1:2015
SIH
Standar Industri Hijau
INDUSTRI PULP
DAN PULP TERINTEGRASI KERTAS
SIH 17011.1:2015
Daftar Isi
1/33 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
Prakata
Standar Industri Hijau (SIH) Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas disusun dengan
tujuan memfasilitasi Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas di Indonesia dalam mengelola
ketersediaan sumber daya alam dan kelestarian fungsi lingkungan hidup secara
berkelanjutan sehingga dapat berdaya saing dan handal.
Standar ini disusun oleh Tim Teknis penyusunan SIH Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi
Kertas melalui pengumpulan dan pengolahan data, perumusan Rancangan Standar Industri
Hijau (RSIH) dan penetapan SIH yang melibatkan pemangku kepentingan, instansi
pemerintah, industri, asosiasi industri, dan akademisi.
2/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup SIH Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas ini bertujuan mengatur
persyaratan teknis dan manajemen yang mengikuti kaidah industri hijau di dalam kegiatan
proses produksinya. SIH Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas ini memuat definisi,
persyaratan kriteria, batasan, dan metode verifikasi untuk Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi
dengan aspek sebagai berikut:
A. Persyaratan Teknis
1. Bahan baku
2. Bahan penolong
3. Energi
4. Air
5. Proses produksi
6. Produk
7. Limbah
8. Emisi CO2
B. Persyaratan Manajemen
1. Kebijakan dan organisasi
2. Perencanaan strategis
3. Pelaksanaan dan pemantauan
4. Tinjauan manajemen
5. CSR
6. Fasilitas Ketenagakerjaan
2 Acuan
3 Definisi
3.1. Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan
upaya efisiensi dan efektifitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
3.2. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata
cara dan metode yang ditetapkan berdasarkan konsensus semua pihak yang
terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan,
lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
3/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
3.3. Standar Industri Hijau adalah standar industri yang dalam proses produksinya
mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara
berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi
masyarakat yang memuat ketentuan mengenai spesifikasi teknis dan
manajemen.
3.4. Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang
usaha industri yang berkedudukan di Indonesia.
3.5. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
3.6. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum
3.7. Bahan Baku adalah bahan yang dapat diolah untuk menghasilkan pulp dan
kertas budaya.
3.8. Bahan penolong (auxiliaries) adalah bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelancaran
proses produksi
3.9. Lindi Hitam (Black Liquor) adalah cairan yang dihasilkan dari digester setelah
proses pemasakan kayu yang mengandung bahan-bahan organik kayu terlarut
dan sejumlah alkali aktif untuk kemudian dibakar di dalam recovery furnace pada
proses recovery sulfate.
3.10. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non
kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semi-kimia, kimia). Pulp
terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas
atau rayon.
3.11. Industri Pulp adalah industri yang melakukan pemisahan serat dari bahan baku
berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya
(mekanis, semi-kimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan
hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas atau rayon.
3.12. Industri pulp terintegrasi kertas adalah industri pulp yang juga meproduksi
kertas dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
3.13. HTI adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan
3.14. COA (Certificate of Analysis) adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pihak berwenang atau lembaga terakreditasi yang menjelaskan keaslian dan
kualitas dari suatu barang atau produk
3.15. SDS (Safety Data Sheet) adalah lembar data keselamatan (LDK) yang berisi
informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat
yang berbahaya dan merupakan protokol keselamatan dan keamanan kerja,
digunakan secara luas di dalam laboratorium, industri, serta pihak-pihak yang
bekerja dengan bahan kimia.
3.16. Reuse (Penggunaan Kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali untuk peruntukan yang sama.
4/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
3.17. Recycle (Daur Ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk
memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses melalui
perlakuan fisika dan atau kimia dan atau biologi.
3.18. Rekoveri (Recovery) adalah kegiatan pengambilan kembali sebagian material
penting dari aliran limbah untuk pemanfaatan ulang dalam proses atau
dimanfaatkanuntuk proses ataukebutuhan lain
3.1. Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah metode pengukuran
terhadap kinerja yang berhubungan dengan ketersediaan (availability) proses,
produktivitas dan kualitas yang berfungsi untuk mengetahui efektifitas
penggunaan mesin, peralatan, waktu serta material dalam sebuah sistem operasi
di industri.
5 Persyaratan Teknis
5/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
6/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
7/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
10/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
12/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
6 Persyaratan Manajemen
14/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
15/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
7.1. Diagram alir proses produksi ammoniak (sumber: PT. Petrokimia Gresik)
7.2. Diagram alir proses produksi urea (sumber: PT. Petrokimia Gresik)
16/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
(b). Produksi ZA II
17/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
INDUSTRI PULP
DAN PULP TERINTEGRASI KERTAS
18/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
A. Persyaratan Teknis
Sumber bahan
baku kertas
1.2.1. Pulp Bahan baku berupa Verifikasi bukti/sertifikat
pulp berasal dari asal bahan baku, bukti
industri yang pernyataan tertulis dari
menggunakan kayu perusahaan industri
dari hutan tanaman dengan menunjukkan
industri atau hutan sertifikat dari pihak
yang dikelola secara independen dengan
sah dan berkelanjutan skema SVLK atau
sertifikasi lainnya yang
diakui secara
internasional
19/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
A. Perolehan Bahan Baku, Spesifikasi Bahan Baku dan Penanganan Bahan Baku
1. Penjelasan:
Verifikasi dengan menunjukan bukti/sertifikat asal bahan baku, baik dari sumber internal
(lokal) maupun eksternal (impor) adalah untuk memberikan kejelasan sumber dan
legalitasnya sesusai dengan peraturan yang berlaku. Sumber bahan bakuindustri pulp dan
kertas harus memiliki izin penggunaan bahan baku seperti sertifikat lacak balak dari pihak
independen dengan skema SVLK atau sertifikasi lainnya yang diakui secara internasional
20/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Bukti asal bahan baku (dokumen perolehan bahan baku antara lain: SVLK untuk lokal jika
dipersyaratkan dan dokumen izin impor/self declaration)
b. Dokumen prosedur penanganan bahan baku
c. Dokumen SDS bahan baku
Data primer
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait sumber perolehan bahan baku,
spesifikasi bahan baku dan penanganan bahan baku
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa bukti asal bahan baku (dokumen perolehan bahan baku)
b. Periksa kelengkapan dokumen SOP penanganan bahan baku dari level 1- 4 (manual,
prosedur, instruksi kerja dan pencatatan)
c. Periksa arsip dokumen penanganan bahan baku dan penerapannya yang meliputi
penerimaan, penyimpanan, pengangkutan dan pemakaian
d. Periksa dokumen SDS bahan baku dan pelaksanaannya di lapangan
1. Penjelasan:
a. Pemenuhan tingkat rasio produk terhadap pemakaian bahan baku merupakan sasaran
penerapan industri hijau.
b. Optimasi dan minimasi penggunaan bahan baku merupakan elemen terpenting dalam
penerapan konsep industri hijau di industri. Penggunaan bahan baku secara efisien akan
berdampak positif terhadap pengurangan biaya produksi sekaligus mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Data penggunaan bahan baku pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Data produksi aktual pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Diagram proses produksi
Data primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait rasio produk terhadap pemakaian
bahan baku
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa data penggunaan bahan baku pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Periksa data produksi aktual pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Periksa perhitungan rasio produk terhadap pemakaian bahan baku dengan formula berikut:
= × 100%
Dimana:
RPB : Rasio Produk terhadap Bahan Baku (%)
P : Jumlah produk akhir yang dihasilkan dalam satu periode1 tahun (adt)
B : Jumlah total pemakaian bahan baku dalam periode 1 tahun (adt)
21/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
Verifikasi data
Perhitungan rasio produk pulp (adt) terhadap chip (adt) adalah tonase chip yang
diukur di chip meter (pengukuran dimulai dari conveyor digester)
Verifikasi pernyataan
tertulis dari pemasok
dan bukti notifikasi dan
registrasi jika
melakukan impor.
Melampirkan SDS dan
atau CoA
1. Penjelasan:
Cukup jelas
2. Sumber Data/Informasi:
22/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
Data sekunder:
a. Bukti pemasok bahan penolong (dokumen perolehan bahan penolong dan pemasoknya)
b. Bukti sertifikat analisis bahan penolong (CoA dari pemasok atau hasil pengujian
laboratorium internal)
c. Dokumen prosedur penanganan bahan penolong
d. Dokumen SDS bahan penolong
Data primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait sumber bahan penolong, spesifikasi
bahan penolong dan penanganan bahan penolong
3. Cara Verifikasi:
a. Identifikasi dan evaluasi jenis, kategori dan sumber bahan penolong yang digunakan oleh
Industri Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas secara langsung dan (jika memungkinkan)
bandingkan berdasarkan referensi yang ada (peraturan, data empiris, hasil riset, dan lain-
lain)
b. Periksa bukti pemasok bahan penolong (dokumen perolehan bahan penolong dan
pemasoknya)
c. Periksa bukti sertifikat analisis bahan penolong (CoA dari pemasok atau hasil pengujian
laboratorium internal)
d. Periksa kelengkapan dokumen SOP bahan penolong dan pelaksanaannya di lapangan
e. Periksa dokumen SDS bahan penolong dan pelaksanaannya di lapangan
24/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
Batasan cakupan konsumsi energi panas dan listrik yang dihitung adalah konsumsi energi
panas dan listrik yang digunakan untuk proses produksi, tetapi tidak termasuk untuk utilitas
dan tidak termasuk yang digunakan untuk kantor.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Data penggunaan energi panas pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Data penggunaan energi listrik pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Data produksi aktual pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
d. Neraca energi
Data primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait dengan sumber energi (panas dan
listrik) dan penggunaan energi pada peralatan pemanfaat energi
b. Rekaman pengukuran pada alat ukur energi (flowmeter, kWh meter)
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa perhitungan penggunaan energi panas dan listrik pada periode 12 (dua belas)
bulan terakhir
b. Periksa data produksi pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Periksa perhitungan penggunaan energi panas dengan formula berikut:
∑( × )
= =
Dimana:
KEPP = Konsumsi energi panas spesifik atau energi panas per produk (GJ/ton produk)
KEP = Konsumsi energi panas (bahan bakar) dalam periode 12 (dua belas) bulan (GJ)
KBBi = Konsumsi bahan bakar jenis i (dalam satuan volume atau massa sesuai
dengan satuan NHV yang digunakan)
NHVi = Net Heating Value atau Lower Heating Value bahan bakar jenis i (dalam
satuan energi per volume atau energi per massa sesuai dengan satuan KBBi yang
digunakan)
P = Kuantitas produk dalam periode 12 (dua belas) bulan (ton)
=
Dimana:
KELP = Konsumsi energi listrik per produk (MWh/ton produk)
KEL = Konsumsi energi listrik dalam periode 12 (dua belas) bulan (MWh)
P = Kuantitas produk dalam periode 12 (dua belas) bulan (ton)
25/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Data penggunaan energi dan sumber energi yang digunakan.
b. Data jumlah black liquor yang dimanfaatkan sebagai energi
c. Dokumen kajian, perencanaan, desain teknik, instalasi dan operasional implementasi
energy recovery
d. Neraca energi
Data Primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait dengan jenis energi energi recoveri
yang digunakan.
b. Rekaman observasi alat pengukur energi
3. Cara/Verifikasi :
a. Pemeriksaan terhadap data pemakaian energi
b. Rasio penggunaan energi terbarukan dihitung dengan rumus:
RER = x 100%
RET : Rasio energi recoveri terhadap total energi (%)
ER : Jumlah konsumsi energi recoveri pada pada periode 1 tahun (GJ atau MWh)
TE : Jumlah total konsumsi energi recoveri (GJ atau MWh)
1. Penjelasan:
Efisiensi penggunaan air merupakan salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan sumber
daya air dan keberlanjutan industri. Efisiensi penggunaan air dapat diartikan dengan
penggunaan air lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah produk yang sama yang ditunjukkan
oleh kriteria pemakaian air untuk menunjang proses produksi. Selain itu, efisiensi penggunaan
air juga ditunjukkan oleh kriteria rasio daur ulang (recycle, reuse) air.
Batasan cakupan penggunaan air yang dihitung adalah penggunaan air untuk proses produksi
(termasuk utilitas) dan fasilitas pendukung (kantor dan taman di lingkungan pabrik). Jenis air
yang digunakan dan termasuk dalam komponen perhitungan penggunaan air dapat berupa
fresh water, recycle water dan reuse water. Fresh water adalah volume air yang digunakan
dari sumber air (sungai, embung, air tanah, dll) untuk menambahkan volume air yang hilang
pada sistem produksi (termasuk make-up water), maupun yang digunakan sebagai bagian
proses, dan juga untuk fasilitas pendukung (kantor dan taman di lingkungan pabrik). Recycle
water adalah volume air yang telah mendapatkan treatment baik fisika, kimia maupun biologi
untuk digunakan kembali dalam proses produksi dan kebutuhan lainnya. Reuse water adalah
volume air yang digunakan kembali dalam proses produksi dan kebutuhan lainnya tanpa
mendapatkan treatment baik fisika, kimia maupun biologi.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Data penggunaan air untuk proses produksi (termasuk utilitas) dan fasilitas pendukung
pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir (mencakup fresh water, recycle water dan
reuse water)
b. Data produksi aktual pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Neraca air (mencakup fresh water, recycle water dan reuse water)
d. Laporan pelaksanaan program efisiensi air pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
(mencakup fresh water, recycle water dan reuse water)
Data primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait dengan penggunaan air (sumber,
peruntukan dan jumlah kebutuhan air), termasuk penggunaan fresh water, recycle water
dan reuse water
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa data penggunaan air pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Periksa data produksi pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Periksa perhitungan pemakaian air untuk menunjang proses produksi dengan formula
berikut:
+ +
= =
Dimana:
27/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
KAP = Pemakaian air untuk menunjang proses produksi dalam bentuk intensitas
penggunaan air atau konsumsi air per produk (m3/ton)
KA = Konsumsi air dalam periode 12 (dua belas) bulan (m 3)
KFW = Konsumsi fresh water dalam periode 12 (dua belas) bulan (m3)
KRCW = Kuantitas recycle water (air yang di-recycle) dalam periode 12 (dua belas) bulan
(m3)
KRUW = Kuantitas reuse water (air yang di-reuse) dalam periode 12 (dua belas) bulan
(m3)
P = Kuantitas produk dalam periode 12 (dua belas) bulan (ton)
d. Periksa perhitungan rasio daur ulang (recycle, reuse) air dengan formula berikut:
( + )
= × 100% = × 100%
( + + )
Dimana:
RDUA = Rasio daur ulang (recycle, reuse) air (%)
KADU = Kuantitas air daur ulang (recycle, reuse) dalam periode 12 (dua belas) bulan (m 3)
KA = Konsumsi air dalam periode 12 (dua belas) bulan (L)
KFW = Konsumsi fresh water dalam periode 12 (dua belas) bulan (m3)
KRCW = Kuantitas recycle water (air yang di-recycle) dalam periode 12 (dua belas) bulan
(m3)
KRUW = Kuantitas reuse water (air yang di-reuse) dalam periode 12 (dua belas) bulan
(m3)
1. Penjelasan:
Overall Equipment Effectiveness atau biasa dikenal dengan singkatan OEE merupakan metode
untuk mengetahui tingkat kesempurnaan proses produksi. Proses yang sempurna adalah
proses yang hanya menghasilkan output yang baik, dalam waktu secepat mungkin, tanpa ada
down time. OEE adalah matriks yang mengidentifikasi persentase waktu produktif dari
keseluruhan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan aktivitas produksi. Komponen
perhitungan OEE mencakup:
28/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
a. Availability Index, yaitu waktu produksi sebenarnya dibandingkan dengan waktu produksi
yang direncanakan. Nilai Availability Index 100% menunjukkan bahwa proses selalu
berjalan dalam waktu yang sesuai dengan waktu produksi yang telah direncanakan (tidak
pernah ada down time).
b. Production Performance Index, yaitu tingkat produksi sebenarnya dibandingkan dengan
tingkat produksi yang terbaik (best demonstrated production rate).
c. Quality Performance Index, yaitu kualitas produk sebenarnya dibandingkan dengan target
kualitas. Hal ini berkaitan dengan jumlah produk reject dan scrap. Nilai Quality
Performance Index 100% menunjukkan bahwa proses produksi tidak menghasilkan produk
reject sama sekali. Produk reject adalah produk yang tidak memenuhi target kualitas yang
tidak dapat di-recycle atau di-reuse ke dalam proses produksi.
Nilai OEE tersebut terpenuhi pada kondisi proses normal/tidak ada gangguan kapasitas. Jika
ada gangguan kapasitas maka nilai OEE dihitung berdasarkan data-data kapasitas produksi
pada saat periode penilaian.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Data jam atau hari operasional pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Data produksi dan jumlah produk reject pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Data penentuan Best Demonstrated Production (BDP)
d. Hasil perhitungan Overall Equipment Effectiveness
Data primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait dengan kinerja mesin/peralatan,
produksi dan kualitas produk
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa data jam atau hari operasional pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Periksa data produksi dan jumlah produk reject pada periode 12 (dua belas) bulan terakhir
c. Periksa data penentuan Best Demonstrated Production (BDP)
d. Periksa perhitungan Overall Equipment Effectiveness dengan formula berikut:
AI =
( / )
( / )
x 100%
PPI =
( / )
( / )
x 100%
QPI =
( / )
( / )
100%
Dimana:
AI = Availability Index
PPI = Production Performance Index
QPI = Quality Performance Index
OEE = Overall Equipment Effectiveness
29/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
1. Penjelasan:
Kualitas produk yang dihasilkan merupakan salah satu persyaratan teknis dalam penerapan
konsep industri hijau di industri. Kualitas produk yang dihasilkan ditunjukkan oleh kriteria
standar mutu produk kertas budaya. Terdapat beberapa standar mutu produk kertas budaya
sesuai dengan jenis produknya.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Hasil uji laboratorium terhadap komposisi produk kertas budaya untuk 12 (dua belas) bulan
terakhir
Data primer:
a. Rekaman observasi lapangan dan wawancara terkait standar mutu produk dan mutu
produk yang dihasilkan
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa hasil uji produk kertas budaya dari laboratorium yang terakreditasi untuk 12 (dua
belas) bulan terakhir dan bandingkan dengan standar yang diacu
1. Penjelasan:
Kewajiban industri untuk melakukan pengelolaan limbah (cair, padat, emisi udara) merupakan
upaya pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan. Minimasi dampak limbah terhadap
lingkungan dilakukan dengan mengacu pada baku mutu yang telah ditetapkan. Ukuran kinerja
perusahaan akan terlihat dari bagaimana upaya dan target pemenuhan terhadap baku mutu
lingkungan ini dapat dicapai atau adanya perbaikan (peningkatan) pemenuhan baku mutu
yang telah ditetapkan.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Dokumen pengelolaan lingkungan periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Bukti pemenuhan baku mutu untuk limbah cair (dokumen hasil pengujian yang merujuk
pada parameter baku mutu limbah cair)
c. Bukti pemenuhan baku mutu untuk limbah padat (dokumen hasil pengujian yang merujuk
pada parameter baku mutu limbah padat)
d. Bukti pemenuhan baku mutu untuk limbah gas dan debu (dokumen hasil pengujian yang
merujuk pada parameter baku mutu limbah gas dan debu)
e. Izin pembuangan limbah cair periode 12 (dua belas) bulan terakhir
f. Izin pengelolaan limbah B3 periode 12 (dua belas) bulan terakhir
Data Primer:
a. Observasi lapangan dan wawancara terkait upaya pengelolaan limbah cair, padat dan gas
b. Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu limbah
cair
c. Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu limbah
padat
d. Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu limbah
gas dan debu
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa dokumen pengelolaan lingkungan periode 12 (dua belas) bulan terakhir
b. Periksa laporan pemenuhan baku mutu limbah cair
c. Periksa laporan pemenuhan baku mutu limbah padat
d. Periksa laporan pemenuhan baku mutu limbah gas dan debu
e. Periksa bukti kepemilikan izin pembuangan limbah cair periode 12 (dua belas) bulan
terakhir
f. Periksa bukti kepemilikan izin pengelolaan limbah B3 periode 12 (dua belas) bulan terakhir
1. Penjelasan:
Kegiatan industri merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) di
antaranya emisi CO2 yang diyakini menjadi penyebab terjadinya pemanasan global.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
a. Target penurunan CO2 perusahaan
b. Program penurunan emisi GRK
c. Laporan pelaksanaan program (Laporan Emisi CO2 perusahaan 12 (dua belas) bulan
terakhir)
Data primer:
a. Rekaman wawancara terkait kebijakan, program dan implementasi program penurunan
emisi GRK
b. Perhitungan emisi CO2
3. Cara Verifikasi:
a. Periksa kebijakan dan program penurunan emisi GRK yang dilakukan perusahaan
b. Periksa laporan evaluasi pelaksanaan program penurunan emisi GRK
c. Periksa perhitungan emisi GRK sesuai Petunjuk Teknis Penghitungan CO 2 di Industri
d. Emisi CO2 dapat disesuaikan perhitungannya dengan menyesuaikan jenis bahan bakarnya
Secara umum perhitungan emisi gas rumah kaca dilakukan dengan menggunakan konsep
neraca massa. Untuk menyederhanakan dan mempermudah perhitungan, digunakan suatu
faktor pengali yang disebut dengan faktor emisi, yaitu suatu nilai representatif yang
menghubungkan kuantitas emisi yang dilepas ke atmosfer dengan aktivitas yang berkaitan
dengan emisi tersebut. Emisi untuk industri secara garis besar dihasilkan oleh sumber-sumber
yang berasal dari pemakaian energi berupa bahan bakar dan listrik, proses produksi dan
limbah. Khusus untuk penggunaan listrik, dikategorikan sebagai emisi tidak langsung.
Untuk mengurangi dampak negatif dari fenomena perubahan iklim, perlu dihitung jumlah
emisi karbon (CO2) dari kegiatan industri. Perhitungan emisi karbon untuk industri meliputi
beberapa kegiatan, antara lain:
- Identifikasi ruang lingkup emisi dari industri
- Identifikasi sumber-sumber emisi pada proses di industri
33/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
Pada SIH ini, emisi CO2 yang dihitung dibatasi hanya emisi CO2 yang bersumber dari penggunaan
energi panas (pembakaran bahan bakar) dan listrik untuk proses produksi di Industri Pulp dan
Pulp Terintegrasi Kertas.
Emisi CO2 dihitung dengan menggunakan faktor emisi dalam IPPC Guidelines 2006 dan formula
berikut:
Panduan ringkas perhitungan emisi GRK (tCO2) dari penggunaan energi dapat dilihat pada Tabel 1
dan Tabel 2. Metode selengkapnya terkait perhitungan emisi CO2 dapat dilihat pada referensi
fGRK di Sektor Industri - Kemenperin 2012.
Produksi steam dan TOH menghasilkan emisi, dan perhitungannya tCO 2 mengikuti jumlah bahan
bakar yang digunakan untuk menghasilkan steam dan TOH.
34/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
Tabel 1. Tabel Konversi Emisi GRK (tCO2) berdasarkan Sumber Bahan Bakarnya
35/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
36/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s
SIH 17011.1:2015
B. Persyaratan Manajemen
Penjelasan:
Sudah jelas
Penjelasan:
Sudah jelas
Penjelasan:
Sudah jelas
Penjelasan:
Sudah jelas
39/34 | S I H P u l p d a n P u l p T e r i n t e g r a s i K e r t a s