CORPORATE UNIVERSITY
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu
mengimplementasikan audit energi sesuai Permen
ESDM no. 14 tahun 2012 dan PP no. 70 tahun 2009.
PENYUSUN
DENNY MM – PLN UPDL SURALAYA
Page |1
DAFTAR TABEL
Page |2
DAFTAR ISI
Page |3
BAB II
2.1 Perencanaan
a) Mendefinisikan:
i. Ruang lingkup audit energi (audit scope) yaitu cakupan pemanfaatan energi dan
kegiatan terkait yang termasuk dalam audit energi, sebagaimana ditetapkan oleh
organisasi dengan berkonsultasi dengan auditor energi, yang dapat mencakup
beberapa batasan.
ii. Tujuan audit energi (audit objective) yaitu maksud audit energi yang disepakati oleh
organisasi dan auditor energi.
b) Mendapatkan informasi awal organisasi auditan (auditee)
2.1.2 Kewajiban
Page |4
11) Prosedur persetujuan jika ada perubahan ruang lingkup audit;
a) Auditor harus meminta informasi (yang masih applicable) untuk menetapkan konteks audit
1) Kewajiban regulasi pemerintah atau variable lainnya yang dapat mempengaruhi audit
energi;
2) hambatan regulasi atau lainnya yang mempengaruhi ruang lingkup atau aspek
lainnya;
3) Rencana strategis yang dapat mempengaruhi kinerja energi organisasi; (contoh:
asset management plans, diversifikasi produk, ekspansi unit produksi, rencana
proyek)
4) Sistem manajemen; (contoh: system manajemen lingkungan/ mutu/ energi);
5) Pertimbangan khusus yang dapat mengubah ruang lingkup, proses, dan kesimpulan
audit;
6) Pertimbangan lainnya (walaupun subjektif), termasuk adanya opini, ide, batasan
berkaitan dengan langkah-langkah peningkatan kinerja energi potensial;
b) Auditor harus menginformasikan kepada organisasi (auditan/auditee)
1) Fasilitas, peralatan, dan pelayanan yang dibutuhkan sehingga proses audit bias
berjalan dengan optimal;
2) Kepentingan komersial atau lainnya yang dapat memengaruhi kesimpulan atau
rekomendasinya;
3) Konflik kepentingan lainnya.
2.2.2 Kewajiban
Page |5
1) Menugaskan personel (boleh dalam bentuk sebuah tim) untuk membantu auditor.
Personel tersebut harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan dan wewenang untuk
memintakan atau secara langsung mengoperasikan suatu proses/peralatan yang
masuk dalam ruang lingkup audit dan tujuan audit.
2) Menginformasikan personel yang tepat dan pihak berkepentingan lainnya tentang:
pelaksanaan audit energi ini, peran mereka, tanggung jawab mereka, kerjasama
mereka, dan persyaratan lainnya.
3) Memastikan kerjasama pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh pelaksanaan audit
energi ini.
4) Memastikan kondisi tidak biasa yang dapat mempengaruhi audit energi, misal:
pemeliharaan, kunjungan khusus (pelanggan, regulator), perubahan signifikan dalam
hal volume produksi, dan lain-lain.
b) Auditor energi harus setuju dengan auditan dalam hal:
1) Pengaturan akses, disesuaikan dengan ruang lingkup audit.
2) Persyaratan aturan dan prosedur tentang kesehatan, keselamatan, keamanan, dan
keperluan darurat.
3) Ketersediaan sumber daya, termasuk data energi dan kebutuhan tambahan alat ukur.
4) Perjanjian kerahasiaan (NDA = Non Disclosure Agreement) yang masih berlaku.
(misal: NDA antara auditan selaku pemilik gedung dan penyewa gedung);
5) Persyaratan untuk pengukuran khusus lainnya, jika dibutuhkan.
6) Prosedur yang harus diikuti untuk pemasangan alat ukur, jika dibutuhkan.
Level audit akan mempengaruhi terutama pada ruang lingkup audit dan tujuan audit dalam tahap
perencanaan audit energi. Ada beberapa referensi yang menjelaskan tentang level audit: ISO
50002:2014, Handbook of Energy Audit, ASHRAE 211-2018.
i. Audit walk-through
ii. Audit Rinci
iii. Audit Komprehensif
Page |6
Dalam standar ISO 50002:2014 terdapat 3 (tiga) tipe audit yang berbeda dalam kedalaman detail:
tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Tipe 1 merupakan level minimum dalam audit energi. Organisasi boleh
mengatur (customize) levelisasinya dari tipe 1 s.d. tipe 3, bergantung pada:
a) Kebutuhan organisasi
b) Ketersediaan data dan sumber daya
c) Ketersediaan pengukuran (metering)
Berdasarkan referensi “Handbook of Energy Audit (9th edition), tipe audit energi terbagi atas sbb.:
Page |7
o Dibantu dengan simulasi computer, melibatkan factor cuaca dan lainnya sepanjang
tahun.
o Tujuan auditor adalah untuk membangun baseline untuk perbandingan yang
konsisten dengan konsumsi energi yang sebenarnya dari fasilitas.
o Setelah baseline ini dibangun, auditor kemudian akan membuat perubahan untuk
meningkatkan efisiensi dari berbagai sistem dan mengukur efek dibandingkan
dengan baseline. Metode ini juga menyumbang interaksi antar sistem untuk
membantu mencegah over estimasi dari penghematan.
o Ini adalah tipe yang paling mahal dari audit energi tetapi dapat dibenarkan jika
fasilitas atau sistem yang lebih kompleks di alam.
Page |8