Anda di halaman 1dari 9

EMPLOYEE TO ENTREPRENEUR

Disusun Oleh:

1. Cahya Adi Nugraha (3402180455)


2. Lalan (3402180442)
3. Lutfi Agung Nugraha (3402180439)
4. Rendy Prastyo (3402180574)

FAKULTAS EKONOMI PRODI MANAJEMEN


UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Employee (karyawan ) menurut Hasibuan merupakan orang penjual jasa
“pikiran atau tenaga” dan mendapat kompensasi yang besarnya telah
ditetapkan terlebih dahulu. Kemudian ada juga pendapat menurut Subri
bahwa karyawan merupakan penduduk dalam usia kerja “berusia 15-64
tahun” atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan entrepreneur menurut (Zimmerer,
Scarborough,2002) adalah seseong yang menciptakan bisnis baru ditengah
banyaknya resiko dan ketidakpastian sebagai sebuah tujuan untuk mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan mengidentfikasi peluang dan
mengumpulkan sumber daya yang penting sebagai modal utama. Ada juga
pendapat menurut (Thomberry,2006) Entrepreneur adalah seseorang yang
mempunyai ide yang inovatif. Dapat meldan meihat peluang yang ada dipasar
dan merubah mimpi mereka menjadi kenyataan yang bersinar.
Pada tanggal 31 Desember 2019, dokter spesialis mata telah
mengungkapkan jenis virus baru di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Virus itu
kemudian disebut SARS-CoV-2, yang dapat menyebabkan pernapasan akut
yang parah. (Chirico et al., 2020). Setelah menimbulkan pandemi, akan
berdampak pada perekonomian masyarakat Indonesia, sehingga perlu
memiliki kemampuan untuk menjaga daya beli masyarakat karena
berpengaruh terhadap keberlangsungan perekonomian negara. Demi
mewujudkan perekonomian yang stabil, pemerintah menyikapinya dengan
penerapan kehidupan normal baru, yaitu pemahaman untuk dapat hidup
berdampingan dengan pandemi Covid-19 sehingga stabilitas ekonomi
nasional tetap terjaga dalam jangka menengah dan panjang. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Di masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan masyarakat lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah, menyebabkan perubahan perilaku masyarakat
yang cukup signifikan antara lain perilaku komunikasi, perilaku belanja,
perilaku dalam kehidupan sosial lainnya, dan pembatasan aktivitas
masyarakat (Yuswohady et al., 2020). ). Perubahan perilaku yang dipengaruhi
oleh lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat tentunya membuat
pandangan karyawan dan pengusaha berbeda terhadap lingkungan kerja
karyawan dimana mereka terikat dengan peraturan di tempat kerjanya terkait
pencegahan penularan Covid-19. Contohnya, pasca pandemi Covid-19,
banyak perusahaan/instansi pemerintah yang mendorong karyawannya untuk
Work From Home (WFH) guna meminimalisir penyebaran virus di
lingkungan kerja. Berbeda halnya dengan pengusaha yang menjadi pemilik
usaha, mereka bisa membuat aturan sendiri apakah akan WFH atau tidak.
Pandemi Covid-19 juga sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat,
dilansir di laman lipi.go.id. Selain sektor kesehatan, pandemi Covid-19 telah
membawa dampak besar pada sektor ekonomi, terutama keamanan kerja dan
pendapatan. Sebanyak 15,6% pekerja mengalami PHK, dan 40% pekerja
mengalami penurunan pendapatan, dimana 7% pendapatan pekerja turun
50%. Apalagi dalam berwirausaha, 39,4 persen usaha berhenti, dan 57,1
persen usaha mengalami penurunan produksi dan hanya 3,5 persen yang tidak
terpengaruh. Hal ini terjadi karena beberapa perusahaan mengalami
penurunan produksi bahkan berhenti berproduksi. New normal pemerintah
mencakup lebih banyak perubahan perilaku jangka pendek sebagai tanggapan
darurat terhadap wabah COVID-19. Sektor ekonomi pun turut terdampak jika
kita lihat data diatas sebanyak 15.6 % pekerja mengalami PHK maka dari itu
perjanjian kerja haruslah disepakati diawal kerja agar ketika terjadi sesuatu
yang tidak diharapkan maka pekerja maupun pengusaha dapat saling
menerima tanpa ada perselisihan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang diatas, adapun
permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Employee?
2. Apa yang dimaksud dengan Entrepreneur?
3. Bagaimana perubahan/pengaruh yang terjadi pada employee dan
entrepreneur di masa Pandemi Covid-19?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Employee
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Entrepreneur
3. Untuk mengetahui bagaimana perubahaan/pengaruh yang terjadi pada
Employee maupun Entrepreneur di masa Pandemi Covid-19
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Karyawan (Employee)

Karyawan merupakan aset perusahaan. Kehadiran karyawan begitu sangat


penting hingga saat ini, tanpa adanya karyawan tidak akan terjadi kelancaran dan
proses produksi suatu perusahaan.

Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan pasal


1 ayat 2 menyebutkan bahwa karyawan adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebetuhan sendiri maupun masyarakat, baik didalam maupun diluar hubungan
kerja. Dari defenisi tersebut maka yang dimaksud dengan tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan didalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan
dengan menerima upah termasuk tenaga kerja yang melukan pekerjaan diluar
hubungan kerja.

Karyawan merupakan kekayaan utama dalam suatu perusahaan, karena tanpa


adanya keikutsertaan mereka, aktifitas perusahaan tidak akan terlaksana.
Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, system, proses dan tujuan
yang ingin dicapai.

Beberapa pengertian karyawan menurut para ahli. Menurut Hasibuan (dalam


Karimah, 2012) karyawan adalah orang penjual jasa (pikiran atau tenaga) dan
mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.Menurut
Subri (dalam Karimah, 2012) karyawan adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka.
Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan karyawan adalah seseorang yang
berusia 15-64 tahun yang mampu melaksanakan pekerjaan didalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa

2.2 Definisi Wirausahawan ( Entrepreneur )

Mengutip dari Wikipedia, pengertian entrepreneur adalah ( Bahasa Indonesia :


Wirausahawan).

Wirausaha atau entrepreneur menurut Soegoto (2010:3) adalah seseorang


yang memiliki jiwa dan kemampuan yang bersifat kreatif dan inovatif, mampu
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, mampu memulai usaha, mampu
membuat sesuatu yang baru, mampu mencari peluang, berani mengambil risiko
dan mampu mengembangkan ide dan meramu sumber daya.

Entrepreneur menurut Zimmerer, Scraborough dan Wilson (2008:4) adalah


seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasikan peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber-sumber
daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Pendapat yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Hisrich


(2010:6)“Entrepreneuris an individual who takes initiative to bundle resources in
innovative ways and is willing to bear the risk and/or uncertainty to act.” Dapat
diartikan, wirausaha adalah seorang individu yang mengambil inisiatif untuk
memanfaatkan sumber daya dengan cara-cara yang inovatif dan bersedia
menanggung risiko dan ketidakpastian untuk bertindak.

Dari beberapa pandangan para ahli diatas maka dapat disimpulkan wirausaha
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk dapat mengidentifikasikan
peluang yang signifikan sehingga dapat menciptakan usaha baru dan berbeda yang
secara inisiatif memanfaatkan sumber daya dengan cara-cara yang inovatif dan
bersedia mengambil risiko.
2.2.1 Karakteristik Entrepreneur

Zimmerer, Scarborough dan Wilson (2008:7) mengemukakan delapan


karakteristik entrepreneuryaitu hasrat akan tanggung jawab, lebih menyukai risiko
menengah, meyakini kemampuannya untuk sukses, hasrat untuk mendapatkan
umpan balik segera, tingkat energi yang tinggi, orientasi ke masa depan,
keterampilan mengorganisasi, dan menilai prestasi lebih tinggi daripada uang.

Berbeda dengan pendapat diatas, Agbim (2014:253) mengidentifikasikan


hanya 6 karakteristik entrepreneur, diantaranya adalah tidak mudah menyerah
dalam mencapai tujuan (need for achievement), sikap entrepreneurdalam
mengelola usahanya (locus of control), memiih suatu tantangan namun cukup
kemungkinan untuk berhasil (risk taking propensity), kemampuan unutuk
berhubungan dengan sesuatu yang tidak bisa diprediksi (tolerence for ambiguity),
dapat menciptakan barang dan jasa baru (innovativeness), memiliki percaya diri
yang tinggi akan keberhasilan usahanya (confidence).

Lebih lanjut menurut Prawirokusumo (2010:31) seorang entrepreneur


memiliki kecenderungan yang melekat pada diri entrepreneur tersebut:

Wirausaha mempunyai kecenderungan risk taker yang dapat mengakomodasi


atau menyesuaikan diri dari perubahan-perubahan dan mereka mampu
mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu, banyak imigran yang
sukses menjadi wirausaha, disamping mereka ulet, berani menghadapi
tantangan, menyesuaikan adat istiadat serta bahasa setempat, mereka juga
terpaksa (karena kondisi mendorongnya) menjadi wirausaha.
Berbeda dengan pendapat para ahli diatas, maka Hisrich, Peters dan Shepherd
(2010:48) mengatakan:
Culture also distinguish entrepreneurially and traditionally managed firms. A
firm with an entrepreneurial orientation toward culture encourages
employees to generate ideas, experiment and engage in other tasks that might
produce creative output.
Yang artinya budaya juga membedakan perusahaan dijalankan secara
kewirausahaan dan dikelola secara tradisional.Sebuah perusahaan dengan
orientasi kewirausahaan terhadap budaya mendorong karyawan untuk
menghasilkan ide-ide, percobaan dan terlibat dalam tugas-tugas lain yang
mungkin menghasilkan output kreatif.
Senada dengan pendapat diatas, Pinem (2013:5) berpendapat faktor
lingkungan juga mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa
kewirausahaan, faktor tersebut adalah budaya karena dalam budaya tersimpan
nilai-nilai apa yang dianggap baik.
Lebih lanjut Stringa (2009:92) berpendapat ada faktor demografi seperti jenis
kelamin, umur, status sosial, tingkat pendidikan dan entrepreneurial culture yang
melekat pada karakteristik entrepreneur.
Dari pendapat-pendapat ketiga ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik entrepreneur terdiri dari keberanian mengambil risiko dan latar
belakang budaya yang melekat pada setiap diri entrepreneur.

2.3 Perubahaan/pengaruh yang terjadi pada Employee maupun


Entrepreneur di masa Pandemi Covid-19
Perilaku adaptasi antara karyawan dan wirausahawan tidak memiliki pengaruh
yang signifikan (nyata) perbedaan. Dalam praktiknya, baik karyawan maupun
wirausahawan menunjukkan perilaku adaftif sesuai dengan protokol kesehatan.
Niat untuk berperilaku dalam adaptasi, karyawan dan pengusaha juga tidak
memiliki perbedaan yang signifikan tetapi sudah memiliki niat untuk berperilaku
sesuai. Dapat disimpulkan bahwa karyawan dan pengusaha perilaku adaftif
mengikuti niat yang direncanakan. Sikap karyawan dan pengusaha memiliki
perbedaan yang signifikan dalam dan mudah dan cepat ditransmisikan sikap dan
jumlah kasus kematian. Karyawan dan pengusaha juga memiliki perbedaan yang
signifikan tentang pengaruh teman-teman mereka pada Covid- 19 pandemi.
Pandangan antara karyawan dan wirausaha juga berbeda mengenai kemampuan
untuk memiliki kuota internet. Perilaku masa lalu karyawan dan wirausahawan
berbeda secara signifikan dalam indikator bekerja dari rumah dan mencuci
tangan. Persepsi tentang kerentanan antara karyawan dan pengusaha tidak
memiliki perbedaan yang signifikan pada semua indikator, dan perbedaan yang
signifikan adalah pada indikator persepsi keparahan biaya medis yang dirasakan
dan pengurangan penghasilan.
Pemahaman antara karyawan dan pengusaha juga tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Tempat kerja, teman, kemampuan antar karyawan dan wirausaha
merupakan faktor yang mempengaruhi mereka dalam membentuk persepsi
mereka. Lingkungan kerja karyawan yang sudah memiliki peraturannya memiliki
pengaruh yang besar pada persepsi karyawan, sedangkan pengusaha yang
memiliki bisnis mereka tidak memiliki situasi yang sama karena pengusaha
memiliki otoritas mereka tentang pekerjaan mereka lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dan Saran


Pemaparan materi diatas dapat disimpulkan Karyawan merupakan
aset perusahaan. Kehadiran karyawan merupakan pekerjaan utama dalam
suatu perusahaan, karena tanpa adanya keikutsertaan mereka, aktivitas
perusahaan tidak akan terlaksana.
Entrepreneur merupakan seseorang yang memiliki kemampuan
untuk dapat mengidentifikasikan peluang yang signiftikan sehingga dapat
menciptakan usaha baru dan berbeda secara inisiatif memanfaatkan
sumber daya dengan cara-cara yang inovatif dan bersedia mengambil
risiko.

Demikian makalah yang penulis buat semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak sesuai. Penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini . Sekian dan terimakasih .
Wassallamuallaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai