Anda di halaman 1dari 11

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

NEBULIZING DAN SUCTIONING

Disusun oleh :

Wahyu Apriyani
NIM. 2011028

PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TA. 2021/2022
1. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR NEBULIZING

Judul SPO Nebulizing


 Nebulizer merupakan salah satu tindakan pemeliharaan pada
sistem pernapasan dalam upaya higienis dengan pembersihan
Pengertian sekret, pelembapan udara, inspirasi dan pemberian terapi (Aziz,
2010). Nebulizer merupakan alat inhalasi yang mengubah sediaan
obat cair menjadi bentuk uap.
Nebulasi bertujuan untuk:
a. Memberikan obat melalui nafas spontan klien
b. Membuat sekret menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan
c. Memperlebar jalan napas agar pernapasan menjadi lebih lega
Tujuan
d. Membuat selaput lendir pada saluran napas menjadi lebih
lembab
e. Mengobati peradangan pada saluran pernapasan bagian atas
f. Memperbaiki pertukaran gas

Nebulasi dilakukan pada penderita yang mengalami:


a. Asma atau empisema
b. Bronkospasme akut
c. Produksi sekret berlebihan
Indikasi d. Batuk disertai sesak napas
e. Epiflotitis
f. Iritasi kerongkongan
g. Radang selaput lendir saluran pernafasan bagian atas
h. Pneumonia

Nebulasi tidak dilakukan pada klien dengan:


a. Tekanan darah tinggi (autonomic hiperrefleksia)
b. Nadi yang meningkat atau takikardi
Kontraindikasi c. Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan
d. Trakeotomi
e. Fraktur di daerah hidung
f. Post pneumonectomy

1. Disposible nebulizer, sangat ideal apabila digunakan dalam


situasi kegawatdaruratan di rumah sakit dengan perawatan jangka
Jenis – jenis
pendek.
nebulizer
2. Re-usable nebulizer, dapat digunakan lebih lama sampai kurang
lebih 6 bulan
a. Nebulizer dengan penekan udara (Nebulizer compressors).
Memberikan tekanan udara dari pipa ke tutup (cup) yang berisi
obat cair yang akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel-
partikel uap kecil yang dapat dihirup secara dalam ke saluran
pernafasan.

Model – model b. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer) menggunakan


nebulizer gelombang ultrasound untuk secara perlahan mengubah dari
bentuk obat cair ke bentuk uap atau aerosol basah.

c. Nebulizer generasi baru (a new generation of nebulizer)


digunakan tanpa menggunakan tekanan udara maupun
ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan dengan
menggunakan baterai dan tidak berisik.

Dosis Nebulizer
BB Sol. Berotec Bisolvon NaCL 0.9%
0,1% Drops
10 Kg 0,2 ml (4 tts) 1 ml 1,8 ml
15 Kg 0,3 ml (6 tts) 1 ml 1,7 ml
20 Kg 0,4 ml (8 tts) 1 ml 1,6 ml
25 Kg 0,5 ml (10 tts) 1,5 ml 1,5 ml
Dewas 0,5-0,8 ml (10-16 1,5 ml 2,3 ml
a tts)
Ada beberapa komplikasi dari tindakan nebulasi,
diantaranya:
a. Henti nafas.
b. Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam
menggunakan alat ataupun tekniknya.
c. Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat.
Komplikasi
d. Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan
menyebabkan efek yang tidak baik pada sistem
sekunder penyerapan dari obat.
e. Hipokalemia dan atrial atau ventricular disritmia dapat
ditemui pada klien dengan kelebihan dosis.
f. Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan
a. Reaksi klien sebelum, selama dan sesudah pemberian
inhalasi nebulizer

Hal – hal yang perlu b. Nebulizer harus diberikan sebelum waktu makan
diperhatikan c. Setelah nebulizer klien disarankan postural drainase
dan batuk efektif untuk membantu dalam pengeluaran
sekresi
1. Set Nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok
Persiapan alat
4. Tissue
5. Aquades
6. Sarung tangan
Prosedur 1. Mencuci tangan
Pelaksanaan (gambar)
2. Menggunakan sarung tangan
(gambar)
3. Ucapkan salam terapeutik
4. Lakukan validasi mengenai data klien
5. Terangkan prosedur pada klien
6. Tutup tirai untuk memenuhi kebutuhan privacy klien
7. Mengkaji kondisi klien (status penapasan, kesadaran,
auskultasi dada, dan status jalan napas)
8. Kaji nadi, bunyi jantung dan irama jantung, frekuensi napas,
irama, kedalaman, dan suara napas yang berhubungan
dengan kebutuhan suction
9. Cuci tangan (gunakan sarung tangan)
10. Atur posisi klien dalam posisi duduk atau semi fowler
11. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
12. Memasukkan obat sesuai dosis
13. Memasang masker pada pasien
14. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien untuk menarik
napas dalam sampai obat habis
15. Matikan nebulizer
16. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
1. Perhatikan respon pasien
2. Catat segala tindakan yang dilakukan termasuk jenis obat
Evaluasi yang diberikan, Catat tanggal dan waktu pelaksanaan
prosedur, Catat hasil pengkajian (respon klien setelah
diberikan oksigen, catat status saluran pernapasan dan sekret)
a. Asmadi. 2008. Teknik procedural keperawatan konsep dan
aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

b. Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah.


Vol.1. Jakarta: EGC

c. Hidayat, A.A.A dan Uliyah, M. 2005. Buku saku pratikum


kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

d. Mubarak, W.I. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia :


Referensi teori dan aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

e. Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan: konsep,


proses dan praktik. Ed. 4, Vol. 2. Jakarta: EGC.

f. Rakhman, A dan Khodijah. 2014. Buku panduan praktek


laboratorium keterampilan dasar dalam keperawatan 2.
Yogyakarta: Deepublish.

g. Willkinson, J.M. 2007. Diagnosa keperawatan. Jakarta:


Buku Kedokteran Kozier
2. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR SUCTION

Judul SPO Suction Tanpa Ventilator


Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lender secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap
Pengertian (Hidayat & Uliyah, 2005). Suctioning adalah suatu metode untuk
melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan nafas. Suctioning
dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, trakheal, serta
endotrakheal atau trakheostomi tube (Asmadi, 2008).
1. Mempertahankan kebersihan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari sekret atau lendir yang
menumpuk
Tujuan 3. Mendapatkan sampel atau secret untuk tujuan diagnosa
4. Untuk melepas sekret yang menghambat jalan nafas, untuk
menjaga ventilasi, untuk tujuan pemeriksaan diagnostik dan
mencegah infeksi yang disebabkan dari penumpukan sekret.
Adanya atau banyaknya sekret yang menyumbat jalan nafas,
ditandai dengan:
1. Terdengar adanya suara pada jalan nafas
2. Hasil auskultasi: ditemukan suara crackels atau ronkhi
3. Kelelahan
4. Nadi dan laju pernapasan meningkat
Indikasi 5. Ditemukannya mucus pada alat bantu nafas
6. Meningkatnya peak airway pressure pada mesin ventilator
7. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup
8. Pasien yang koma
9. Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot
pernapasan
10. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun yang tidak mampu
mengeluarkan sekret secara mandiri
1. Pasien dengan stridor
2. Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal
Kontraindikasi 3. Pulmonary oedem
4. Post pneumonectomy
5. Ophagotomy yang baru
a. Dewasa: suction dinding (100-140 mmHg), suction portable
(10-15 mmHg)
b. Anak-anak: suction dinding (95-100 mmHg), suction
Tekanan normal
portable (5-10 mmHg)
suction
c. Bayi: suction dinding ( 50- 95 mmHg), suction portable (2-5
mmHg)

Ukuran selang a. Neonatus 6-8 Fr


b. Bayi sampai 6 6-8 Fr
bulan
c. 18 bulan 8-10 Fr
d. 24 bulan 10 Fr
e. 2-4 tahun 10-12 Fr

f. 4-7 tahun 12 Fr
g. 7-10 tahun 12 Fr
h. 10-12 tahun 14 Fr
i. Dewasa 12-16 Fr
a. Hipoksemia
b. Trauma jalan napas
c. Infeksi Nasokomial
Komplikasi d. Respiratory arrest
e. Bronkospasme
f. Perdarahan pulmonal
g. Disritmia jantung
a. Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi
(oral suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal
suction)
Posisi Pasien
b. Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral
menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction)

1. Mesin suction
2. Kateter
3. Penghubung tube
4. Kom steril, sarung tangan steril (untuk trakheal dan
trakheostomi
suctioning)
Persiapan alat
5. Air destilasi steril
6. Tisu
7. Kasa steril
8. Handuk steril
9. Botol pengumpul lendir
10. Manometer untuk mengukur jumlah kekuatan vakum
Prosedur Pengkajian
Pelaksanaan 1. Melihat catatan keperawatan (kaji program perawatan klien)
2. Memberi salam terapeutik kepada klien dan atau keluarga
3. Mengkaji kondisi klien (status penapasan, kesadaran,
auskultasi dada, dan status jalan napas)
4. Kaji nadi, bunyi jantung dan irama jantung, frekuensi napas,
irama, kedalaman, dan suara napas yang berhubungan
dengan kebutuhan suction
A. Oral Suctioning
1. Tahap persiapan
a. Siapkan alat-alat termasuk ekstrakateter. Hubungkan
botol pengumpul lendir dan tube ke sumber vakum
b. Suctioning siap dengan mengobservasi
pernafasan, mengauskultasi paru-paru
c. Cuci tangan
d. Hidupkan mesin suction untuk memeriksa apakah
sistem dan pengeluaran tekanan berfungsi dengan baik
e. Isi kom steril dengan air steril
f. Posisikan klien dengan kepala lebih rendah
g. Pakai sarung tangan steril
h. Sambungkan kateter ke tube suction. Gunakan sarung
tangan jika memegang kateter
i. Masukkan ujung kateter ke dalam kom dam isap air
steril tersebut
2. Tahap pelaksanaan
a. Gunakan padded tongue blades untuk memisahkan
gigi atas dan gigi bawah
b. Biarkan vent terbuka hingga kontak dengan udara
bebas saat mendorong kateter masuk ke dalam bagian
yang akan dihisap
c. Tutup vent dengan ibu jari dan tarik secara perlahan
sambil memutarkan kateter tersebut antara ibu jari
dengan jari lain. Jika isapan terlalu kuat, maka
lepaskan ibu jari dari vent
d. Masukkan kateter ke dalam kom dan angkat kembali
kemudian isapkan air steril melalui kateter tersbut
untuk membersihkannya
e. Ulangi 1-4 kali sesuai yang dibutuhkan, tetapi setiap
periode suctioning tidak boleh dari 10 detik dan jeda
waktu antara periode sekitar 1-3 menit
3. Tahap tindak lanjut
a. Matikan mesin suction, lepaskan kateter dari tube dan
bungkus tube dengan handuk steril. Bila kateter sekali
pakai, maka lebih baik dibuang saja
b. Posisikan klien senyaman mungkin dan lakukan
perawatan mulut
c. Mengkaji efektivitas dari suctioning dengan
mengobservasi pernapasan dan mengauskultasi paru-
paru
d. Catat karakteristik sekret, adakah perdarahan dan
reaksi klien terhadap suctioning
B. Nasofaringeal suctioning
1. Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan pada nasofaringeal suctioning
ini sama dengan persiapan oral suctioning. Hanya saja hal
yang perlu diperhatikan adalah menentukan seberapa
dalam kateter dimasukkan ke dalam nasofaringeal. Oleh
karena itu, perlu diukur panjang atau jarak antara hidung
klien dengan tragus telinga
2. Tahap pelaksanaan
a. Biarkan vent kateter terbuka, naikkan ujung hidung
dan masukkan kateter pada dasar dari hidung
b. Jika ada sumbatan jangan dipaksa, coba masukkan lagi
melalui sudut/sisi lain dari hidung atau pada lubang
hidung lainnya
c. Ikuti prosedur c sampai e seperti pada tahap
oral
suctioning
3. Tahap tindak lanjut
Sama seperti yang dilakukan pada oral suctioning
C. Nasotrakheal suctioning
1. Tahap persiapan
a. Ikuti langkah a sampai d pada oral suctioning
b. Atur kekuatan suction sesuai kebutuhan
c. Pastikan bahwa sumber oksigen tersedia
d. Gunakan teknik aseptik, isi kom steril dengan air steril
e. Posisikan klien dengan kepala agak ekstensi
f. Buka bungkus kateter steril, sambungkan kateter
tersebut pada tabung suction
g. Letakkan ujung kateter pada kom steril dan isapkan
air steril
2. Tahap pelaksanaan
a. Biarkan vent kateter terbuka, tinggikan ujung hidung
lalu masukkan kateter menyisiri dasar hidung
b. Jika tejadi sumbatan jangan dipaksa, tetapi lepaskan
dan masukkan pada sudut yang lain ataupun pada
lubang hidung yang lain
c. Gerakkan kateter ke depan trakhea, tutup vent dengan
ibu jari dan tarik kateter perlahan-lahan dengan
gerakan memutar di antara ibu jari dan jari lainnya.
d. Lepaskan ibu jari dari vent untuk beberapa detik antara
inspirasi
e. Masukkan dan keluarkan kateter ke dalam kom steril
dan isap air steril untuk membersihkannya
f. Ulangi prosedur sesuai dengan yang dibutuhkan, tetapi
setiap periode suctioning tidak boleh lebih dari 5 detik
dan jeda waktu antara periode sekitar 1-3 menit
3. Tahap tindak lanjut
a. Prosedur sama dengan oral suction
b. Berikan oksigen jika dibutuhkan (tergantung kondisi
klien)
D. Endotrakheal atau trakheostomi tube suctioning
Indikasi:
1. Bila sekresi dapat terlihat atau suara sekresi yang
terdengar dengan atau tanpa menggunakan stetoskop
2. Setelah prosedur fisioterapi dada
3. Setelah prosedur pengobatan bronkhodilator
4. Peningkatan atau popping off dari puncak tekanan jalan
napas terhadap klien yang sedang menggunakan ventilasi
mekanik
Prosedur:
1. Cuci tangan secara seksama
2. Letakkan handuk di atas dada klien
3. Kenakan sarung tangan
4. Lepaskan ventilator pada klien lalu letakkan konektor
ventilator di atas handuk steril
5. Ventilasikan dan beri oksigen melalui ambu bag 4-5 kali
disesuaikan dengan volume tidal klien
6. Lumasi ujung kateter dengan jelly lalu dengan seksama
masukkan kateter suction sejauh mungkin ke dalam jalan
nafas buatan tanpa melakukan penghisapan
7. Lakukan suction dengan gerakan memutar kateter secara
cepat bersamaan dengan menarik kateter keluar
8. Batasi waktu suction 10-15 detik. Hentikan suction
apabila denyut jantung meningkat sampai 40 kali/menit
9. Ventilasikan klien dengan ambu bag setelah suction
setiap periodenya
10. Jika sekresi sangat pekat, maka dicairkan dengan
memasukkan NaCl steril 3-5 cc ke dalam jalan nafas
buatan
11. Bilas kateter di antara setiap pelaksanaan suction
12. Lakukan prosedur ini sampai jalan nafas bersih terhadap
penggumpalan sekret yang ditandai dengan hasil
auskultasi jernih
13. Setelah selesai hubungkan lagi klien dengan ventilator
Bereskan alat-alat
a. Catat setiap prosedur yang dilakukan, waktu, tempat
dan cara
Dokumentasi b. Kaji efektivitas suctioning dengan
mengobservasi pernafasan dan mengauskultasi paru-paru
c. Catat karakteristik sekret, adakah perdarahan dan reaksi
klien terhadap suctioning
Referensi a. Asmadi. 2008. Teknik procedural keperawatan konsep
dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba
Medika.

b. Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah.


Vol.1. Jakarta: EGC

c. Hidayat, A.A.A dan Uliyah, M. 2005. Buku saku pratikum


kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

d. Mubarak, W.I. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia


: teori dan aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

e. Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan: konsep,


proses dan praktik. Ed. 4, Vol. 2. Jakarta: EGC.
f. Rakhman, A dan Khodijah. 2014. Buku panduan praktek
laboratorium keterampilan dasar dalam keperawatan 2.
Yogyakarta: Deepublish.

g. Willkinson, J.M. 2007. Diagnosa keperawatan. Jakarta:


Buku Kedokteran Kozier

Anda mungkin juga menyukai