Laporan Kerja Praktek: PT Sari Dumai Sejati Apical Group Ltd. Dumai - Riau Periode 1 Juli - 18 Agustus 2018
Laporan Kerja Praktek: PT Sari Dumai Sejati Apical Group Ltd. Dumai - Riau Periode 1 Juli - 18 Agustus 2018
DUMAI - RIAU
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DUMAI - RIAU
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
DUMAI – RIAU
Disusun Oleh:
Teuku Ardiansyah
Mengetahui,
Kamin Fandy
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT Sari
Dumai Sejati serta dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini.
Kerja Praktek ini merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh setiap mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata I
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Pelaksanaan
Kerja Praktek ini terdiri dari orientasi umum dan orientasi khusus guna mendalami
materi dalam pengerjaan tugas khusus yang diberikan oleh pabrik.
Dalam pelaksanaanya, penyusunan laporan kerja praktek ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro;
2. Ir. Herry Santosa, M.T. selaku Koordinator Kerja Praktek;
3. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng., Ph.D. selaku dosen pembimbing Kerja
Praktek atas waktu dan bimbingannya;
4. Bapak Teuku Ardiansyah selaku Manager Refinery 4 & 5 PT. Sari
Dumai Sejati dan pembimbing Kerja Praktek Lapangan atas segala
bimbingan, kesabaran, perhatian, dan waktu yang diberikan selama masa
bimbingan;
5. Seluruh personil supervisor, foreman, dan operator atas waktu dan
pengetahuan yang telah diberikan;
6. Rekan-rekan kerja praktek di PT. Sari Dumai Sejati yang membantu dan
memberikan kontribusi kepada penulis;
7. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama Kerja Praktek
dan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak kekurangan mengingat keterbatasan pengalaman dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kemajuan di masa depan.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Teknik Kimia.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN .................................................................. 4
2.1. Sekilas Mengenai Industri Minyak Sawit .................................................... 4
2.2. Gambaran Umum Apical Group Ltd. .......................................................... 7
2.3. Gambaran Umum PT Sari Dumai Sejati ...................................................... 9
2.4. Sejarah dan Perkembangan Apical Group Ltd........................................... 13
2.5. Sejarah dan Perkembangan PT Sari Dumai Sejati ..................................... 14
2.6. Visi, Misi, dan Core Values RGE Group dan Apical Group Ltd. ............. 15
2.7. Logo Apical Group Ltd. .................................................................................... 17
2.8. Lokasi dan Tata Letak PT Sari Dumai Sejati ............................................. 17
2.9. Sistem Organisasi, Manajemen, dan Kepegawaian ................................... 22
2.9.1. Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................... 22
2.9.2. Sistem Manajemen .......................................................................... 36
2.9.3. Sistem Kepegawaian ....................................................................... 36
2.9.3.1. Tenaga Kerja ......................................................................... 36
2.9.3.2. Jam Kerja............................................................................... 37
2.9.3.3. Kerja Lembur ........................................................................ 38
2.10. Budaya Perusahaan .................................................................................. 39
2.11. Bahan Baku dan Produk ........................................................................... 41
2.11.1. Refinery Plant 1, 2, 3, dan 4 .......................................................... 41
2.11.2. Refinery Plant 5 ............................................................................. 43
2.11.3. Oleochemical Plant ....................................................................... 44
2.11.4. Biodisel Plant ................................................................................ 45
2.11.5. Kernel Crushing Plant .................................................................. 46
2.12. Pemasaran dan Distribusi ......................................................................... 46
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Tata letak unit proses PT Sari Dumai Sejati ................................... 20
Gambar 2.7 Bahan baku (a) bagian buah sawit (b) CPO .................................... 41
Gambar 3.2 Process flow diagram untuk physical refining di refinery plant
1, 2, dan 3 ....................................................................................... 53
Gambar 3.3 Process flow diagram untuk physical refining di refinery plant 4.. 54
Gambar 3.4 Process flow diagram untuk dry fractionation plant ...................... 64
Gambar 3.10 Process flow diagram untuk kernel crushing plant .................... 103
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Pelaksanaan kerja praktek di PT Sari Dumai Sejati memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mendapat gambaran nyata mengenai proses dalam suatu industri secara
menyeluruh.
2. Membandingkan pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan dengan
kondisi di lapangan melalui analisa dan pengamatan.
3. Memahami sistem organisasi, proses pengolahan pabrik, pengendalian
proses, dan peraturan kerja dalam pengoperasian unit produksi.
4. Menyelesaikan mata kuliah kerja praktek yang merupakan mata kuliah
wajib di Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
minyak kelapa sawit mulai dari perolehan bahan baku (sourcing) hingga distribusi.
Apical melakukan proses pemurnian, pengolahan dan perdagangan minyak kelapa
sawit untuk keperluan domestik dan ekspor internasional. Kegiatan operasionalnya
berjalan di Indonesia dan China, dan termasuk empat kilang, satu pabrik biodiesel,
satu pabrik pemisahan asam lemak dan satu pabrik pengolahan kernel.
Apical memiliki jaringan sumber bahan baku yang luas dan dapat
diandalkan di Indonesia serta mengintegrasikan pabrik pengolahan minyak kelapa
sawit di lokasi strategis, baik Indonesia maupun China. Kegiatan operasionalnya
didukung oleh jalur logistik yang efisien serta memiliki infrastruktur sendiri untuk
mengirim produk-produknya ke berbagai klien dari agen-agen perdagangan
internasional hingga kepada para pembeli dari industri lokal.
Model bisnis Apical dibangun atas tiga kekuatan inti, yaitu:
1. Jaringan sumber CPO yang luas dan terpercaya di Indonesia.
2. Integrasi penuh aset-aset kilang primer dan sekunder efisisen di lokasi yang
strategis di Indonesia dan China.
3. Saluran logistik yang efisien didukung oleh infrastruktur Apical sendiri
untuk memberikan kualitas CPO dan PKO kepada customers yang
diverifikasi, mulai dari perusahaan perdagangan internasional hingga
pembeli-pembeli dari industri lokal.
Model bisnis ini memungkinkan Apical untuk mengendalikan kualitas
produk, menjaga standar keamanan pangan yang tinggi serta menjalankan prinsip-
prinsip keberlanjutan sambil menjalankan kegiatan operasional yang sangat efisien
di pabrik-pabrik bertaraf internasional dan melakukan penyimpanan terpadu serta
fasilitas bulking.
Adapun bisnis Apical Group terdiri dari aktivitas-aktivitas utama berikut:
1. Pengilangan dan fraksinasi Crude Palm Oil (CPO), Crude Palm Kernel Oil
(CPKO), dan minyak nabati
2. Penghancuran inti sawit
3. Produksi mentega putih, margarin, dan powder fat, formulated fats, biodiesel
4. Produksi asam lemak dan gliserol
Raw material (bahan baku) dan produk biasanya disimpan dalam suatu
wadah penyimpanan yaitu tangki, yang mana tangki tersebut dikumpulkan dalam
satu area yang dinamakan tank farm. Pada tabel 2.6 berikut ini ditampilkan
penjabaran jumlah dan kapasitas tangki pada tiap tank farmnya.
Tabel 2.6 Jumlah dan kapasitas tangki pada tank farm
Area Jumlah Tangki Kapasitas (MT)
TF 1 42 109.500
TF 2 22 126.000
TF Refinery 5 19 20.950
TF CET 8 45.000
TF KCP 3 7.500
TF Oleochemical 14 25.200
TF Biodiesel 21 59.950
Total 129 394.100
Apical menghasilkan produk minyak sawit berkualitas melalui pengolahan
CPO di plant Refinery bersertifikat internasional. Produk minyak sawitnya
bersertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) untuk
keamanan pangan, serta bersertifikat halal dan kosher. Apical juga mematuhi
standar PORAM (Palm Oil Refiners of Association Malaysia) untuk PPO dan
dapat menyesuaikan spesifikasi produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Produk utama Apical adalah CPO (Crude Palm Oil), berbagai bentuk PPO
(Processed Palm Oil), dan PPKO (Processed Palm Kernel Oil), serta RBDSBO
(Refined Soy Bean Oil), yang semuanya dapat diproses lebih lanjut menjadi produk
yang memiliki nilai tambah. Berikut ini ditampilkan berbagai produk dari Apical
Group.
Sedangkan pada tahun 2013, kapasitas total refinery meningkat jadi 3.700.000
metrik ton per tahun.
Pada tahun 2014, Grup Apical menandatangani Sustainable Palm Oil
Manifesto dan memiliki Kebijakan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan di mana
Apical berkomitmen untuk membangun rantai pasokan minyak kelapa sawit yang
mudah dilacak dan transparan. Apical juga telah menandatangani Deklarasi New
York mengenai Hutan.
(RBDPL). Selain itu, ada pula Oleochemical Plant yang memproduksi Crude
Glycerine dan Fatty Acid.
Dengan luas areal pabrik sekitar 17,5 ha, PT Sari Dumai Sejati dilengkapi
dengan beberapa fasilitas pendukung kegiatan pabrik, seperti dermaga (jetty),
tangki penimbunan CPO dan produk, perumahan karyawan, kantor, dan security.
Adapun dermaga di PT SDS mampu melabuhkan tiga kapal tangker minyak dalam
waktu bersamaan. Sedangkan tangki timbun yang dimiliki PT SDS berjumlah 34
unit dengan kapasitas masing-masing sekitar 1000 ton, 2000 ton, dan 3000 ton.
2.6. Visi, Misi, dan Core Values RGE Group dan Apical Group Ltd.
Tujuan dari RGE Group yaitu “Meningkatkan kualitas hidup melalui
pengembangan sumber daya berkelanjutan.” Adapun visi dari RGE Group yaitu
“Menjadi salah satu perusahaan berbasis sumber daya berkelanjutan terbesar dan
terbaik, senantiasa menciptakan manfaat bagi Masyarakat, Negara, Iklim,
Pelanggan, dan Perusahaan.”
Core values dari RGE Group yaitu T.O.P.I.C.C., yang mana penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Complementary Team
Kami satu dalam tujuan dan saling melengkapi dalam kerjasama tim.
2. Ownership
Kami memelihara rasa memiliki untuk senantiasa mencapai yang terbaik.
3. People
Kami mengembangkan sumber daya manusia untuk tumbuh bersama.
4. Integrity
Kami bertindak dengan penuh integritas.
5. Customer
Kami memahami dan memberikan yang terbaik bagi pelanggan.
6. Continuous Improvement
Kami menghindari ketidakpedulian dan melakukan perbaikan terus-menerus.
Core values dari RGE Group kemudian diadaptasi menjadi core values dari Apical
Group Ltd.
Adapun visi dari Apical adalah “Menjadi perusahaan minyak nabati
berskala dunia yang terkemuka dan berkelanjutan.” Sedangkan misi dari Apical
ialah sebagai berikut:
1. Achievement through Team Work
Kami bekerja sama sebagai tim yang saling melengkapi, proaktif dalam
membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan kami. Kami bertindak dengan
cepat dan kohesif sebagai tim untuk menanggapi kondisi pasar yang dinamis.
2. Passion
Kami bekerja dengan sepenuh hati. Kami berusaha mencapai hasil yang
diinginkan dalam waktu singkat dengan kualitas terbaik dan biaya yang sangat
sedikit. Kami secara terus-menerus meningkatkan dan memberikan nilai yang
terbaik kepada pelanggan kami.
3. Integrity
Kami menjunjung tinggi kejujuran dan integritas, kami mengatakan apa yang
kami maksud dan berarti apa yang kami katakan. Kami tidak menyembunyikan
masalah dan kesalahan, serta tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan kami
sendiri.
4. Care
Kami memperlakukan karyawan kami dengan hormat dan bermartabat. Kami
menghargai, mengembangkan, dan melatih karyawan kami agar mereka dapat
mewujudkan seluruh potensi yang mereka miliki. Kami mengakui dan
menghargai karyawan kami sesuai dengan kontribusi terbaik mereka.
5. Active Corporate Citizenship
Sebagai karyawan yang bekerja dengan hati, kami secara aktif peduli terhadap
masalah lingkungan dan permasalahan sosial yang ada. Kami mengajak setiap
karyawan untuk turut serta dalam menjaga lingkungan dan komunitas. Kami
terus memperhatikan tata kelola berkelas internasional untuk perusahaan kami.
6. Leadership
Kami memimpin dengan memberikan contoh. Kami percaya dengan rasa
memiliki dan sikap mental “saya bisa melakukan” dalam bekerja untuk menuju
tujuan kami.
4. Dumai merupakan daerah dataran rendah dan cukup stabil sehingga aman untuk
mendirikan dan memperluas pabrik di kemudian hari.
5. Dumai masih memiliki banyak hutan-hutan sehingga memungkinkan perluasan
daerah maupun pengembangan pabrik.
6. Dumai termasuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah sehingga
diharapkan dapat membantu pemerintah dalam program pemerataan
penyebaran penduduk.
7. Tanah Dumai merupakan tanah yang kurang subur sehingga tidak merugikan
apabila didirikan pabrik.
Secara geografis, PT Sari Dumai Sejati berbatasan dengan kawasan
berikut:
1. Sebelah Utara : Area Konsensi PT Energi Sejahtera Mas
2. Sebelah Timur : Dermaga, Selat Rupat
3. Sebelah Selatan : Pemukiman, kantor camat Sei. Sembilan
4. Sebelah Barat : Kawasan Hutan, kotamadya Dumai
Kawasan PT Sari Dumai Sejati memiliki luas area sekitar 60 ha yang terdiri
dari main office, 5 plant refinery, plant biodiesel, plant oleochemical, plant KCP,
dan beberapa utilitas seperti Waste Water Treatment Plant (WWTP), Power Plant,
dan desalinasi air, yang saling tersusun berdasarkan keterkaitan proses. Berikut ini
merupakan tata letak unit proses di PT Sari Dumai Sejati.
Tata letak unit proses di PT Sari Dumai Sejati dirancang sedemikian rupa
sehingga air buangan yang keluar dari pabrik tidak membahayakan lingkungan
sekitarnya. Unit-unit pengolahan dikelompokkan dalam kompleks-kompleks yang
disusun berdasarkan kedekatan bahan-bahan yang akan diolah, serta keterkaitan
proses antar unit.
Sistem perpipaan disusun dengan rapi dalam jalur-jalur yang telah diatur.
Dilihat dari letaknya, sistem perpipaan hanya terletak pada jalur atas melalui rak
pipa. Pipa yang disusun di rak pipa ini terbagi menjadi empat, yaitu pipa tak
berwarna, pipa warna merah, kuning, dan biru. Pipa merah merupakan pipa
hydrant (fire fighting system), pipa kuning merupakan pipa minyak (CPO atau
RBDPO), pipa biru merupakan pipa udara (berupa N2), dan pipa tak berwarna
merupakan pipa steam. Alasan pipa stean tidak diberi warna dikarenakan pipa
tersebut telah diisolasi. Jadi apabila pipa tersebut belum diisolasi, maka diberikan
warna sebagai ganti isolasinya.
Jalan-jalan yang terdapat pada kawasan PT Sari Dumai Sejati
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu jalan utama dan jalan pendukung. Jalan
utama adalah jalan yang membatasi suatu kompleks tertentu sehingga terdapat
batas yang jelas antara satu kompleks dengan kompleks yang lainnya. Ukuran
jalan utama cukup besar sehingga dapat dilewati oleh kendaraan ringan dan
kendaraan berat. Jalan pendukung adalah jalan yang terdapat di dalam suatu
kompleks yang berfungsi untuk menghubungkan satu unit dengan unit yang lain.
Ukuran jalan pendukung lebih kecil dibandingkan jalan utama sehingga kendaraan
yang diperbolehkan untuk melintasinya terbatas.
Unit pertangkian ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan
transportasi fluida antar tangki jika diperlukan. Tangki-tangki juga diletakkan
berdekatan dengan laut untuk memudahkan pengiriman produk ke kapal tanker
atau penerimaan bahan baku dari kapal tanker. Unit pengolahan limbah juga
ditempatkan dekat dengan laut untuk memudahkan pembuangan hasil pengolahan
ke laut.
Jetty yang terdiri dari enam station terbentang sejauh 1 kilometer. Keenam
station tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, yaitu:
1. Station 1 digunakan untuk ekspor produk Palm Kernel Expeller (PKE) dan
Palm Oil
2. Station 2 digunakan untuk ekspor produk Oleochemical dan Palm Oil
3. Station 3 digunakan untuk ekspor produk Biodiesel dan Palm Oil
4. Station 4 diguanakan untuk penerimaan batu bara
5. Station 5 dan 6 digunakan untuk penerimaan CPO, CPKO, dan Biodiesel
f. Civil engineering
C. Quality / QMS / HSE
1. Quality Control (QC)
Merupakan bagian pengendalian mutu proses entitas sebagai
peninjau kualitas dari semua factor yang terlibat dalam kegiatan
produksi.
2. Quality Management System (QMS)
Bagian dari analisa suatu produk atau jasa yang memengaruhi
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan tertentu, berhubungan
dengan mutu dan cara pengendaliannya.
3. Health, Safety, and Environment (HSE)
Fungsi ini membawahi:
1) Environmental section
Environmental section mempunyai tugas antara lain sebagai
berikut:
a. Menerapkan system ISO SML 14001 dan program
PROPER.
b. Inventarisasi bahan kimia berbahaya dan beracun (B3).
c. Penanggulangan tumpahan minyak sawit dan pencemaran
B3.
d. Pengawasan kebersihan lingkungan tempat kerja dan
pelestarian lingkungan dengan menggalakkan penghijauan.
e. Mengawasi pembuangan/pemusnahan limbah B3.
f. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan,
udara, dan darat.
g. Pembuatan/penyusunan laporan untuk studi AMDAL.
h. Peningkatan Awareness Environmental.
5. Logistic
Merupakan bagian yang memiliki fungsi untuk merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan keefisienan dan keefektifan
penyimpanan dan aliran barang, serta pelayanan informasi.
6. Documentation
Merupakan bagian dari sekumpulan data tulisan dan informasi.
E. Support Service
Bagian ini bertugas untuk memberikan pelayanan berupa sarana
dan prasarana pengawasan, penanganan, pengaduan, saran dan
masukan, serta jaminan pelayanan.
1. Finance Accounting, Tax, and Legal Corporate (FATLC)
Bagian ini memiliki kewenangan dalam akuntansi keuangan dan
urusan operasional perusahaan, bertanggungjawab dalam
perencanaan kebijakan keuangan, praktik akuntasni, menangani
perpajakan, menganalisa laporan keuangan, laba dan rugi,
akuntansi aktiva, akuntansi biaya, pengawasan terhadap anggaran
dan hokum perusahaan.
2. Human Resource Development
Bagian ini bertugas mengurusi tentang personalia atau
kepegawaian sumber daya manusia (SDM). Suatu proses
penanganan berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan,
buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya.
3. Purchasing
Bagian ini memiliki fungsi melakukan manajemen material dan
pembelian material untuk kegunaan produksi, serta peralatan dan
perlengkapan produksi beserta fasilitas pendukung lainnya.
4. Social, Security, Lassiont (SSL)
Bagian ini memiliki fungsi membangun dan mempertahankan
reputasi, citra, dan komunikasi yang baik terhadap pihak-pihak
(a) (b)
Gambar 2.7 Bahan baku (a) bagian buah sawit (b) CPO
Kandungan utama dari CPO adalah 95% minyak trigliserida
(TAG). Minyak TAG terdiri dari 3 asam lemak yang berkaitan dengan
gliserol melalui ikatan ester. Asam lemak yang terkandung di dalam
CPO sebagian besar adalah asam lemak jenuh yaitu asam palmitat
(32%-59%). Secara umum, komposisi CPO dapat diklasifikasikan
sebagai campuran dari 5 kelompok kimia utama, yang diperlihatkan
pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Komposisi CPO berdasarkan kelompok kimia utama
Kelompok Komponen dalam Kelompok
- Trigliserida, digliserida,
monogliserida
Minyak - Fosfolipid, glikolipid, dan
lipoprotein
- Free Fatty Acid (FFA)
- Peroksida, aldehid, keton,
Produk Teroksidasi
furfural (dari gula)
- Karoten
Bukan minyak (tetapi dapat - Tokoferol
larut dalam minyak) - Skualena
- Sterol
Pengotor - Partikel logam
B. Produk
Produk yang dihasilkan Refinery Plant 1, 2, 3, antara lain
Bleached Palm Oil (BPO), Refined Bleached Deodorized Palm Oil
(RBDPO), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), Olein, dan Stearin.
Sedangkan Refinery Plant 4 hanya menghasilkan RBDPO dan PFAD,
4. HCl
Biasanya digunakan untuk pemurnian gliserin. Asam klorida ini
dibeli dari Medan.
5. NaOH
Digunakan untuk menetralkan pH.
B. Produk
Adapun produk yang dihasilkan pada biodiesel plant terdiri
dari main product dan co product. Untuk main product dapat berupa
POME (Palm Oil Methy Ester), PLME, PSME, PKME, atau Biodiesel
100. Sedangkan untuk co product dapat berupa rude glycerine dan fatty
matter / FFA.
2.10.5. Kernel Crushing Plant
A. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan di Kernel Crushing Plant adalah
Palm Kernel (inti sawit) yang diperoleh dari mitra kerja PT Sari Dumai
Sejati.
B. Produk
Kernel Crushing Plant menghasilkan Crude Palm Kernel Oil
(CPKO) sebagai produk utama dan Palm Kernel Expeller (PKE) sebagai
produk samping. CPKO yang dihasilkan dapat diproses di Refinery Plant
5, sedangkan PKE yang dihasilkan kemudian diekspor ke Australia
sebagai pakan ternak.
BAB III
PROSES PRODUKSI
Keterangan:
DOBI (Deterioration of Bleachability Index) adalah suatu angka yang
menunjukkan tingkat kemudahan CPO dipucatkan, yang mana semakin
tinggi nilai DOBI maka semakin mudah proses pemucatan dilakukan.
B. Bahan Baku Penunjang
Selain bahan baku utama tersebut, ada beberapa bahan baku
penunjang yang digunakan dalam proses pengolahan CPO di Refinery
Plant 1 hingga Refinery Plant 4 ini, yaitu Phosphoric acid (H3PO4)
konsentrasi 85% dan bleaching earth (B/E).
1. Phosphoric acid (H3PO4) konsentrasi 85%
Asam fosfat merupakan suatu mineral (anorganik) yang
berfungsi untuk mengurai sekaligus mengikat fosfatida
(gum/getah), kandungan logam, dan pengotor lainnya yang terdapat
dalam CPO menjadi gumpalan-gumpalan selama proses degumming
berlangsung. Asam fosfat juga dikenal sebagai ortophosphoric acid
atau fosfat (V) yang memiliki rumus kimia H3PO4.
Jumlah asam fosfat yang dibutuhkan biasanya berkisar antara
0,05-0,06% terhadap flowrate (laju alir) umpan CPO atau 0,5-0,6 kg
H3PO4 per metric ton (MT) CPO, tergantung pada kualitas CPO.
Jumlah kebutuhan akan asam fosfat berbanding terbalik dengan
jumlah B/E yang dibutuhkan. Apabila digunakan B/E dengan dosis
tinggi, maka jumlah asam fosfat yang dibutuhkan akan lebih rendah.
2. Bleaching earth (B/E)
B/E merupakan tanah pemucat yang digunakan dalam proses
penyaringan minyak. Fungsi utamanya menjadi penyerap
(adsorben) pengotor-pengotor (impurities) yang telah terurai dan
terikat oleh H3PO4 seperti kandungan logam, karoten, kelembaban,
dan bahan tak larut atau zat-zat yang bersifat koloid, seperti resin,
gum, protein, dan fosfatida, dimana semua ini merupakan
kandungan dalam CPO.
T = 40-45 oC
P = 1 atm
Pretreatment
T = 105-110 oC
Bleaching Earth (B/E)
Vacuum Pressure = 100 torr
Bleaching (Dosis = 0,6 – 1,5% flowrate
Live Steam / Spurging Steam
atau 6 – 15 kg B/E / MT CPO )
Pressure = 2 bar
Spent Bleaching
Earth
Filtration Waste Area
BPO
T = 260-265 oC PFAD
Vacuum pressure = 3-4 torr
Deodorization T = 60-65 oC
Live Steam / Spurging Steam Storage Tank
Pressure = 1,5 bar
RBDPO
Gambar 3.2 Process flow diagram untuk physical refining di refinery plant 1,
2, dan 3
Gambar 3.3 Process flow diagram untuk physical refining di refinery plant 4
Hal ini dikarenakan pada suhu di bawah 85oC, phosporic acid tidak
dapat mengkoagulasi secara maksimal, begitu pula pada suhu di atas
95oC. Tekanan yang digunakan vakum dengan tujuan agar minyak
tidak rusak, minyak dapat rusak lewat proses oksidasi dan hidrolisis
pada di atas suhu 70oC pada tekanan normal.
3. Bleaching
Setelah proses proses degumming, CPO memasuki proses
bleaching. Proses ini bertujuan untuk menurunkan warna CPO,
mengabsorbsi gumpalan getah dari proses pre-treatment, dan
mengabsorbsi logam (Mg, Fe). Bleaching section beroperasi pada
suhu 105-110oC dengan tekanan vakum 100 torr. Suhu telah diatur
di pre-treatment heat exchanger, karena pada proses pre-treatment
menuju ke bleaching sudah tidak terdapat heat exchanger lagi.
Pada proses bleaching, digunakan sistem spurging steam
dengan steam bertekanan 2 bar. Spurging dilakukan untuk proses
pengadukan atau pencampuran bleaching earth dan CPO. Logam
yang terkandung di dalam CPO perlu dihilangkan karena dapat
memicu terjadinya proses oksidasi pada minyak. Pada proses
bleaching, digunakan 2 bleacher vessel untuk memaksimalkan
proses absorbsi dan menambah waktu tinggal. Adapun pengaturan
bleaching earth dosing dilakukan dengan menggunakan dua pasang
valve yang masing-masing pasangnya terdiri dari 2 valve.
Minyak yang telah melewati proses bleaching kemudian
dipompakan ke niagara filter untuk memasuki proses filtrasi. Proses
ini memiliki tujuan untuk memisahkan minyak dan bleaching earth
dengan menggunakan media filter leaf yang berukuran 250 mikron.
Bleaching earth yang telah tersaring disebut sebagai spent earth yang
dikategorikan sebagai limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).
Pada refinery 4, terdapat 5 niagara filter yang bekerja secara paralel,
di mana saat 4 niagara filter sedang dalam proses penyaringan
f. Emptying
Proses pengeluaran atau pengosongan minyak dari niagara filter
setelah proses filtrasi selesai.
g. Full emptying
Kondisi ini merupakan serangkaian proses dari emptying, untuk
memastikan pengosongan pada manifold niagara filter dan
proses ini selesai ketika tidak ada lagi minyak yang terdapat di
niagara yang sudah dalam keadaan low level. Dalam
pengosongan tersebut dibantu dengan steam.
h. Cake drying
Proses ini merupakan proses pengeringan cake berupa spent
bleaching earth, sehingga cake tidak mengandung minyak
ketika cake akan dibuang dan menyebabkan kandungan minyak
yang hilang tidak terlalu banyak. Untuk mengeringkan cake pada
filter leaf tersebut digunakan steam.
i. Venting
Proses venting ini merupakan proses untuk menyamakan
tekanan niagara filter dengan tekanan luar agar cake yang keluar
tidak berhamburan karena tekanan niagara filter yang lebih
tinggi daripada udara luar. Selain itu, proses ini juga bertujuan
untuk menghindari gasket discharge valve rusak. Tahapan ini
juga dikenal sebagai tahapan pembuangan tekanan di niagara
filter.
j. Discharge
Pada tahapan ini spent earth yang terdapat di dalam niagara filter
dikeluarkan menuju penampungan (waste area) untuk diproses
selanjutnya. Pada proses ini dibantu dengan alat yang digunakan
untuk menggetarkan filter leaf agar cake yang masih menempel
terlepas jatuh yang disebut vibrator. Tahapan ini berlangsung
kira-kira selama 8 menit.
k. Filtration cycle
Total atau jumlah filtrasi yang dilakukan.
4. Deodorization
Proses deodorization terjadi di deodorizer. Pada refinery
plant 1, 2, dan 3, deodorizer terdiri dari 2 section yang terpisah, yaitu
pre-stripper dan deodorizer. Sedangkan pada refinery plant 4, pre-
stripper section tidak terpisah, melainkan menjadi satu kolom
dengan deodorizer. Meskipun begitu, pada prinsipnya proses
deodorization pada refinery plant 1, 2, 3, dan 4 adalah sama.
a. Section 1
Tahap ini merupakan proses pemanasan BPO yang keluar
dari filter cartridge pada proses sebelumnya. Tujuan dari proses
ini adalah untuk menaikkan suhu BPO dari 110oC nenjadi 260-
265oC, agar pigmen warna dan bau asam yang terdapat dalam
minyak pecah dan keluar dari minyak.
BPO dari filter catride ditampung ke buffer tank dalam
kondisi vakum. Pada vessel ini, minyak tidak mendapat
perlakuan apapun. Minyak kemudian dipompa menuju ke filter
lainnya sebagai antisipasi bleaching earth yang masih lolos.
Dalam hal ini, digunakan cartridge filter yang medianya
menggunakan katun / PE.
Pada refinery plant 1, 2, dan 3, minyak dari filter masuk ke
HE pertama yang berbentuk plate heat exchanger. Pada HE
pertama ini, digunakan BPO sebagai fluida dingin dan RBDPO
sebagai fluida panas, sehingga terjadi kenaikan suhu BPO dari
110oC menjadi 116oC. Dari HE pertama, BPO masuk ke HE
kedua yang merupakan shell and tube, dimana pada HE ini
digunakan steam 2 barg dari high pressure (HP) steam, sehingga
suhu BPO naik sedikit menjadi 117 oC. Dikarenakan target suhu
yang dicapai masih sangat jauh (260-265 oC), maka digunakan
1) Filling
Filling merupakan proses pengisian minyak ke dalam
crystallizer tank dengan suhu di dalam buffer tank yaitu ±65°C.
Proses filling RBDPO berhenti jika level RBDPO dalam
crystallizer tank mencapai 95% dari kapasitas tangki. Di dalam
crystallizer tank terdapat agitator yang berfungsi untuk
melakukan pengadukan sehingga proses perpindaham panas
dapat berjalan dengan baik. Proses filling ini berlangsung selama
±15 menit.
2) Cooling (fast cooling)
RBDPO daalam crystallizer tank didinginkan dengan
menggunakan air dari cooling tower yang dialirkan melalui coil
water yang terdapat dalam crystallizer tank. Suhu cooling water
yang digunakan adalah 31-35°C.
3) Chilling (slow cooling)
Proses chilling secara otomatis akan berlangsung jika
suhu air pada sistem sirkulasi sekitar 35°C. Setting suhu air pada
tahap pembentukan kristal dilakukan sesuai dengan kualitas
produk yang diharapkan. Pada pembentukan kristal ini, suhu
harus dikontrol dengan menggunakan grafik yang ada dengan
cara mempertahankan selisih suhu RBDPO dengan suhu air
tidak lebih dari 2°C. Jika ada over shoot atau suhu memgalami
kenaikan, maka segera dilakukan tindakan untuk menurunkan
suhunya agar kristal yang terbentuk tidak pecah atau berukuran
kecil. Jika kristal berukuran kecil, maka kristal dapat lolos pada
proses filtrasi sehingga kualitas produk menjadi turun.
4) Holding
Tujuan utama dari holding yaitu untuk menyetarakan
suhu minyak olein dengan kristal-kristal stearin sebelum masuk
ke tahapan filtrasi. Lamanya waktu holding tidak ditentukan.
5) Filtration (Draining)
Minyak RBDPO dengan suhu 23-24°C siap untuk proses
pemisahan antara minyak cair (olein) dan minyak padat (stearin)
melalui filter press.
2. Filtrasi
Setelah proses kristalisasi selesai, terbentuk fraksi cair atau
olein dan fraksi padat atau stearin yang akan dipisahkan
menggunakan filter press yang terdiri dari plate-plate yang
dilengkapi dengan membran filter cloth. Proses filtrasi berlangsung
dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Closing dan loading
Closing adalah tahap menutupnya filter press dengan
didorong oleh pompa hidrolik bertekanan 200 kg/cm2.
Loading adalah tahap penyuplaian bahan olahan dari
crystallizer yang telah mengandung butiran kristal melalui
pompa, sampai batas tekanan yang telah ditentukan, yaitu 2 bar.
Pada proses loading, olein akan lolos melalui filter cloth,
sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth.
Pada tekanan 2 bar, butiran kristal dianggap sudah memenuhi
area dari filter cloth dan celah pada plate, sehingga loading
dihentikan dan dilanjutkan dengan proses squeezing.
2) Squeezing
Pada tahap ini dilakukan pengepresan stearin yang
tertahan pada permukaan filter cloth menjadi bentuk cake
dengan menggunakan tekanan, sehingga olein yang masih
terkandung dalam stearin dapat keluar. Pemberian tekanan pada
proses ini dapat menggunakan angin atau minyak, dimana
besarnya tekanan disesuaikan dengan spesifikasi stearin yang
ditentukan dalam bilangan Iod. Biasanya, tekanan yang
digunakan untuk proses pengepresan adalah 3 bar. Pada saat
3. Activated Carbon
Activated Carbon biasanya digunakan jika bahan baku yang
diolah adalah CCNO. Dalam pengolahan CCNO, activated carbon
perlu ditambahkan karena B/E tidak terlalu efektif dalam menyerap
logam, gum, dan pengotor lainnya di CCNO. Biasanya activated
carbon digunakan bersama dengan B/E Supreme Grade dari Tonsil,
dimana perbandingan dosing activated carbon dan B/E yang
diberikan adalah 1:2. Jumlah B/E yang digunakan biasanya adalah
1% terhadap flowrate dan jumlah activated carbon yang digunakan
adalah 0,5% terhadap flowrate.
3.2.2. Uraian Proses
Berdasarkan jenis bahan baku serta proses yang terjadi di dalamnya,
proses pengolahan minyak laurat di PT Sari Dumai Sejati dibagi menjadi dua
kompleks proses, yaitu CPKO Fractionation Plant dan Physical Refining
Plant.
A. CPKO Fractionation Plant
Gambaran mengenai proses fraksinasi CPKO dapat dilihat pada
Gambar 3.5.
3. Bleaching
Setelah proses degumming, CPKO dialirkan ke vessel
bleacher pada tekanan vakum agar uap air dan udara yang
terkandung dalam CPKO dapat ditarik oleh sistem vakum. CPKO
yang berada dalam bleacher bercampur dengan bleaching earth
(tanah pemucat) yang bertujuan untuk mengabsorbsi gum yang telah
dinetralisir oleh H3PO4, juga sebagai penyaring impurities yang
terdapat pada CPKO. CPKO kemudian dialirkan ke dalam vessel
sebagai tempat penampungan minyak sementara.
Dalam proses bleaching digunakan bleaching earth dengan
dosis kurang lebih 0,045%. Pencampuran bleaching earth dan CPO
dibantu dengan spurging steam bertekanan 2 bar yang membantu
proses pengadukan bahan. Selanjutnya, minyak dipompakan ke
niagara filter atau masuk ke proses filtrasi. Proses filtrasi untuk
CPKO sama dengan proses filtrasi CPO, di mana terdapat beberapa
tahap di dalamnya, yaitu standby, filling, coating, filtration,
circulation, emptying, full emptying, cake drying, venting discharge,
dan filtration cycle. Setelah proses filtrasi di niagara selesai, minyak
kemudian dilewatkan ke cartridge filter dan bag filter sebagai bentuk
antisipasi apabila masih ada bleaching earth yang lolos.
4. Deodorization
Minyak yang telah keluar dari bleaching and filtration section
ini disebut sebagai bleached palm kernel oil (BPKO). BPKO
ditampung ke buffer tank dalam kondisi vakum. Setelah itu, BPKO
dialirkan menuju ke plate heat exchanger. Pada plate heat
exchanger, terjadi perpindahan panas antara BPKO sebagai fluida
dingin dan RBDPKO sebagai fluida dingin, sehingga suhu BPKO
mengalami kenaikan dari 117 oC menjadi 121 oC. Dari plate heat
exchanger, minyak masuk menuju plate heat exchanger kedua, di
mana terjadi perpindahan panas dengan media low pressure steam
3.2.3. Produk
Produk yang dihasilkan oleh CPKO Fractionation Plant adalah
CPKL dan CPKS. Kualitas CPKL dan CPKS dijaga untuk memenuhi standar
dari PORAM. Standar kualitas dari PORAM dapat dilihat pada Tabel 3.8,
Tabel 3.9, dan Tabel 3.10.
Tabel 3.8 Quality produk CPKL standar PORAM
Spesifikasi Quality
FFA (%) Max. 0,2%
M&I Max. 0,5%
IV 23-24
SMP 22,0-23,0
PW HCl
HP steam
NaOH filter
oil
Gambar 3.6 Block diagram pada oleochemical plant
Reaksi yang terjadi adalah reaksi hidrolisa dan reaksi ini bersifat
reversible. Reaksi yang terjadi adalah:
acid terbentuk yang akan keluar dengan process water yang masuk.
Pemanasan selanjutnya dibantu dengan high pressure steam.
a. Preheater
Merupakan proses pemanasan awal dari crude oil yang bertujuan
untuk mengurangi beban kinerja dari boiler dengan cara menaikkan
temperatur dari crude oil tersebut sebelum memasuki reaktor.
b. Drier
c. Crude oil yang memasuki drier mencapai temperatur 110-220oC,
dengan kondisi operasi tersebut diharapkan dapat mengurangi dan
menghilangkan kadar air yang ada pada bahan baku.
d. Oil splitting
e. Umpan crude oil dan process water masuk secara berlawanan arah
di dalam splitting column. Crude oil pada suhu 110oC dan tekanan
110 mbar masuk melalui bagian bawah splitting column. Process
water yang juga telah mengalami penghilangan gas pada suhu 80oC
dan tekanan 110 mbar, masuk melalui bagian atas dari splitting
column. Suhu proses reaksi dipertahankan pada 245-250oC. Produk
fatty acid dan gliserin yang keluar dari splitting column akan
dikurangi tekanannya di flashing vessel.
f. Flashing vessel
Produk fatty acid dan glycerine yang keluar dari splitting column
dikurangi tekanannya hingga menjadi tekanan sekitar 1 bar gauge.
Setelah proses pembentukan produk fatty acid dan glycerine, produk ini
akan memasuki proses yang berbeda yaitu:
a. Fatty acid
1. Drier
Produk fatty acid kemudian masuk ke drier yang beroperasi
pada suhu 100oC dan tekanan vakum 110 mbar untuk
penghilangan uap air yang terikut pada produk.
2. Polishing filter
Produk fatty acid masuk ke penyaringan dengan tujuan
memisahkan dari pengotor yang terikut dari splitting ke dalam
produk.
3. Economizer
Produk fatty acid yang memiliki suhu tinggi akan memanaskan
umpan masuk sehingga panas pada produk tidak terbuang.
4. Tangki produk
Produk fatty acid masuk ke dalam tangki penyimpanan kapasitas
4000 ton dengan ketinggian 24 meter yang bahannya alumunium
steel.
b. Sweet water (glycerine 15-18%)
1. Fat separator
Produk gliserin 15-18% akan memasuki fat separator yang
bertujuan untuk memisahkan lemak dan fatty acid dari gliserin.
Pemisahan yang dilakukan ini berdasarkan pada perbedaan
densitas dari senyawa yang ada dalam produk gliserin.
2. Preconcentrator
Climbing film evaporator dihubungkan secara seri dan
beroperasi dengan bantuan sistem vakum yang bertujuan untuk
menguapkan air. Panas diperoleh dari uap air di flashing vessel.
Uap air dari preconcentrator 1 digunakan sebagai pemanas
preconcentrator 2. Uap air dari preconcentrator 2 digunakan
sebagai pemanas preconcentrator 3. Uap air dari
preconcentrator 3 dikondensasikan di condenser sistem vakum.
Konsentrasi glycerine-water yang keluar dari preconcentrator 3
sekitar 30%.
Beberapa istilah penting dari section satu (oil splitting), yakni:
Crude oil adalah bahan baku utama jenis minyak nabati atau hewani.
lebih ringan dari glycerine water. Free fatty matter akan membentuk
lapisan di atas glycerine water.
3. Fat separator
Free fatty matter yang membentuk lapisan di atas glycerine water,
kemudian dipisahkan dengan perbedaan densitas pada fat separator
dan dipisahkan dengan cara floating, yang pada akhirnya ditampung
di dalam drum.
4. Treatment vessel
Glycerine water kemudian masuk ke salah satu treatment vessel,
dilanjutkan dengan penambahan Ca(OH)2 untuk menetralkan pH
menjadi 7-8. Kemudian penambahan filter aid kira-kira 0,1% untuk
penyerapan minyak dan garam dari penambahan Ca(OH)2.
5. Filter press
Glycerine water kemudian disaring yakni dengan melewatkannya
pada salah satu filter press. Padatan seperti filter aid dipisahkan
dengan bantuan filter press yang dioperasikan pada tekanan 200 bar
gauge.
6. Tangki treated sweet gas (glycerine 30%)
Produk masuk ke dalam tangki penyimpanan dengan kapasitas 300
ton dan ketinggian 8 meter yang bahannya dari alumunium steel.
Tangki ini merupakan tempat penyimpanan sementara produk yang
akan memasuki proses selanjutnya.
Beberapa istilah penting section dua yaitu:
Glycerine water adalah gliserin di dalam air yang konsentrasinya
kira-kira 30-35% sebagai umpan.
HCl (asam klorida) adalah bahan untuk menetralkan pH.
Ca(OH)2 untuk menetralkan pH (menaikkan pH).
Filter aid adalah bahan kimia berbentuk serbuk yang berfungsi
untuk penyerapan fatty matter.
RBDPO
pada vent kondensasi. Ada juga wet methanol yang langsung diproses di
column destilasi methanol, seperti dari proses purifikasi glycerine.
3.4.3. Produk
1. POME (Palm Oil Methyl Ester), PLME, PSME, dan PKME
Standar mutu methyl ester berdasarkan SNI adalah sebagai berikut:
Tabel 3.20 Spesifikasi methyl ester
FG MG DG TG Glycerine MeOH Ester Soap AV H 2O
Parameter
(%) (%) (%) (%) Total (%) (%) (%) (ppm) (mgKOH/g) (ppm)
Spec <0,02 <0,8 <0,2 <0,2 <0,24 <0,2 >96,5 <30 <0,5 <350
2. Crude glycerine
Standar mutu crude glycerine pada biodiesel plant adalah:
Tabel 3.21 Spesifikasi crude glycerine
Glycerine MONG MeOH
Parameter Salt (%) Ash (%) pH
(%) (%) (%)
Spec >85 <5 <7 <1,5 5,5-6,5 <0,1
3. Fatty matter
Standar mutu produk fatty matter adalah:
Tabel 3.22 Spesifikasi fatty matter
Glycerine AV MeOH
Parameter H2O (%)
(%) (mgKOH/g) (%)
Spec 1-2 5-8 13-14 2-4
mengandung minyak yang tersisa maksimal 7%. PKE dari plant kemudian
dikirim ke warehouse untuk disimpan dan kemudian dibawa ke jetty dengan
menggunakan conveyor. Di warehouse, suhu PKE dijaga agar tidak melebihi
50 °C. Jika langsung diekspor, maka suhu yang diizinkan adalah 60 °C. Suhu
perlu dijaga karena PKE memiliki panas laten, sehingga sekalipun suhu dari
Kernel Crushing Plant ke warehouse sudah turun menjadi 35°C, begitu PKE
terkumpul di warehouse suhunya dapat meningkat dengan sendirinya. Untuk
menjaga suhu itu, maka dilakukan trimming menggunakan alat berat berupa
loader.
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
melalui bagian dalam membran. Aliran air akan mengalir dan kulit
membran dan berpusat di sepanjang membran. Lalu aliran air reject
akan kembali lagi ke umpan untuk mengurangi pembentukan padatan
dalam modul membran. Operasi seperti ini memungkinkan UF
beroperasi lebih lama sebelum dibutuhkan untuk pencucian kembali
sebagai pemilihan dan ketersediaan sistem.
Proses penyaringan tidak dapat dipertahankan tanpa batas
waktu tertentu karena kekuatan pendorong di membran harus
ditingkatkan terus-menerus untuk menjaga aliran pada membran.
Pompa umpan akan mendorong air laut melalui jalur UF. Setiap jalur
memiliki katup kontrol aliran yang akan menyeimbangkan melalui
jalurnya dan juga mencegah jalur beroperasi pada penyerapan
berlebih yang bisa mengakibatkan kerugian dan perlunya diadakan
peningkatan backwash dan cleaning in place (CIP). Tekanan pada
selaput membran sebelum dan sesudah harus dimonitor secara terus
menerus sehingga Trans Membrane Pressure (TMP) dapat diukur
untuk memantau kinerja.
Ada bagian dari desain yang akan menjadi beberapa aliran yang
melewati membran dalam jalur daur ulang kembali atau reject
sehingga tidak hilang dari sistem. Daur ulang ini sangat efektif dalam
mengurangi waktu pencucian terbalik dan pembersihan membran.
Operasi UF – Backwash
Dengan tumpukan padatan selama filtrasi, akan meningkatkan
tekanan aliran yang dapat diatasi dengan cara liran terbalik
menggunakan filtrat UF. Air scouring digunakan untuk
meningkatkan efektivitas pencucian kembali.
Operasi backwash ini dilakukan secara berkala yang dapat
ditentukan oleh total aliran atau waktu berlalu, biasanya setiap 30-45
menit. Sistem keseluruhan akan dikontrol sedemikian rupa, sehingga
hanya satu jalur yang akan mengalami backwash pada satu waktu.
Aliran dari proses backwash dapat dibuang langsung ke pembuangan.
oleh karena itu pada furnace bagian bawah dilapisi dengan refractory
(batu tahan api).
Ada dua tingkatan steam yang dihasilkan oleh departemen utilitas,
yakni:
1. Saturated high pressure steam 73 bar
2. Superheated low pressure steam 13 bar
Setelah steam dipakai oleh user / proses, maka steam tersebut akan
berubah menjadi condensate dan condensate tersebut dikembalikan lagi
ke power plant sebagai air umpan boiler dan masuk ke feed water tank.
Pada feed water tank, ditambahkan air denim sebagai makeup water. Air
yang keluar dari feed water tank dipompakan dengan menggunakan
pompa feed water pump, di proses ini hanya menaikkan tekanannya
dengan temperatur tetap. Setelah itu, feed water masuk ke high pressure
heater untuk menaikkan temperaturnya dengan tekanan tetap, sehingga
feed water tersebut temperaturnya naik menjadi 140oC. Di proses ini
terjadi perpindahan panas antara feed water dengan steam yang keluar
dari extraction turbine dengan tekanan tetap tanpa perubahan phase dari
feed water. Feed water yang keluar dari high pressure heater masuk ke
CFB boiler pada inlet economizer, setelah itu feed water masuk ke steam
drum.
Dari steam drum boiler, water turun ke bawah mengisi pipa
furnace wall, down corner dan distribution header. Di dalam boiler
terjadi natural circulation antara air dan steam karena adanya
perbedaan, di mana air yang lebih dingin akan turun ke bawah dan uap
akan naik ke atas. Dari steam drum, saturated steam akan naik ke atas
dan menuju super heater, Setelah dari super heater, steam akan
dikontrol temperaturnya dengan memakai air feed water di Desuper
heater dengan temperatur yakni 480oC. High presssure part boiler
diproteksi oleh safety valve, terdapat 2 safety valve di steam drum dan 2
safety valve di main steam line sebelum main steam valve. Dari steam
drum akan keluar steam basah (saturated steam) dan masuk ke low
superheater dan setelah dari low super heater masuk ke high
sampah yang melekat pada dinding tangki, yang kemudian berjalan dan
dikumpulkan dalam scum pump. Lumpur yang menetap di bagian
bawah tangki akan didorong oleh scrapper ke arah tengah kerucut, dan
dikeluarkan oleh pompa.
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
melalui bagian dalam membran. Aliran air akan mengalir dan kulit
membran dan berpusat di sepanjang membran. Lalu aliran air reject
akan kembali lagi ke umpan untuk mengurangi pembentukan padatan
dalam modul membran. Operasi seperti ini memungkinkan UF
beroperasi lebih lama sebelum dibutuhkan untuk pencucian kembali
sebagai pemilihan dan ketersediaan sistem.
Proses penyaringan tidak dapat dipertahankan tanpa batas
waktu tertentu karena kekuatan pendorong di membran harus
ditingkatkan terus-menerus untuk menjaga aliran pada membran.
Pompa umpan akan mendorong air laut melalui jalur UF. Setiap jalur
memiliki katup kontrol aliran yang akan menyeimbangkan melalui
jalurnya dan juga mencegah jalur beroperasi pada penyerapan
berlebih yang bisa mengakibatkan kerugian dan perlunya diadakan
peningkatan backwash dan cleaning in place (CIP). Tekanan pada
selaput membran sebelum dan sesudah harus dimonitor secara terus
menerus sehingga Trans Membrane Pressure (TMP) dapat diukur
untuk memantau kinerja.
Ada bagian dari desain yang akan menjadi beberapa aliran yang
melewati membran dalam jalur daur ulang kembali atau reject
sehingga tidak hilang dari sistem. Daur ulang ini sangat efektif dalam
mengurangi waktu pencucian terbalik dan pembersihan membran.
Operasi UF – Backwash
Dengan tumpukan padatan selama filtrasi, akan meningkatkan
tekanan aliran yang dapat diatasi dengan cara liran terbalik
menggunakan filtrat UF. Air scouring digunakan untuk
meningkatkan efektivitas pencucian kembali.
Operasi backwash ini dilakukan secara berkala yang dapat
ditentukan oleh total aliran atau waktu berlalu, biasanya setiap 30-45
menit. Sistem keseluruhan akan dikontrol sedemikian rupa, sehingga
hanya satu jalur yang akan mengalami backwash pada satu waktu.
Aliran dari proses backwash dapat dibuang langsung ke pembuangan.
oleh karena itu pada furnace bagian bawah dilapisi dengan refractory
(batu tahan api).
Ada dua tingkatan steam yang dihasilkan oleh departemen utilitas,
yakni:
1. Saturated high pressure steam 73 bar
2. Superheated low pressure steam 13 bar
Setelah steam dipakai oleh user / proses, maka steam tersebut akan
berubah menjadi condensate dan condensate tersebut dikembalikan lagi
ke power plant sebagai air umpan boiler dan masuk ke feed water tank.
Pada feed water tank, ditambahkan air denim sebagai makeup water. Air
yang keluar dari feed water tank dipompakan dengan menggunakan
pompa feed water pump, di proses ini hanya menaikkan tekanannya
dengan temperatur tetap. Setelah itu, feed water masuk ke high pressure
heater untuk menaikkan temperaturnya dengan tekanan tetap, sehingga
feed water tersebut temperaturnya naik menjadi 140oC. Di proses ini
terjadi perpindahan panas antara feed water dengan steam yang keluar
dari extraction turbine dengan tekanan tetap tanpa perubahan phase dari
feed water. Feed water yang keluar dari high pressure heater masuk ke
CFB boiler pada inlet economizer, setelah itu feed water masuk ke steam
drum.
Dari steam drum boiler, water turun ke bawah mengisi pipa
furnace wall, down corner dan distribution header. Di dalam boiler
terjadi natural circulation antara air dan steam karena adanya
perbedaan, di mana air yang lebih dingin akan turun ke bawah dan uap
akan naik ke atas. Dari steam drum, saturated steam akan naik ke atas
dan menuju super heater, Setelah dari super heater, steam akan
dikontrol temperaturnya dengan memakai air feed water di Desuper
heater dengan temperatur yakni 480oC. High presssure part boiler
diproteksi oleh safety valve, terdapat 2 safety valve di steam drum dan 2
safety valve di main steam line sebelum main steam valve. Dari steam
drum akan keluar steam basah (saturated steam) dan masuk ke low
superheater dan setelah dari low super heater masuk ke high
sampah yang melekat pada dinding tangki, yang kemudian berjalan dan
dikumpulkan dalam scum pump. Lumpur yang menetap di bagian
bawah tangki akan didorong oleh scrapper ke arah tengah kerucut, dan
dikeluarkan oleh pompa.
BAB V
LABORATORIUM
Analisa FFA ini dilakukan dengan cara metode titrasi asam basa
antara minyak yang di dalamnya terdapat asam lemak dengan larutan
NaOH. Langkah-langkah melakukan analisa ini adalah sebagai berikut:
Timbang sampel minyak ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan reagen isopropyl alcohol untuk sampel asam rendah dan
isopropyl hexane untuk sampel asam tinggi.
Tambahkan indikator phenol phtalein (PP).
Larutkan dengan pemanasan di atas hot plate sampai minyak dan
reagen larut sempurna.
Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N untuk asam tinggi dan 0,01 N
untuk asam rendah sampai warna merah muda (merah lembayung).
Hitung kadar asam lemak bebas dengan rumus:
V.N.20 V.N.25,6
%FFA= atau %FFA=
W W
Di mana: V = Volume titrasi
N = Normalitas NaOH
W = Berat sampel
20,0 = Untuk CPO dan turunannya
25,6 = Untuk CPKO dan turunannya
2. Analisa Moisture (Kadar Air)
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat
dalam minyak. Adanya air ini akan memicu pertumbuhan mikroba yang
dapat memproduksi enzim. Selain itu, air akan bereaksi dengan trigliserida
dan menghasilkan FFA, sehingga apabila kadar air tinggi juga akan
meningkatkan kadar FFA, yang nantinya akan mudah teroksidasi dan efek
selanjutnya adalah ketengikan pada minyak. Pada pengolahan, semakin
tinggi nilai moisture akan menyebabkan waktu reaksi menjadi lama dan
akibatnya hasil yang diperoleh tidak maksimal dan pada produk akan
mempercepat naiknya kadar asam.
Adapun jika kadar air dalam minyak dapat mengalami kenaikan, hal
ini disebabkan karena pada proses pengolahan raw material dan
penyimpanan minyak sendiri pasti memiliki kelembaban udara tertentu dan
memicu reaksi oksidasi.
5. Analisa Impurities
Impurities merupakan semua komponen yang tidak larut dalam
minyak; dapat berupa fiber, logam, batu, pasit, senyawa organik, dan
senyawa anorganik lainnya. Kandungan impurities perlu dianalisa agar
kemurnian minyak dapat diketahui.
Metode yang dilakukan dalam analisa impurities adalah dengan
melarutkan minyak ke dalam pelarut non polar sehingga senyawa yang
tidak dibutuhkan yang tidak larut dalam minyak dapat terpisahkan dengan
adanya pelarut non polar. Kemudian, dilakukan penyaringan dengan
penyaringan Buchner (menggunakan vakum) agar dapat memisahkan
dengan baik. Kemudian, berat pengotor dalam kertas saring ditimbang
untuk mengetahui persen impurities. Adapun perhitungan yang digunakan:
Berat pengotor kertas saring-berat kertas saring
Impurities= x 100%
Berat sampel
Minyak yang mempunyai kualitas baik adalah minyak dengan
kandungan impurities seminimum mungkin. Impurities yang banyak
menandakan proses degumming dan bleaching tidak berjalan dengan baik;
sehingga gum, logam, dan pengotor lainnya masih berada dalam minyak.
6. Analisa LC (Lovibond Color)
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui komponen warna yang
terdapat dalam minyak. Komponen utama yang menyebabkan warna pada
minyak goreng adalah pigmen karoten sebagai penyumbang warna
kuning. Antosianin sebagai penyumbang warna merah. Klorofil sebagai
penyumbang warna hijau. Pada pengukuran warna pada lovibond
untuk mengetahui suhu penyimpanan dari suatu minyak agar kualitas tetap
terjaga terutama pada suhu dingin seperti di supermarket. Adapun nilai CP
dipengaruhi oleh beberapa parameter sepeti nilai IV dan adanya kadar air.
Langkah-langkah dalam analisa CP adalah sebagai berikut:
Sampel harus kering sebelum dilakukan analisa.
Saring 60-70% minyak cair menggunakan kertas saring.
Panaskan minyak yang telah disaring tadi dengan suhu 10oC selama 5
menit.
Tuangkan sampel minyak ke dalam beaker glass 100 ml.
Dinginkan sampel pada suhu kamar dan pada water bath. Aduk agar
suhu terjaga merata. Setelah itu, aduk dengan arah lingkaran agar
mencegah terjadinya pendinginan mendadak dan pengkristalan pada
sisi samping dan sisi bawah beaker glass.
Jangan sekali-kali memindahkan thermometer dari sampel karena
dapat menyebabkan masuknya rongga udara ke dalam sampel.
Pindahkan beaker glass sampel dari water bath secara teratur dan
perlahan-lahan. Titik kabut adalah suhu di mana bagian bawah
thermometer dalam sampel tidak akan tampak lagi.
Lihat hasilnya pada thermometer.
blanko dan suatu alat untuk perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko
ataupun pembanding.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
absorpsi radiasi elektromagnet. Spektrofotometri ini hanya terjadi bila
terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan
arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Sinar ultraviolet
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,sementara sinar tampak
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Penyerapan (absorbsi) sinar
UV dan sinar tampak pada umumnya dihasilkan oleh eksitasi elektron-
elektron ikatan, akibatnya panjang gelombang pita yang mengabsorbsi
dapat dihubungkan dengan ikatan yang mungkin ada dalam suatu molekul.
Penilaian spektroskopi UV-Vis didasarkan pada suatu persamaan
matematisyang disebut hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi (A) adalah
hasil perkalian antara absorptivitas (a) atau absorptivitas molar (ε) dengan
tebal kuvet (b), dan konsentrasi larutan (c). Spektrofotometri biasanya
digunakan pada analisa DOBI.
4. NIRS (Near-Infrared Spectroscopy)
Spektroskopi NIR adalah sebuah teknik yang cepat dan tak merusak
(nondestructive), yang menyediakan analisa unsur-unsur pokok dari hampir
semua matriks. Spektroskopi NIR menunjukkan keuntungan dari persiapan
sampel yang mudah tanpa banyak perlakuan sebelumnya, kemungkinan
memisahkan posisi pengukuran sampel dan spektrometer dengan
menggunakan probe fiber optik, dan memprediksi kimia dan fisik parameter
sampel dari satu spektrum tunggal.
NIR adalah pengukuran cahaya yang diserap yang mengarah pada
sampel pada daerah panjang gelombang 800-2500 nm. Hal ini memberikan
informasi kualitatif dan kuantitatif sebagai hasil interaksi dari gelombang
elektromagnetik NIR dengan unsur-unsur pokok sampel. NIR biasanya
digunakan untuk pengukuran kuantitatif gugus fungsi organik, terutama O-
H, N-H, dan C = O. NIRS biasanya digunakan untuk mengukur nilai FFA
dan IV.
5. Kolorimeter Lovibond
Kolorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
konsentrasi suatu zat yang didasarkan pada tercapainya kesamaan warna
antara larutan sampel dan larutan standar, dengan menggunakan sumber
cahaya polikromatis dengan detektor mata. Alat ini merupakan alat
pengukur warna visual yang biasa digunakan untuk mencocokan warna
untuk menentukan bahan warna suatu material atau benda. Alat ini didesain
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara internasional dengan
standar yang sama. Dengan skala warna Lovibond, tintometer ini dapat
digunakan untuk mengukur warna berbagai produk termasuk minyak dan
lemak.
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi suatu kebutuhan yang penting
dalam perkembangan di sektor industri, yakni di PT. Sari Dumai Sejati. Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah
memberikan tanggung jawab kepada manajemen untuk melaksanakan pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Namun keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan. Adapun tujuan yang
hendak dicapai dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pada intinya adalah
sebagai berikut :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas.
2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Selain UU No 1/1970 yang menjelaskan mengenai keselamatan kerja
karyawan di bawah koordinasi Depnaker, berikut adalah peraturan yang melandasi
pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
1. UU No 2/1951
Mengenai ganti rugi akibat kecelakaan kerja di bawah koordinasi Depnaker.
2. PP No 11/1979
Mengenai persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan kerja
di bawah koordinasi Dirjen Minas.
3. UU No 4/1982
Mengenai ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup dibawah koordinasi
Depnaker.
4. KLH PP No 29/1986
Mengenai ketentuan AMDAL di bawah koordinasi KLH.
6.1. Perencanaan K3
1. Identifikasi Potensi Bahaya
PT. Sari Dumai Sejati menyusun rencana K3 berdasarkan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko, peraturan yang ditetapkan pemerintah, dan
juga sumber daya yang dimiliki. Perencanaan K3 yang disusun oleh
perusahaan paling sedikit memuat tujuan yang dapat terukur, skala prioritas,
upaya pengendalian bahaya, penerapan sumber daya, jangka waktu
pelaksanaan, indikator pencapaian, dan sistem pertanggungjawaban.
Setiap uraian pekerjaan tersebut dapat dilihat tingkat pencapaiannya
di setiap bulannya. Hampir di setiap kegiatan produksi di sistem pengolahan
minyak di PT. Sari Dumai Sejati memiliki potensi bahaya baik dari
lingkungan kerja maupun dari setiap alat atau unit-unit yang ada dalam
proses produksi. Oleh sebab itu, diperlukan proses identifikasi bahaya yang
ada dalam proses produksi untuk meminimalisir terjadinya risiko
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang timbul dari potensi bahaya
yang ada. Dalam mengidentifikasi potensi bahaya, PT. Sari Dumai Sejati
mengamati dan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menimbulkan
potensi bahaya yang mampu memberikan dampak buruk kepada
keselamatan dan kesehatan seluruh pekerja yang berada di bawah kendali
perusahaan. Identifikasi bahaya yang dilakukan PT. Sari Dumai Sejati ini
dilakukan kepada seluruh aktivitas pekerja yang memilki akses pada tempat
kerja serta fasilitas yang disediakan oleh perusahaan.
Personil yang ditunjuk untuk menyusun identifikasi bahaya penilaian
dan pengendalian risiko telah dibekali pengetahuan risk management
sehingga dapat dipastikan identifikasi risiko dan pengendalian yang
ditetapkan yang ditetapkan akurat dan relevan dengan kondisi yang ada di
masing-masing kegiatan.
2. Penyediaan Sumber Daya
PT. Sari Dumai Sejati dapat menyediakan sumber daya yang
diperlukan, meliputi sumber daya terknologi dan keuangan agar dapat:
a. Menerapkan dan memelihara serta melakukan perbaikan secara
berkelanjutan terhadap efektivitasnya.
a. Ahli K3
Ahli K3 harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang. Ahli K3 diperlukan sebuah perusahaan untuk
mengawasi terjalankannya / ditaatinya perundang-undangan
keselamatan kerja kebijakan perusahaan tentang K3. Detail ahli K3 di
PT. Sari Dumai Sejati adalah:
Ahli K3 umum : 4 orang
Ahli P3K : 2 orang
Ahli operator radio : 1 orang
Ahli K3 juga memiliki tugas penting dalam perusahaan karena
sebagai perpanjangan tangan dari menteri tenaga kerja untuk
terjalankannya lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman. Selain
menjalankan tugas utamanya, ahli K3 dituntu untuk menjadi
narasumber dalam pelatihan mengenai motivasi serta kesadaran tentang
K3 di PT. Sari Dumai Sejati.
b. Sosialisasi K3
Sosialisasi K3 dilakukan oleh PT. Sari Dumai Sejati untuk
memberikan pemahaman kepada karyawan, staff, tenaga kerja harian,
kontraktor, dan lain-lain mengenai bahaya yang mungkin dapat
menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber
bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan
mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden. Sosialisasi
dilakukan dengan melakukan:
- Informasi K3
Informasi K3 dilakukan oleh PT. Sari Dumai Sejati dengan
memasang informasi yang bersifat persuasif mengenai K3 dalam
bentuk brosur, baliho, maupun spanduk. Baliho dan spanduk
informasi K3 ditempatkan di tempat yang sering dilalui oleh pekerja
seperti jalan utama, pintu masuk, dan tiap departemen. Terdapat juga
informasi K3 dalam bentuk artikel-artikel seputar keselamatan kerja
yang ditempelkan pada papan informasi yang terletak pada area
kerja yang ada di PT. Sari Dumai Sejati.
- Safety Talk
Sosialisasi untuk karyawan atau kontraktor dilakukan pada saat
meeting maupun pertemuan-pertemuan. Safety talk juga dilakukan
pada saat permulaan setiap proyek yang melibatkan banyak
kontraktor dan juga pekerja / buruh harian, dalam safety talk proyek
tersebut yang bertanggungjawab ialah biro HSE. Selain memberikan
pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja kepada para
pekerja, safety talk juga berfungsi sebagai media komunikasi guna
mengetahui keluhan mengenai K3 dari pekerja.
- Safety Induction
Sosialisasi K3 untuk tamu dilakukan ketika tamu hendak melakukan
kegiatan di area tertentu. Umunya, sosialisasi dikemas dalam bentuk
safety briefing yang berisi mengenai himbauan-himbauan mengenai
K3 seperti penjelasan mengenai rambu-rambu K3. Sosialisasi serupa
juga diberikan kepada siswa atau mahasiswa yang hendak magang
di PT. Sari Dumai Sejati. Contoh informasi yang diberikan yakni
macam warna restricted area (merah untuk jetty, hijau untuk area
pabrik, putih untuk main gate dan main office), safety rules for plant
tours (helm, safety shoes, ear plug, larangan penggunaan handphone
pada biodiesel plant, dll), peraturan lalulintas, dll.
c. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
PT. Sari Dumai Sejati memfokuskan pelatihan dan kompetensi
pekerja pada calon karyawan baru. Hal ini bertujuan agar sebelum
mereka bekerja sebagai karyawan, mereka sudah paham bentuk
keselamatan di area kerja mereka dan meminimalisir tanggap darurat
yang terjadi dengan diberikannya pelatihan. Pelatihan tersebut calon
karyawan akan diberikan pemahaman dalam bentuk seminar
keselamatan dan kesehatan kerja pada masing-masing unit kerja dan
diberikan penjelasan kemungkinan potensi bahaya yang ditimbulkan
dari pekerjaan di area tersebut.
4. Infrastruktur
Fasilitas kerja dan infrastruktur pendukung dan pelaksanaan kerja
untuk mencapai sasaran dan persyaratan hasil kerja yang ditetapkan,
disediakan, dan dipelihara di PT. Sari Dumai Sejati agar mencapai
kesesuaian produk yang dihasilkan, meliputi:
a. Sanitasi yang baik di setiap departemen demi kenyamanan setiap tempat
kerja.
b. Gedung, tempat kerja, dan berbagai fasilitas lainnya yang relevan dan
dapat memenuhi standar kerja di tempat kerja dan operasi.
c. Peralatan proses yang diperlukan baik perangkat lunak dan perangkat
keras.
d. Kegiatan-kegiatan pendukung lainnya (seperti alat transportasi dan
komunikasi).
5. Lingkungan Kerja
Seluruh personil dan semua jajaran pimpinan mengupayakan
pengelolaan lingkungan kerja, untuk memenuhi kesesuaian terhadap
persyaratan produk yang telah ditetapkan sehingga tercipta lingkungan kerja
yang sehat, aman, dan nyaman.
dan Kesehatan Kerja berfungsi untuk menghimpun dan mengolah segala data
dan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja serta
mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, pelatihan, dan penelitian
K3 dalam upaya pengelolaan K3.
PT. Sari Dumai Sejati juga memiliki prosedur komunikasi, partisipasi, dan
konsultasi yang mengatur mengenai komunikasi internal dan eksternal,
konsultasi dan partisipasi. Komunikasi internal dapat dilakukan melalui lembar
komunikasi, safety talk, safety induction, email, brosur, dan spanduk.
Komunikasi eksternal melalui laporan kegiatan P2K3, laporan penyakit, dan
laporan kecelakaan kerja. Apabila terdapat masalah yang diidentifikasi oleh
karyawan dapat disampaikan kepada Manager atau melalui mekanisme berupa
safety talk, safety induction, email kontak pribadi atau melalui wakil P2K3 yang
ditunjuk. Terdapat Risalah Komunikasi Internal yang berisi kolom tanggal,
subject, penyampaian, deskripsi informasi dan tanggapan.
Untuk penerapan sistem manajemen K3, PT. Sari Dumai Sejati telah
membuat dokumen sesuai dengan tingkat hirarkinya. Di dalam manual tersebut,
sudah dimasukkan tujuan dibuatnya manual untuk penerapan sistem
manajemen K3 di perusahaan. Selain sudah membahas tujuan, di dalam manual
juga membahas overview perusahaan, membahas tentang korelasi prosedur
sebagai pendukung teknis penjabaran yang ada di manual, serta di dalam
manual membahas tanggungjawab untuk struktur kepegawaian yang ada sesuai
dengan struktur yang ada, serta penjabaran tanggungjawab dan wewenang bila
permasalahan K3 terjadi.
1. Pengendalian Dokumen dan Rekaman
PT. Sari Dumai Sejati juga memiliki pengendalian dokumen dan
rekaman. Di mana dalam prosedur mencakup tatacara pelaksanaan,
pembuatan, pengesahan, distribusi, atau revisi dokumen. Dokumen master
yang dikendalikan meliputi manual, prosedur, instruksi kerja, SOP, dan
checklist. Pemilik proses yang dalam hal ini adalah Manager HSE yang
memastikan bahwa di seluruh dokumen sudah terdapat identitas, status,
wewenang, tanggal terbit, dan tanggal modifikasi serta lembar distribusi
dokumen dan juga menganalisa perubahan atau pembuatan dokumen master
aman juga dilakukan safety patrol oleh safety inspector, setiap hasil temuan
ketidaksesuaian tersebut didokumentasi dievaluasi, dan direkomendasikan
perbaikannya. Untuk rekomendasi yang membutuhkan support tim
manajemen, maka akan dibahas pada forum bulanan HSE Commitee
Meeting / Rapat P2K3.
Selain kegiatan predictive and preventive maintenance, juga terdapat
beberapa upaya pengendalian operasional lainnya. Upaya pengendalian
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Metode Administrasi
Kontrol Masuk
Tujuan diterapkannya kontrol masuk di PT. Sari Dumai Sejati
adalah untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang dan
memiliki izin saja yang dapat memasuki / bekerja di kawasan area
produksi. Beberapa perlengkapan yang ada dalam elemen kontrol
masuk di PT. Sari Dumai Sejati adalah:
- Prosedur Masuk Fasilitas
PT. Sari Dumai Sejati memiliki petunjuk pelaksanaan untuk
memasuki area yang diperuntukkan untuk karyawan PT. Sari
Dumai Sejati, tamu perusahaan, dan siswa/mahasiswa kerja
praktek. Petunjuk pelaksanaan ini diberikan melalui safety
induction dari PT. Sari Dumai Sejati. Jika pihak yang
bersangkutan tidak mematuhi peraturan tersebut, maka akses
untuk masuk ke area tidak akan diberikan. Hingga sejauh ini
kontrol masuk di area kawasan Apical berjalan lancar.
- Notebook dan media pencatat lain
Notebook digunakan PT. Sari Dumai Sejati untuk mencatat
pengunjung yang masuk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah pasti dari pengunjung yang berada di dalam kilang bila
terjadi keadaan darurat.
- Badge pengunjung
Baik karyawan maupun pengunjung harus dilengkapi dengan
badge yang disediakan PT. Sari Dumai Sejati.
- Papan peringatan
Papan peringatan digunakan untuk mengingatkan pengunjung
tentang persyaratan / aturan untuk memasuki dan saat berada di
dalam fasilitas.
SIKA (Surat Ijin Kerja Aman)
SIKA (Surat Ijin Kerja Aman) adalah surat izin kerja yang
bertujuan untuk menjamin semua aspek keselamatan kerja telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Macam-macam jenis SIKA
di PT. Sari Dumai Sejati sebagai berikut:
- Hot work permit : Suatu kegiatan / pekerjaan yang
menggunakan api terbuka dan mesin-mesin yang digerakkan
oleh tenaga mekanis atau listrik atau pekerjaan yang dapat
mengakibatkna timbulnya percikan api. Pekerjaan panas
tersebut antara lain:
a. Pengelasan listrik dan las potong
b. Penggunaan mesin grinda atau alat potong
c. Penggunaan peralatan hot tapping
d. Penggunaan api terbuka
e. Penggunaan hand tools yang dapat menimbulkan percikan
api
f. Penggunaan alat yang memakai baterai tetapi tidak
mencantumkan kualifikasi gas proof
- Cool work permit: Suatu kegiatan / pekerjaan yang bersifat
ringan. Pekerjaan tersebut antara lain:
a. Pengecatan
b. Servis AC
- Confinied work permit: Suatu kegiatan/pekerjaan yang bersifat
tertutup. Contohnya adalah cleaning tank.
- General work permit: Suatu izin kerja pertama kali kontraktor
memasuki area.
b. Metode Engineering
MOC (management of change) diperlukan antara lain pada kegiatan
perubahan feed yang memiliki spesifikasi berbeda dengan feed awal,
perubahan desain, perubahan spesifikasi, perubahan bagian dalam
bangunan area, penambahan atau pengadaan suatu alat proses pada area
proses, perubahan pemakaian material atau struktur komponen
peralatan, instalasi alat baru, pengusulan proyek pemasangan atau
pengadaan peralatan atau bangunan baru, perubahan interlock atau
safety device, perubahan material instrumen yang berhubungan
langsung dengan proses steam, perubahan steam, perubahan safety
water, perubahan tipe tangki, penambahan venting atau drain.
5. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perlengkapan yang digunakan
untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya lingkungan kerja untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja Macam-macam
alat pelindung diri (APD) yang terdapat di PT. Sari Dumai Sejati adalah:
a. Alat pelindung kepala (safety helmet)
Safety helmet berfungsi untuk melindungi kepala pekerja dari dampak
benda yang memiliki potensi jatuh.
b. Alat pelindung tangan dan lengan
Pelindung tangan harus dikenakan oleh pekerja ketika bekerja di tempat
yang memiliki potensi bahaya yang berisiko seperti sengatan listrik,
luka goresan, luka lecet, luka tusuk, dan luka bakar. Sarung tangan yang
digunakan harus tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan.
c. Alat pelindung kaki (safety shoes)
Alat pelindung kaki (safety shoes) harus dikenakan oleh pekerja saat
bekerja di tempat yang terdapat bahaya cedera kaki yang disebabkan
karena benda jatuh atau menggelinding atau benda yang menembus sol,
serta area di mana kaki pekerja terpapar pada bahaya listrik. Sepatu
keselamatan harus terbuat dari bahan-bahan yang memenuhi
persyaratan keselamatan seperti baja pelindung jari, sol tahan oli,
pelindung kaki, dan bahan yang tidak menimbulkan percikan api.
dengan bidang lingkup auditnya. Tetapi PT. Sari Dumai Sejati belum pernah
dilakukan audit eksternal.
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktek yang kami lakukan di PT. Sari Dumai Sejati
berupa orientasi-orientasi di berbagai unit dengan ditunjang oleh data-data dari
literatur dan petunjuk serta penjelasan dari operator dan pembimbing dapat
disimpulkan bahwa:
1. PT Sari Dumai Sejati merupakan komplek pengolahan palm oil terbesar di
Indonesia dengan kapasitas total refinery plant sebesar 9050 ton per day,
CPKO fractionation 200 ton per day, oleochemical plant 1000 ton per day,
biodiesel 1200 ton per day, dan kernel crushing plant 1580 ton per day.
2. Refinery plant bertujuan untuk memurnikan minyak sawit yang masih
berupa Crude Palm Oil (CPO) / Crude Palm Kernel Oil (CPKO) melalui
proses degumming, filtration, deodorization; menjadi RBDPO /
RBDPKO. Sedangkan fractionation plant, RBDPO difraksinasi menjadi
RBDOL dan RBDPS, dan CPKO difraksinasi menjadi CPKOL (olein) dan
CPKST (stearin).
3. Pada KCP (Kernel Crushing Plant), biji sawit (Palm Kernel) akan dipress
dan disaring untuk diambil minyaknya, yakni CPKO (Crude Palm Kernel
Oil) dan cakenya disebut sebagai PKE (Palm Kernel Expeller).
4. Pada oleochemical plant, minyak dalam bentuk RBDPO / RBDPS /
CPKO, yang merupakan produk dari refinery and fractination plant, akan
direaksikan dengan air untuk membentuk gliserin dan fatty acid.
5. Pada biodiesel plant, RBDPO / RBDPL / RBDPS / RBDPKO, yang
merupakan produk dari refinery and fractination plant, akan direaksikan
dengan air dengan bantuan katalis Sodium Methylate untuk memebentuk
alkil ester (produk utama) dan gliserin (produk samping).
6. Desalination and Waste Water Treatment Plant berfungsi sebagai sumber
utilitas penyediaan air dan pengolahan limbah di PT Sari Dumai Sejati.
Sedangkan Power Plant menyuplai listrik sebesar 2x16MW dan steam.
7.2. Saran
1. Kerja keras, disiplin, dedikasi dan loyalitas dari karyawan dan pimpinan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Perlu dipererat jalinan kerja sama dengan dunia pendidikan tidak hanya
melalui kunjungan industri dan kerja praktek, tetapi dapat dicoba melalui
proyek penelitian.
3. Kami menghimbau kepada PT. Sari Dumai Sejati untuk meninjau kembali
peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan minyak, kami melihat
beberapa kebocoran pada alat.
4. Diharapkan untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar PT
Sari Dumai Sejati.
5. Kami harapkan PT Sari Dumai Sejati untuk meningkatkan teknologi dalam
pengolahan minyak sawit agar produk yang dihasilkan semakin baik, dan
juga menigkatkan teknologi dalam pengolahan limbah agar limbah bisa
dimanfaatkan selain dibuang.