0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan2 halaman
Artikel ini membahas tentang pemberontakan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemberontakan dilakukan oleh kelompok atau individu untuk mencapai tujuan politik dengan mengubah rezim yang ada. Faktor-faktor seperti kondisi politik, ketidakpuasan terhadap rezim, dan prospek keuntungan bagi kelompok pemberontak dapat memicu terbentuknya pemberontakan. Pemberontakan bertujuan mengganggu
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Defining Insurgency: Frameworks of Conditions, Causes and Consequences applied to the Dutch Revolt
Artikel ini membahas tentang pemberontakan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemberontakan dilakukan oleh kelompok atau individu untuk mencapai tujuan politik dengan mengubah rezim yang ada. Faktor-faktor seperti kondisi politik, ketidakpuasan terhadap rezim, dan prospek keuntungan bagi kelompok pemberontak dapat memicu terbentuknya pemberontakan. Pemberontakan bertujuan mengganggu
Artikel ini membahas tentang pemberontakan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemberontakan dilakukan oleh kelompok atau individu untuk mencapai tujuan politik dengan mengubah rezim yang ada. Faktor-faktor seperti kondisi politik, ketidakpuasan terhadap rezim, dan prospek keuntungan bagi kelompok pemberontak dapat memicu terbentuknya pemberontakan. Pemberontakan bertujuan mengganggu
Defining Insurgency: Frameworks of Conditions, Causes and
Consequences applied to the Dutch Revolt
J.W.J Lammers
Negara sebagai aktor utama dalam dunia hubungan
internasional merupakan aktor tunggal yang melakukan hubungan dengan negara lain tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Peran individu dalam negara tentu tidak dapat dilupakan begitu saja, roda penggerak suatu pemerintahan dan menjadi aktor utama dalam kelangsungan hidup suatu negara. Namun dalam dinamika hubungan internasional ataupun nasional berbagai macam peristiwa seperti perbedaan pendapat hingga konflik tidak dapat terhindarkan. Lammers dalam artikelnya mengemukakan bahwa aktor dari pemberontakan itu sendiri merupakan kelompok ataupun individu. Pemberontakan dilakukan semata-mata untuk mencapai kepentingan dengan tujuan mendapatkan otoritas dalam pengaruhnya mencapai perubahan arah politik.
Pemberontakan dibentuk oleh adanya interaksi yang mengacu
pada konteks dari pemberontakan itu sendiri. Faktor ini yang menjadi pengaruh kondisi bagaimana otoritas atau kedaulatan diperebutkan. Kelompok pemberontak ini memiliki tujuan dan keinginan untuk perubahan politik, factor lain seperti adanya kerancuan dari rezim sebelumnya yang demikian menjadi orientasi sebuah kelompok dalam melakukan pemberontakan dengan berpegang kepada prospek yang menguntungkan kelompoknya hingga pemberontak sekalipun akan menggunakan cara kekerasan demi mencapai tujuan politiknya. Awal pergerakan dari pemberontakan dinilai dengan menggabungkan penjelasan dan penyebab dari kondisi yang ada dalam system pemerintahan itu sendiri. Adanya interaksi pemberontak yang disebut sebagai awal mula konflik dengan memperhatikan segala konsekuensi dengan tujuan akhir menggulingkan rezim. Akibat dari adanya pemberontakan yang bertujuan menggulingkan suatu rezim, secara tidak langsung mengganggu struktur politik yang sudah ada. Hal ini yang diharapkan oleh para pemberontak dimana ketika suatu struktur terganggu dan otoritas mulai tergoyahkan, maka kendali atas pemerintahan dapat dilaksanakan. Namun tidak semata-mata pemberontakan mengutamakan cara kekerasan, ketika pemberontakan gagal dan berhasil di redam, adanya negosiasi antar aktor menjadi jalan keluar lain bagi kedua belah pihak dengan menyepakati nilai-nilai yang sudah disetujui antar aktor.