Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA 240 BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker


pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

FIRA, S. Farm.
3351191430

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah panjatkan kehadiarat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan XXIX Universitas Jenderal
Achmad Yani, yang diselenggarakan pada bulan September di Apotek Kimia
Farma 240 Bandung dan menyelesaikan laporan ini.

Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari


kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah
mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat
pada saat memasuki dunia kerja.

Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Bapak Drs. apt. Hermanta Tarigan, M.Si. selaku Manager Bisnis Bandung yang
telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 240 Bandung.
2. Ibu Prof. Dr. apt. Afifah B. Sutjiatmo, M.S. selaku Dekan Fakultas Program
Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Dra. apt. Ambarsundari, M.M. selaku Koordinator Praktek Kerja Profesi
Apoteker di apotek yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam dunia kerja yang
akan dihadapi nanti.
5. Bapak apt. Asep Rahmat Ghofur, S. Farm. selaku pembimbing dari Apotek
Kimia Farma 240 Bandung yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan
pengetahuan yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan dan
penyusunan laporan.
6. Ibu apt. Titta Hartiana, S.Si., M.Sc. selaku pembimbing dari Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
7. Apoteker, para TTK serta seluruh staf Apotek Kimia Farma 240 Bandung
yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat serta
membantu penulis selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal
Achmad Yani.

i
9. Seluruh keluarga serta sahabat yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, nasihat, dan dukungan material.
10. Teman-teman Apoteker Angkatan XXIX atas perjuangan, semangat, dan
kerjasamanya.
11. Teman-teman Apoteker penulis selama menjalani PKPA di Apotek Kimia
Farma 240 Bandung atas dukungan semangat, serta kerja samanya.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan
PKPA ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat


banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktik Kerja Profesi
Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua
pihak yang membutuhkan.

Cimahi, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan.......................................................................................................2
1.3. Waktu dan Penatalaksanaan PKPA..........................................................2
BAB II PELAKSANAAN PKPA........................................................................3
1.4. Apotek Kimia Farma 240.........................................................................3
2.1.1. Lokasi Apotek Kimia Farma 240..................................................3
2.1.2. Tata Ruang Apotek Kimia Farma 240 ..........................................3
2.1.3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240..............................3
1.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi .............................................................4
2.2.1. Perencanaan...................................................................................4
2.2.2. Pengadaan......................................................................................5
2.2.3. Penerimaan....................................................................................6
2.2.4. Penyimpanaan................................................................................7
2.2.5. Pemusnahan dan Penarikan...........................................................8
2.2.6. Pengendalian Obat.........................................................................9
2.2.7. Pencatatan dan Pelaporan............................................................10
1.6. Pelayanan Farmasi Klinik Apotek Kimia Farma 240.............................11
2.3.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep.................................................11
BAB III TUGAS KHUSUS...............................................................................16
3.1. Pendahuluan ..........................................................................................16
3.2. Tinjauan Pustaka....................................................................................17
3.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................21
3.4. Hasil dan Pembahasan...........................................................................21
3.5. Kesimpulan dan Saran...........................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
LAMPIRAN.......................................................................................................24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
II.1. Denah Apotek Kimia Farma 240
II.2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240
II.3. Alur Pengadaan Rutin di Apotek Kimia Farma 240
II.4. Surat Pemesanan Narkotik di Apotek Kimia Farma 240
II.5. Surat Pemesanan Psikotropik di Apotek Kimia Farma 240
II.6. Surat Pesanan Prekusor di Apotek Kimia Farma 240
II.7. Alur Penerimaan Barang di Apotek Kimia Farma 240
II.8. Contoh Kartu Stok di Aapotek Kimia Farma 240
II.9. Alur Pelayanan Resep Tunai di Apotek Kimia Farma 240
II.10. Alur Pelayanan Resep Kredit di Apotek Kimia Farma 240
II.11. Contoh Etiket, Label, dan Kemasan di Apotek Kimia Farma 240
II.12. Contoh Salinan Resep di Apotek Kimia Farma 240
II.13. Contoh Kwitansi di Apotek Kimia Farma 240
II.14. Jumlah Peningkatan Kasus Covid-19

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Denah Apotek Kimia Farma 240
2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240
3. Alur Pengadaan Rutin di Apotek Kimia Farma 240
4. Surat Pemesanan Narkotik di Apotek Kimia Farma 240
5. Surat Pemesanan Psikotropik di Apotek Kimia Farma 240
6. Surat Pesanan Prekusor di Apotek Kimia Farma 240
7. Alur Penerimaan Barang di Apotek Kimia Farma 240
8. Contoh Kartu Stok di Aapotek Kimia Farma 240
9. Alur Pelayanan Resep Tunai di Apotek Kimia Farma 240
10. Alur Pelayanan Resep Kredit di Apotek Kimia Farma 240
11. Contoh Etiket, Label, dan Kemasan di Apotek Kimia Farma 240
12. Contoh Salinan Resep di Apotek Kimia Farma 240
13. Contoh Kwitansi di Apotek Kimia Farma 240
14. Jumlah Peningkatan Kasus Covid-19

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan


oleh manusia. Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Perbekalan kesehatan meliputi semua bahan dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Dimana
upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk mewujudkan kesehatan yang sesuai dengan dasar-dasar negara Republik


Indonesia diperlukan sumber daya dibidang kesehatan untuk menunjang hal
tersebut. Sumber daya ini terkait dengan sarana, prasarana, dan infrastuktur yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, dalam


bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan dibidang kesehatan dapat diupayakan diantaranya
melalui penyediaan obat-obatan yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat, dan
dengan jumlah yang cukup serta aman untuk digunakan. Oleh karena itu,
diperlukan adanya sarana penunjang pelayanan kesehatan salah satunya adalah
apotek.

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker dan merupakan tempat yang menyediakan obat-
obatan serta perbekalan farmasi lainnya seperti alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(PMK RI No. 73, 2016). Sehingga dari pengertian tersebut saat ini pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Dampak dari perubahan kegiatan
pelayanan kefarmasian adalah Apoteker dituntut untuk meningkatkan interaksi
langsung dengan pasien. Bentuk - bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian
di rumah (home pharmacy care) dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai
harapan dan terdokumentasi dengan baik.

Apoteker berperan dalam pelaksanaan tugas professional pelayanan kefarmasian


di apotek. Dalam menjalankan perannya di apotek, apoteker dituntut untuk
bekerja secara professional. Dalam hal ini, apoteker harus memahami
pengelolaan perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan

1
kefarmasian dengan patient oriented. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan
upaya untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani bekerja sama
dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarkan Praktek Kerja Profesi
Apoteker dari tanggal 1 September 2020 – 30 September 2020. Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker
mengenai peranan, kegiatana manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek
dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek.

1.2. Tujuan

a. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab


apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Apotek khususnya Apotek Kimia
Farma.
b. Membekali diri agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek
khususnya Apotek Kimia Farma.
c. Melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di
Apotek khususnya Apotek Kimia Farma.
d. Persiapan memasuki dunia kerja dan mendapatkan gambaran nyata tentang
pekerjaan kefarmasian di Apotek.
e. Mendapatkan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di Apotek khususnya Apotek Kimia Farma.

1.3. Waktu dan Penatalaksanaan PKPA

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada tanggal 01


September – 30 September 2020 di Apotek Kimia Farma 240 Jl. Rancabolang
No. 60, Kota Bandung, Jawa Barat. Kegiatan PKPA dilakukan dalam 2 shift pada
hari senin hingga minggu, diantaranya Shift pagi jam 08.00-15.00 WIB; dan shift
siang jam 15.00-22.00 WIB.

2
BAB II
PELAKSANAAN PKPA

2.1. Apotek Kimia Farma 240 Bandung


Apotek Kimia Farma 240 Bandung merupakan salah satu unit usaha dari PT.
Kimia Farma Apotek yang khusus bersifat pelayanan kepada masyarakat dimana
kegiatan administrasi dilakukan oleh Bisnis Manager Bandung yang terletak di Jl.
Cihampelas, Bandung. Apotek Kimia Farma 240 menjalankan fungsinya sebagai
salah satu apotek pelayanan kefarmasian dan kesehatan masyarakat melalui
pelayanan Apotek dan Klinik Kimia Farma menerima pasien umum, BPJS
kesehatan, Pertamina, Praktik Keperawatan, Dokter Umum dan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin.

2.1.1. Lokasi dan Letak Apotek Kimia Farma 240 Bandung


Apotek Kimia Farma 240 berlokasi di Jl. Rancabolang No. 60 Bandung, di
sekitarnya terdapat Komplek Perumahan, Pusat Perbelanjaan, Rumah Sakit, dan
Poliklinik. Hal inilah yang membuat lokasi apotek termasuk lokasi yang strategis.

2.1.2. Tata Ruang Apotek Kimia Farma 240


Sarana yang ada di apotek Kimia Farma 240 Bandung cukup memadai dengan
gedung utama satu lantai untuk apotek dan terdapat klinik pratama dan lahan
parkir yang cukup luas. Tata ruang terdiri dari peracikan, ruang tunggu yang
dilengkapi tempat duduk, tempat penyerahan resep, tempat pengambilan
obat/resep, tempat penjualan alat kesehatan, swalayan farmasi yang menjual obat
bebas tanpa resep dokter (obat bebas OTC, berbagai jenis makanan, minuman,
kosmetik, food supplement, dan perlengkapan kesehatan lainnya), kasir
penjualan, gudang, tempat makan, mushola dan toilet, area parkir. Apotek Kimia
Farma 240 Bandung dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti komputer,
telepon, printer, CCTV. Denah Apotek Kimia Farma 240 dapat dilihat pada
Lampiran 1, Gambar II.1.

2.1.3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 240


Struktur organisasi pada semua aspek Apotek Kimia Farma pada prinsipnya
adalah sama yaitu berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direksi
PT. Kimia Farma (Persero) Pusat, namun dalam pelaksanaannya tiap apotek
dapat menyesuaikan struktur organisasinya sesuai dengan kondisi dan sarana
yang tersedia.
Apotek Kimia Farma 240 Bandung dipimpin oleh seorang APA yang
bertanggung jawab kepada BM. Dalam menjalankan tugasnya, APA di bantu
oleh satu orang apoteker pendamping, dan 4 orang Asisten Apoteker yang
masing-masing memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan obat, pelayanan
kepada pasien, serta melakukan proses administrasi dan keuangan. Dan satu
orang staf yang merangkap sebagai office boy.

3
Pelayanan dilakukan selama 14 jam dengan pembagian jadwal kerja terbagi
menjadi 2 shift, shift pagi (jam 08.00 – 15.00), shift siang (15.00 – 22.00).
Struktur organisasi Apotek Kimia Farma 240 Bandung dapat dilihat pada
Lampiran 2 gambar II.2.

2.2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


2.2.1. Perencanaan

Perencanaan di Apotek Kimia Farma 240 Bandung ditinjau berdasarkan beberapa


referensi data, yaitu:

1. Berdasarkan pola komsumsi yang mengacu pada data history, berupa data
lampau atau data penjualan 3 bulan terakhir, dengan melihat data tersebut
dapat diketahui produk yang cepat habis atau laku terjual.

2. Berdasarkan pola epidemiologi, dimana perencanaan perbekalan akan


mengikuti pola penyakit yang sedang marak menjangkiti masyarakat dalam
kurun waktu tertentu hingga menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan
atas obat, alat kesehatan atau bahan medis habis pakai tersebut.

3. Buku defekta, buku yang berisikan nama atau daftar obat yang habis atau akan
habis. Data barang tersebut dibuat didasarkan pada kartu stok obat. Kartu stok
berfungsi untuk melihat jumlah barang yang masuk dan keluar, menghindari
terjadinya kehilangan barang serta sebagai pertimbangan dalam pemesanan
barang selanjutnya.

4. Buku Penolakan merupakan buku yang berisikan nama atau daftar obat yang
ditolak permintaannya oleh kimia farma kepada pasien karena beberapa alasan
seperti barang kosong, substitusi dengan obat lain, disarankan untuk membeli
ke apotek Kimia Farma lainnya dan melakukan pembelian mendesak ke
apotek lain. Barang atau obat yang sering ditolak atau dicari dijadikan
pertimbangan perencanaan barang atau obat di bulan berikutnya.

5. Analisis pareto merupakan metode perencanaan pengelolaan di apotek setiap


bulan dengan melihat jumlah penjualan pada bulan sebelumnya. Pareto berisi
daftar barang terjual yang memberikan kontribusi terhadap omzet, disusun
berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Perencanaan pengadaan barang dilakukan setiap 2 minggu sekali, yaitu dengan
melihat jumlah penjualan pada 3 bulan sebelumnya. Analisis pareto A adalah
barang-barang dengan jumlah 15-20% dari total jenis produk yang disediakan,
yang nilai penjualannya 80% dari total omzet. Pareto B adalah barang-barang
dengan jumlah 20-25% dari total jenis produk yang disediakan, yang nilai
penjualannya 15% dari total omzet. Pareto C adalah barang-barang dengan
kuantitas 50-60% dari total jenis produk yang disediakan, yang nilai
penjualannya hanya 5% dari total omset.

4
2.2.2. Pengadaan
Pengadaan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 240 Bandung meliputi
pengadaan rutin dan pengadaan non rutin. Tujuan pengadaan perbekalan farmasi
adalah untuk menjamin tersedianya jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan di apotek. Perbekalan farmasi antara lain obat, bahan obat, dan alat
kesehatan.
Pengadaan didasarkan pada data minmax dan BPBA dari apotek. Pemesanan
barang dilakukan dengan mengirimkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
secara online melalui program Kimia Farma Point Of Sales (POS) kepada Bisnis
Manager (BM) Bandung. BPBA berisi nama barang dan jumlah barang yang
dipesan. Format BPBA dapat dilihat pada lampiran 3 gambar II.3. Kemudian
pemesanan barang ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) dilakukan oleh Bisnis
Manajer (BM) pada bagian pengadaan (logistik) Unit Bandung. BM kemudian
mengirim SP (surat pemesanan)/RKO (Rencana Kebutuhan Obat) gabungan dari
rincian Apoteknya melalui email ke Pedagang Besar Farmasi (PBF). PBF akan
mengirim barang yang di pesan sesuai surat pesanan.
1. Pengadaan Rutin
Pengadaan rutin yaitu pengadaan yang dilakukan dengan mengirim barang
setiap minggu ke apotek beserta dokumen faktur. Keuntungan dari sistem ini
adalah tercapainya efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya. Pemesanan
dapat dilakukan dengan cara membuat Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA), data MinMax, dan pengadaan khusus Narkotika dan psikotropika.
a) Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Setiap Apotek Kimia Farma akan membuat Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) dan dikirim ke Unit Bisnis Manager Bandung. Kemudian BPBA
dari seluruh apotek Kimia Farma secara otomatis akan dikelompokkan oleh
komputer berdasarkan jenis barang yang dipesan dan dihitung jumlahnya.
Kemudian BPBA dari seluruh apotek Kimia Farma yang sudah masuk ke
BM akan membuat surat pemesanan (SP) gabungan dari seluruh outlet
apotek dan dikirimkan ke masing-masing distributor/PBF yang sesuai
dengan jenis barang yang dipesan. PBF akan mengirim barang yang
dipesan ke setiap apotek pemesan beserta frakturnya sebagai bukti
pembelian barang.
b) Min-Max
MinMaX yaitu pengadaan barang dimana sistem dari BM akan mengambil
secara otomatis data dari Apotek berdasarkan histori penjualan selama 3
bulan terakhir. Lalu pihak BM akan merekapitulasi data tersebut dalam
bentuk SP. Lalu SP akan dikirimkan oleh BM ke PBF dan Apotek dalam
bentuk email. Setelah barang dari PBF datang, SP yang asli dari apotek
akan ditukar dengan barang dari PBF.
c) Pengadaan Khusus
Untuk obat-obat golongan narkotika/psikotropik tidak dilakukan secara
kolektif oleh BM, namun harus digunakan surat pesanan khusus yang harus
ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan
mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Praktek Apoteker ﴾SIPA),
Surat Izin Apotek (SIA), disertai dengan stempel Apotek. Satu surat
pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Untuk obat-obat

5
golongan psikotropika dilakukan dengan cara yang sama, tetapi untuk satu
surat pesanan boleh digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.
Untuk obat-obat golongan prekursor dilakukan dengan cara yang sama juga
seperti psikotropika. Contoh Surat Pesanan (SP) Narkotika, Psikotropika
dan Prekusor dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar II.4, Lampiran 5.
Gambar II.5 dan Lampiran 6. Gambar II.6.

2. Pengadaan Non Rutin


a) Pesanan Cito
Pesanan cito merupakan pengadaan perbekalan farmasi yang dapat dilakukan
kapan saja karena kebutuhan yang segera. Pesanan cito ini merupakan
pemesanan yang bersifat di luar jadwal. Hal ini terjadi kerena terdapat
barang atau obat yang sudah habis terjual dalam waktu singkat.
b) Dropping antar apotek
Dropping dilakukan apabila pasien memerlukan obat yang kurang atau tidak
tersedia di apotek. Proses dropping dapat dilakukan antar Apotek Kimia
Farma lainnya, dengan menggunakan sistem BPBA dengan tujuan untuk
menghidari penolakan resep.
c) Pembelian mendesak
Pembelian barang mendesak dilakukan apabila barang yang diminta tidak
tersedia di apotek maupun apotek kimia farma lainnya, dan dilakukan untuk
menghindari terjadinya penolakan obat. Pengadaan ini dapat dilakukan
antara Apotek Kimia Farma dengan apotek lain yang bukan apotek jaringan
Kimia Farma.
d) Konsinyasi
Konsinyasi adalah suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma 240
Bandung dengan prinsipal. Biasanya dilakukan untuk produk atau obat-obat
baru, barang promosi, alat kesehatan, dan food supplement. Konsinyasi
dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia
Farma, kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak
perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi
ini apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar
adalah barang yang terjual saja.

2.2.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma
240 berasal dari distributor/PBF.Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan
dikirim ke apotek disertai faktur, kemudian oleh apoteker atau TTK melakukan
pemeriksaan terhadap barang yang diterima meliputi nama, jumlah, keadaan fisik
barang, no.batch dan tanggal kadaluarsa sesuai dengan SP. Setelah barang yang
diperiksa sesuai dengan SP maka petugas akan menandatangani faktur dan
pemberian stempel apotek sebagai legalitas. Faktur obat golongan narkotika,
psikotropika, dan precursor wajib diterima dan ditanda tangani oleh APA. Faktur
asli diserahkan ke PBF sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat
tagih. Satu lembar salinan faktur ditinggal di apotek sebagai arsip dan satu lembar
salinan faktur diserahkan ke bisnis manjemen. Bila barang tidak sesuai dengan

6
SP atau terdapat kerusakan fisik maka bagian pembelian akan membuat surat
retur dan mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk
ditukar dengan barang yang sesuai. Alur penerimaan dapat dilihat pada
Lampiran 7, Gambar II.7.

2.2.4. Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Penyimpanan Obat di Apotek Kimia Farma 240 terdiri dari obat Ethical dan OTC
(Over The Counter). Obat-obat bebas atau OTC disimpan bagian depan dengan
sistem swalayan farmasi sehingga mudah dijangkau oleh pelanggan. Ruangan ini
terdiri atas rak-rak untuk meletakkan obat bebas dan bebas terbatas, kosmetik,
suplement, perlengkapan bayi, obat herbal, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai. Penataan sediaan OTC ini berdasarkan bentuk sediaan dan farmakologi
serta disusun berdasarkan alfabetis dan prinsip FIFO/FEFO.

Obat Ethical berada dibelakang area transaksi. Di ruangan penyimpanan ini


terdapat rak-rak penyimpanan obat yang terbagi berdasarkan:

1. Berdasarkan suhu penyimpanan (stabilitas obat)


Terdapat beberapa suhu penyimpanan obat yaitu suhu kamar 15-30 0C, suhu
dingin (2-80C) pada lemari pendingin. Stabilitas obat dapat dilihat pada
kemasan masing-masing obat.
2. Berdasarkan bentuk sediaan meliputi:
a) Sediaan Cair meliputi sediaan berbentuk sirup, suspensi, emulsi, rop/tetes
oral.
b) Sediaan padat/solid meliputi sediaan berbentuk tablet, kapsul, kaplet,
effervescent, ovula, dan suppositoria.
c) Sediaan semisolid meliputi sediaan berbentuk salep, krim, gel.
d) Sediaan gas meliputi inhaler, aerosol.
e) Sediaan steril seperti injeksi, infus, tetes mata, tetes hidung, obat tetes
telinga.
3. Berdasarkan golongan obat meliputi:
a) Obat generik disimpan dalam lemari khusus obat-obat generik.
b) Obat fast moving disimpan dalam lemari khusus obat-obat fast moving.
c) Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus terpisah
dengan obat lain dan disusun secara alfabetis yang dilengkapi dengan kartu
stok. Dan untuk penyimpanan narkotik dan psikotropik sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu memiliki kunci ganda (double lock) khusus
dipegang oleh APA/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dkuasakan. Lemari menempel pada dinding yang tidak mudah dipindahkan.
Sediaan farmasi yang diterima disimpan pada rak obat dan dicatat tanggal
(jumlah barang yang masuk), (jumlah barang yang keluar), sisa barang, no.
batch, exp. date, paraf petugas pada kartu stok.
4. Berdasarkan kelas terapi meliputi:
Analgesik, Anti-inflamasi, Antipiretik, Antibiotik, Antidiabetik,
Antihipertensif, Diuretik, Hormonal, Kardiovaskular, Kortikosteroid,
Pencernaan, Saluran Pernafasan, Tetes mata & Telinga, Tulang & Sendi, dan
Vitamin.

7
5. Berdasarkan alfabetis
Obat yang telah disimpan di tempatnya masing-masing dan disusun
berdasarkan alfabetis yaitu berdasarkan urutan abjad.
Untuk setiap obat dilengkapi dengan kartu stok dengan tujuan untuk mengawasi
jumlah obat yang masuk dan keluar pada periode waktu tertentu. Pengeluaran
perbekalan farmasi menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) yaitu barang yang pertama kali datang maka akan
dikeluarkan pertama kali pula. Sistem ini digunakan untuk menghindari obat
kadaluarsa karena terlalu lama disimpan.
2.2.5. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan dilakukan
pemusnahan obat karena kekhawatiran jika obat dibuang begitu saja, akan disalah
gunakan.
1. Obat kadaluwarsa atau rusak
2. Perbekalan farmasi yang sudah habis masa kadaluarsanya atau berubah
bentuknya akan diletakkan pada tempat terpisah (pada lemari khusus) yang
nantinya akan dikumpulkan dan dimusnahkan oleh Apotek BM. Pemusnahan
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak dilakukan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan
(tablet, kapsul dan pulvis), dilarutkan dan diencerkan (obat sirup, injeksi
ampul), dan ditanam (salep/krim).
3. Pemusnahan obat narkotika.
4. Pemusnahan Obat dilakukan terhadap obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika atau adanya ketentuan dari pihak
berwenang untuk dilakukan pemusnahan. Dalam melakukan pemusnahan
dibuat berita acara pemusnahan yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan
setempat. Pemusnahan obat narkotik/psikotropik harus dihadiri serta
disaksikan oleh pihak Dinas Kesehatan, Balai POM, APA dan salah satu
pegawai apotek. Stelah dilakukan pemusnahan dibuat Berita Acara
Pemusnahan Narkotika (BAPN) paling sedikit 3 rangkap yang berisi hari,
tanggal, waktu pemusnahan, nama APA, nama seorang saksi dari pemerintah
dan seorang saksi dari apotek, nama dan jumlah narkotik yang dimusnahkan,
cara pemusnahan dan tanda tangan pernanggung jawab apotek. Berita acara
dikirim kepada kementrian kesehatan RI, Badan POM Provinsi Jawa Barat,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Arsip.
5. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
setempat

8
6. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

2.2.6. Pengendalian
Pengendalian perbekalan farmasi dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, sehingga menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluawarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 8,
Gambar II.8. Pengendalian obat di Apotek Kimia Farma 240 dilakukan dengan
cara:

1. Uji petik
Uji petik merupakan kegiatan pencatatan stok barang di apotek yang
dilakukan oleh petugas apotek. Uji petik dilakukan untuk mengecek
kesesuaian antara barang yang terdapat dalam rak penyimpanan dengan data
barang yang tercantum dalam komputer. Uji petik dilakukan secara acak
terhadap 20 item per-harinya, dan kemudian dicek antara kesesuaian barang
fisik dengan barang yang tercantum dalam komputer.
2. Stock opname
Stock opname yaitu pemeriksaan ketersediaan barang secara fisik dan
dibandingkan dengan ketersediaan di dalam komputer. Kegiatan stock opname
dilakukan setiap 3 bulan sekali.

2.2.7. Pencatatan dan Pelaporan

1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan
yang dilakukan di apotek Kimia Farma 240, diantaranya:
a) Pencatatan arsip resep
Perekapan resep dilakukan setiap hari dimana resep dikumpulkan dan
dipisahkan berdasarkan tanggal dan penggolongan resep yaitu resep
umum,resep kredit. Resep asli beserta struk harga obat disimpan sebagai
arsip. Untuk resep yang mengandung obat-obat golongan narkotika dan
psikotropika direkap secara terpisah dan diberi tanda, yang akan

9
digunakan untuk keperluan pembuatan laporan penggunaan narkotika dan
psikotropika.
b) Pencatatan kartu stok
Pencatatan stok dilakukan dengan mencatat jumlah barang yang masuk
dari pembelian barang dan jumlah barang yang keluar dari hasil
penjualan. Pencatatan ini untuk mempermudah pengawasan terhadap
persediaan obat dan kebutuhan masing-masing obat, serta mengawasi arus
barang agar penyalurannya mengikuti kaidah FIFO (First In First Out)
dan FEFO (First Expired First Out) sehingga mengurangi resiko obat-
obatan kadaluwarsa.
c) Pencatatan permintaan dan penerimaan barang
Permintaan barang dicatat dalam surat pesanan atau BPBA berupa
kebutuhan barang apotek. Sedangkan barang yang diterima oleh apotek
kemudian dicatat berdasarkan surat pesanan dan faktur pembelian barang
sebagai bukti penerimaan barang apotek. Pencatatan dilakukan setiap
barang datang dengan disertai faktur pembelian. Bukti penerimaan barang
apotek beserta faktur dilaporkan ke BM sebagai bukti bahwa Apotek
Kimia farma 240 telah menerima barang sesuai surat pesanan atau BPBA
yang telah diajukan.

2. Pelaporan
Pelaporan yang terdapat di Kimia Farma 240 berupa harian, mingguan, dan
tahunan, yaitu:
a) Bukti Setoran Kas
Bukti setoran kas dibuat untuk menggambarkan perkiraan jumlah
penerimaan dan pengeluaran uang kas selama kegiatan diapotek per
harinya.
b) Laporan Realisasi Penggunan Dana Kas Kecil
Laporan ini merupakan pengeluaran uang diapotek yang digunakan
untuk biaya transportasi, ATK (Alat Tulis Kantor), peralatan kebersihan,
daln biaya lainnya. Laporan ini dibuat dengan disertai dengan bukti
pengeluaran.
c) Laporan Narkotika dan Psikotropika
Pengelolaan resep narkotika dan psikotropika diatur dalam undang-
undang yang berlaku. Pemesanan dan pelaporannya berbeda dengan jenis
obat lain. Laporan narkotika dan psikotropika dibuat oleh apoteker
pendamping yang bertugas setiap bulan dan dikirim dengan sistem online
melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) dengan
alamat website www.sipnap.kemenkes.go.id.
Selain menggunakan sistem online, print out juga dikirimkan ke Dinkes
Kab/kota, Dinkes Provinsi dan BPOM.
d) Laporan penolakan obat
Pada laporan ini terdapat nama-nama obat yang pasien butuhkan tetapi
tidak terdapat di apotek, laporan apotek ini dapat dijadikan pengendalian
dalam perencanaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP, laporan ini juga
dapat dibandingkan dengan omzet yang terdapat di Apotek.

10
e) Laporan stock opname
Laporan ini merupakan laporan barang yang diterima dan barang yang
dikeluarkan di Apotek. Stock opname dapat juga dijadikan pengendalian
dalam perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alkes dan BMHP.
Laporan stock opname dilakukan selama 3 bulan sekali.
f) Faktur penerimaan dan penyerahan
Faktur penerimaan dan penyerahan merupakan suatu data pelaporan
barang apa saja yang diterima di apotek meliputi nama item, jumlah item
dan expdate dari setiap item.
g) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari
penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya baik melalui resep
maupun non resep (UPDS) yang selanjutnya dilaporkan ke Bisnis
Manajer Bandung setiap harinya.

2.3. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 240 Bandung antara lain
pelayanan obat dengan resep tunai, Pelayanan resep kredit, pelayanan obat
narkotika dan psikotrpika, Pelayanan informasi, pelayanan Swalayan farmasi dan
pelayanan obat untuk UPDS (Usaha Pengobatan Diri Sendiri).

2.3.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
a. Kajian administratif meliputi:
i) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.
ii) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon
dan paraf.
iii) Tanggal penulisan Resep
b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
i) Bentuk dan kekuatan sediaan
ii) Stabilitas
iii)Kompatibilitas (ketercampuran Obat)
c. Pertimbangan klinis meliputi:
i) Ketepatan indikasi dan dosis Obat
ii) Aturan, cara dan lama penggunaan Obat
iii)Duplikasi dan/atau polifarmasi
iv)Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain)
v) Kontraindikasi
vi)Interaksi
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur

11
pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
Obat (medication error). Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan
Resep akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Pelayanan Resep
a. Pelayanan Obat Resep Tunai
Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan obat atas resep tunai
dilakukan berdasarkan Permenkes nomor 35 tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
i) Penerimaan resep
Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, meliputi: nama,
alamat, nomor SIP, tanda tangan dokter penulis resep, nama obat,
dosis, jumlah, aturan pakai, nama pasien, umur, alamat, nomor telepon.
Penetapan harga. Dan pemeriksaan ketersediaan obat di apotek
ii) Pembayaran
Pengambilan obat semua atau sebagian; ada/tidaknya penggantian obat
atas persetujuan dokter atau pasien; Pembayaran tunai dan pencetakan
struk pembayaran; dan Pembuatan kwitansi dan salinan resep (apabila
diminta).
iii) Penyiapan obat atau peracikan
Pengambilan obat yang diminta dalam resep dari rak obat masing-
masing. Jika resep racikan, obat-obat yang akan diracik harus diperiksa
dahulu dari segi dosis, penimbangan, dan pencampurannya, sesuai
dengan resep. Jika telah diperiksa oleh apoteker atau asisten apoteker
obat-obat dapat diracik. Penulisan etiket atau penandaan obat dan
kemasan. Dan Pengemasan obat jadi atau racikan.
Alur penerimaan resep tunai dapat dilihat pada Lampiran 13, Gambar
II.13.
b. Pelayanan Obat Resep Kredit
Pelayanan resep obat kredit di Apotek Kimia Farma 240 Bandung diberikan
kepada instansi yang telah mengikat perjanjian kerjasama contohnya BPJS
dan sebagainya. Pada dasarnya pelayanan resep kredit sama dengan
pelayanan resep tunai yang berbeda pada administrasi dan cara
pembayarannya, yaitu dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati
sebelumnya dengan pihak apotek. Resep kredit yang dapat dilayani, harus
disertai dengan cap instansi dan tanda tangan dokter instansi yang
bersangkutan. Alur penerimaan resep kredit dapat dilihat pada Lampiran
14 Gambar II.14.
c. Pelayanan Obat Non Resep
Pelayanan obat tanpa resep dokter atau yang biasa disebut UPDS (Usaha
Pengobatan Diri Sendiri) merupakan permintaan obat langsung dari pasien.
Pelayanan ini dimulai ketika pasien datang ke apotek dengan keluhan,
selanjutnya apoteker atau asisten apoteker membantu pasien memilih obat-
obatan yang sesuai. Obat-obat yang dapat diberikan tanpa resep dokter
meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras yang masuk ke dalam
daftar DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek), obat tradisional, kosmetik, dan
alat kesehatan. Pasien yang meminta obat keras tanpa resep dokter biasanya
telah biasa menggunakan obat tersebut, contohnya seperti obat antidiabetes,
obat antihipertensi, dan obat kolesterol.

12
Metode pelayanan UPDS adalah dengan WWHAM (Who, What, How
long, Action, Medicine) yaitu siapa yang sakit, apa penyakitnya, sudah
berapa lama, apa saja tindakan yang sudah dilakukan, obat apa saja yang
telah dikonsumsi. Apotek KF 240 telah melakukan pemberian informasi
yang baik dan dapat memastikan bahwa pasien dengan permintaan obat
UPDS sudah terbiasa dan mengetahui cara pemakaian obat tersebut. Jika
pasien baru pertama kali menggunakannya, maka apoteker berkewajiban
memberikan penjelasan mengenai obat tersebut, baik cara pakai maupun
dosis penggunaan, serta verifikasi akhir terhadap pemahaman pasien.
d. Pelayanan Obat Narkotika dan Psikotropika
Obat narkotika dan psikotropika dapat diresepkan dalam resep tunai
maupun kredit. Pelayanan obat narkotika dan psikotrpika memiliki
beberapa peraturan yaitu, resep harus asli dan ditandatangani oleh dokter
yang meresepkan, resep yang diterima harus mencantumkan nama dokter,
SIP dokter, alamat, nama dan alamat pasien secara lengkap, resep narkotik
diberi garis merah. Penyimpanan resep narkotik harus dipisahkan dari resep
lain. Jika obat narkotik yang diresepkan tidak dibeli semua, maka akan
dibuatkan salinan resep yang bisa ditebus pada apotek yang menyimpan
resep asli.
e. Pelayanan Swalayan Farmasi
Apotek Kimia Farma 240 Bandung memiliki swalayan yang melakukan
penjualan barang-barang perbekalan farmasi dan non-farmasi, seperti alat
kesehatan, pelengkapan bayi, susu, kosmetika perawatan wajah, kulit, obat-
obat bebas berbentuk tablet, kapsul, cair, multivitamin, produk herbal atau
jamu, madu, makanan minuman ringan, sabun, shampo, dan lain-lain
.Barang-barang tersebut diatur sedemikian rupa sehingga konsumen dapat
memilih barang yang dibutuhkan dengan leluasa. Pembayaran dilakukan di
kasir disertai dua struk, yaitu satu untuk pembeli dan satu lagi untuk arsip.
3. Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informasi obat. Melakukan peracikan bila diperlukan. Penyiapan obat
dilakukan dengan mengambil obat yang diperlukan dari rak penyimpanan dan
memasukannya kedalam plastic yang telah diberi etiket. Etiket obat ditulis
dengan nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah, aturan pakai, nama pasien,
tanggal pemberian obat, dan nomor resep. Bila obat perlu diberi label khusus,
maka lebel ditempelkan pada plastic obat atau kemasan obat. Contoh label,
etiket, salinan resep, dan kwitansi apotek dapat dilihat pada Lampiran 11,
Gambar II.11, Lampiran 12, Gambar II.12, Lampiran 13, Gambar II.13.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai
Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

13
Tahapan dalam pelayanan informasi obat untuk pasien tanpa resep dokter atau
UPDS adalah apoteker menggali informasi selengkap-lengkapnya mengenai
siapa pengguna obat, gejala apa yang dirasakan, sudah berapa lama gejala
tersebut dirasakan, tindakan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut dan obat apa yang telah dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut.
Selanjutnya apoteker memilihkan dan menginformasikan obat yang
dibutuhkan sesuai dengan keluhan pasien. Informasi obat yang diberikan
apoteker sama dengan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter.
5. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan.

Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:


a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off, inhaler dan suppositoria).
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
satu jenis obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime
questions, yaitu:
i. Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
ii. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?
iii. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
anda menerima terapi obat tersebut?
iv. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
v. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
vi. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien

14
Pada Apotek Kimia Farma 240 belum menerapkan Konseling karena kendala
PSBB sehingga mahasiswa PKPA tidak melakukan kegiatan tersebut.
6. Pelayanan Home Pharmacy Care
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis
Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi:
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobata.
b. Identifikasi kepatuhan pasien.
c. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin.
d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum.
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien.
7. Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Apoteker akan memberikan rekomendasi atau
rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan dengan tujuan
memastikan pencapaian efek terapi dan apoteker mengkomunikasikan dengan
tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
8. Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Apoteker akan
mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping obat, yang akan dilaporkan ke Pusat MESO Nasional. Maka
dibutuhkan kerjasama dengan tim kesehatan lain.

15
BAB III
TUGAS KHUSUS
ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT
MENGHADAPI PENDEMI (COVID-19)

3.1. Pendahuluan

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di


Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti,
tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Tanggal 18
Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga
3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya
sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di
berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.

Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru. Awalnya, penyakit


ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV),
kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu
Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).

Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara
luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020,
WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 29 Maret
2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19
dan 136 kasus kematian. Melansir data dari kompas.com hingga Rabu
(23/9/2020) total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 31.749.508
(31,7 juta) kasus dan 974.015 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di
Indonesia hingga 30 september 2020 telah mencapai 287.008 kasus sementara
itu, kasus pasien meninggal dunia bertambah, sehingga total saat ini menjadi
10.740 kasus.

Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status darurat


bencana. Langkah - langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat
menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan
mensosialisasikan gerakan Social Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa
untuk dapat mengurangi bahkan memutus mata rantai infeksi Covid-19 seseorang
harus menjaga jarak aman dengan orang lain minimal 1-2 meter, Dan tidak
melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal,
selalu memakai masker jika keluar rumah, dan selalu mencuci tangan, jika
mengalami gejala seperti batuk, demam, dan gangguan pernapasan maka segera
periksakan diri pada dokter. Tetapi masih banyak masyarakat yang tidak
menyikapi hal ini dengan baik dan menganggap enteng virus ini, dengan tidak
mengindahkan himbauan - himbauan pemerintah, sehingga hal ini menyebabkan
semakin meningkatnya jumlah kasus terinfeksi virus covid-19 di Indonesia.

16
3.2. Tinjauan Pustaka

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.
Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,
betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus


betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus COVID-19
ini masuk dalam subgenus yang sama (identic 88%) dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004
silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy
of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2. Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2
dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran
menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi
melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin.

3.2.1. Penularan

Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinkan virus berasal


dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui dengan
pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data filogenetik
memungkinkan COVID-19 juga merupakan zoonosis.

Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar manusia (human to


human), yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang
dikeluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian penularan kepada
petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19, disertai bukti lain penularan
di luar Cina dari seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan
diiringi penemuan hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada
laporan kasus ini bahkan dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks
belum mengalami gejala (asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi. Laporan
lain mendukung penularan antar manusia adalah laporan 9 kasus penularan
langsung antar manusia di luar Cina dari kasus index ke orang kontak erat yang
tidak memiliki riwayat perjalanan manapun.

Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus
kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis
mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi
antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan hasil
penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi kemungkinan
penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar
lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat
lebih besar.

17
3.2.2. Klasifikasi Infeksi COVID-19

a. Kasus Terduga (suspect case) yaitu pasien dengan gangguan napas akut
(demam dan setidaknya satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk,
sesak napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang melaporkan
penularan di komunitas dari penyakit COVID-19 selama 14 hari sebelum
onset gejala; atau Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai
kontak dengan kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14 hari
terakhir sebelum onset; atau Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam
dan setidaknya satu tanda/gejala penyakit per napasan, seperti batuk, sesak
napas dan memerlukan rawat inap) dan tidak adanya alternatif diagnosis lain
yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.
b. Kasus probable (probable case) yaitu kasus terduga yang hasil tes dari
COVID-19 inkonklusif; atau kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat
dikerjakan karena alasan apapun
c. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan laboratorium
infeksi COVID -19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya gejala dan tanda
klinis.

Klasifikasi infeksi COVID-19 di Indonesia saat ini didasarkan pada buku


panduan tata laksana pneumonia COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI). Terdapat sedikit perbedaan dengan klasifikasi WHO,
yaitu kasus suspek disebut dengan Pasien dalam Pengawasan (PdP) dan ada
penambahan Orang dalam Pemantauan (OdP). Berikut klasifikasi menurut buku
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disesase (COVID-19):

1. Pasien dalam Pengawasan (PdP)


Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38ºC)
atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan
seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga
berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal. Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ISPA dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi COVID-19. Dan orang dengan ISPA berat/pneumonia berat
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

2. Orang dalam Pemantauan (OdP)


Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan tidak
ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal. Dan orang yang
mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit

18
tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.

3. Orang Tanpa Gejala (OTG)


Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala merupakan seseorang dengan
riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.

3.2.3. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan


penunjang. Anamnesis terutama gambaran riwayat perjalanan atau riwayat
kontak erat dengan kasus terkonfirmasi atau bekerja di fasyankes yang merawat
pasien infeksi COVID-19 atau berada dalam satu rumah atau lingkungan dengan
pasien terkonfirmasi COVID-19 disertai gejala klinis dan komorbid. Gejala klinis
bervariasi tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama adalah demam,
batuk, mialgia, sesak, sakit kepala, diare, mual dan nyeri abdomen. Gejala yang
paling sering ditemui hingga saat ini adalah demam (98%), batuk dan mialgia,
dan di bulan september ini sejumlah penelitian terbaru ditemukan gejala corona
yakni mencapai hampir 60% menderita gejala gastrointestinal seperti diare, mual,
dan muntah.

Anosmia, hilangnya indera penciuman, dan Ageusia, yang menyertai


berkurangnya indra perasa, telah muncul sebagai tanda khas COVID-19, penyakit
yang disebabkan Virus Corona jenis baru, dan kemungkinan menjadi penanda
seseorang telah terinfeksi. Dikutip dari Liputan6.com, Jakarta - Seorang ibu yang
terinfeksi Virus Corona COVID-19 tidak bisa mencium bau popok bayinya yang
penuh. Koki yang biasanya bisa mengenali setiap bumbu dalam hidangan
restoran tidak bisa mencium aroma kari atau bawang putih, dan makanan pun jadi
terasa hambar. Yang lain mengatakan, mereka tidak bisa mencium aroma sampo
yang harum atau bahkan bau kotoran kucing.

Diagnosis pasti atau kasus terkonfirmasi ditentukan berdasarkan hasil


pemeriksaan ekstraksi RNA virus severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2). COVID-19 menggunakan reverse transcription polymerase
chain reaction (RT-PCR) untuk mengekstraksi 2 gen SARS-CoV-2. Contoh uji
yang dapat digunakan adalah dari sampel berupa swab tenggorok. Swab
nasofaring baik untuk evaluasi influenza tetapi untuk virus corona lain swab
nasofaring yang diambil menggunakan swab dari dacron atau rayon bukan kapas.

Identifikasi COVID-19 yang dilakukan pertama adalah pemeriksaan pan corona,


yaitu termasuk HCoV-229E, HCoV-NL63, HCoV-HKU1 dan HCoV - OC43,
kemudian dilakukan pemeriksaan spesifik SARS-CoV-2. Pemeriksaan ulang
perlu dilakukan untuk menentukan respons terapi seiring proses perbaikan klinis.
Bila didapatkan perbaikan klinis dan hasil RTPCR negatif 2 kali berturut turut
dalam 2-4 hari negatif pasien dinyatakan sembuh.

19
3.2.4. Tata Laksana

Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi WHO yaitu: Triase :


identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe acute respiratory
infection (SARI) dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) yang sesuai, terapi suportif dan monitor pasien,
pengambilan contoh uji untuk diagnosis laboratorium, tata laksana secepatnya
pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan acute respiratory distress
syndrome (ARDS), syok sepsis dan kondisi kritis lainnya.

Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik anti virus nCoV 2019 dan anti virus
corona lainnya. Beberapa peneliti membuat hipotesis penggunaan baricitinib,
suatu inhibitor janus kinase dan regulator endositosis sehingga masuknya virus ke
dalam sel terutama sel epitel alveolar. Pengembangan lain adalah penggunaan
rendesivir yang diketahui memiliki efek antivirus RNA dan kombinasi klorokuin,
tetapi keduanya belum mendapatkan hasil. Vaksinasi juga belum ada sehingga
tata laksana utama pada pasien adalah terapi suportif disesuaikan kondisi pasien,
terapi cairan adekuat sesuai kebutuhan, terapi oksigen yang sesuai derajat
penyakit mulai dari penggunaan kanul oksigen, masker oksigen. Bila dicurigai
terjadi infeksi ganda diberikan antibiotika spektrum luas. Bila terdapat
perburukkan klinis atau penurunan kesadaran pasien akan dirawat di ruang isolasi
intensif (ICU) di rumah sakit rujukan dengan alur seperti algoritma di bawah ini.

Salah satu yang harus diperhatikan pada tata laksana adalah pengendalian
komorbid. Dari gambaran klinis pasien COVID-19 diketahui komorbid
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang diketahui
berhubungan dengan luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi, diabetes,
penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular.

3.2.5. Pencegahan

Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko hingga masa
inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui asupan
makanan sehat, meperbanyak cuci tangan, menggunakan masker bila berada di
daerah berisiko atau padat, melakukan olah raga, istirahat cukup serta makan
makanan yang dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat ke RS
rujukan untuk dievaluasi.

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan primer. Pencegahan
sekunder adalah segera menghentikan proses pertumbuhan virus, sehingga pasien
tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan yang penting termasuk
berhenti merokok untuk mencegah kelainan parenkim paru.

Pencegahan pada petugas kesehatan juga harus dilakukan dengan cara


memperhatikan penempatan pasien di ruang rawat atau ruang intensif isolasi.
Pengendalian infeksi di tempat layanan kesehatan pasien terduga di ruang
instalasi gawat darurat (IGD) isolasi serta mengatur alur pasien masuk dan

20
keluar. Pencegahan terhadap petugas kesehatan dimulai dari pintu pertama pasien
termasuk triase. Pada pasien yang mungkin mengalami infeksi COVID-19
petugas kesehatan perlu menggunakan APD standar untuk penyakit menular.
Kewaspadaan standar dilakukan rutin, menggunakan APD termasuk masker
untuk tenaga medis (N95), proteksi mata, sarung tangan dan gaun panjang
(gown).

3.3. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu studi
yang objek penelitiannya berupa karya-karya kepustakaan baik berupa jurnal
ilmiah, buku, artikel dalam media massa, maupun data-data statistika.

3.4. Hasil dan Pembahasan

Awal tahun 2020 ini umat manusia diseluruh dunia digoncang dengan pandemi
Virus Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-mana. Ratusan ribu
manusia terinfeksi dan ribuan lainnya meninggal dunia. Untuk di Indonesia
sendiri pemerintah telah memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat
dalam mengatasi wabah ini agar berjalan efektif dan efisien. Pemerintah
Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan kebijakan untuk
mengatasi permasalahan pandemik ini. Salah satu langkah awal yang dilakukan
oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan Social Distancing untuk
masyarakat.

Serta memberikan prinsip protocol kesehatan, yaitu gunakan masker, cuci


tangan/hand sanitizer, jaga jarak/hindari kerumunan, meningkatkan daya tahan
tubuh, konsumsi gizi seimbang, kelola penyakit comorbid dan memperhatikan
kelompok rentan serta perilaku hidup bersih dan sehat, menjaga jarak aman
dengan orang lainnya minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan
orang lain serta menghindari pertemuan massal. Langkah ini bertujuan untuk
memutus mata rantai penularan pandemi covid-19.

Namun, dari data yang diperoleh pada kenyataannya langkah-langkah tersebut


tidak disikapi dengan baik oleh masyarakat dan tidak mematuhi protokol
kesehatan yang diberikan dalam menghadapi pandemi covid-19, hal ini dapat
dilihat dari masyarakat yang sebagian besar dijumpai masih belum menggunakan
masker pada saat keluar rumah, terutama pada saat kepasar atau tempat – tempat
keramaian, makan ditempat umum tampa mencuci tangan, pemerintah
meliburkan para siswa dan mahasiswa untuk tidak berkuliah atau bersekolah
ataupun memberlakukan bekerja didalam rumah, namun kondisi ini malahan
dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk berlibur ke tempat rekreasi (seperti
kebun binatang, puncak, pantai, dll.). Selain itu, walaupun Indonesia sudah dalam
keadaan darurat masih saja akan dilaksanakan kegiatan dimana akan berkumpul
ribuan orang di suatu tempat yang dapat menjadi mediator terbaik bagi
penyebaran virus corona dalam skala yang jauh lebih besar. Masih banyak juga
masyarakat yang masih menganggap enteng virus corona sehingga jumlah kasus

21
terus meningkat setiap harinya. Jumlah peningkatan kasus terinfeksi corona dapat
dilihat pada Lampiran 14, Gambar II.14.

Maka dari itu meskipun pemerintah telah banyak berupaya untuk memutus mata
rantai covid-19 tetapi harus didukung dan memerlukan kesadaran yang lebih dari
masyarakat untuk bersama-sama memutus mata rantai covid-19.

Fenomena ini dapat terjadi diakibatkan juga karena rendahnya kemampuan


literasi maupun masih banyak orang yang tidak memiliki akses pada media-
media informasi sehingga masyarakat memiliki minim pengetahuan atas
merebaknya wabah Covid-19 ini.

3.5. Kesimpulan dan Saran

3.5.1. Kesimpulan

Pandemi covid-19 ini sangat memiliki banyak dampak baik sosial maupun
ekonomi. Dalam hal ini Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk
mengendalikan dan memutus mata rantai covid-19 dengan membuat dan
menerapkan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun, dalam menghadapi covid-
19 ini, bukan hanya peran pemerintah dan peran tenaga kesehatan saja yang dapat
diandalkan tetapi juga peran dan kesadaran dari masyarakat untuk dapat
mengindahkan himbauan dari pemerintah maupun tenaga kesehatan serta
meningkatkan kesadaran diri untuk mencegah penyebaran virus covid-19.

3.5.2. Saran
Secara umum, dari hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 319 Bandung,
pengelolaan pelayanan kefarmasian di Apotek sudah baik. Beberapa hal
yang mungkin dapat menjadi masukan untuk kegiatan PKPA kedepannya,
antara lain:
a. Tetap bersedia menerima mahasiswa profesi apoteker untuk melakukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi calon apoteker.

22
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dwiastuti Astrid, Dana Santoso Saroso. 2015. “Upaya Mencapai Akreditasi
Good Pharmacy Pratice (GPP) PT. Kimia Farma Apotek (Studi Kasus di
Unit Bisnis Jaya 2)”: Jurnal Sinergi Volume 19 (hlm.101-122). Jakarta:
Program Pascasarjana, Magister Manajemen, Universitas Mercu Buana.
Handayani D., Dwi R.H., Farhiya I., Erlina B., dan Heidy A., 2020, Corona Virus
Disease 2019, Jurnal Respirologi Indonesia, Vol. 40 (2).
Media Informasi Peresepan Rasional Bagi Tenaga Kesehatan Indonesia. 2012.
“Beyond Use Date” : Buletin Rasional Volume 10 (hlm.17-24).
Narendra, M.P. Oskar Skarayadi. Melkyanto Duda. dan Putranti A. (2017).
Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Pelayanan di Apotek Kimia
Farma Gatot Subroto Bandung. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.5 (1).
Hal: 31-32.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden
Republik Indonesia.
Yuliana, 2020, Corona Virus Diseases (Covid-19), Jurnal Wellness and Healthy
Magazine, Vol.2 (1).

23
LAMPIRAN 1
DENAH APOTEK KIMIA FARMA 240 BANDUNG

Gambar II.1. Denah apotek kimia farma 240 bandung

24
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA 240 BANDUNG

Apoteker
Pengelola Apotek

Apoteker
Pendamping

Asisten Asisten Asisten Asisten


Apoteker/TTK Apoteker/TTK Apoteker/TTK Apoteker/TTK

Office Boy

Gambar II.2. Struktur organisasi apotek kimia farma 240 bandung

25
LAMPIRAN 3
ALUR PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI

SP/RKO seluruh
BM bagian apotek ke DISTRIBUTOR
MinMax
APOTEK
pengadaan
BPBA (logistik) By email

SP/RKO by email

Barang Dan Faktur

SP ASLI yang sudah diprint dan ditandatangani oleh APA

Gambar II.3. Alur Pengadaan pembekalan farmasi

26
LAMPIRAN 4
SURAT PESANAN NARKOTIKA

Gambar II.4. Surat pesanan narkotika

27
LAMPIRAN 5
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Gambar II.5. Surat pesanan narkotika

28
LAMPIRAN 6
SURAT PESANAN PREKUSOR

29
Gambar II.6. Surat pesanan prekusor

LAMPIRAN 7
ALUR PENERIMAAN BARANG APOTEK

Bagian Penerimaan Barang, Faktur Pembelian

Pemeriksaan Kesesuaian Barang


dengan faktur dan BPBA

Barang tidak
sesuai/Rusak

Barang sesuai

Pelaporan ke PBF
Faktur
untuk penggantian
A.2 lembar PBF
barang
Stempel, no urut - Bukti tagihan
penerimaan, paraf - 1 arsip di PDF
B.2 lembar Apotek
- 1 dikirim ke BM
- 1 arsip di Apotek

Entry ke komputer dan


tulis di kartu stok

Gambar II.7. Alur penerimaan barang apotek

30
LAMPIRAN 8
CONTOH KARTU STOK

Gambar II.8. Contoh kartu stok

31
LAMPIRAN 9
ALUR PELAYANAN RESEP TUNAI

Gambar II.9. Alur pelayanan resep tunai

32
LAMPIRAN 10
ALUR PELAYANAN RESEP KREDIT

Gambar II.10. Alur pelayanan resep kredit

33
LAMPIRAN 11
CONTOH LABEL, ETIKET, DAN KEMASAN

Gambar II.11. Contoh tabel, etiket, dan kemasan

34
LAMPIRAN 12
SALINAN RESEP

Gambar II.12. Salinan resep

35
LAMPIRAN 13
KWITANSI APOTEK

Gambar II.13. Kwitansi

36
LAMPIRAN 14
JUMLAH PENINGKATAN KASUS COVID-19

Gambar II.14. Jumlah peningkatan COVID-19

37
38

Anda mungkin juga menyukai