Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam


Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Kajian Bahan Organik Tanah dengan Porositas Tanah pada Berbagai Tanaman
Penutup Lahan di KHDTK Gunung Bromo UNS
Dwi Priyo Ariyanto1, Jaka Suyana1, dan Hilmy Yahya Rakha Wijaya2
1 Dosen Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS

2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS

Abstrak

Tanaman penutup lahan merupakan pemasok seresah sebagai sumber bahan organik tanah.
Bahan organik pada tanah memengaruhi sifat fisik tanah dalam hal ini adalah porositas tanah.
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gunung Bromo
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan
pada enam tutupan lahan yang ada di wilayah tersebut, yaitu Pinus, Mahoni, Pinus-Mahoni,
Campuran, Semusim dan Bekas Persemaian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh berbagai tutupan lahan terhadap bahan organik tanah dan porositas tanah di KHDTK
Gunung Bromo UNS. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2019 hingga Januari 2020.
Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel tanah pada keenam tutupan lahan dengan
tiga kali ulangan untuk dianalisis di laboratorium tanah, Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian Tanah, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tanaman penutup lahan memiliki
pengaruh terhadap nilai bahan organik tanah namun tidak memengaruhi porositas tanah,
porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah pada berbagai tutupan lahan
di KHDTK Gunung Bromo UNS.

Kata kunci: bahan organik tanah, KHDTK, porositas tanah, tanaman penutup lahan

Pendahuluan

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus atau KHDTK merupakan kawasan hutan yang
ditetapkan oleh Menteri untuk pendidikan dan pelatihan kehutanan guna mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia kehutanan yang terampil, profesional, berdedikasi,
jujur serta amanah dan berakhlak mulia, yang mampu menguasai serta mampu memanfaatkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengurusan hutan (Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018). KHDTK Gunung Bromo UNS telah dikukuhkan
menjadi hutan pendidikan dan penelitian yang pengelolaannya diserahkan kepada Universitas

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 563


P-ISSN: 2620-8512
Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 2018. Seperti pada umumnya hutan, KHDTK Gunung
Bromo UNS juga mempunyai keberagaman tanaman.
Keberagaman tanaman penutup lahan di hutan berpengaruh dalam penyediaan sumber
bahan organik. Hal ini dikarenakan berbagai jenis tanaman penutup lahan memiliki kuantitas
tersendiri dalam memasok biomassa sehingga dijumpai perbedaan ketebalan seresah pada
berbagai wilayah tanaman penutup lahannya. Ketebalan seresah ikut menentukan kadar bahan
organik pada tanah karena ketebalan seresah merupakan modal dasar dalam proses
pembusukan (Dwiastuti et al., 2016). Pada umumnya kawasan hutan, kondisi lahannya
mempunyai topografi berbukit, sehingga ketebalan tanahnya bervariasi, termasuk juga
ketebalan seresah tanah dikarenakan topografi akan memengaruhi kerapatan tanaman, seresah
yang jatuh di tanah erat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman (Jayanthi & Arico, 2017). Bahan
organik memiliki peran yang penting dalam perbaikan sifat fisik tanah, yaitu memengaruhi
total ruang pori tanah (Sutanto, 2002).
Bahan organik tanah membantu proses granulasi tanah dan dapat mengakibatkan
penurunan berat isi tanah dan mengurangi tingkat pemadatan tanah. Semakin banyak granulasi
tanah yang terbentuk, maka ruang pori yang tersedia juga akan semakin banyak (Hanafiah,
2018). Penelitian ini akan mengkaji pengaruh berbagai tutupan lahan terhadap bahan organik
tanah dan porositas tanah di KHDTK Gunung Bromo UNS. Hasil dari penelitian ini sebagai
data untuk menentukan pengelolaan KHDTK Gunung Bromo sebagai kawasan hutan yang
lestari.

Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2019 hingga Januari 2020. Pengambilan
contoh tanah dan pengamatan lapang yang dilaksanakan di KHDTK Gunung Bromo UNS yang
terletak di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Penentuan titik
lokasi pengambilan contoh tanah berdasarkan tumpang susun antara peta tutupan lahan dan
peta jenis tanah. Hasil tumpang susun diperoleh 6 satuan lahan berdasarkan tutupan lahannya,
karena di KHDTK Gunung Bromo mempunyai jenis tanah yang sama. Pembagian satuan lahan
sebagai dasar pengambilan contoh tanah seperti yang disajikan pada Gambar 1. Penutupan
lahan di lokasi penelitian digolongkan berupa lahan Pinus, Mahoni, Pinus-Mahoni, Campuran
(yang didominasi oleh Kedawung, Flamboyan, Saga, Sonokeling, Kesambi), Semusim
(didominasi Jagung, Kacang Tanah dan Ketela Pohon) dan Bekas Persemaian (lahan terbuka
beberapa diselingi dengan tanaman ketela pohon dan pohon pisang). Setiap satua lahan diambil

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 564


P-ISSN: 2620-8512
3 contoh tanah sebagai ulangan sehingga total contoh tanah dalam penelitian ini adalah 18
contoh tanah. Analisis contoh tanah dilakukan di laboratorium tanah pada Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisika
tanah dan kimia tanah. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode survai
lapangan, yaitu dengan pengambilan sampel langsung di lapangan dan dilanjutkan analisis
contoh tanah di laboratorium. Analisis data hasil dari laboratorium selanjutnya dilakukan uji
analisis sidik ragam 5% dan jika diperoleh hasil signifikan dilanjutkan uji beda menggunakan
uji DMRT. Untuk mengetahui keeratan hubungan antar parameter dilakukan analisis
menggunakan uji linieritas.

Gambar 1. Peta tutupan lahan di KHDTK Gunung Bromo UNS

Hasil dan Pembahasan

Bahan organik tanah merupakan bahan pembenah tanah yang mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia, maupun biologi tanah (Izzati, 2015). Tutupan lahan di lokasi penelitian memiliki
kadar bahan organik tanah (BOT) antara 2% hingga 3%, kecuali pada lokasi dengan tutupan
lahan pinus memiliki kadar bahan organik tanah lebih tinggi, yaitu 5,30%. Berdasarkan
klasifikasinya, bahan organik tanah di KHDTK Gunung Bromo UNS tergolong sedang.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 565


P-ISSN: 2620-8512
Porositas tanah di KHDTK Gunung Bromo berada pada kategori sedang hingga tinggi.
Porositas tanah terendah pada tutupan bekas Pinus-Mahoni sebesar 30,43%. Porositas tanah
tertinggi adalah pada tutupan lahan Pinus, yaitu 46,54%.
Nilai pH tanah pada KHDTK Gunung Bromo UNS berkisar antara 6,35 sampai dengan
6,81. Berdasarkan klasifikasi pH tanah di KHDTK Gunung Bromo UNS termasuk dalam
klasifikasi tanah masam. Pada lokasi penelitian diperoleh perbandingan tekstur tanah untuk
partikel pasir 18,02%, debu 8,86%, dan klei 73,13%. Secara umum tekstur tanah pada lokasi
penelitian didominasi oleh partikel tanah klei (clay) lebih dari 60% sehingga seluruh satuan
lahan tergolong dalam kelas tekstur klei. Hasil analisis pH tanah dan tekstur sesuai dengan jenis
tanah di KHDTK yang masuk dalam Alfisols. Pada tanah Alfisol mempunyai ciri karakteristik
tanah diantaranya mempunyai nilai pH tanah antara 4,8 hingga 6,8 dan tekstur tanah yang
mengandung klei tinggi (Safitri NI, Setiawati T, 2018). Hasil analisis karakteristik tanah
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rerata analisis karakteristik tanah setiap satuan lahan di KHDTK Gunung Bromo
UNS
Karakteristik Pinus Campuran Semusim Bekas Pinus- Mahoni
persemaian Mahoni
Kadar BOT (%) 5,30 2,24 2,58 2,80 2,19 2,32
Porositas (%) 46,54 39,62 41,75 41,97 30,43 40,94
Ketebalan seresah (cm) 0,50 0,43 0,26 0,56 0,43 0,46
pH Tanah 6,35 6,79 6,61 6,81 6,78 6,76
Tekstur tanah
Pasir (%) 9,44 9,02 8,72 8,38 9,01 8,61
Debu (%) 17,86 12,35 22,92 19,36 21,44 14,21
Klei (%) 72,70 78,63 68,36 72,26 69,55 77,18

Hasil analisis sidik ragam antara tutupan lahan dengan bahan organik tanah menunjukkan
hasil signifikan atau pengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tutupan lahan memengaruhi
kandungan bahan organik tanah. Pada tanaman penutup lahan di KHDTK Gunung Bromo UNS
dijumpai ketebalan seresah tertinggi pada tutupan lahan bekas persemaian (0,56 cm). Ketebalan
seresah pada tanah banyak didominasi oleh seresah perdu dibandingkan dengan seresah pohon
pada tiap tanaman penutup lahan. Seresah merupakan modal dasar dalam pembentukan bahan
organik pada tanah. Perubahan seresah hingga menjadi bahan organik tanah melalui suatu
proses yang dinamakan dekomposisi. Dekomposisi seresah merupakan peristiwa perubahan
secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah baik bakteri, fungi,
dan hewan tanah lainnya (Susanti & Halwany, 2017).
Proses dekomposisi dan keberadaan mikroorganisme juga dipengaruhi oleh pH. Menurut
(Saibi & Tolangara, 2017) mengatakan bahwa mikroorganisme dapat dengan cepat merombak

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 566


P-ISSN: 2620-8512
seresah menjadi bahan organik jika pH tanah 5,5 atau lebih sedangkan jika pH di bawah 5,5
maka pertumbuhan mikroba akan terhambat sehingga laju dekomposisi serasah juga akan
menurun. Dari hasil analisis diperoleh pH tanah yang sesuai dengan lingkungan
mikroorganisme dalam merombak seresah. Hasil analisis pH tanah Alfisol di KHDTK Gunung
Bromo UNS memiliki pH yang agak masam hingga netral hal ini menurut (Wijanarko et al.,
2007) tanah Alfisol memiliki pH masam hingga netral.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kelas porositas tanah menurut (Arsyad, 1989)
pada tutupan lahan di KHDTK Gunung Bromo UNS yang tergolong dalam klasifikasi kurang
baik (40% - 50%) adalah lahan dengan tanaman penutup pinus, bekas persemaian, tanaman
semusim, dan mahoni. Sedangkan pada tanaman penutup lahan campuran dan pinus mahoni
tergolong dalam klasifikasi jelek (30% - 40%). Hal ini dikarenakan jenis tanah pada lokasi
penelitian adalah Alfisols sehingga didominasi oleh partikel klei yang berdampak pada tanah
sulit ditembus oleh akar tanaman dan memiliki pori tanah yang buruk atau jelek (Wijanarko et
al., 2007).
Hubungan antara bobot volume tanah dengan porositas tanah berupa garis linier, yaitu
y=41,97-1,41x, dengan x adalah bobot volume tanah dan y adalah porositas tanah. Dari
hubungan tersebut menunjukkan kecenderungan yang negatif, yaitu semakin rendah bobot
volume tanah maka porositas tanah akan tinggi. Bahan organik tanah akan menurunkan
kepadatan tanah yang diikuti dengan turunnya nilai berat isi tanah. Berat isi tanah semakin
meningkat maka nilai porositas akan semakin menurun dan sebaliknya jika berat isi tanah
menurun maka porositas tanah akan meningkat (Surya et al., 2017).
60

50
Porositas Tanah (%)

40

30 y = 3,9419x + 28,754
R² = 0,3822

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Bahan Organik Tanah (%)

Gambar 2. Hubungan Bahan Organik Tanah Dengan Porositas Tanah

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 567


P-ISSN: 2620-8512
Dari hubungan tersebut menunjukkan kecenderungan yang positif, yaitu semakin tinggi
bahan organik tanah maka porositas tanah meningkat. Bahan organik tanah mampu
meningkatkan porositas tanah sebesar 28,75%. Setiap 1% bahan organik tanah dapat
meningkatkan porositas tanah sebesar 3,94%.
Kandungan bahan organik yang tinggi dapat meningkatkan kualitas sifat fisik tanah,
melalui perangsangan aktivitas biologi tanah hingga pembentukan struktur tanah yang mantap.
Bahan organik tanah membantu proses granulasi tanah dapat mengakibatkan penurunan berat
isi tanah dan mengurangi tingkat pemadatan tanah. Semakin banyak granulasi tanah yang
terbentuk, maka ruang pori yang tersedia juga akan semakin banyak (Hanafiah, 2018).

Kesimpulan dan Saran

Tutupan lahan dapat memengaruhi kenaikan nilai bahan organik tanah. Kandungan
bahan organik tanah tertinggi dijumpai pada tutupan lahan Pinus dan terendah dijumpai pada
tutupan lahan Pinus-Mahoni. Bahan organik tanah mampu memengaruhi porositas tanah.
Bahan organik tanah yang tinggi mampu menurunkan bobot volume tanah sehingga tanah
semakin porous dan tingkat porositas tanah naik.

Ucapan Terima Kasih

UPT Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan UNS sebagai pengelola KHDTK Gunung
Bromo yang telah memberikan izin penelitian dan membagikan data mengenai KHDTK
Gunung Bromo UNS.

Daftar Pustaka

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.


Dwiastuti, S., Maridi, S., & Puspitasari, D. (2016). Bahan Organik Tanah di Lahan Marjinal
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding Biology Education Conference,
13(1), 2528–5742.
Hanafiah, K. A. (2018). Dasar-dasar Ilmu Tanah (8th ed.). PT. RajaGrafindo Persada.
Izzati, M. (2015). Perbedaan Kandungan Bahan Organik pada Tanah Pasir dan Tanah Liat
setelah Penambahan Pembenah Tanah dari Bahan Dasar Tumbuhan Akuatik. Buletin
Anatomi Dan Fisiologi, 23(2), 1–6.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 568


P-ISSN: 2620-8512
Jayanthi, S., & Arico, Z. (2017). Pengaruh Kerapatan Vegetasi Terhadap Produktivitas Serasah
Hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Elkawnie, 3(2), 151–160.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2018 tentang Kawasan
Hutan dengan Tujuan Khusus. Peraturan Perundangan. https://jdihn.go.id/files/
146/P.15-2018 KHDTK.pdf
Safitri NI, Setiawati T, B. C. (2018). Biochar dan Kompos untuk Peningkatan Sifat Fisika
Tanah dan Efisiensi Penggunaan Air. Techno, 7(1), 116–127.
Saibi, N., & Tolangara, A. R. (2017). Dekomposisi Serasah Avecennia lanata pada Berbagai
Tingkat Kedalaman Tanah. Techno: Jurnal Penelitian, 6(01), 56.
Surya, J. A., Nuraini, Y., & Widianto. (2017). Kajian Porositas Tanah Pada Pemberian
Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan Kopi Robusta. Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan, 4(1), 463–471.
Susanti, P. D., & Halwany, W. (2017). Dekomposisi Serasah dan Keanekaragaman
Makrofauna Tanah pada Hutan Tanaman Industri Nyawai (Ficus variegate. Blume).
Jurnal Ilmu Kehutanan, 11, 212–223.
Sutanto, R. (2002). Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Kanisius.
Wijanarko, A., Sudaryono, & Sutarno. (2007). Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika Tanah
Alfisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Buletin Iptek Tanaman Pangan, 2(2), 214–226.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 569


P-ISSN: 2620-8512

Anda mungkin juga menyukai