Anda di halaman 1dari 2

Ghivary Isnuwalan

6211181206

Studi Pertahanan

Defining Insurgency: Frameworks of Conditions, Causes and


Consequences applied to the Dutch Revolt

J.W.J Lammers

Negara sebagai aktor utama dalam dunia hubungan


internasional merupakan aktor tunggal yang melakukan hubungan
dengan negara lain tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Peran
individu dalam negara tentu tidak dapat dilupakan begitu saja, roda
penggerak suatu pemerintahan dan menjadi aktor utama dalam
kelangsungan hidup suatu negara. Namun dalam dinamika hubungan
internasional ataupun nasional berbagai macam peristiwa seperti
perbedaan pendapat hingga konflik tidak dapat terhindarkan. Lammers
dalam artikelnya mengemukakan bahwa aktor dari pemberontakan itu
sendiri merupakan kelompok ataupun individu. Pemberontakan
dilakukan semata-mata untuk mencapai kepentingan dengan tujuan
mendapatkan otoritas dalam pengaruhnya mencapai perubahan arah
politik.

Pemberontakan dibentuk oleh adanya interaksi yang mengacu


pada konteks dari pemberontakan itu sendiri. Faktor ini yang menjadi
pengaruh kondisi bagaimana otoritas atau kedaulatan diperebutkan.
Kelompok pemberontak ini memiliki tujuan dan keinginan untuk
perubahan politik, factor lain seperti adanya kerancuan dari rezim
sebelumnya yang demikian menjadi orientasi sebuah kelompok dalam
melakukan pemberontakan dengan berpegang kepada prospek yang
menguntungkan kelompoknya hingga pemberontak sekalipun akan
menggunakan cara kekerasan demi mencapai tujuan politiknya.
Awal pergerakan dari pemberontakan dinilai dengan
menggabungkan penjelasan dan penyebab dari kondisi yang ada dalam
system pemerintahan itu sendiri. Adanya interaksi pemberontak yang
disebut sebagai awal mula konflik dengan memperhatikan segala
konsekuensi dengan tujuan akhir menggulingkan rezim. Akibat dari
adanya pemberontakan yang bertujuan menggulingkan suatu rezim,
secara tidak langsung mengganggu struktur politik yang sudah ada.
Hal ini yang diharapkan oleh para pemberontak dimana ketika suatu
struktur terganggu dan otoritas mulai tergoyahkan, maka kendali atas
pemerintahan dapat dilaksanakan. Namun tidak semata-mata
pemberontakan mengutamakan cara kekerasan, ketika pemberontakan
gagal dan berhasil di redam, adanya negosiasi antar aktor menjadi
jalan keluar lain bagi kedua belah pihak dengan menyepakati nilai-nilai
yang sudah disetujui antar aktor.

Anda mungkin juga menyukai