Fasilitator:
Koswara, S.E.
Asisten Fasilitator:
M. Wahyudin Nasrulloh
Disusun Oleh:
Hanin Nur Azizah (F2401211079)
3. Diklat 7 Habits
Awal masuk IPB mahasiswa baru sudah dikejutkan dengan kegiatan yang serius,
yakni diklat 7 habits. Alhamdulillah, bersyukur juga karena sudah sekian lama otak
ini tidak dipanaskan. Tanpa penulis sadari, penulis telah memasuki atmosfer
keilmuan yang lengkap tepat setelah dinyatakan lulus IPB. Hal kecil mengenai habit
sehari-hari pun dilatih dan diperbaiki di sini. Diklat yang dilaksanakan kurang dari
1 minggu ini pun telah membawa penulis mengenal kurang baiknya kebiasaan
penulis selama ini. Kegiatan diklat 7 habits merupakan salah satu rangkaian
kegiatan yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa baru IPB tahun 2019. Tujuan
dari 7 habits sendiri adalah membantu kita memimpin hidup dengan cara yang
efektif karena merupakan proses pertumbuhan pribadi dan antar-pribadi yang
terbukti nyata dan berdampak langsung, maupun jangka panjang.
Berikut ini penulis sajikan rangkuman materi 7 habits secara umum. Sebelum
memasuki materi 7 kebiasaan, terlebih dahulu fasilitator menyampaikan materi
mengenai Memahami lebih mendalam konsep Skala Kematangan dan Paradigma.
Paradigma merupakan salah satu hal penting yang sangat fundamental dalam hidup
kita. Paradigma berpikir yang benar akan membawa setiap orang menuju goals
yang tepat dengan cara yang tepat pula.
Pertama adalah proaktif, sikap proaktif akan sangat membantu mahasiswa dalam
menentukan karier di masa perkuliahan 4 tahun ke depan. Sikap proaktif
berhubungan dengan berhenti sejenak sebelum mengambil keputusan, salah satu
contoh yang sangat penulis ingat saat pelaksanaan diklat, yaitu kisahnya Gandhi,
seorang perawat yang merawat seseorang yang tidak menghargainya sama sekali.
Gandhi pun sempat berada di titik lelah dan stress, tetapi dia sadar bahwa apa yang
dilakukan seharusnya bukan karena orang lain, tetapi justru karena dorongan dari
dalam dirinya sehingga dia memutuskan untuk tetap ikhlas melaksanakan tugasnya
meskipun orang yang dia rawat membuatnya cukup stres. Bahasa proaktif juga
dapat menjadi satu pegangan seorang pemimpin yang solutif. Setiap saya menjadi
seorang ketua atau koordinator baik di kepanitiaan, maupun di komunitas atau
organisasi, saya selalu memegang senjata yang menurut saya adalah cerminan dari
sikap proaktif: (1) Belajar adalah Ibadah, prestasi untuk dakwah, kerja keras kerja
cerdas. (2) Saya di sini sebagai pemimpin bukanlah orang yang terbaik di antara
kalian, tetapi saya yakin keberadaan saya akan membuat kondisi lebih baik. Orang
proaktif fokus pada lingkaran yang bisa mereka jangkau dari segi pengaruh mereka
sehingga jika mereka bekerja keras dalam lingkaran tersebut, mereka akan bisa
memiliki pengaruh di lingkaran tersebut. Berbeda halnya jika kita fokus pada
lingkaran yang dalam segi logika tidak saja sangat sulit bagi kita untuk mengubah
atau memperbaiknya, maka waktu kita akan terbuang dengan tidak menghasilkan
sesuatu yang maksimal.
Kedua adalah mulai dengan tujuan akhir. Cara terbaik untuk memprediksikan
masa depan adalah dengan cara menciptakan masa depan itu sendiri. Kebiasaan 2,
yaitu mulai dengan tujuan akhir didasarkan pada prinsip bahwa penciptaan mental
mendahului dari penciptaan fisik. Kebiasaan ini mengajarkan kita bagaimana
caranya hidup dengan visi, misi, dan tujuan. Ketiga adalah dahulukan yang utama.
Kebiasaan 3 akan membantu kita untuk mengenali dan memprioritaskan hal-hal
yang sangat penting, termasuk dalam hal hubunganmu dengan orang lain.
Kebiasaan 3 ini berdasarkan prinsip bahwa keefektifan seseorang dilihat dari
perannya, hubungan dengan orang lain dan aktivitas orang yang bersangkutan.
Keempat adalah berpikir menang-menang. Kemenangan publik akan terjadi
apabila kita bisa bekerjasama dengan orang lain sehingga semuanya bisa menang.
Kebiasaan 4 berdasarkan pada prinsip yang efektif, hubungan jangka panjang
dengan orang lain, semuanya itu bisa terjadi apabila terjadi hubungan yang saling
menguntungkan-memungkinkan semua orang bisa berhasil. Kebiasaan 4 berkaitan
erat dengan prinsip kelimpahan dan kelangkaan. Mentalitas kelimpahan secara
sederhana adalah ketika seseorang memiliki semangat dan sikap menang-menang
dalam hidupnya, yaitu mereka yang bisa menjaga keseimbangan antara keberanian
dan bersikap baik. sedangkan mentalitas kelangkaan adalah ketika seseorang
merasa bahwa dalam hidup selalu terjadi siklus menang-kalah, di mana ketika satu
orang menang, berarti yang lain kalah. Pola pikir mentalitas kelimpahan membuat
setiap orang mampu mencari dan mencapai manfaat bersama dalam interaksi
dengan orang lain. Sedangkan mentalitas kelangkaan, membatasi diri kita untuk
mengeksplor kelebihan dan hanya berpikir bahwa dalam hidup siklus menang kalah
adalah siklus yang normal, padahal dalam interaksi antar manusia sebenarnya kita
bisa mencari dan mencapai manfaat bersama. Esensi berpikir menang-menang
secara emosional berada pada keseimbangan antara keberanian tinggi dan kebaikan
atau kepedulian tinggi. Hal ini sangat penting untuk menjaga pola pikir bahwa
selain kita bekerja dengan benar, harus diimbangi dengan semangat keberanian
yang tinggi, selalu optimis.
Kelima adalah berusaha mengerti dahulu kemudian berusaha dimengerti.
Kebiasaan 5 berdasarkan pada prinsip bahwa diagnosa harus dilakukan sebelum
memberi pengobatan atau solusi. Pemahaman diperoleh dengan cara
mendengarkan, dengan berusaha memahami orang lain terlebih dahulu sebelum
berusaha menyampaikan pandanganmu, akan membuatmu menjadi seseorang yang
dapat dipercaya. Ketika orang lain yakin bahwa kamu peduli terhadap kebutuhan
mereka, maka mereka juga lebih peduli padamu, yang pada akhirnya membuka
jalan menuju solusi menang-menang.
Keenam adalah sinergi. Kebiasaan 6, wujudkan sinergi, akan membantu kita
untuk mendapatkan manfaat dari bekerja sama dengan orang lain secara kreatif,
walaupun pada kenyataannya setiap orang itu berperilaku dan berkeyakinan
berbeda dengan kita. Sinergi sendiri adalah interaksi atau kerjasama yang
melahirkan keseluruhan yang lebih besar dari pada jumlah sederhana bagian-
bagiannya. Sinergi merupakan suatu hasil dari pembebasan energi kreatif yang
melalui berbagai perbedaan, seperti pendapat dan cara pandang. Kompromi bukan
termasuk sinergi karena dalam kompromi terdapat pihak yang belum memiliki
keberanian dan kepercayaan dalam membentuk sinergi. Dalam kompromi kedua
belah pihak yang ingin mencari jalan keluar saling menurunkan egonya dimana
keduanya tidak ada yang kalah. Namun, harga tawarnya jadi berkurang. Sedangkan
sinergi menghasilkan alternatif ketiga yang saling menguntungkan dan tidak
menurunkan harga. Alternatif ketiga sendiri merupakan hasil dari sinergi atau
keputusan (cara) yang didapatkan dari hasil penyatuan energi kreatif beberapa
pihak. Alternatif pertama dimisalkan sebagai cara seorang A, alternatif kedua
dimisalkan cara seorang B, dan alternatif ketiga dimisalkan cara yang dibuat A dan
B. Esensi sinergi adalah menghargai perbedaan karena tidak mungkin kita
mendapatkan alternatif ketiga yang lebih baik jika tidak terdapat perbedaan sudut
pandang dan persepsi.
Ketujuh adalah mengasah gergaji. Kebiasaan 7, mengasah gergaji, merupakan
kebiasaan yang membantu kita untuk memperbaharui tubuh, pikiran, hati dan jiwa,
sehingga kita akan menjadi orang yang lebih efektif di segala bidang hidup kita.
Pembaharuan memungkinkan kita untuk terus menghadapi tantangan hidup
kita sehari-harinya. Perangkat “gergaji” terdiri dari tubuh, pikiran, hati dan jiwa.
Keempat dimensi tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk selalu
diperbaharui. Manfaat mengasah gergaji adalah meningkatkan dan menjaga aset
terbaik yang kita miliki, yaitu diri kita sendiri. Asah gergaji dapat mempengaruhi
produktivitas menjadi lebih baik, kepuasan kita secara menyeluruh dalam hidup,
hubungan dengan sesama, dan juga mempengaruhi kualitas keputusan yang kita
ambil. Banyak orang yang menganggap remeh asah gergaji karena memang
kegiatan ini termasuk kegiatan penting yang tidak mendesak. Banyak orang yang
bekerja dengan sangat keras, kerja terus menerus hingga meninggalkan memberi
makan spiritual, fisik, mental, juga sosial. Mereka sangat sibuk dan menganggap
remeh hal tersebut sehingga banyak akibat negatif yang kemudian bermunculan.
Itulah beberapa ulasan mengenai pelaksanaan diklat 7 habits yang penulis ikuti
ketika menjadi mahasiswa baru IPB.
4. MPKMB 58 IPB
Diklat 7 habits telah khatam dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah MPKMB
58 IPB. Kegiatan MPKMB merupakan kegiatan ospek yang diselenggarakan oleh
IPB. Kegiatan ini dilakukan selama satu minggu. Isi dari kegiatan ini tidak hanya
mengenai pengenalan lingkungan kampus kepada mahasiswa, tetapi juga
pengenalan sistem kurikulum, sistem belajar mengajar, organisasi kemahasiswaan,
kegiatan mahasiswa, asrama, hingga mengenai bela negara, dan yang tidak lupa
mengenai green life yang menjadi hal fundamental warga green campus ini.
Pelatihan 7 habits betul-betul terasa manfaatnya ketika mengikuti kegiatan
MPKMB ini. Kegiatan yang begitu padat dengan penugasan yang banyak dan
bermacam-macam rupanya dapat penulis hadapi dengan pikiran dingin. Pengaruh
sugesti dari perbaikan habit atau kebiasaan sangat terasa saat mengikuti kegiatan
yang membutuhkan tenaga dan pikiran maksimal.
Dokumentasi Kegiatan
Dokumentasi KBM
Dokumentasi MPKMB 58
Mentoring MPKMB 58