Strategi Dan Standar Evaluasi Program
Strategi Dan Standar Evaluasi Program
Langkah 6: Ensure Use and Share Lesson Learned (Pastikan Penggunaan dan Pelajaran yang
diperoleh)
Pelajaran dalam proses evaluasi tidak secara otomatis diterjemahkan ke dalam
tindakan pengambilan keputusan dan sesuai informasi. Persiapan penggunaan melibatkan
pemikiran strategis dan tetap waspada, yang keduanya dimulai pada tahap awal keterlibatan
stakeholder dan terus berlanjut selama proses evaluasi. Lima elemen sangat penting untuk
memastikan penggunaan evaluasi, termasuk desain, persiapan, feedback (umpan balik),
follow up (tindak lanjut)
1. Desain à Desain mengacu pada bagaimana pertanyaan-pertanyaan evaluasi, metode, dan
proses keseluruhan dibangun. Proses pembuatan desain yang jelas akan menyoroti cara-cara
stakeholders, melalui kontribusi mereka, dapat meningkatkan relevansi, kredibilitas, dan
utilitas keseluruhan evaluasi.
2. Persiapan à Persiapan mengacu pada langkah-langkah yang diambil untuk melatih
penggunaan akhir hasil temuan evaluasi.
3. Feedback à Umpan balik adalah komunikasi yang terjadi di antara semua pihak untuk
evaluasi. Memberi dan menerima umpan balik menciptakan suasana saling percaya antara
para pemangku kepentingan.
4. Follow-Up à Tindak lanjut mengacu pada dukungan teknis dan emosional yang pengguna
butuhkan selama evaluasi dan setelah mereka menerima temuan evaluasi
STANDAR EVALUASI (STANDARD EVALUATION)
Standar evaluasi diperlukan untuk menghidari kemungkinan adanya salah satu
stakeholder atau evaluator yang tidak sinkron terhadap apa yang sudah dirumuskan
sebelumnyya (subjektifitas dalam hasil evaluasi program). Dalam evaluasi, standar evaluasi
merupakan aspek penting dari setiap praktek evaluasi. Dengan adanya standar, dapat
membantu memastikan bahwakomunikasi antara evaluator dan klien dapat berjalan secara
efektif, dapat mencapai suatu pemahaman yang sama, jelas, saling mengenal kriteria yang
harus dipenuhi dalam evaluasi. Tanpa adanya standar, kredibilitas prosedur evaluasi, hasil,
atau pelaporan yang tersisa akan diragukan (tidak valid).
Ada beberapa fungsi spesifik dari standar evaluasi program, yaitu:
1. Memberikan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana mengatasi berbagai masalah dalam
proses evaluasi
2. Membantu memastikan bahwa evaluator akan menggunakan praktik
terbaikpadabidangevaluasi yang tersedia.
3. Memberikan arah untuk melakukan evaluasi perencanaan yang efisien dan termasuk
pertanyaan evaluasi yang bersangkutan.
4. Menyediakan konten utama untuk pelatihan dan pembimbingan evaluator dan peserta lain
dalam proses evaluasi.
5. Kehadiran evaluator dan konstituen mereka dengan bahasa yang sama untuk memfasilitasi
komunikasi dan kolaborasi
6. Membantu arsip evaluator dan memelihara kredibilitas di antara profesi lain
7. Mendapatkan dan mempertahankan kredibilitas terhadap badan pengawasan publik dan klien
8. Mendapatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang evaluasi
9. Melindungi konsumen dan masyarakat dari praktek-praktek berbahaya atau merusak
10. Menyediakan kriteria objektif untuk menilai dan memperkuat layanan evaluasi
11. Memberikan dasar untuk akuntabilitas oleh evaluator
12. Memberikan dasar untuk mengadili klaim malpraktek dan sengketa lainnya
13. Menyediakan kerangka kerja konseptual dan definisi kerja untuk membantu panduan
penelitian dan pengembangan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Jodi L. Fitzpartrick, James R. Sanders, Blaine R. Worthen. 2011. Program Evalution Alternative
Approaches and Practical Guidelines, United States: Pearson.
Nonprofit Developement Institute, Inc. Program Evaluation A Primer for Nonprofit Organization.
www.phsc-inc.com/resources/EvaluationPrimer[1].pdf. diakses pada 19 Maret 2013
Tayibnafis, Farida Yusuf, (2000), Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta.
http://catatannana.blogspot.com/2010/11/standar-evaluasi-program.html diakses pada 19
Maret 2013
Cara Pengembangan Kompetensi Guru
1. Program sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi guru. Sertifikat pendidik
bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor
registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi.
Dalam program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua
tingkatan, yaitu minimal sarjana atau Diploma IV. Dengan kualifikasi itu, diharapkan guru
akan memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Apapun penjelasannya sebagai berikut.
Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia.
Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional`merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Kompetensi ini juga
disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi
keahlian.
Dalam praktik keempat kompetensi itu merupakan satu kesatuan yang utuh, dan
kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencakup kompetensi
lainnya. Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan dan memenuhi persyaratan dapat
disertifikasi dengan berpedoman pada ketentuan peraturan-peraturan perundangan yang
berlaku. Sertifikasi guru diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi atau ditunjuk pemerintah. Setelah
disertifikasi guru akan memperoleh sertifikat pendidik, yaitu bukti formal sebagai pengakuan
yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dengan memiliki sertifikat pendidik,
guru akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum, meliputi: gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi
gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sementara guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.
Undang-undang Nomor 14/ 2005 memberi angin segar kepada guru, karena memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan karier dan mendapatkan penghargaan
yang sepantasnya. Undang-undang itu akan dapat mengangkat harkat dan martabat guru yang
memiliki kedudukan dan peranan strategis dalam pembangunan nasional, yang sebelum
adanya undang-undang tersebut tampak kurang mendapatkan perhatian.
Untuk memperoleh sertifikat pendidik tidak semudah membalikkan telapan tangan, dan
memerlukan kerja keras para guru. Sertifikat pendidik akan dapat diperoleh guru apabila
mereka benar-benar memiliki kompetensi dan profesionalisme. Bagi para guru yang
memiliki kompetensi dan profesionalisme, hal ini mungkin bukan merupakan persoalan yang
pelik, melainkan tinggal menunggu waktu. Sebaliknya, para guru yang kurang memiliki
kompetensi dan profesionalisme, hal ini dapat menjadi persoalan yang pelik ketika giliran
untuk disertifikasi telah tiba. Sehubungan dengan hal itu, sesuatu yang pasti adalah guru
harus mempersiapkan diri sedini mungkin untuk disertifikasi, agar kesempatan yang baik itu
tidak hilang begitu saja karena tidak adanya persiapan yang memadai. Guru harus siap
mental, keilmuan, dan finansial. Dalam kaitan dengan persiapan dalam hal keilmuan, guru
perlu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.
2. Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Untuk kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan perlu dilakukan
peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Hal ini perlu dipahami karena
dengan adanya pasca sertifikasi guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan
profesionalismenya agar mutu pendidikan tetap terjamin. Peningkatan kompetensi dan
profesionalisme guru dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut ini.
a. Studi Lanjut Program Strata 2
Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara pertama yang dapat ditempuh
oleh para guru dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Ada dua jenis
program magister yang dapat diikuti, yaitu program magister yang menyelenggarakan
program pendidikan ilmu murni dan ilmu pendidikan. Ada kecenderungan para guru lebih
suka untuk mengikuti program ilmu pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya.
b. Kursus dan Pelatihan
Keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang kependidikan merupakan cara kedua
yang dapat ditempuh oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.
Walaupun tugas utama seorang guru adalah mengajar, namun tidak ada salahnya dalam
rangka peningkatan kompetensi dan profesionalismenya juga perlu dilengkapi dengan
kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku.
c. Pemanfaatan Jurnal
Jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau perguruan tinggi dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme. Artikel-artikel di dalam jurnal biasanya
berisi tentang perkembangan terkini suatu disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal dapat
dipergunakan untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru. Dengan
memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai, seorang guru bisa mengembangkan
kompetensi dan profesionalismenya seorang guru dalam mentransfer ilmu kepada peserta
didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat dijadikan media untuk mengomunikasikan tulisan
hasil pemikiran dan penelitian guru yang dapat digunakan untuk mendapatkan angka kredit
yang dibutuhkan pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat.
d. Seminar
Keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Tampaknya hal ini merupakan
cara yang paling diminati dan sedang menjadi trend para guru dalam era sertifikasi, karena
dapat menjadi sarana untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar guru mendapatkan
informasi-informasi baru. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun demikian, di masa-
masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya menjadi peserta seminar
saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar.
Forum seminar yang diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana yang baik
untuk mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan profesinya sebagai
guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai suatu gambaran tentang apa yang
seyogyanya dapat dilakukan oleh seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik
berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Ada tiga jenis kompetensi
guru, yaitu kompetensi professional kompetensi kemasyarakatan dan kompetensi personal.
Cara pengembangan kompetensi guru ada 2 macam, yaitu dengan program sertifikasi,
dan peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Sertifikasi diperoleh melalui
pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi, sedangkan peningkatan kompetensi
dan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan cara Studi Lanjut Program Strata 2, kursus
dan pelatihan, pemanfaatan jurnal, dan seminar.
Meta
Evaluasi Program Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di
SMK
Jokebet Saludung
F
akultas
T
eknik
-
UNM Makassar
E
-
mail: jokebet@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk me
lakukan
E
valuasi
Meta terhadap
Program Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
dengan menggunakan Model
Evaluasi
Meta yang dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan (
Research and Development
).
Penelitian ini
akan
d
ilaksanakan
di Toraja Utara dengan
p
opulasi 22 SMK. Sampel diambil
secara
purposive
.
Subjek penelitian adalah guru, kepala sekolah/wakil, kepala tata usaha dan
siswa
.
Prosedur penelitian dirancang dua tahun sesuai tahapan
R&D
yaitu:
(1) Analisis
kebutuhan, (2) Pengembangan produk, (3) Uji
coba dan revisi produk, (4) Implementasi dan
diseminasi.
Tahun pertama (2015), diawali dengan mengembangkan model evaluasi meta
dengan perangkat instrumennya
yang
akan diimplementasikan pada penelitian t
ahun kedua
(
2016)
.
Hasil yang dicapai
tahun pertama
ialah:
(1). Model Evaluasi Meta hasil pengembangan
dengan perangkat instrumen evaluasi, (2).
Model penelitian dan pengembangan (
R&D
) yang
digunakan, (3).
Teori/Hipotesis baru, informasi dan desain, d
ata dan laporan penelitian, artikel,
synopsis, (4
)
.
Rekom
endasi hasil penelitian.
= 14
2
kata
Total Dibaca: 8871
1. Kesimpulan
Guru profesional adalah seseorang yang memiliki jabatan guru berdasarkan keilmuan dan
keahliannya dengan mengabdikan diri sepenuhnya atas pekerjaan yang dipilihnya, dengan
selalu berusahan mengembangkan diri dan keahlian yang berkaitan dengan jabatan gurunya.
Guru IPA yang profesional dibentuk melalui pendidikan keguruan IPA yang terakreditasi,
selanjutnya guru tersebut akan melalui jenjang pendidikan dan pelatihan In service untuk
mengembangkan profesionalismenya, atau dapat juga mengembangkan diri melalui
Forum MGMP, atau melalui pembinaan dari Kepala Sekolah dan Pengawas.
In service training bagi guru IPA antara lain melalui diklat berjenjang, yang meliputi :
Diklat tingkat dasar, Diklat Calon Instruktur, Diklat Instruktur dan Diklat TOT (Training
of the Trainers).
MGMP merupakan organisasi guru bidang studi yang harus mampu mengembangkan
program strategis, a.l.: Program penyamaan persepsi dan komitmen yang tinggi dalam
peningkatan mutu pembelajaran; Program koordinasi dan kolaborasi peningkatan mutu
persiapan pembelajaran; Program pemecahan masalah pembelajaran; Program
pengembangan kurikulum/silabus implementatif yang sesuai dengan standar kompetensi
pada mata pelajaran terkait; Program pengembangan bahan ajar berbasis kompetensi pada
mata pelajaran terkait; Program pengembangan metode pembelajaran yang sesuai,
menarik dan menyenangkan; Program pengembangan media pembelajaran yang sesuai,
menarik dan menyenangkan untuk mata pelajaran terkait; dan Program pengembangan
alat peraga pembelajaran yang bermutu untuk mata pelajaran terkait.
2007:1). Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi pendidikan mencakup seluruh
aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Karena aspek utama dalam supervisi
adalah guru maka layanan dan aktifitas supervisi harus lebih diarahkan kepada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Dari uraian diatas dapat diambil garis lurus tentang pengertian supervisi yaitu serangkaian
usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh
supervisor (pengawas sekolah, kepala sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih
menekankan pada pembinaan guru itu sendiri maka pembinaan itu lebih diarahkan pada
pembinaan profesional guru yakni pembinaan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan profesional guru.
Supervisi merupakan istilah baru yang muncul kurang lebih dua dasawarsa terakhir ini.
Dahulu istilah yang sering digunakan di sekolah adalah “pengawasan”atau “pemeriksaan”
(Suharsimi Arikunto, 2004:2). Makanya seringkali hubungan antara guru dengan supervisor
dianggap sebagai hubungan yang membahayakan dan saling mengancam. Hal ini benar
apabila pertanyaan-pertanyaan yang digunakan bersifat mengorek kesalahan-kesalahan saja
dan bersifat inspektif. Cara-cara ini digunakan oleh supervisor konvensional yang mewarisi
cara lama dengan kebiasaan bersifat inspektif dan korektif. Supervisi modern perlu
pendekatan manusiawi dalam melaksanakan program supervisi pendidikan (Kunandar,
2007:104).
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi yanglebih menekankan pada
kekuasaan dan bersifat otoriter.Sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan
yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru,
karena bersifat demokratis. Tujuan supervisi modern adalah mendalami kebutuhan guru
secara individual, membantu mereka secara individual pula, meneliti sistem yang digunakan
serta meneliti sarana dan prasarana sekolah. Hasil dari pendalaman dan penelitian tersebut
dijadikan sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau
mengadakan perbaikan di kemudian hari. Dengan demikian supervisor benar-benar
membantu menanggapi peningkatan usaha sekolah secara menyeluruh.
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran
institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai
dari aspek guru menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu
manajemen pendidikan yang professional. Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan
dengan bantuan supervisor yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan
supervisi terhadap guru. Pada kenyataannya memang masih sangat banyak guru yang kurang
profesional, seperti yang diungkapkan bahwa dalam praktek pendidikan sehari-hari masih
banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya.
Kesalahan-kesalahan seringkali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak
diantaranya yang menganggap hal biasa dan wajar (E. Mulyasa, 2005:10).
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar
adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap
yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-
guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu,
supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data dan fakta yang objektif (Sahertian, 2000:20).
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut
perlu dilakukan karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk
memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan supervisi pendidikan, ada dua supervisi pengajaran, yakni:
1. Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan
terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan
agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya,
kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain
kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru.
2. Supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-
guru untuk meningkatkan kinerja. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah
yang bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan dari beberapa
sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah Dasar. Hal-hal yang diamati pengawas
sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja guruadalah penyusunan
program semester, penyusunan rencana pembelajaran, penyusunan rencana harian, program
dan pelaksanaan evaluasi, kumpulan soal, buku pekerjaan siswa, buku daftar nilai, buku
analisis hasil evaluasi, buku program perbaikan dan pengayaan, buku program Bimbingan
dan Konseling serta buku pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam melaksanakan program supervisi ini sudah pasti diperlukan adanya evaluasi yang baik
yaitu evaluasi yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral dan
kontinyu (E. Mulyasa, 2005:134). Evaluasi program supervisi pendidikan bukan berarti
mengevaluasi suatu rencana program supervisi pendidikan, melainkan berusaha menentukan
sampai sejauh mana pelaksanaan supervisi pendidikan sudah tercapai. Dengan kata lain
evaluasi supervisi pendidikan menyangkut semua komponen yang terkait dengan pelaksanaan
supervisi pendidikan meliputi aspek personal dan material serta aspek operasional dan hasil
supervisi pendidikan.
Kesimpulan
Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan
eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru.
Kepercayaan, keyakinan dan penerimaan masyarakat terhadap guru merupakan substansi dari
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut
mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai, tidak hanya pada tataran normatif
saja namun juga menyangkut pengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi
pedagogik, kepribadian, professional maupun sosial dalam ranah aktualisasi kebijakan
pendidikan.
Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai
kapasitasnya sebagai pendidik. Guru profesional harus memiliki pengalaman mengajar,
kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan
kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan
profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik,
mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan
meneliti dan mengembangkan kurikulum.Guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.
Usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional sangat diperlukan
guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
Bantuan profesional kepada guru tersebut paling tepat adalah dalam bentuk layanan
supervisi. Kegiatan supervisi dilakukan secara menyeluruh baik oleh kepala sekolah maupun
pengawas sekolah secara rutin, terjadwal serta berkesinambungan sehingga hasilnya benar-
benar dapat memberikan masukan untuk perbaikan kinerja guru bersangkutan.
Mengingat ruang lingkup supervisi pendidikan sangat luas dan hasil pelaksanaan supervisi
tidak dapat diukur dan dilihat dalam waktu singkat, maka perlu adanya evaluasi terhadap
program supervisi pendidikan itu sendiri. Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang berpegang
teguh pada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral dan kontinyu. Evaluasi supervisi
pendidikan dilakukan untuk menentukan sejauh mana pelaksanaan supervisi pendidikan
sudah tercapai. Maka jelaslah bahwa supervisi pendidikan merupakan satu-satunya sarana
representatif yang dapat dijadikan sarana pembinaan dan evaluasi terhadap profesionalisme
guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Burhanuddin, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep Pendekatan dan Penerapan
Pembinaan Profesional, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,
2007.
Dharma, Surya, Penilaian Kinerja Guru, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen
PMPTK, 2008.
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Harbison, F.H., Human Resource Development Planing in Modernizing di dalam
International Labor Review, 1962.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Purwadarminta,WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Rahardi, R. Kunjana, “Profesionalisme: Tuntutan Era Globalisasi”, Arena Almamater, No.
42 Tahun XII, Januari – Maret 1997.
Rohmad, Ali, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bina Ilmu, 2005.
Sahertian, Piet A., Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999.
Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.