x 1 0
Bu : β α −ε β =β 1 x 1 =0 (20)
0 β α − β −ε 0 1 ( x − 1)
⎧α + 1,8019β = −15,5048 = ε1
⎪
ε ( Ag ) = ⎨α + 0, 445β = −12,1126 = ε 3
⎪α − 1, 247 β = −7,8826 = ε
⎩ 5
⎧α + 1, 247 β = −14,1174 = ε 2
⎪
ε ( Bu ) = ⎨α − 0, 445β = −9,8874 = ε 4
⎪α − 1,8019β = −6, 4952 = ε
⎩ 6
14
⎧ε1 = −15,5048 : koefisien-koefisiennya c1 = 0,328; c2 = 0,591; c3 = 0, 737
⎪
ε ( Ag ) = ⎨ε 3 = −12,1126 : koefisien-koefisiennya c1 = 0, 737; c2 = 0,328; c3 = −0,591
⎪ε = −7,8826 : koefisien-koefisiennya c = 0,591; c = −0, 737; c = 0,328
⎩ 5 1 2 3
ε6 -6,4952 ψ6
bu
ε5 -7,8826 ψ5 ag
ε4 -9,8874 ψ4
bu
ε3 -12,1126 ψ3 ag
ε2 -14,1174 ψ2 bu
ε1 -15,5048 ψ1 ag
15
Jelas terlihat bahwa harga-harga orbital molekul dan tingkat-tingkat energi
orbital molekulnya sama antara perhitungan yang menggunakan konsep simetri dan
grup dengan yang tidak. Hanya saja, dengan penerapan simetri dan grup, determinan
sekuler matriks yang harus diselesaikan adalah dua matriks berukuran 3 × 3 yang
jauh lebih mudah dibandingkan dengan determinan berukuran 6 × 6.
Pemeriksaan tentang transisi elektron-π dari keadaan dasar Ψ 0 ke berbagai
dalam persamaan ini μ̂ adalah operator dipol listrik yang diungkapkan dengan
μ0( → n = e ∫ Ψ 0 y Ψ n dv
y)
ˆ (24)
μ0( → n = e ∫ Ψ 0 z Ψ n dv
x)
ˆ
Berdasarkan persamaan (24) di atas, maka dapat dikatakan bahwa salah satu
dari ketiga transisi tersebut dapat terjadi hanya jika representasi perkalian langsung
Ψ 0 Ψ n sama dengan representasi dari salah satu komponen x, y, atau z; misalanya
16
ε6 ψ6 b
u
ε5 ψ5 a
g
ε4 ψ4
bu
ε3 ψ3 a
g
ε2 ψ2 b
u
ε1 ψ1 a
g
Ψ1 Ψ2 Ψ3 Ψ4 Ψ5
Gambar 7. Diagram energi keadaan tereksitasi Ψ1, Ψ2, Ψ3, Ψ4 dan Ψ5 untuk heksatriena.
Keterangan Gambar 7:
1. Keadaan dasar: Ψ 0 ≡ ψ 12ψ 2 2ψ 32 dan energi E0 = 2ε1 + 2ε 2 + 2ε 3
Γ ( Ψ 0 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ( ag ag ) = Ag Ag Ag = Ag dan Γ ( Ψ1 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ag bu = Ag Ag Bu = Bu
K
sehingga Γ ( μ0 →1 ) = Ag Bu = Bu .
Berdasarkan tabel karakter grup C2h (Tabel 1) terlihat bahwa transisi momen
dipol pada karakter Ag tidak dapat berlangsung atau intensitasnya kecil, sedangkan
17
diperiksa transisi-transisi yang terjadi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi-
tereksitasi lainnya dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Γ ( Ψ 0 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ( ag ag ) = Ag Ag Ag = Ag
Γ ( Ψ1 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ag bu = Ag Ag Bu = Bu
Γ ( Ψ 2 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ag ag = Ag Ag Ag = Ag
Γ ( Ψ 3 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ag bu = Ag Ag Bu = Bu
Γ ( Ψ 4 ) = ( ag ag ) ( bu bu ) ag bu = Ag Ag Bu = Bu
Γ ( Ψ 5 ) = ( ag ag ) ( bu bu )( bu bu ) = Ag Ag Ag = Ag
K
Γ ( μ0 →1 ) = Ag Bu = Bu terijinkan (allowed)
K
Γ ( μ0 → 2 ) = Ag Ag = Ag terlarang (forbidden)
K
Γ ( μ0 →3 ) = Ag Bu = Bu terijinkan (allowed)
K
Γ ( μ0 → 4 ) = Ag Bu = Bu terijinkan (allowed)
K
Γ ( μ0 →5 ) = Ag Ag = Ag terlarang (forbidden)
18
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan menggunakan metode orbital
molekul Huckel (HMO) pada molekul 1,3,5-heksatriena antara perhitungan yang
sudah memasukkan konsep simetri dan grup dengan yang belum adalah sebagai
berikut:
1. Determinan sekuler Matrik yang dihasilkan dapat direduksi dari orde 6x6
menjadi dua buah matrik berorde 3x3, yang secara perhitungan manual jauh
lebih mudah diselesaikan.
2. Tingkat-tingkat energi orbital molekul dan orbital-orbital molekul hasil
perhitungan sama.
3. Spektrum absorpsi UV-Vis, tampak adanya pengurangan jumlah puncak
absorpsi, yang menunjukkan simetri molekul telah menyeleksi keadaan eksitasi
yang Forbiden.
6. Daftar Pustaka
1. House, E.J. (2004). Fundamentals of Quantum Chemistry. 2nd. Elsevier
Academic Press. San Diego.
2. McQuarrie, D.A. and Simon, J.D. (1997). Physical Chemistry: A Molecular
Approach. University Science Books Press. California.
3. Siregar, R.E. (2007). Kuantum Kimia. Diktat Kuliah.
4. Hidayat, S. (2007). Paket Program Huckel. Jurusan Fisika Universitas
Padjadjaran Bandung.
7. Lampiran
Lampiran 1
Keluaran (output) hasil perhitungan paket Program Huckel4 yang dibuat
menggunakan software MatLab7.0
19
-0.5211 0.2319 0.4179 0.4179 0.2319 -0.5211
-0.4179 0.5211 -0.2319 0.2319 -0.5211 0.4179
-0.2319 0.4179 -0.5211 -0.5211 0.4179 -0.2319
Energi total:
-83.4698
Energi Lokalisasi:
-81
Energi Delokalisasi:
-2.4698
Valensi Bebas
0.8609 0.3774 0.4637 0.4637 0.3774 0.8609
Energi GAP
2.2252
Energi Eksitasi
0 0 0 5.6174 7.6223 9.0097
0 0 0 4.2301 6.2349 7.6223
0 0 0 2.2252 4.2301 5.6174
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
20
Lampiran 2
Keluaran (output) hasil perhitungan Program Huckel4 yang telah memasukan
konsep simetri dan grup yang dibuat menggunakan software MatLab7.0.
21