LAPORAN Apotek
LAPORAN Apotek
FIRA, S. Farm.
3351191430
Puji dan syukur marilah panjatkan kehadiarat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan XXIX Universitas Jenderal
Achmad Yani, yang diselenggarakan pada bulan September di Apotek Kimia
Farma 240 Bandung dan menyelesaikan laporan ini.
Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. apt. Hermanta Tarigan, M.Si. selaku Manager Bisnis Bandung yang
telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 240 Bandung.
2. Ibu Prof. Dr. apt. Afifah B. Sutjiatmo, M.S. selaku Dekan Fakultas Program
Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Dra. apt. Ambarsundari, M.M. selaku Koordinator Praktek Kerja Profesi
Apoteker di apotek yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam dunia kerja yang
akan dihadapi nanti.
5. Bapak apt. Asep Rahmat Ghofur, S. Farm. selaku pembimbing dari Apotek
Kimia Farma 240 Bandung yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan
pengetahuan yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan dan
penyusunan laporan.
6. Ibu apt. Titta Hartiana, S.Si., M.Sc. selaku pembimbing dari Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
7. Apoteker, para TTK serta seluruh staf Apotek Kimia Farma 240 Bandung
yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat serta
membantu penulis selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal
Achmad Yani.
i
9. Seluruh keluarga serta sahabat yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, nasihat, dan dukungan material.
10. Teman-teman Apoteker Angkatan XXIX atas perjuangan, semangat, dan
kerjasamanya.
11. Teman-teman Apoteker penulis selama menjalani PKPA di Apotek Kimia
Farma 240 Bandung atas dukungan semangat, serta kerja samanya.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan
PKPA ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan.......................................................................................................2
1.3. Waktu dan Penatalaksanaan PKPA..........................................................2
BAB II PELAKSANAAN PKPA........................................................................3
1.4. Apotek Kimia Farma 240.........................................................................3
2.1.1. Lokasi Apotek Kimia Farma 240..................................................3
2.1.2. Tata Ruang Apotek Kimia Farma 240 ..........................................3
2.1.3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240..............................3
1.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi .............................................................4
2.2.1. Perencanaan...................................................................................4
2.2.2. Pengadaan......................................................................................5
2.2.3. Penerimaan....................................................................................6
2.2.4. Penyimpanaan................................................................................7
2.2.5. Pemusnahan dan Penarikan...........................................................8
2.2.6. Pengendalian Obat.........................................................................9
2.2.7. Pencatatan dan Pelaporan............................................................10
1.6. Pelayanan Farmasi Klinik Apotek Kimia Farma 240.............................11
2.3.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep.................................................11
BAB III TUGAS KHUSUS...............................................................................16
3.1. Pendahuluan ..........................................................................................16
3.2. Tinjauan Pustaka....................................................................................17
3.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................21
3.4. Hasil dan Pembahasan...........................................................................21
3.5. Kesimpulan dan Saran...........................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
LAMPIRAN.......................................................................................................24
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1. Denah Apotek Kimia Farma 240
II.2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240
II.3. Alur Pengadaan Rutin di Apotek Kimia Farma 240
II.4. Surat Pemesanan Narkotik di Apotek Kimia Farma 240
II.5. Surat Pemesanan Psikotropik di Apotek Kimia Farma 240
II.6. Surat Pesanan Prekusor di Apotek Kimia Farma 240
II.7. Alur Penerimaan Barang di Apotek Kimia Farma 240
II.8. Contoh Kartu Stok di Aapotek Kimia Farma 240
II.9. Alur Pelayanan Resep Tunai di Apotek Kimia Farma 240
II.10. Alur Pelayanan Resep Kredit di Apotek Kimia Farma 240
II.11. Contoh Etiket, Label, dan Kemasan di Apotek Kimia Farma 240
II.12. Contoh Salinan Resep di Apotek Kimia Farma 240
II.13. Contoh Kwitansi di Apotek Kimia Farma 240
II.14. Jumlah Peningkatan Kasus Covid-19
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Denah Apotek Kimia Farma 240
2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240
3. Alur Pengadaan Rutin di Apotek Kimia Farma 240
4. Surat Pemesanan Narkotik di Apotek Kimia Farma 240
5. Surat Pemesanan Psikotropik di Apotek Kimia Farma 240
6. Surat Pesanan Prekusor di Apotek Kimia Farma 240
7. Alur Penerimaan Barang di Apotek Kimia Farma 240
8. Contoh Kartu Stok di Aapotek Kimia Farma 240
9. Alur Pelayanan Resep Tunai di Apotek Kimia Farma 240
10. Alur Pelayanan Resep Kredit di Apotek Kimia Farma 240
11. Contoh Etiket, Label, dan Kemasan di Apotek Kimia Farma 240
12. Contoh Salinan Resep di Apotek Kimia Farma 240
13. Contoh Kwitansi di Apotek Kimia Farma 240
14. Jumlah Peningkatan Kasus Covid-19
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
kefarmasian dengan patient oriented. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan
upaya untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani bekerja sama
dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarkan Praktek Kerja Profesi
Apoteker dari tanggal 1 September 2020 – 30 September 2020. Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker
mengenai peranan, kegiatana manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek
dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek.
1.2. Tujuan
2
BAB II
PELAKSANAAN PKPA
3
Pelayanan dilakukan selama 14 jam dengan pembagian jadwal kerja terbagi
menjadi 2 shift, shift pagi (jam 08.00 – 15.00), shift siang (15.00 – 22.00).
Struktur organisasi Apotek Kimia Farma 240 Bandung dapat dilihat pada
Lampiran 2 gambar II.2.
1. Berdasarkan pola komsumsi yang mengacu pada data history, berupa data
lampau atau data penjualan 3 bulan terakhir, dengan melihat data tersebut
dapat diketahui produk yang cepat habis atau laku terjual.
3. Buku defekta, buku yang berisikan nama atau daftar obat yang habis atau akan
habis. Data barang tersebut dibuat didasarkan pada kartu stok obat. Kartu stok
berfungsi untuk melihat jumlah barang yang masuk dan keluar, menghindari
terjadinya kehilangan barang serta sebagai pertimbangan dalam pemesanan
barang selanjutnya.
4. Buku Penolakan merupakan buku yang berisikan nama atau daftar obat yang
ditolak permintaannya oleh kimia farma kepada pasien karena beberapa alasan
seperti barang kosong, substitusi dengan obat lain, disarankan untuk membeli
ke apotek Kimia Farma lainnya dan melakukan pembelian mendesak ke
apotek lain. Barang atau obat yang sering ditolak atau dicari dijadikan
pertimbangan perencanaan barang atau obat di bulan berikutnya.
4
2.2.2. Pengadaan
Pengadaan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 240 Bandung meliputi
pengadaan rutin dan pengadaan non rutin. Tujuan pengadaan perbekalan farmasi
adalah untuk menjamin tersedianya jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan di apotek. Perbekalan farmasi antara lain obat, bahan obat, dan alat
kesehatan.
Pengadaan didasarkan pada data minmax dan BPBA dari apotek. Pemesanan
barang dilakukan dengan mengirimkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
secara online melalui program Kimia Farma Point Of Sales (POS) kepada Bisnis
Manager (BM) Bandung. BPBA berisi nama barang dan jumlah barang yang
dipesan. Format BPBA dapat dilihat pada lampiran 3 gambar II.3. Kemudian
pemesanan barang ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) dilakukan oleh Bisnis
Manajer (BM) pada bagian pengadaan (logistik) Unit Bandung. BM kemudian
mengirim SP (surat pemesanan)/RKO (Rencana Kebutuhan Obat) gabungan dari
rincian Apoteknya melalui email ke Pedagang Besar Farmasi (PBF). PBF akan
mengirim barang yang di pesan sesuai surat pesanan.
1. Pengadaan Rutin
Pengadaan rutin yaitu pengadaan yang dilakukan dengan mengirim barang
setiap minggu ke apotek beserta dokumen faktur. Keuntungan dari sistem ini
adalah tercapainya efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya. Pemesanan
dapat dilakukan dengan cara membuat Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA), data MinMax, dan pengadaan khusus Narkotika dan psikotropika.
a) Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Setiap Apotek Kimia Farma akan membuat Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) dan dikirim ke Unit Bisnis Manager Bandung. Kemudian BPBA
dari seluruh apotek Kimia Farma secara otomatis akan dikelompokkan oleh
komputer berdasarkan jenis barang yang dipesan dan dihitung jumlahnya.
Kemudian BPBA dari seluruh apotek Kimia Farma yang sudah masuk ke
BM akan membuat surat pemesanan (SP) gabungan dari seluruh outlet
apotek dan dikirimkan ke masing-masing distributor/PBF yang sesuai
dengan jenis barang yang dipesan. PBF akan mengirim barang yang
dipesan ke setiap apotek pemesan beserta frakturnya sebagai bukti
pembelian barang.
b) Min-Max
MinMaX yaitu pengadaan barang dimana sistem dari BM akan mengambil
secara otomatis data dari Apotek berdasarkan histori penjualan selama 3
bulan terakhir. Lalu pihak BM akan merekapitulasi data tersebut dalam
bentuk SP. Lalu SP akan dikirimkan oleh BM ke PBF dan Apotek dalam
bentuk email. Setelah barang dari PBF datang, SP yang asli dari apotek
akan ditukar dengan barang dari PBF.
c) Pengadaan Khusus
Untuk obat-obat golongan narkotika/psikotropik tidak dilakukan secara
kolektif oleh BM, namun harus digunakan surat pesanan khusus yang harus
ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan
mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Praktek Apoteker ﴾SIPA),
Surat Izin Apotek (SIA), disertai dengan stempel Apotek. Satu surat
pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Untuk obat-obat
5
golongan psikotropika dilakukan dengan cara yang sama, tetapi untuk satu
surat pesanan boleh digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.
Untuk obat-obat golongan prekursor dilakukan dengan cara yang sama juga
seperti psikotropika. Contoh Surat Pesanan (SP) Narkotika, Psikotropika
dan Prekusor dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar II.4, Lampiran 5.
Gambar II.5 dan Lampiran 6. Gambar II.6.
2.2.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma
240 berasal dari distributor/PBF.Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan
dikirim ke apotek disertai faktur, kemudian oleh apoteker atau TTK melakukan
pemeriksaan terhadap barang yang diterima meliputi nama, jumlah, keadaan fisik
barang, no.batch dan tanggal kadaluarsa sesuai dengan SP. Setelah barang yang
diperiksa sesuai dengan SP maka petugas akan menandatangani faktur dan
pemberian stempel apotek sebagai legalitas. Faktur obat golongan narkotika,
psikotropika, dan precursor wajib diterima dan ditanda tangani oleh APA. Faktur
asli diserahkan ke PBF sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat
tagih. Satu lembar salinan faktur ditinggal di apotek sebagai arsip dan satu lembar
salinan faktur diserahkan ke bisnis manjemen. Bila barang tidak sesuai dengan
6
SP atau terdapat kerusakan fisik maka bagian pembelian akan membuat surat
retur dan mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk
ditukar dengan barang yang sesuai. Alur penerimaan dapat dilihat pada
Lampiran 7, Gambar II.7.
7
5. Berdasarkan alfabetis
Obat yang telah disimpan di tempatnya masing-masing dan disusun
berdasarkan alfabetis yaitu berdasarkan urutan abjad.
Untuk setiap obat dilengkapi dengan kartu stok dengan tujuan untuk mengawasi
jumlah obat yang masuk dan keluar pada periode waktu tertentu. Pengeluaran
perbekalan farmasi menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) yaitu barang yang pertama kali datang maka akan
dikeluarkan pertama kali pula. Sistem ini digunakan untuk menghindari obat
kadaluarsa karena terlalu lama disimpan.
2.2.5. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan dilakukan
pemusnahan obat karena kekhawatiran jika obat dibuang begitu saja, akan disalah
gunakan.
1. Obat kadaluwarsa atau rusak
2. Perbekalan farmasi yang sudah habis masa kadaluarsanya atau berubah
bentuknya akan diletakkan pada tempat terpisah (pada lemari khusus) yang
nantinya akan dikumpulkan dan dimusnahkan oleh Apotek BM. Pemusnahan
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak dilakukan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan
(tablet, kapsul dan pulvis), dilarutkan dan diencerkan (obat sirup, injeksi
ampul), dan ditanam (salep/krim).
3. Pemusnahan obat narkotika.
4. Pemusnahan Obat dilakukan terhadap obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika atau adanya ketentuan dari pihak
berwenang untuk dilakukan pemusnahan. Dalam melakukan pemusnahan
dibuat berita acara pemusnahan yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan
setempat. Pemusnahan obat narkotik/psikotropik harus dihadiri serta
disaksikan oleh pihak Dinas Kesehatan, Balai POM, APA dan salah satu
pegawai apotek. Stelah dilakukan pemusnahan dibuat Berita Acara
Pemusnahan Narkotika (BAPN) paling sedikit 3 rangkap yang berisi hari,
tanggal, waktu pemusnahan, nama APA, nama seorang saksi dari pemerintah
dan seorang saksi dari apotek, nama dan jumlah narkotik yang dimusnahkan,
cara pemusnahan dan tanda tangan pernanggung jawab apotek. Berita acara
dikirim kepada kementrian kesehatan RI, Badan POM Provinsi Jawa Barat,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Arsip.
5. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
setempat
8
6. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
2.2.6. Pengendalian
Pengendalian perbekalan farmasi dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, sehingga menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluawarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 8,
Gambar II.8. Pengendalian obat di Apotek Kimia Farma 240 dilakukan dengan
cara:
1. Uji petik
Uji petik merupakan kegiatan pencatatan stok barang di apotek yang
dilakukan oleh petugas apotek. Uji petik dilakukan untuk mengecek
kesesuaian antara barang yang terdapat dalam rak penyimpanan dengan data
barang yang tercantum dalam komputer. Uji petik dilakukan secara acak
terhadap 20 item per-harinya, dan kemudian dicek antara kesesuaian barang
fisik dengan barang yang tercantum dalam komputer.
2. Stock opname
Stock opname yaitu pemeriksaan ketersediaan barang secara fisik dan
dibandingkan dengan ketersediaan di dalam komputer. Kegiatan stock opname
dilakukan setiap 3 bulan sekali.
1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan
yang dilakukan di apotek Kimia Farma 240, diantaranya:
a) Pencatatan arsip resep
Perekapan resep dilakukan setiap hari dimana resep dikumpulkan dan
dipisahkan berdasarkan tanggal dan penggolongan resep yaitu resep
umum,resep kredit. Resep asli beserta struk harga obat disimpan sebagai
arsip. Untuk resep yang mengandung obat-obat golongan narkotika dan
psikotropika direkap secara terpisah dan diberi tanda, yang akan
9
digunakan untuk keperluan pembuatan laporan penggunaan narkotika dan
psikotropika.
b) Pencatatan kartu stok
Pencatatan stok dilakukan dengan mencatat jumlah barang yang masuk
dari pembelian barang dan jumlah barang yang keluar dari hasil
penjualan. Pencatatan ini untuk mempermudah pengawasan terhadap
persediaan obat dan kebutuhan masing-masing obat, serta mengawasi arus
barang agar penyalurannya mengikuti kaidah FIFO (First In First Out)
dan FEFO (First Expired First Out) sehingga mengurangi resiko obat-
obatan kadaluwarsa.
c) Pencatatan permintaan dan penerimaan barang
Permintaan barang dicatat dalam surat pesanan atau BPBA berupa
kebutuhan barang apotek. Sedangkan barang yang diterima oleh apotek
kemudian dicatat berdasarkan surat pesanan dan faktur pembelian barang
sebagai bukti penerimaan barang apotek. Pencatatan dilakukan setiap
barang datang dengan disertai faktur pembelian. Bukti penerimaan barang
apotek beserta faktur dilaporkan ke BM sebagai bukti bahwa Apotek
Kimia farma 240 telah menerima barang sesuai surat pesanan atau BPBA
yang telah diajukan.
2. Pelaporan
Pelaporan yang terdapat di Kimia Farma 240 berupa harian, mingguan, dan
tahunan, yaitu:
a) Bukti Setoran Kas
Bukti setoran kas dibuat untuk menggambarkan perkiraan jumlah
penerimaan dan pengeluaran uang kas selama kegiatan diapotek per
harinya.
b) Laporan Realisasi Penggunan Dana Kas Kecil
Laporan ini merupakan pengeluaran uang diapotek yang digunakan
untuk biaya transportasi, ATK (Alat Tulis Kantor), peralatan kebersihan,
daln biaya lainnya. Laporan ini dibuat dengan disertai dengan bukti
pengeluaran.
c) Laporan Narkotika dan Psikotropika
Pengelolaan resep narkotika dan psikotropika diatur dalam undang-
undang yang berlaku. Pemesanan dan pelaporannya berbeda dengan jenis
obat lain. Laporan narkotika dan psikotropika dibuat oleh apoteker
pendamping yang bertugas setiap bulan dan dikirim dengan sistem online
melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) dengan
alamat website www.sipnap.kemenkes.go.id.
Selain menggunakan sistem online, print out juga dikirimkan ke Dinkes
Kab/kota, Dinkes Provinsi dan BPOM.
d) Laporan penolakan obat
Pada laporan ini terdapat nama-nama obat yang pasien butuhkan tetapi
tidak terdapat di apotek, laporan apotek ini dapat dijadikan pengendalian
dalam perencanaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP, laporan ini juga
dapat dibandingkan dengan omzet yang terdapat di Apotek.
10
e) Laporan stock opname
Laporan ini merupakan laporan barang yang diterima dan barang yang
dikeluarkan di Apotek. Stock opname dapat juga dijadikan pengendalian
dalam perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alkes dan BMHP.
Laporan stock opname dilakukan selama 3 bulan sekali.
f) Faktur penerimaan dan penyerahan
Faktur penerimaan dan penyerahan merupakan suatu data pelaporan
barang apa saja yang diterima di apotek meliputi nama item, jumlah item
dan expdate dari setiap item.
g) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari
penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya baik melalui resep
maupun non resep (UPDS) yang selanjutnya dilaporkan ke Bisnis
Manajer Bandung setiap harinya.
11
pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
Obat (medication error). Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan
Resep akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Pelayanan Resep
a. Pelayanan Obat Resep Tunai
Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan obat atas resep tunai
dilakukan berdasarkan Permenkes nomor 35 tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
i) Penerimaan resep
Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, meliputi: nama,
alamat, nomor SIP, tanda tangan dokter penulis resep, nama obat,
dosis, jumlah, aturan pakai, nama pasien, umur, alamat, nomor telepon.
Penetapan harga. Dan pemeriksaan ketersediaan obat di apotek
ii) Pembayaran
Pengambilan obat semua atau sebagian; ada/tidaknya penggantian obat
atas persetujuan dokter atau pasien; Pembayaran tunai dan pencetakan
struk pembayaran; dan Pembuatan kwitansi dan salinan resep (apabila
diminta).
iii) Penyiapan obat atau peracikan
Pengambilan obat yang diminta dalam resep dari rak obat masing-
masing. Jika resep racikan, obat-obat yang akan diracik harus diperiksa
dahulu dari segi dosis, penimbangan, dan pencampurannya, sesuai
dengan resep. Jika telah diperiksa oleh apoteker atau asisten apoteker
obat-obat dapat diracik. Penulisan etiket atau penandaan obat dan
kemasan. Dan Pengemasan obat jadi atau racikan.
Alur penerimaan resep tunai dapat dilihat pada Lampiran 13, Gambar
II.13.
b. Pelayanan Obat Resep Kredit
Pelayanan resep obat kredit di Apotek Kimia Farma 240 Bandung diberikan
kepada instansi yang telah mengikat perjanjian kerjasama contohnya BPJS
dan sebagainya. Pada dasarnya pelayanan resep kredit sama dengan
pelayanan resep tunai yang berbeda pada administrasi dan cara
pembayarannya, yaitu dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati
sebelumnya dengan pihak apotek. Resep kredit yang dapat dilayani, harus
disertai dengan cap instansi dan tanda tangan dokter instansi yang
bersangkutan. Alur penerimaan resep kredit dapat dilihat pada Lampiran
14 Gambar II.14.
c. Pelayanan Obat Non Resep
Pelayanan obat tanpa resep dokter atau yang biasa disebut UPDS (Usaha
Pengobatan Diri Sendiri) merupakan permintaan obat langsung dari pasien.
Pelayanan ini dimulai ketika pasien datang ke apotek dengan keluhan,
selanjutnya apoteker atau asisten apoteker membantu pasien memilih obat-
obatan yang sesuai. Obat-obat yang dapat diberikan tanpa resep dokter
meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras yang masuk ke dalam
daftar DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek), obat tradisional, kosmetik, dan
alat kesehatan. Pasien yang meminta obat keras tanpa resep dokter biasanya
telah biasa menggunakan obat tersebut, contohnya seperti obat antidiabetes,
obat antihipertensi, dan obat kolesterol.
12
Metode pelayanan UPDS adalah dengan WWHAM (Who, What, How
long, Action, Medicine) yaitu siapa yang sakit, apa penyakitnya, sudah
berapa lama, apa saja tindakan yang sudah dilakukan, obat apa saja yang
telah dikonsumsi. Apotek KF 240 telah melakukan pemberian informasi
yang baik dan dapat memastikan bahwa pasien dengan permintaan obat
UPDS sudah terbiasa dan mengetahui cara pemakaian obat tersebut. Jika
pasien baru pertama kali menggunakannya, maka apoteker berkewajiban
memberikan penjelasan mengenai obat tersebut, baik cara pakai maupun
dosis penggunaan, serta verifikasi akhir terhadap pemahaman pasien.
d. Pelayanan Obat Narkotika dan Psikotropika
Obat narkotika dan psikotropika dapat diresepkan dalam resep tunai
maupun kredit. Pelayanan obat narkotika dan psikotrpika memiliki
beberapa peraturan yaitu, resep harus asli dan ditandatangani oleh dokter
yang meresepkan, resep yang diterima harus mencantumkan nama dokter,
SIP dokter, alamat, nama dan alamat pasien secara lengkap, resep narkotik
diberi garis merah. Penyimpanan resep narkotik harus dipisahkan dari resep
lain. Jika obat narkotik yang diresepkan tidak dibeli semua, maka akan
dibuatkan salinan resep yang bisa ditebus pada apotek yang menyimpan
resep asli.
e. Pelayanan Swalayan Farmasi
Apotek Kimia Farma 240 Bandung memiliki swalayan yang melakukan
penjualan barang-barang perbekalan farmasi dan non-farmasi, seperti alat
kesehatan, pelengkapan bayi, susu, kosmetika perawatan wajah, kulit, obat-
obat bebas berbentuk tablet, kapsul, cair, multivitamin, produk herbal atau
jamu, madu, makanan minuman ringan, sabun, shampo, dan lain-lain
.Barang-barang tersebut diatur sedemikian rupa sehingga konsumen dapat
memilih barang yang dibutuhkan dengan leluasa. Pembayaran dilakukan di
kasir disertai dua struk, yaitu satu untuk pembeli dan satu lagi untuk arsip.
3. Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informasi obat. Melakukan peracikan bila diperlukan. Penyiapan obat
dilakukan dengan mengambil obat yang diperlukan dari rak penyimpanan dan
memasukannya kedalam plastic yang telah diberi etiket. Etiket obat ditulis
dengan nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah, aturan pakai, nama pasien,
tanggal pemberian obat, dan nomor resep. Bila obat perlu diberi label khusus,
maka lebel ditempelkan pada plastic obat atau kemasan obat. Contoh label,
etiket, salinan resep, dan kwitansi apotek dapat dilihat pada Lampiran 11,
Gambar II.11, Lampiran 12, Gambar II.12, Lampiran 13, Gambar II.13.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai
Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
13
Tahapan dalam pelayanan informasi obat untuk pasien tanpa resep dokter atau
UPDS adalah apoteker menggali informasi selengkap-lengkapnya mengenai
siapa pengguna obat, gejala apa yang dirasakan, sudah berapa lama gejala
tersebut dirasakan, tindakan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut dan obat apa yang telah dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut.
Selanjutnya apoteker memilihkan dan menginformasikan obat yang
dibutuhkan sesuai dengan keluhan pasien. Informasi obat yang diberikan
apoteker sama dengan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter.
5. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan.
14
Pada Apotek Kimia Farma 240 belum menerapkan Konseling karena kendala
PSBB sehingga mahasiswa PKPA tidak melakukan kegiatan tersebut.
6. Pelayanan Home Pharmacy Care
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis
Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi:
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobata.
b. Identifikasi kepatuhan pasien.
c. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin.
d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum.
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien.
7. Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Apoteker akan memberikan rekomendasi atau
rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan dengan tujuan
memastikan pencapaian efek terapi dan apoteker mengkomunikasikan dengan
tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
8. Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Apoteker akan
mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping obat, yang akan dilaporkan ke Pusat MESO Nasional. Maka
dibutuhkan kerjasama dengan tim kesehatan lain.
15
BAB III
TUGAS KHUSUS
ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT
MENGHADAPI PENDEMI (COVID-19)
3.1. Pendahuluan
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara
luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020,
WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 29 Maret
2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19
dan 136 kasus kematian. Melansir data dari kompas.com hingga Rabu
(23/9/2020) total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 31.749.508
(31,7 juta) kasus dan 974.015 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di
Indonesia hingga 30 september 2020 telah mencapai 287.008 kasus sementara
itu, kasus pasien meninggal dunia bertambah, sehingga total saat ini menjadi
10.740 kasus.
16
3.2. Tinjauan Pustaka
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.
Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,
betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV).
3.2.1. Penularan
Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus
kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis
mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi
antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan hasil
penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi kemungkinan
penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar
lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat
lebih besar.
17
3.2.2. Klasifikasi Infeksi COVID-19
a. Kasus Terduga (suspect case) yaitu pasien dengan gangguan napas akut
(demam dan setidaknya satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk,
sesak napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang melaporkan
penularan di komunitas dari penyakit COVID-19 selama 14 hari sebelum
onset gejala; atau Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai
kontak dengan kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14 hari
terakhir sebelum onset; atau Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam
dan setidaknya satu tanda/gejala penyakit per napasan, seperti batuk, sesak
napas dan memerlukan rawat inap) dan tidak adanya alternatif diagnosis lain
yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.
b. Kasus probable (probable case) yaitu kasus terduga yang hasil tes dari
COVID-19 inkonklusif; atau kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat
dikerjakan karena alasan apapun
c. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan laboratorium
infeksi COVID -19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya gejala dan tanda
klinis.
18
tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3.2.3. Diagnosis
19
3.2.4. Tata Laksana
Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik anti virus nCoV 2019 dan anti virus
corona lainnya. Beberapa peneliti membuat hipotesis penggunaan baricitinib,
suatu inhibitor janus kinase dan regulator endositosis sehingga masuknya virus ke
dalam sel terutama sel epitel alveolar. Pengembangan lain adalah penggunaan
rendesivir yang diketahui memiliki efek antivirus RNA dan kombinasi klorokuin,
tetapi keduanya belum mendapatkan hasil. Vaksinasi juga belum ada sehingga
tata laksana utama pada pasien adalah terapi suportif disesuaikan kondisi pasien,
terapi cairan adekuat sesuai kebutuhan, terapi oksigen yang sesuai derajat
penyakit mulai dari penggunaan kanul oksigen, masker oksigen. Bila dicurigai
terjadi infeksi ganda diberikan antibiotika spektrum luas. Bila terdapat
perburukkan klinis atau penurunan kesadaran pasien akan dirawat di ruang isolasi
intensif (ICU) di rumah sakit rujukan dengan alur seperti algoritma di bawah ini.
Salah satu yang harus diperhatikan pada tata laksana adalah pengendalian
komorbid. Dari gambaran klinis pasien COVID-19 diketahui komorbid
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang diketahui
berhubungan dengan luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi, diabetes,
penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular.
3.2.5. Pencegahan
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko hingga masa
inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui asupan
makanan sehat, meperbanyak cuci tangan, menggunakan masker bila berada di
daerah berisiko atau padat, melakukan olah raga, istirahat cukup serta makan
makanan yang dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat ke RS
rujukan untuk dievaluasi.
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan primer. Pencegahan
sekunder adalah segera menghentikan proses pertumbuhan virus, sehingga pasien
tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan yang penting termasuk
berhenti merokok untuk mencegah kelainan parenkim paru.
20
keluar. Pencegahan terhadap petugas kesehatan dimulai dari pintu pertama pasien
termasuk triase. Pada pasien yang mungkin mengalami infeksi COVID-19
petugas kesehatan perlu menggunakan APD standar untuk penyakit menular.
Kewaspadaan standar dilakukan rutin, menggunakan APD termasuk masker
untuk tenaga medis (N95), proteksi mata, sarung tangan dan gaun panjang
(gown).
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu studi
yang objek penelitiannya berupa karya-karya kepustakaan baik berupa jurnal
ilmiah, buku, artikel dalam media massa, maupun data-data statistika.
Awal tahun 2020 ini umat manusia diseluruh dunia digoncang dengan pandemi
Virus Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-mana. Ratusan ribu
manusia terinfeksi dan ribuan lainnya meninggal dunia. Untuk di Indonesia
sendiri pemerintah telah memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat
dalam mengatasi wabah ini agar berjalan efektif dan efisien. Pemerintah
Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan kebijakan untuk
mengatasi permasalahan pandemik ini. Salah satu langkah awal yang dilakukan
oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan Social Distancing untuk
masyarakat.
21
terus meningkat setiap harinya. Jumlah peningkatan kasus terinfeksi corona dapat
dilihat pada Lampiran 14, Gambar II.14.
Maka dari itu meskipun pemerintah telah banyak berupaya untuk memutus mata
rantai covid-19 tetapi harus didukung dan memerlukan kesadaran yang lebih dari
masyarakat untuk bersama-sama memutus mata rantai covid-19.
3.5.1. Kesimpulan
Pandemi covid-19 ini sangat memiliki banyak dampak baik sosial maupun
ekonomi. Dalam hal ini Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk
mengendalikan dan memutus mata rantai covid-19 dengan membuat dan
menerapkan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun, dalam menghadapi covid-
19 ini, bukan hanya peran pemerintah dan peran tenaga kesehatan saja yang dapat
diandalkan tetapi juga peran dan kesadaran dari masyarakat untuk dapat
mengindahkan himbauan dari pemerintah maupun tenaga kesehatan serta
meningkatkan kesadaran diri untuk mencegah penyebaran virus covid-19.
3.5.2. Saran
Secara umum, dari hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 319 Bandung,
pengelolaan pelayanan kefarmasian di Apotek sudah baik. Beberapa hal
yang mungkin dapat menjadi masukan untuk kegiatan PKPA kedepannya,
antara lain:
a. Tetap bersedia menerima mahasiswa profesi apoteker untuk melakukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi calon apoteker.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN 1
DENAH APOTEK KIMIA FARMA 240 BANDUNG
24
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA 240 BANDUNG
Apoteker
Pengelola Apotek
Apoteker
Pendamping
Office Boy
25
LAMPIRAN 3
ALUR PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI
SP/RKO seluruh
BM bagian apotek ke DISTRIBUTOR
MinMax
APOTEK
pengadaan
BPBA (logistik) By email
SP/RKO by email
26
LAMPIRAN 4
SURAT PESANAN NARKOTIKA
27
LAMPIRAN 5
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA
28
LAMPIRAN 6
SURAT PESANAN PREKUSOR
29
Gambar II.6. Surat pesanan prekusor
LAMPIRAN 7
ALUR PENERIMAAN BARANG APOTEK
Barang tidak
sesuai/Rusak
Barang sesuai
Pelaporan ke PBF
Faktur
untuk penggantian
A.2 lembar PBF
barang
Stempel, no urut - Bukti tagihan
penerimaan, paraf - 1 arsip di PDF
B.2 lembar Apotek
- 1 dikirim ke BM
- 1 arsip di Apotek
30
LAMPIRAN 8
CONTOH KARTU STOK
31
LAMPIRAN 9
ALUR PELAYANAN RESEP TUNAI
32
LAMPIRAN 10
ALUR PELAYANAN RESEP KREDIT
33
LAMPIRAN 11
CONTOH LABEL, ETIKET, DAN KEMASAN
34
LAMPIRAN 12
SALINAN RESEP
35
LAMPIRAN 13
KWITANSI APOTEK
36
LAMPIRAN 14
JUMLAH PENINGKATAN KASUS COVID-19
37
38