Anda di halaman 1dari 9

Nama: Siti Hajizah

Nim: 41119079

Prodi: Administrasi Publik/A1

Review Film

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

"Hanya Pada Tulisan, Ingatan Tidak Akan Pernah Hilang"

-Sutradara: Sunil Soraya

-Produser: Ram Soraya, Sunil Soraya

-Skenario: Donny Dhirgantoro. Imam Tantowi

-Berdasarkan: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck oleh Hamka

-Pemeran: Pevita Pearce, Herjunot Ali, Reza Rahadian, Randy Nidji, Arzetti Bilbina, Kevin Andrean, Jajang
C. Noer, Niniek L. Karim, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto

-Musik: Andi Ariel Harsya

-Penyunting: Sasta Sunu

-Perusahaan: produksi Soraya Intercine Films

-Tanggal rilis: 19 Desember 2013. 11 September 2014 (versi extended)

-Durasi: 164 menit[4]. 195 menit (versi extended)[5]

-Negara: Bendera Indonesia Indonesia

-Bahasa: Indonesia, Minang, Bugis, Jawa

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck adalah film drama romantis Indonesia tahun 2013 yang disutradarai
oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama
karangan Buya Hamka. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck mengisahkan tentang perbedaan latar
belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.
Diproduksi oleh Soraya Intercine Films, film ini antara lain dibintangi oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali,
Reza Rahadian, dan Randy Danistha.

Nama besar Buya HAMKA


Film ini diadaptasi novel dengan judul yang sama karya Buya HAMKA. Seorang tokoh yang pandai
cendekia yang tidak saja piawai dalam urusan agama, dalam kesusastraan pun tidak kalah hebatnya.
Seorang ulama yang mampu mengedepankan tuntunan tidak tontonan. HAMKA mampu menghadirkan
bumbu kisah percintaan dengan tidak picisan. Mampu menempatkan cinta pada posisi yang semestinya,
mencerahkan tidak menjerumuskan. Suatu cinta yang menyangkut empat aspek menurut Erich Fromm
dalam bukunya The Art of Loving: peduli (care), pengetahuan (knowledge), rasa hormat (respect), dan
rasa tanggung jawab (responsibility).

Salut pula para sineas film ini yang membuat suasana menjadi hidup, tampak natural. Film ini memang
istimewa, durasinya pun cukup panjang kurang lebih 2,5 jam tanpa terasa bosan. Banyak kata-kata bijak
dan romantik yang terselipkan dalam dialog, sederhana tetapi mengena. Beberapa diantaranya memang
terkesan gombal dan lebay, cukup menghibur dan membuat bibir tersenyum.Hasil persiapan yang cukup
panjang selama lima tahun dan berbiaya besar tidak lah sia-sia bagi siapa yang menontonnya.

Cinta selalu datang dari hati. Cinta tak bisa tersekat adat. Sekalipun terlihat gagal, salah jalan, dan di
ujung mati, cinta akan tetap bertemu lewat perantara hati. Ia tidak pernah ingkar janji. Selalu tahu
kemana hati berlabuh, Takdir yang menuntun.

Kelebihan

Cerita yang padat menjadikannya film yang dramatis dengan latar belakang suasana film yang kelam di
tanah minang cukup memanjakan mata, ditambah dengan adanya hukum adat yang ada di daerah,
kemiskinan, cinta, harapan dan cita-cita sehingga reflektif dalam kehidupan sosial yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.

Kekurangan

Kurangnya penggambaran gadis desa yang utuh dan logat minang yang mulai kurang dengan era
sekarang ini.

Sinopsis

Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju
kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita
Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya. Kedua muda-mudi itu jatuh
cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang
melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Bugis dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam
masyarakat Minang yang matrilineal tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian
darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun
keturunan bangsawan.

Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza
Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Kecewa,
Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa demi
bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya.
Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat
seluruh Nusantara.

Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang harta dan
kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama
Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya; Hayati
pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan,
kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati
sebetulnya masih mencintainya.

Alur Cerita

1. Perkenalan Zainuddin dan Hayati

Berawal dari Makassar, tentang keresahan seorang Pemuda, yang sangat ingin mengetahui tentang asal-
usul keluarganya. Seorang anak yatim piatu, yang dari lahirnya telah ditimpa oleh kemalangan. Tentang,
kisah seorang pemuda yang terbuang, diasingkan oleh tanah kelahirannya sendiri. Lalu, dia mulai
menelusuri jejak-jejak sang Ayah. Mencari tau kabar sanak saudara. Memperbaiki hubungan keluarga
yang hampir musnah.

Zainuddin, pun memulai perjalanannya menuju Padang, Batipuah. Selain untuk mencari tau asal usul
keluarga untuk mengunjungi tanah kelahiran mendiang ayahnya yang sudah wafat bernama sutan
Muntari, salah satu tokoh yang di hormati di wilayah tersebut, melihat keelokan, keindahan tanah
Minang, Zainuddin juga ingin memperdalam ilmu agamanya. Lalu kemudian tidak sengaja dipertemukan
dengan seorang gadis Desa yang terkenal akan keindahannya, cantik rupa dan akhlak, orang
memanggilnya.Hayati.

Hayati adalah gadis desa yang cantikan ciptaan alam. Sopan dan lembut tutur katanya. Namun, diapun
seseorang yang bernasib sama dengan Zainuddin, yaitu yatim piatu. Dibesarkan oleh pamannya yang
sekaligus menjadi ketua Adat di wilayahnya. Hayati, hanya bisa tunduk dan patuh oleh segala aturan dari
pamannya itu. Apapun akan dilakukan sebagai bentuk balas budinya.

Singkat cerita Lama berkenalan, Zainuddin dan Hayati semakin akrab. Mulai menunjukkan betapa
mereka memang saling mengagumi satu sama lain. Berkabar melalui sepucuk surat. Surat yang sangat
berharga, surat yang sangat dinanti. Zainuddin begitu mencintai Hayati, karena hanya dialah seseorang
yang tetap setia berkawan dengannya, disaat yang lain membatasi diri. Hanya Hayati lah yang mampu
menemani disaat suka maupun luka dan mampu menghargai sekecil apapun pengorbanan Zainuddin.

Dengan segala pengharapan, Zainuddin memilih seorang Hayati untuk menceritakan semua hal. Tentang
kekecewaan seorang pemuda yang tidak jelas keturunannya. Pemuda yang hatinya bersih karena dicuci
oleh air mata penderitaan sejak lahir bahkan tentang rasa, Zainuddin menyatakan telah jatuh hati
kepada Hayati lewat sebuah kalimat indah "Hanya satu pintaku, jangan pernah kecewakan hati yang
berlindung kepadamu, Aku mencintaimu".

Namun, ketika cinta sudah saling bertautan, konflik pun muncul mengungkap identitas etnis yang kurang
jelas. Zainuddin pun menjadi perbincangan dikalangan masyarakat tanah minang, bahkan dijauhi oleh
orang-orang karena secara adat Zainudin dianggap sebagai orang luar.

Mendengar hal ini, sang Paman pun murka. Seperti aturan yang dibuatnya sejak dulu, tidak ada seorang
lelaki Batipuh yang bisa meminang Hayati termasuk Zainuddin. Maka, diusirlah Zainuddin dari negeri
Batipuh, untuk menghindari fitnah dan memadamkan amarah sang Paman.

Mengetahui hal ini, Hayati pun memohon, untuk mengurungkan niat Pamannya itu. Namun, Hayati tidak
bisa berbuat apapun, aturan tetaplah aturan. Untuk kesekian kalinya, dia masih harus kalah oleh aturan
sang Paman.

Diujung perjalanannya, Hayati menemui Zainuddin. Mengucapkan salam perpisahan. Menguatkan,


bahwa cinta itu tidak melemahkan dan membuat putus asa. Mengutarakan tentang hati yang telah
dipenuhi cinta kepada Zainuddin. Membuat sumpah yang begitu berat. Berjanji akan tetap suci dan
menunggu kedatangan Zainuddin kembali untuk meminangnya. Lalu, memberikan azimat berupa
selendang sebagai tanda mata sekaligus penyemangat bagi Zainuddin.

Zainuddin pun berangkat ke Padang Panjang dengan harapan baru yang sebelumnya hampir sirna.
Bersama segala sumpah dan selendang yang dia genggam erat dari seorang Hayati. Meninggalkan negeri
Batipuh menuju Padang Panjang melanjutkan tujuannya untuk belajar Agama.

Sumpah yang berat

Hubungan kasih antara Zainuddin dan Hayati rupanya terhalang tembok yang tebal. Hayati adalah dari
keluarga terpandang di Batipuh, mamaknya pun adalah tetua adat. Sedangkan Zainuddin hanyalah
“orang asing” di kampung ayahnya itu, tidak berharta pula. Mamaknya Hayati berpandangan bahwa
kisah kasih keduanya tidak boleh berlanjut apalagi sampai menuju pernikahan. Pendek kata Zanuddin
tidak pantas bagi Hayati.

Upaya memisahkan adalah dengan “mengusir” Zainuddin dari Batipuh. Caranya cukup halus dengan
menyarankan Zainuddin agar dapat belajar ilmu di kota yang tepat yaitu di Padang Panjang. Dengan
berat hati Zainuddin menerima usiran itu. Sebelum Zainuddin pergi, mereka berdua bertemu di Danau
sebagai salam perpisahan. Mereka membuat janji untuk bertemu kembali, merajut cinta agar menjadi
satu. Zainuddin menyatakan sangat berat untuk berpisah dengan Hayati. Namun hatinya menjadi tegar
ketika Hayati menyatakan sumpahnya bahwa Zainuddin adalah lelaki yang pantas menjadi
pendampingnya kelak. Hayati pun siap menanti kapanpun Zainundin akan hadir untuk menjemputnya.

Zainuddin pun sempat menyatakan bahwa itu adalah sumpah yang berat. Ibarat melaksanakan mission
impossible untuk mendapatkan Hayati dengan kondisi yang sangat tidak mendukung itu. Sebelum
mereka berpisah Hayati memberikan kerudungnya sebagai tanda dan “azimat”cinta dirinya kepada
Zainuddin. Mereka pun berjanji untuk saling berkirim surat, hubungan pun dapat berlanjut melalui LDR
(long distance relationship).

Sumpah yang teringkari

Adanya orang ketiga adalah cobaan terbesar dalam hubungan dua orang yang sedang memadu kasih.
Pada suatu ketika Hayati liburan ke Padang Panjang kota Zainuddin juga tinggal, sekaligus untuk
menemui pujaan hatinya itu. Hayati menginap di rumah sahabatnya,Khatijah, anak dari keluarga minang
yang terpandang keturunan bangsawan dan kaya pula. Tanpa disangka Hayati bertemu dengan Aziz
(Reza Rahadian) kakak Khatijah, seorang pemuda mapan modern yang bekerja di Padang.

Melihat kecantikan Hayati membuat Aziz jatuh hati. Selama liburan Aziz turut menemani termasuk saat
mengunjungi arena pacuan kuda. Di tempat itu pula Hayati bertemu Zainuddin. Alih-alih dapat melepas
rindu, untuk saling bercakap pun tidak sempat hanya bisa berpandang mata sebab harus menyesuaikan
“acara” dari genk keluarga Khatijah itu.

Akhirnya keluarga Aziz pun jadi melamar Hayati. Secara bersamaan dengan Zainuddin melakukan
langkah yang sama. Karena adat cukup kuat maka semua keputusan ditentukan oleh mamaknya itu,
pilihan jelas kepada Aziz yang dipandang sederajat dengan keluarganya. Hayati pun dengan terpaksa
menerima keputusan mamaknya itu, walaupun hidup bagai makan hati berulam jantung. Sudah pasti
hati Zainuddin hancur lebur. Ia merasa dingkari oleh Hayati, sumpah yang pernah diucapkannya dulu
menguap begitu saja.

Cinta membuat gila

Melalui surat kepada Hayati, Zainuddin menyatakan “protes” mengapa hayati begitu tega berbuat
seperti itu. Zainuddin menyatakan bahwa ini adalah pernikahan kecantikan dan kemewahan.
Menurutnya Hayati lebih mementingkan harta daripada cinta kepadanya.Jawaban Hayati juga tidak
kalah menyakitkan hati, ia menyatakan bahwa ini adalah pilihan hatinya dan menyarankan kepada
Zainuddin melupakan dirinya dan semua kisah indah yang pernah dijalaninya dulu.

Rupanya Zainuddin tidak bisa menerima kenyataan seperti ini, sang kekasih meninggalkannya dan
menikah dengan lelaki lain. Cinta yang begitu besar tidak menempati harapan yang semestinya. Cinta
memang sulit di tebak ke mana muaranya seperti tembang manis Adele, Someone like you: “Sometimes
it lasts in love, But sometimes it hurts instead”. Dan posisi Zainuindin pada keadaan yang tidak
mengenakkan, cinta yang membuat luka di hati.

Begitu beratnya akibat beban cinta yang ditanggung itu membuat Zainuddin kehilangan arah dan
membuatnya hampir gila. Orang dihadapannya dianggap Hayati, sambil memuja kekasih yang
meninggalkannya itu. Ia pun tak mau makan, dan berdiam diri di kamar. Keadaan itu membuat
parakerabatnya prihatin dan menjadikan Zainuddi sakit karena penolakan tersebut.

Kedatangan Hayati menjenguk Zainuddin setelah menikah, membuat Zainuddin mengiggau sambil
memegang tangan hayati dan mengajaknya menikah, ditengah kekacauan mengiggau, Zainuddin sadar
bahwa tangan perempuan yang di peganginya sudah menikah. Stelah Dua bulan lamanya terbaring di
kasur yang diakibatkan sakit yang terguncang jiwanya yang kesepian dan kemelaratan bukan tanpa
sebab yang sejak kecil sudah menjadi yatim piatu dan ditambah dengan kisah cintanya yang terkhianati
oleh perempuan yang memberi janji bertemu kembali, janji untuk mencintai sehidup semati dan
harapan untuk menjadi laki-laki yang kuat.

2. Awal perantauan Zainuddin ke Batavia hingga ke surabaya

Pelipur lara

Zainudin mempunyai sahabat bernama Muluk (Randy Danistha), anak kerabat tempat rumah yang
didiami selama di Padang Panjang. Muluk adalah pemuda bandel yang tidak patuh kepada orang tua dan
hobi berjudi. Namun demikian ia masih peduli dengan Zainuddin bahkan kata-katanya mampu
meluluhkan hati Zainuddin. Muluk berkata kepada Zainuddin bahwa dirinya adalah orang bodoh yang
tidak banyak pengetahuan. Muluk sangat menyayangkan mengapa pemuda yang panadai dan berilmu
tinggi dapat hancur hidupnya gara-gara seorang perempuan. Ia menyatakan bahwa Zinuddin tak pantas
meratapi hidup seperti ini.

Muluk memotivasi dengan memujii Zainuddin agar membangun kepandaian dan bakat menulisnya yang
memiliki karya sastra dengan hikayat yang indah untuk dikirim ke penerbit untuk menjadi orang besar.
Dengan demikian akan berada di atas, maka suatu saat semua orang akan memandangnya termasuk
juga dengan Hayati. Zainuddin membenarkan kata Muluk, ia tidak harus larut dalam kepedihan. Untuk
mengobati luka hati yang begitu parah ia ingin melupakan Hayati. Agar tidak teringat dengan semua
kenangan, Zainuddin pergi merantau ke Batavia dan turut ditemani Muluk sang sahabatnya.

Rupanya bakat menulis Zainuddin memperoleh tempat yang cocok. Tempat ia bekerja karyanya
diterbitkan dalam surat khabar, dalam sebuah cerita bersambung. Karyanya mendapat antusias
masyarakat, dan akhirnya diterbitkan dalam sebuah novel Teroesir. Novel ini juga mendapat sambutan
luas, maka membuat karier Zainudin menanjak. Dan ia dipercaya menangani perusahan yang ada di
Surabaya.

Surabaya pertempuran hati

Di Surabaya karier Zainuddin makin cemerlang, ia bertambah tenar yangmembuat ia terpandang dan
kaya raya. Dan di saat yang sama Aziz juga memperoleh kenaikan pangkat dan ditempatkan di Surabaya.
Suatu saat karyanya Teroesir di angkat di panggung opera. Aziz dan hayati turut menontonnya. Opera
berlangsung sukses, dan setelah itu Zainuddin mengadakan pesta di rumah besarnya. Aziz dan Hayati
turut hadir dalam acara itu.

Pertemuan atara Zainuddin dan Hayati juga tidak terhindarkan. Sebagai orang tenar Zainuddin bersikap
selayaknya orang besar. Ia menjamu Aziz dan hayati dengan hormat walaupun sebelumnya pernah
menyakiti hatinya. Cinta yang pernah berlangsung terpercik kembali, namun keduanya dapat menahan
diri.
Lama Surabaya ini keadaan Zainuddin sangat mapan tetapi tidak bagi Aziz. Ia dipecat dari kantornya dan
banyak hutang akibat kalah judi, rupanya ia hanya jago kandang, di Surabaya hidupnya benar-benar
hancur. Dalam kondisi terpuruk , Aziz dan Hayati dapat tertolong, dengan bantuan yang ditawarkan
Zainuddin untuk menempati rumahnya.

3. Akhir kisah cinta segita

Kesempatan yang terbuang

Kebaikan hati Zainuddin membuat Aziz malu. Ia pun mengetahui bahwa Hayati masih mencintai
Zainuddin. Akhirnya Aziz pamit dari rumah untuk mencari pekerjaan. Pada mulanya Zainuddin tidak
mengijinkannya, karena sudah tekat bulat Aziz maka ia mempersilahkannya. Aziz menitipkan Hayati
pada Zainuddin untuk tetap tinggal di rumahnya.

Lama pergi, tiba-tiba Aziz mengirimkan dua surat buat Hayati dan Zainuddin. Buat Hayati diberikan surat
talak dan ia hendak menceraikannya agar menjadi orang bebas, dan setelah itu mempersilahkan Hayati
untuk menentukan pilihannya. Surat untuk Zainuddin , mempersilajkan agar untuk memiliki Hayati. Aziz
mengganggap Zainuddin lah yang pantas untuk Hayati, sebagai suami pun ia tak pantas sebab kerap kali
berbuat kasar dan menyakiti istrinya.

Kesempatan untuk bersatu antara Hayati dan Zainuddin semakin besar ketika ada khabar bahwa Aziz
mati bunuh diri. Rupanya kesempatan itu terbuang begitu saja. Hayati menyatakan masih cinta padanya
yang selama ini terus dipendamnya. Namun tidak bagi Zainuddin, ia tidak begitu saja menerima cinta
Hayati yang sudah di depan mata. Ia masih teringat akan sikap Hayati yang pernah menyakiti hatinya.
Dan Zainuddin menyarankan kepada hayati agar pulang ke kampung halamannya di Minang, tempat
adat yang telah membelenggu cintanya.

Zainuddin tetap pada pendiriannya bahwa ia tetap teguh pada janjinya untuk melupakan Hayati, sebab
ini pula yang pernah dimintakan Hayati kepadanya ketika menerima Aziz. Kepulangan Hayati sudah
dipersiapkan Zainuddin dengan naik kapal mewah milik Belanda Van der Wijk buatan Feyenoord dari
pelabuhan Tanjung Perak. Hayati pun pasrah dan menuruti kemauan Zainuddin, ia pun menitipkan surat
kepada Muluk buat Zainuddin ketika akan naik kapal.

Dari surat itu akhirnya Zainuddin sadar bahwa dugaan terhadap Hayati salah. Hayati masih begitu
mencintainya, dan sebenarnya ia pun masih mencintai Hayati. Hal ini dibuktikan dengan adanya lukisan
Hayati yang dipajang di ruang kerja di rumahnya. Menyadari kesalahannya Zainuddin berniat menyusul
Hayati dan membawanya kembali ke Surabaya untuk tinggal bersamanya.

Seandainya saja

Usaha Zainuddin menemui khabar yang tidak mengenakkan dan tidak disangka, kapal Van der Wijck
tenggelam. Ia bersama Muluk segera menuju rumah sakit untuk mencari Hayati. Akhirnya ia
menemukan Hayati, namun sudah pada kondisi parah, paru-parunya kebanyakan kemasukan air. Dalam
menemui ajal, Hayati menyatakan bahwa hatinya selalu pada Zainuddin. Betapa hancurnya hati
Zainuddin melihat kekasihnya itu, ia pun memohon agar Hayati tidak meninggalkannya.

Rupanya kematian sudah diambang batas, Hayati meminta kepada Zainuddin agar membimbingnya
membacakan dua kalimat suci. Akhirnya Hayati meninggal dengan tenang, dengan mengetahui bahwa
Zainuddin pun masih mencintainya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Seandainya Zainuddin
tidak menyuruhnya kembali ke kampung halamannya, tentu tidak menjadi korban kapal Van der Wijck
itu. Dengan demikian bukankah dapat hidup bersama dengan kekasihnya seperti yang diharapkannya
dahulu.

Kematian Hayati sempat mengguncangkan hati Zainuddin. Sudah beberapa kali ia harus jatuh karena
perasaan cinta kepada Hayati. Rasa cinta yang begitu mendalam membuat ia mampu bangkit lagi dari
keterpurukan, apapun keadaan yang akan terjadi. Inilah pesan moral yang dibangun dalam cerita ini.
Zainuddin telah menemukan bahwa hatinya bertemu dengan hati Hayati. Seperti kata Kahlil Gibran,
“hati yang bisa diajak untuk bersama-sama mereguk madu kehidupan dan menikmati kedamaian,
sekaligus melupakan penderitaan hidup”. Bagi Zainuddin Hayati tidak mati, dan ia menghidupkannya
kembalimelalui novel dalam sebuah kisah yang diberi judul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.

Kesimpulan

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini belum maksimal untuk bisa membandingkannya dengan
cerita aslinya. Tapi saya yakin, film ini sudah mengadaptasi ceritanya sebaik mungkin. Saya akan cari
secepatnya novel karangan Buya Hamka yang sangat bagus ini. Mungkin sudah saatnya pula, kita
mencintai karya sastra Indonesia klasik yang ternyata memiliki kemahsyuran dan keantikan juga
keberagaman cerita yang bagus untuk diambil pesan moralnya. Tidak jadi soal mau nonton sendiri,
berdua dengan teman/kekasih, dengan keluarga. Intinya, film ini sangat layak untuk ditonton.

Pertanyaan

1. Kaitan film tersebut dengan mata kuliah sistem sosial budaya indonesia?

2. Apa saja konflik yang ada dalam film tersebut?

3. Bagaimana solusi yang di tawarkan dalam film tersebut?

Jawaban!

1. Dalam film tersebut berkaitan dengan keresahan seorang pemuda yang menyadari bahwa identitas
etnisnya yang "tidak jelas" membuat khawatir akan keberadaan dirinya, untuk mencari tau asal usul
keluarganya karena terbuang dan terasingkan oleh tanah kelahirannya Dan mengisahkan tentang
perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir
dengan kematian.
2. Konflik yang terjadi karena adanya perbedaan adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka
berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Bugis dan ayah
berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang matrilineal tidak diakui. Oleh sebab itu, ia
dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati
adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan

3. Karena adanya pertentangan tentang suku adat dan istiadat, Upaya yang dilakukan dengan cara
memisahkan atau dengan “mengusir” Zainuddin dari Batipuh. Caranya cukup halus dengan
menyarankan Zainuddin agar dapat belajar ilmu di kota yang tepat yaitu di Padang Panjang. Dengan
berat hati Zainuddin menerima usiran itu

Anda mungkin juga menyukai