Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK LABORATORIUM

ACARA V

PEMBUATAN LARUTAN PENGENCERAN DAN MEDIA AGAR

DISUSUN OLEH:

Kelompok 8

Aulia Puspita Widodo V1821010

Elphis Listiyono Putra V1821015

Fadilah Wahyu Agustin V1821017

Farinsia Dara Devinta V1821020

Hamidah Sobriyati V1821025

Nova Willy Amalia V1821072

Tifany Faradila V1821061

D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
ACARA V
PEMBUATAN LARUTAN PENGENCER DAN MEDIA AGAR
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat larutan pengencer
2. Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat media agar

B. TINJAUAN PUSTAKA
Media merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai tempat
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri. Beberapa jenis bakteri dapat hidup
baik pada media yang sangat sederhana, yang hanya mengandung garam
anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula, namun ada pula bakteri
yang memerlukan suatu media yang sangat kompleks selain mengandung sumber
karbon dan nitrogen juga perlu penambahan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya, namun yang terpenting media harus mengandung nutrisi yang merupakan
substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrisi dalam
media harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup. Media terdiri atas
campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme baik
dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain. Suatu media dapat
menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara
lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen baik, media steril dan
media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme
(Juriah & Sari, 2018)
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang
dirakituntuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa
digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur
murni. Komposisi media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan
identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing
pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-
zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan
mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan,
pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba(Supriatin &
Rahayyu, 2016)
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat
dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak,
media miring, dan media lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang
ditegakkan sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi yang
dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai
wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni bakteri atau
kapang. Kalau ke dalam media ditambahkan antara 10-15 gram tepung agar-agar
per 1000 ml media. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung
kepada jenis atau kelompok mikroba yang dipelihara. Kalau ke dalam media tidak
ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk pembiakkan mikroalga
tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Ada yang memerlukan kadar
air tinggi sehingga jumlah tepung agar-agar rendah. Tetapi ada pula yang
memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung agar-agar haru
sedikit. Media padat umumya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan
kadang-kadang juga mikroalga(Sari, 2019)

Media PCA termasuk ke dalam media padat. Teknik yang biasa digunakan
dalam media padat biasanya berdasarkan jumlah hitungan koloni pada lempeng
atau colony forming unit (CFU) dari inoculum standar mikroba. Hitungan koloni
dapat digunakan untuk melihat rasio produktifitas yang mengkuantifikasi
pertumbuhan relatif dari mikroba pada media yang diujikan dengan pertumbuhan
mikroba tersebut secara paralel pada media referensi. Media Plate Count Agar
(PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga
setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Media PCA terdiri dari casein
enzymic hydrolysate, yeast extract, dextrose, agar. Media PCA dilarutkan dengan
aqua destilata dengan membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada
autoklaf 15 menit pada suhu 121°C(Wati, 2018).
Pembuatan media dapat dilakukan dengan menimbang bahan kimia secara
teliti, kemudian mencampurkanya atau melarutkannya dalam air suling ,mengatur
pHnya, dan memasukan ke dalam tabung, serta mensterilkannya menggunakan
otoklaf pada suhu dan waktu yang ditetapkan misalnya suhu 121 o(tekanan 151b)
selama 15-20 menit. Medium padat mengandung bahan pemadat seperti agar
,gelatin, atau silika gel. Agar paling sering digunakan yang merupakan bahan dari
peganggang laut. Media yang mengandung agar akan mencair dalam suhu 79-100
derajat dan setelah sterilisasi media, agar akan membeku dalam suhu 42 derajat.
Media yang disimpan dalam memadat, misalnya dilemari es dapat dicairkan
kembali dengan memanaskan wadah menggunakan pemanas. Media yang akan di
inokulasi dengan mikroba tentu sebelum memadat harus didinginkan terlebih
dahulu disuhu ruangan sampai 47-50oC. Jika media terlalu panas, mikroba yang
akan ditumbuhkan akan mati. Struktur kimia agar terdiri dari galaktan, yaitu
polimer dari molekul-molekul galaktosa yang tidak dapat dipecah kebanyakan
oleh mikroba. Konsenterasi yang digunakan biasanya 1,5% ,tetapi jika akan
dilakukan goresan pada permukaan agar dapat digunakan konsentrasi 1,8-20%
sehingga dapat agar yang lebih keras setelah memadat(Sari, 2019)
Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu
antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan
mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.
Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan kepadatan bakteri yang
ditanam. Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau
memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan
sehingga volume larutan menjadi berubah. Terdapat dua jenis larutan pengencer
yang steril yaitu larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%) 9 ml dan larutan Artificial
Sea Water (ASW) atau larutan air laut buatan 9 ml. Dalam penyiapannya, larutan
garam fisiologis jauh lebih mudah dan ekonomis dibandingkan dengan
ASW(Nurjanna & Fajrihani, 1996).

C. Metodologi

1. Alat

a. Erlenmeyer

b. Gelas beker

c. Hotplate

d. Magnetic stirrer

e. Neraca analitik

f. Pipet ukur

g. Propipet

2. Bahan

a. Aquades

b. Kristal NaCl

c. Plate count agar


3. Cara Kerja

a. Pembuatan media larutan garam fisiologis

Kristal NaCl

Penimbangan

Peletakan dalam labu ukur

Penambahan hingga tanda


Aquades
tera

Penggojokan

Larutan garam fisiologis


0,085%

Gambar 1.1 Diagram Alir Pembuatan Larutan Garam Fisiologis 0,085%


b. Pembuatan media larutan garam fisiologis

Bubuk PCA

Penimbangan

Peletakkan dalam
erlenmeyer

Penambahan sebanyak 10ml


Aquades

Penggojokan

Pemanasan

Media PCA Padat

Gambar 1.2 Diagram Alir Pembuatan Media Plate Count Agar


D. Hasil dan Pembahasan

Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk melarutkan dan


melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga menjadi lebih
mudah ditangani. Perlakuan pengenceran sangat diperlukan sebelum
ditumbuhkan pada medium agar di cawan petri supaya setelah inkubasi
terbentuk koloni dengan jumlah yang terbaik dan bisa dihitung antara 30
sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu
1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan sebagai
pengencer berupa buffer yang memiliki pH normal yaitu pH yang dapat
mempertahankan keseimbangan fisiologis mikroba seperti buffer fosfat,
garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan ringer. (Widiasti et al., 2020)

Natrium fisiologis atau yang sering disebut larutan garam fisiologis


merupakan larutan isotonis yang memiliki banyak kegunaan dalam bidang
medis dan laboratorium, dan umumnya larutan garam fisiologis memiliki
kisaran konsentrasi 0.9%. Beberapa kegunaan larutan garam fisiologi yaitu
pengenceran konsentrasi mikroba. Dalam menghitung jumlah mikrob
seperti bakteri, perlu dilakukan pengenceran. Kegunaan yang selanjunya
yaitu sebagai cairan infus, cairan infus yang digunakan oleh pasien yang
terdiri dari larutan garam fisiologis dan campuran garam-garam lainnya
(Ariyanto et al., 2016).

Menurut teori, Pembuatan Larutan Garam Fisiologis dibuat dengan


melarutkan sejumlah dengan melarutkan sejumlah NaCl yang dalam akuades
sampai volume yang diinginkan. Ditimbang kristal NaCl sebanyak 2,125 gram
pada gelas beaker dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian bubuk
tersebut dilarutkan dengan 250 ml aquadest.(Nurjanna & Fajrihani, 1996)

Beberapa contoh media agar yang sering digunakan secara umum


dalam mikrobiologi antara lain:

a. Nutrient Agar (NA); NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium


yang berbentuk padat, NA (Nutrient Agar) dibuat dari campuran
ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai
pemadat. Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang
digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media
semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang
ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya
media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum,
karena media ini merupakan media yang peling umum digunakan
untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri (Napitupulu et al.,
2019).
b. Potato Detrose Agar (PDA), adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium. Berdasarkan komposisinya
PDA termasuk dalam media semi sintetik karena tersusun atas
bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar).
Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan
energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu
komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA.
Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme
terutama jamur.(Sari, 2019)
c. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar), adalah medium selektif dan
diferensial untuk isolasi dan pertumbuhan dari bakteri enterik dan
mikroorganisme coliform. Media Eosin Methylene Blue (EMB)
memiliki komposisi pankreas gelatin, eosin, methylene blue,
laktosa dan dipottasium phospat. Koloni bakteri Klebsiella
pneumoniae pada media EMB tebal, mucoid, dan berwarna merah
muda. Media ini mengandung eosin dan metilen biru yang
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif sehingga
pertumbuhan bakteri gram negatif lebih banyak.
(Ricky, 2018)
d. MRSA (deMann ogosa Sharpe Agar) MRS Agar atau de Man
Rogosa Sharpe agar atau dapat disingkat MRSA, merupakan
medium selektif yang digunakan untuk mengisolasi dan
menumbuhkan kelompok Bakteri Asam Laktat (BAL). Bakteri
asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang mampu
menghasilkan metabolisme berupa asam-asam organik yang terdiri
dari genus Lactobacillus, Streptococcus,
Pediococcus dan Leuconostoc. Beberapa spesies
anggotanyamerupakan mikrobiota saluran pencernaan
manusia. (Ricky, 2018).
Menurut teori, pembuatan media agar PCA dilakukan dengan
melarutkan media PCA dengan aqua destilata dengan membentuk suspensi
22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf 15 menit pada suhu 121°C.
Media PCA biasanya dibuat dan disterilisasi dalam jumlah yang banyak
sesuai dengan kebutuhan sampai akhir penelitian. Sisa media yang belum
dipakai disimpan di lemari pendingin pada suhu 100C. Jika akan dipakai
lagi media dipanaskan diatas hot plate. Demikian seterusnya diulang
berkali-kali (Wati, 2018).

Media Plate Count Agar (PCA) adalah media padat, yaitu media yang
mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi
padat. PCA merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang
umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis
bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air
limbah dan sampelsampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode
Total Plate Count (TPC). Media PCA terdiri dari casein enzymic
hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar (Wati, 2018).

Kelompok Massa (gram) Volume (ml)


1 0,2975 35
2 0,255 30
3 0,2125 25
4 0,17 20
5 0,1275 15
6 0,085 10
7 0,2975 35
8 0,255 30
9 0,2125 25
10 0,17 20
11 0,1275 15
12 0,085 10

Tabel 5.1 Pembuatan Larutan Garam Fisiologis

Dari hasil perhitungan tabel 5.1 Pembuatan garam fisiologis


0,85%, hal ini berarti menggunakan 0,085 gram Kristal NaCl dalam 10 ml.
Untuk membuat 25 ml larutan garam fisiologis, maka Kristal NaCl yang
diperlukan adalah sebanyak 0,2125 gram. Menurut teori yang ada, untuk
mencari massa yang dibutukan dengan cara mengalikan konsentrasi yang
diinginkan dengan volumenya.(Nurjanna & Fajrihani, 1996)

Kelompok Massa (gram) Volume (ml)


1 0,235 10
2 0,3525 15
3 0,47 20
4 0,5875 25
5 0,705 30
6 0,8225 35
7 0,2350 10
8 0,3525 15
9 0,4700 20
10 0,5875 25
11 0,7050 30
12 0,8225 35

Tabel 5.2 Hasil Pembuatan Media Plate Count Agar (PCA)

Dari hasil perhitungan tabel 5.2 penentuan massa media Plate Count
Agar (PCA) dengan konsentrasi zat sebesar 2,35% dan volume sebesar
10ml, 15ml, 20ml, 25ml, 30ml, 35ml dan besar volume seterusnya terjadi
berulang atau memiliki besar nilai yang sama. Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan percobaan hasil dari tabel kelompok 1 sampai dengan
kelompok 6 sama dengan hasil dari kelompok 7 sampai dengan kelompok
12. Hal tersebut dikarenakan besaran volume yang semakin besar maka
semakin besar pula massa media tersebut. Berdasarkan teori, besar kecilnya
massa larutan dipengaruhi oleh konsentrasi zat dan volume pelarut. Zat
terlarut yaitu zat yang jumlahnya sedikit sedangkan zat yang jumlahnya
banyak disebut pelarut(Industri et al., n.d.). Sifat-sifat suatu larutan sangat
dipengaruhi oleh susunan komposisinya (Putri et al., 2015). Untuk
menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu larutan digunakan
istilah konsentrasi (Wulandari & Yulkifli, 2018). Konsentrasi larutan yang
menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Putri et al.,
2015)

E. KESIMPULAN

Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk melarutkan dan


melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga menjadi lebih
mudah ditangani. Perlakuan pengenceran sangat diperlukan sebelum
ditumbuhkan pada medium agar di cawan petri supaya setelah inkubasi
terbentuk koloni dengan jumlah yang terbaik dan bisa dihitung antara 30
sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu
1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan sebagai
pengencer berupa buffer yang memiliki pH normal yaitu pH yang dapat
mempertahankan keseimbangan fisiologis mikroba seperti buffer fosfat,
garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan ringer

Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini
dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu,
media tegak, media miring, dan media lempeng. Media tegak
menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya, media
miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media
lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, W., Sadimin, & Sariyem. (2016). Daya Hambat Ekstrak Biji Mengkudu
terhadap Pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Jurnal Kesehatan Gigi,
03(1).

Industri, K., Hardiningtyas, D., Widha, M. B. A., Ningdyah, K., & Eunike, M. T.
A. (n.d.). L a r u t a n.

Juriah, S., & Sari, W. P. (2018). Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains. Klinikal
Sains, 6(1), 24–29.

Napitupulu, H. G., Rumengan, I. F. M., Wullur, S., Ginting, E. L., Rimper, J. R.


T. S. L., & Toloh, B. H. (2019). Bacillus sp. sebagai Agensia Pengurai dalam
Pemeliharaan Brachionus rotundiformis yang Menggunakan Ikan Mentah
sebagai Sumber Nutrisi. Jurnal Ilmiah Platax, 7(1), 158–169.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

Nurjanna, & Fajrihani, A. (1996). Penentuan bakteri sulfat reducing


bacteria(SRB) dan sulfur oxidazing bacteria (SOB) dengan menggunakan
pelarut yang berbeda. 0–3.

Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2015). Pengaruh Konsentrasi


Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika,
6(2), 147–153.

Ricky, F. (2018). Membuat Media Mikroorganisme. Universitas Brawijaya, 4, 1–


6.

Sari, L. P. (2019). Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri Dengan Menggunakan


Umbi Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) Untuk Bakteri
Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli. Skripsi, 2–
86.

Supriatin, Y., & Rahayyu, M. (2016). Modification of cary-blair transport media


for storage Salmonella typhi. Jurnal Teknologi Laboratorium, 5(2), 72–73.

Wati, R. Y. (2018). Pengaruh Pemanasan Media PCA Berulang Terhadap Uji


TPC di Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Pertanian Unand. Jurnal
TEMAPELA, 1(2), 44–47. https://doi.org/10.25077/temapela.1.2.44-47.2018

Widiasti, M., Putra, I. W. W. P., Duniaji, A. S., & Darmayanti, L. P. (2020).


Analisis Potensi Beberapa Larutan Pengencer Pada Uji Antibakteri Teh
Temu Putih ( Curcuma zedoaria ( Berg .) Roscoe ) Terhadap Escherichia
coli. Scientific Journal of Food Technology, 6(2), 117–125.

Wulandari, A. D., & Yulkifli. (2018). Studi Awal Rancang Bangun Colorimeter
Sebagai Pendeteksi Pada Pewarna Makanan Menggunakan Sensor
Photodioda. Pillar of Physics, 11(2), 81–87.
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1.3 Bahan pembuatan garam Gambar 1.3 Penimbangan NaCl 0,9
fisiologis gram

Gambar 1.4 Pencampuran NaCl dan Gambar 1.5 PCA


aquades

Gambar 1.6 Penggojogan PCA dan Gambar Alat pembuatan media agar
aquades PCA

Anda mungkin juga menyukai