Anda di halaman 1dari 11

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.

MATERI INTI

Program bimbingan dan konseling di sekolah mengandung empat


macam komponen pelayanan yakni layanan dasar, layanan responsif,
perencanaan individual, dan dukungan sistem. (Departemen Pendidikan
Nasional.2008:207) Setiap komponen pelayanan mempunyai strategi
pelayanan masing-masing. Keempat komponen pelayanan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
1) Layanan dasar
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta
didik (siswa) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas yang
disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa
mengembangkan potensinya secara optimal.
Layanan bimbingan dan konseling ini bertujuan untuk membantu
semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki
mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau
dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat tugas-tugas
perkembangannya, maka layanan yang diberikan adalah pelayanan
dasar. (Yusuf, Syamsu. 2008 : 26)
Menurut Syamsu Yusuf (2008:26-27) untuk mencapai tujuan tersebut
maka kepada para siswa (yang berusia remaja, SLTP, dan SLTA)
disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar dan karier, yang kesemuanya terkait dengan pencapaian tugastugas perkembangan. Secara rinci materi aspek-aspek tugas-tugas
perkembangan itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Pengembangan kemandirian emosional.
3. Pengembangan kemampuan individual (problem solving/ decision
making)
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau
keterampilan belajar yang efektif.
5. Pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab (sikap
altruis, sikap toleran dalam suasana kehidupan yang heterogen:
multi budaya, etnis, ras dan agama.
6. Pengembangan upaya pencapaian peran sosial sebagai pria atau
wanita.
7. Pengembangan sikap penerimaan diri secara objektif dan
pengembangan secara tepat.
8. Pengembangan sikap dan kemampuan mempersiapkan karier di
masa depan.

9. Pengembangan upaya pencapaian hubungan baru yang lebih


matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita
10.
Pengembangan sikap positif terhadap pernikahan dan hidup
berkeluarga.
Sasaran dalam layanan dasar adalah semua siswa. Strategi yang
digunakan dalam layanan dasar ini antara lain:
a) Bimbingan kelas / Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti
bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut
konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas.
Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para
siswa. Kegiatan bimbingan kelas ini dapat berupa diskusi kelas atau brain
storming.( Departemen Pendidikan Nasional.2008: 224)
b) Pelayanan orientasi
Pelayanan orientasi adalah sebuah layanan bimbingan yang
dilaksankan oleh konselor kepada siswa untuk memperkenalkan
lingkungan yang baru dimasukinya atau yang baru diketahuinya terutama
hal-hal yang terdapat disekitar lingkungan sekolah maupun madrasah
agar memperlancar iklim pendidikan.(Prayitno & erman Amti. 2009:. 255257)
c) Pelayanan informasi
Pelayanan informasi adalah layanan yang berupa pemberian
pemahaman kepada siswa tentang berbagai hal yang diperlukan untuk
menjalani tugas dan kegiatan di Sekolah untuk menentukan dan
mengarahkan hidup.
d) Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok yang dimaksud adalah sebuah bentuk
pelayanan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan yang berfokus pada
penyediaan informasi dan pengalaman melalui sebuah aktivitas kelompok
yang terencana dan teroganisir. (Gibson, Robert L.2010:52)
e) Pelayanan pengumpulan data
Pelayanan ini merupakan usaha untuk memperoleh data dan atau
informasi tentang siswa dengan berbagai teknik, metode, dan alat baik
yang berupa tes maupun non-tes yang berupaya untuk assessment.
Layanan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
informasi individual siswa dengan menghubungkan satu aspek dengan
yang lainnya. (W.S. Winkel.1997: 257)
Alat tes dan non tes yang dapat digunakan untuk memahami
kebutuhan
dan
masalah
konseli
yakni
Inventori
Tugas-tugas

Perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, sosiometri,


daftar hadir siswa, psikotes, dan alat ungkap masalah (AUM).
(Departemen Pendidikan Nasional.2008: 210)
Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling adalah layanan
berkesinambungan dan tersistematis, sehingga data yang diperoleh harus
dapat terintegrasi. Terintegrasi berarti, pengumpulan data dilakukan
sebagai bentuk assessment sebagai pola perencanaan program.
2) Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa
yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan
(pertolongan) dengan segera. Layanan ini bertujuan untuk membantu
siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan saat ini, atau para siswa
yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan
untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasuai
(maladjustment). (Yusuf,Syamsu. 2008:28)
Apabila pelayanan diberikan kepada siswa yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera,
maka layanan yang diberikan adalah layanan responsif, sebab jika tidak
dengan segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangan. Masalah (gejala perilaku
bermasalah) yang mungkin dialami konseli diantaranya: merasa cemas
tentang masa depan, merasa rendah diri, berperilaku impulsif, kekanakkanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara
matang, membolos dari sekolah/madrasah, malas belajar, kurang memiliki
kebiasaan belajar yang positif, beribadah, kurang bisa bergaul, prestasi
belajar rendah, malas masalah pergaulan bebas (free sex), masalah
tawuran, manajemen stress, dan masalah dalam keluarga. (Departemen
Pendidikan Nasional.2008: 210)

Adapun strategi yang digunakan mencakup:


a) Konseling individual
Konseling individual ialah suatu pelayanan berupa dialog tatap
muka antara konselor dan klien untuk memecahkan berbagai masalah
dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki. (Rahman, Hibana S.,
2003: 58)
Konseling individual juga dapat dikatakan sebagai bantuan oleh
seorang konselor (guru BK) yang dilakukan secara face to face kepada
klien (siswa) untuk membantu mengatasi masalah sehingga klien (siswa)
mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Pelaksanaan konseling
individual menempuh beberapa tahapan kegiatan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.


(Tohirin.2011:169)
Konseling individual memiliki beberapa teknik yakni:
(1) Konseling Direktif
Konseling direktif artinya konseling yang dilakukan secara
langsung. Cara pendekatan ini mengikat konselor untuk selalu
memegang inisiatif dan bertanggung jawab untuk memberikan
diagnosis dan pemecahan masalah. Atau dengan kata lain dalam
prosesnya konselor yang paling berperan dan dalam prakteknya
konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya.
(2) Konseling Non Direktif
Konseling non direktif merupakan upaya bantuan pemecahan
masalah yang berpusat pada klien dalam hal ini adalah siswa. Cara
pendekatan ini memberikan kesempatan dan tanggung jawab
kepada klien untuk mencapai tujuan konseling. Pendekatan ini
berasumsi dasar bahwa seorang yang mempunyai masalah pada
dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri.
Jadi dengan cara pendekatan ini fungsi konselor hanya
sebagai pendengar yang aktif (dengan penuh pengertian dan
perhatian) dan dapat memantulkan kembali pikiran dan perasaan
klien, dengan disertai perasaan konselor, yang menunjukkan sikap
menerima dan penuh pengertian. (Yusuf, Munawir. 1992:120)
(3) Konseling Eklektik
Adalah Penggabungan metode konseling direktif dan non
direktif. (Tohirin.2011:300) Pendekatan ini merupakan pendekatan
konseling yang sesuai dan selaras dengan orientasi, style of life
dari konselor.
Pendekatan ini disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh
klien, keadan klien sendiri dan lingkungannya serta tujuan
konseling.
b) Konseling Kelompok
Merupakan
Istilah
Konseling
kelompok
mengacu
kepada
penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup
kelompok. Konseling kelompok difokuskan untuk membantu konseli
mengatasi problem lewat penyesuaian diri dan perkembangan
kepribadian dari hari ke hari. (Gibson, Robert L.2010: 275)
Konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana ada

konselor dan ada konseli. Di dalam nya terjalin hubungan konseling dalam
suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan, yaitu
hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Terdapat juga
pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab
timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan
tindak lanjut. Konseling kelompok menempuh beberapa tahapan, yakni:
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut
dan laporan. (Tohirin. 2011: 185)
c) Referal (rujukan atau alih tangan kasus)
Pelayanan yang baik adalah usaha yang dilaksanakan dan
diselenggarakan bagi mereka yang benar-benar ahli. Begitu pula dalam
bentuk pelayan bimbingan dan konseling tidak semua hal dapat diatasi
oleh diri konselor pribadi, Apabila konselor merasa kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya dia
mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih
berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Pada
umumnya, alih tangan (referal)dilakukan untuk kasus-kasus tertentu
seperti, depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan
penyakit kronis.

d) Kolaborasi dengan wali kelas


Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang peserta didik (baik masalah pribadi,sosial,
belajar dan karir), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru
mata pelajaran.
Aspek-aspek itu diantaranya: (1) menciptakan iklim sosioemosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa, (2) memahami
karakteristik siswa yang unik dan beragam, (3) menandai siswa yang
diduga bermasalah, (4) membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar, (5) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan
layanan BK kepada guru BK, (6) memberikan informasi yang up to date
tentang mata pelajaran dengan bidang yang diminati siswa, (7)
memahami perkembangan dunia industry dan pekerjaan sehingga dapat
memberikan informasi kepada siswa, (8) menampilakan pribadi yang
matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual, dan
(9) memberikan informasi tentang cara mempelajari pelajaran secara
efektif. (Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2012: 87)
e) Kolaborasi dengan orang tua
Upaya kerjasama antara Konselor dengan para orang tua peserta
didik untuk mengembangkan perkembangan siswa. Kerjasama ini penting

agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di


Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama
ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian,
dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya
mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang
mungkin dihadapi peserta didik. (Departemen Pendidikan Naional.2008:
22)
f) Kolaborasi dengan pihak yang terkait
Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah ;
yaitu berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan
dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini
seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta,
(3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti
psikolog, psikiater, dan dokter, (5) MGP (Musyawarah Guru Pembimbing).
g) Konsultasi
Merupakan sebuah upaya untuk memperoleh informasi baik yang
dilakukan oleh konselor atau pihak terkait tentang kondisi konseli atau
siswa. Menurut Gibson, konsultasi dapat dibagi menjadi dua, Pertama,
Konsultasi Triadik atau konsulasi pihak ketiga seperti guru-guru yang
menghadapi siswa-siswa yang bermasalah. Kedua, Konsultasi Proses,
adalah sebuah upaya untuk menjalankan bimbingan. (Gibson, Robert
L.2010:52)
h) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh
peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang
menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh
konselor. Peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai
mentor atau tutor yang membantu peserta didik lain dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. (W.S.
Winkel.1997:283)
i) Konferensi Kasus
Adapun yang dimaksud dari konferensi kasus adalah sebuah
kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan
keterangan,
kemudahan
dan
komitmen
bagi
terentaskannya
permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat
terbatas dan tertutup karena hanya dihadiri oleh pihak-pihak terkait saja
yang berkomitmen untuk memecahkan permasalahan. (Departemen
Pendidikan Nasiona.2008:228)
j) Kunjungan Rumah (Home Visit)

Dalam menangani siswa sering sekali akurasi informasi dan


pengetahuan tentang suasana dan kondisi kehidupan siswa di rumah atau
keluarga. (W.S. Winkel.1997: 283) Untuk itu, agar konselor mempunyai
pemahaman yang komperhensif maka kunjungan rumah baiknya
dilakukan. Akan tetapi kunjungan rumah tidak perlu dilakukan konselor
kepada seluruh siswa yang ditanganinya melainkan cukup bagi siswa yang
memiliki kadar permasalahan yang besar dalam rumah tangga.
3) Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada siswa /
konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktifitas yang yang
berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman
akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.(Departemen Pendidikan
Naisonal.2008:210)
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang
bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan
rencana-rencana pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Membantu
individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan
sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplemantsikan rencananarencanannya sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya. (Yusuf,
Syamsu. 2008:30)
Adapun kegiatan layanannya menurut Syamsu Yusuf (2008:31) adalah
sebagai berikut :
1) Siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang
menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar atau karier.
2) Merumuskan tujuan, dan perencenaan kegiatan (alternative
kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan
yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya.
3) Melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan
yang telah ditetapkan.
4) Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
4) Dukungan Sistem
Thomas (Yusuf, Syamsu.2008:31) Dukungan sistem adalah kegiatankegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan
program
bimbingan
secara
menyeluruh
melalui
pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf; konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas;
manajemen program; penelitian dan pengembangan.
Syamsu Yusuf (2008:31) menyatakan bahwa program ini memberikan
dukungan kepada guru pembimbingan dalam rangka memperlancar
penyelenggaraan ketiga layanan program diatas. Sedangkan, bagai

personel
pendidikan
lainnya
adalah
untuk
memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini
meliputi dua aspek yaitu:
(1)Pemberian Layanan, menyangkut kegiatan guru pembimbing yang
meliputi:
a) Konsultasi dengan guru-guru
b) Menyelenggarakan program kerjasama dengan organisasi
masyarakat/orang tua
c) Berpasrtisipasi
dalam
merencanakan
kegiatan-kegiatan
sekolah
d) Bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka
menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan siswa.
e) Melakukan
penelitian
tentang
masalah-masalah
yang
berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.
(2)Kegiatan manajemen
Kegiatan manajemen ini merupakan berbagai upaya untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan pengembangan
program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya, dan
pengembangan penataan kebijaksanaan.
a) Pengembangan program
Pengembangan program hendaknya diselaraskan dengan hasil
kajian atau analisis tentang tujuan dan program sekolah;
kondisi objektif pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa;
kondisi
objektif
lingkungan
perkembangan
siswa;
implementasi actual layanan BK di SMK; dan perkembangan
masyarakat (sosial budaya, dan dunia industry atau
perusahaan).
b) Pengembangan staf
Agar para pembimbing atau personel sekolah lainnya mampu
memberikan layanan bimbingan secara bermutu, maka
kepada mereka perlu diberikan penambahan, perluasan, atau
pendalaman tentang konsep-konsep atau keterampilanketerampilan tertentu tentang bimbingan, sesuai dengan
deskripsi
pekerjaan
(kinerja)
masing-masing.
Bentuk
pengembangan staf itu bisa dilaksanakan melalui seminar,
penataran atau lokakarya oleh (1) kepala sekolah; (2) guru
mata pelajaran, dan (3) guru pembimbing sehingga
diharapkan para personel sekolah memiliki kompetensi atau
kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja (kinerja) masingmasing.
c) Pemanfaatan Sumber Daya Masyarakat
Aspek ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang
relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
d) Pengembangan atau Penentuan Kebijakan

Pelaksanaan layanan BK di sekolah perlu didukung oleh


kebijakan kepala sekolah secara jelas. Kebijakan yang
diluncurkan itu hendaknya dapat memfasilitasi (member
kemudahan dan peluang) bagi kelancaraan implementasi
program. Kebijakan yang perlu ditata itu, diantaranya
menyangkut aspek-aspek (1) stuktur organisasi, (2)
rekrutment dan pengembangan staf bimbingan; (3)
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, (4)
pengalokasiaan biaya operasional BK, dan (5) penjadwalan
waktu khusus untuk masuk kelas bagi guru pembimbing,
sebagai wahana untuk pelaksaan program yang bersifat
klasikal, (6) menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
B.

ANALISIS

Bimbingan dan konseling adalah suatu bentuk layanan untuk


peserta didik di sekolah. Bimbingan dan konseling ini merupakan suatu
ilmu yang bergerak dalam bidang pelayanan. Dengan memberikan
bantuan psikologis yang diberikan kepada klien (individu yang
membutuhkan bimbingan) dengan maksud agar individu tersebut dapat
mengembangkan potensi dirinya atau menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan. Cara yang digunakan oleh konselor (orang yang
memberikan bimbingan) dan klien untuk dapat membantu psikologis
individu tersebut dilakukan dengan cara memberikan program layanan
bimbingan dan konseling.
Bentuk layanan bimbingan dan konseling ini menggunakan program
layanan komprehensif sehingga memiliki beberapa kelebihan yaitu
diantaranya bersifat sistemik. Program bimbingan dan konseling yang
sistematis adalah program pelaksanaannya sesuai dengan rencana,
tertata baik sejak perencanaan, pendataan, implementasi dan evaluasi
sehingga program layanan komprehensif ini didasarkan pada upaya
pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan
pengentasan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh konseli
(peserta didik).
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa program layanan
komprehensif terdiri dari layanan dasar, layanan responsive, layanan
perencanaan individual, dan dukungan sistem.

Layanan dasar ini merupakan suatu bentuk pemberian bantuan


yang diberikan konselor kepada konseli (peserta didik). Layanan ini
bertujuan untuk dapat memberikan peningkatan tahap keterampilan
sesuai dengan tahap perkembangannya atau tugas-tugas
perkembangannya sehingga pada tahap ini diharapkan peserta didik
dapat memilih dan mengambil keputusan sendiri dalam
kehidupannya namun dalam memilih tindakan yang tepat tersebut
tentunya layanan bimbingan dan konseling diarahkan ke
pencapaian yang ideal dan positif sehingga layanan dasar ini juga

merupakan suatu bentuk layanan yang bersifat preventif


(mencegah).
Layanan responsif ini merupakan suatu bentuk pemberian bantuan
yang diberikan konselor kepada konseli (peserta didik) dengan
tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan menanggulangi
permasalahan yang sedang dihadapi oleh peserta didik dan apabila
tidak segera diatasi maka akan menyebabkan terjadinya hambatan
pada tugas-tugas perkembangan peserta didik tersebut sehingga
layanan responsif ini merupakan suatu bentuk layanan kuratif
(mengobati).
Layanan perencanaan individual merupakan suatu bentuk
pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli
dengan tujuan agar konseli (peserta didik) yang diberikan bantuan
tersebut dapat memilih dan menentukan perencaan masa depan
yang akan dijalani yang disesuaikan dengan potensi diri yang ada
pada konseli tersebut sehingga potensi yang ada pada diri konseli
tersebut dapat berkembang secara optimal.
Dukungan sistem ini merupakan suatu bentuk dukungan kepada
konselor
yang
diberikan
dengan
tujuan
memperlancar
penyelenggaran program layanan sehingga dapat memberikan
kepuasan terhadap konseli (peserta didik).

Ketiga jenis layanan yang telah disebutkan diatas yaitu layanan dasar,
layanan responsif, dan layanan perencanaan individual memerlukan
strategi yang berbeda-beda dalam penyelenggaraan nya hal ini
tergantung kepada kebutuhan, tantangan dan juga kesulitan. Karena
masalah yang sama pun belum tentu dapat diselesaikan dengan satu
strategi yang sama karena masalah yang sama belum tentu
disebabkan oleh faktor yang sama. Sehingga dengan menggunakan
layanan bimbingan dan konseling konselor dapat menggunakan
beberapa strategi alternatif yang tepat sehingga dapat membantu
konseli (peserta didik) dalam memenuhi kebutuhannya dan juga untuk
membantu menyelesaikan masalah atau tantangan yang sedang
dihadapi oleh konseli (peserta didik).

C. REFERENSI
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penataan Pendidikan
Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia.
Gibson, Robert L. dan Mitchell, Marianne H., (2010) Bimbingan dan
Konseling (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Materi Bimbingan Teknis Pengembangan karir Guru BK Dikmen,


Kementrian Pendidikan
dan kebudayaan Jenderal Pendidikan
Menengah Direktorat Pembinaan PTK Dikmen Tahun 2012.
Rahman, Hibana S., (2003). Bimbingan & Konseling Pola 17,
Yogyakarta: UCY Press
Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling
Madrasah; Berbasis Integrasi.

di

Sekolah

dan

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,.


W.S.Winkel. (1997). Bimbingan
Pendidikan. Jakarta: Grasindo

dan

Konseling

di

Institusi

Yusuf, Syamsu. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. PT.


Remaja Rosdakarya: UPI Bandung

Anda mungkin juga menyukai