Anda di halaman 1dari 5

Tawon dan Lebah, Fauna Kecil yang Menyengat

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kejadian akibat tersengat tawon dan lebah.
Masyarakat mungkin masih belum bisa membedakan kedua jenis serangga ini, walaupun kedua
nya mempunyai klasifikasi secara biologi yang sama tetapi kedua jenis serangga ini sangatlah
berbeda. Tawon dan lebah diklasifikasikan secara biologi ke dalam kelompok kelas
hymenoptera. Ciri khas dari kelas hymenoptera yaitu mempunyai dua pasang sayap, satu
pasang antena dan tubuhnya terbagi menjadi tiga segemen yaitu kepala, perut dan torak/ dada.

Gambar 1. Lebah Gambar 2. Tawon


Sumber gambar: Sumber gambar:
http://www.bathnes.gov.uk/services/environment/pests- http://www.pestserve.co.uk/pests/bees/
and-infestation/wasps.

Perbedaan Tawon dan Lebah

Jika dilihat secara kasat mata kedua jenis hewan hymenoptera ini mempunyai kemiripan tapi

ternyata mempunyai perbedaan yang harus kita ketahui. Berikut dijelaskan dalam tabel

perbedaan dari kedua jenis hewan hymenoptera ini:

Perbedaan Tawon Lebah

Bentuk dan - Tidak diselubungi oleh - Tubuh disebungi oleh


ukuran tubuh rambut. rambut yang lebat.
- Ukuran tubuh yang lebih - Ukuran tubuh yang lebih
besar tetapi badannya terlihat kecil tetapi berbadan
lebih ramping. gemuk.
Jenis makanan Merupakan serangga predator Lebih menyukai serbuk sari
yang menyukai jenis serangga (nektar) dari bunga.
lainnya, seperti: ulat bulu dengan
tubuh yang lunak dan laba-laba.
Cara menyengat Dapat menyengat beberapa kali Hanya dapat menyengat sekali
dan tidak akan mati setelah dan kemudian akan mati.
menyengat. Sengat tidak Sengatnya akan tertinggal pada
tertinggal pada kulit makhluk kulit makhluk yang disengatnya.
yang disengatnya.

Gejala Keracunan dan Kandungan Racun Lebah/Tawon

Lebah atau tawon mampu menyengat orang atau makhluk lainnya melalui sengatnya. Sengat
yang berduri dan terletak di ujung abdomen/perut seperti kantung racun terkait dengan saluran
pencernaan dari lebah atau tawon. Ketika lebah atau tawon menyengat, kantung racun tersebut
dan bagian lain dari tubuh lebah atau tawon akan ditarik keluar dan tertinggal (untuk lebah),
membunuh lebah. Meskipun lebah mati, sengat berlaku cepat, dan, jika sengat tidak
dihilangkan dengan cepat dari area kulit yang disengat, gejala secara bertahap meningkatkan
dan kantung racun akan terus memompa racun ke dalam luka.
Sengatan lebah atau tawon dikenal sangat menyakitkan, tetapi gejala yang dihasilkan dari
sengatan bervariasi, tergantung dari jumlah racun yang masuk ke dalam sistem kekebalan tubuh
orang yang disengatnya. Gejala keracunan yang ditimbulkan akibat tersengat tawon/ lebah
dapat menimbulkan reaksi yang sangat cepat dengan efek nyeri yang hebat diikuti dengan
reaksi inflamasi lokal diantaranya rasa gatal dan hangat ditempat yang tersengat, bengkak
disertai dengan memar berwarna biru, kulit bengkak berisi cairan bening (seperti luka akibat
lepuhan).
Meskipun sengatan lebah atau tawon tidak berbahaya, namun pada beberapa orang mungkin
dapat mengalami alergi terhadap racun tersebut. Sengatan berulang atau sengatan tunggal pada
orang yang alergi terhadap racun lebah atau tawon dapat menyebabkan muntah, diare, pingsan,
reaksi alergi hingga paling parah dan kematian. Penyebab paling umum kematian adalah reaksi
alergi, serangan jantung atau sesak nafas. Kematian dipengaruhi oleh alergi dan lokasi sengatan
pada bagian tubuh yang tersengat. Sengatan yang terjadi di daerah sekitar mulut atau leher
merupakan kasus yang paling berbahaya.
Dosis toksik akibat sengatan kedua serangga ini bervariasi. Pada orang dewasa 125 atau lebih
sengatan lebah madu dapat menyebabkan morbiditas berat dan kematian dan sedikitnya 50
sengatan dapat menyebabkan reaksi beracun. Dosis letal pada manusia telah diperkirakan 500-
1.500 sengatan lebah madu.

Gambar 3. Sengatan Lebah


Sumber gambar: http://www.sayangi.com/2013/09/26/6722/gaya-hidup/tersengat-lebah-
segera-lakukan-tips-ini

Gambar 4. Gejala awal sengatan Lebah/Tawon


Sumber gambar: http://www.alodokter.com/terkena-sengatan-lebah-tidak-usah-panik

Sengatan dari kedua jenis serangga ini mengandung enzim dan peptida. Enzim tersebut terdiri
dari fosfolipase A, hialuronidase dan lecithinase, sedangkan peptida utama terdiri dari mellitin,
apamin dan peptida 401.
Enzim Fosfolipase A yang terkandung di dalam sengatan kedua jenis serangga ini mencapai
12% dari total kandungan racun. Zat ini menghancurkan sel dengan memecah fosfolipid yang
merupakan komponen utama dari membran sel. Lecithinase merubah lecithine menjadi
lysolecithine (atau fosfolipase B), yang memecah membran sel darah, sedangkan hialuronidase
yang terkandung di dalam sengatan 3%, zat ini bertindak sebagai faktor penyebaran, dengan
memecah asam hyaluronik, suatu polisakarida cairan interstitial dalam jaringan ikat.
Mellitin merupakan peptida asam amino 26 yang bertindak menghancurkan sel-sel darah
dengan memecah membran sel. Hal ini juga menurunkan tekanan darah, menyebabkan
pelepasan histamin, dan merupakan komponen utama penyebab nyeri. Mellitin dan apamin
menyebabkan tubuh melepaskan kortisol, suatu steroid alami, sementara peptida 401 adalah
agen anti-inflamasi yang kuat.
Asam amino utama yang terkandung dalam sengatan lebah atau tawon adalah sistein dan
metionin, yang keduanya mengandung belerang. Sulphur penting dalam mendorong pelepasan
kortisol dari kelenjar adrenal. Histamin yang terkandung dalam sengatan lebah ini yaitu 0,9%
dari jumlah racun, menyebabkan gatal dan sakit di lokasi sengatan. Kehadiran asam ini, yang
meliputi asam format, klorida dan ortofosfat, diyakini jauh lebih penting dalam menyebabkan
rasa sakit dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pertolongan Pertama Pada Korban Keracunan

Pertolongan pertama yang dapat diberikan pada korban yang tersengat tawon/ lebah yaitu
periksa lokasi sengatan apakah terdapat sengat yang tertinggal. Jika terdapat sengat yang
tertinggal dapat dilepaskan dengan melepaskan secara halus dengan penjepit, lepaskan sengat
segera setelah satu menit sengatan karena setelah dua menit racun telah masuk melalui kulit
bila sengat tidak segera dilepaskan. Kemudian cuci lokasi sengatan dengan air dan sabun serta
kompres dengan menggunakan air dingin. Segera bawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat
apabila ditemukan gejala lebih lanjut.

Pustaka :
Ellenhorn, Matthew J. 1997. Ellenhorn’s Medical Toxicology: Diagnosis and Treatment of
Human Poisoning 2nd edition. USA: Williams and Wiskins

Goldfrank, L.R. et al. 2011. Goldfrank’s Toxicologic Emergencies, Ninth Edition. United
states: The McGraw-Hill Companies.

Mahmoud Abdu Al-Samie Mohamed Ali. Studies on Bee Venom and Its Medical Uses.
International Journal of Advancements in Research & Technology, Volume 1, Issue2,
July-2012 1 ISSN 2278-7763. Egypt: Department of Plant Protection, Faculty of
Agriculture, Ain Shams University,Cairo,.

New Zealand National Poisons Centre. 2015. Hymenoptera (Bees). Diunduh dari :
http://www.toxinz.com/Spec/2385731/212020
New Zealand National Poisons Centre. 2015. Hymenoptera (Wasps). Diunduh dari :
http://www.toxinz.com/Spec/2328091/212021

Olson, Kent R. 2012. Poisoning and Drug Overdose, Sixth Edition. USA: The McGraw-Hill
Companies.

Ooi, Shirley., Manming Peter. 2015. Guide to the Essentials in Emergency Medicine. Second
edition.

Stöppler, M. C. 2007. Bee and Wasp Stings Treatment. Diunduh dari :


http://www.emedicinehealth.com/pdfguides/first_aid/bee-and-wasp-stings-treatment-
61675.pdf.

Viccellio, Peter. 1993. Handbook of Medical Toxicology First Edition. USA: Little, Brown,
and Company.

Anda mungkin juga menyukai