Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN BLUE-PRINT (KISI-KISI) TES

Blue-print atau cetak biru menurut definisi wikipedia merupakan kerangka kerja
terperinci sebagai landasan dasar dalam pembuatan kebijaka yang meliputi penetapan
tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta
langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan
kerja. Istilah-istilah lain mengenai blue-print yaitu kisi-kisi, perencanaan, atau tabel
spesifikasi. Dalam (Marilyn H. Oermann, 2009) blue-print mencakup 3 elemen, yaitu (1)
Daftar topik utama atau tujuan instruksional yang akan dicakup oleh tes, (2) tingkat
kerumitan tugas atau tes yang akan dinilai, dan (3) penekanan yang akan dimiliki setiap
topik, ditunjukkan dengan jumlah atau presentase item atau poin. Menurut (Russell &
Airasian, 2012) tabel spesifikasi memiliki dua dimensi yaitu dimensi isi dan proses.
Dimensi proses akan dibagi menjadi tiga seperti klasifikasi pada Taksonomi Bloom
(Anderson et al., 2001) yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik.
Pada dimensi isi akan dijelaskan mengenai apa saja indikator yang akan dicapai dan dibuat
secara rinci, jelas, dan terukut dengan kata operasional yang jelas. Juga soal-soal yang
direncanakan dibuat sesuai dengan indikator.
Dalam pengembangan blue-print tes ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
tujuan, kisi-kisi, penulisan soal, uji coba dan analisis soal, revisi dan merakit soal (Arifin,
2012).

1. Menentukan Tujuan
Tujuan harus dirumuskan sesuai dengan jenis tes yang akan dilakukan, seperti
formatif, sumatif, objektif,(pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, dan isian
singkat), dan lain-lain. Dalam penilaian hasil belajar, tujuan harus memperhatikan
domain hasil belajar. Menurut (Anderson et al., 2001) hasil belajar dikelompokkan
dalam tiga domain, yaitu:
a. Domain kognitif (cognitif domain)
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Aplikasi (aplication)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
b. Domain afektif (affective domain)
1. Penerimaan (receiving)
2. Respons (responding)
3. Penilaian (valuing)
4. Organisasi (organization)
5. Karakterisasi (characterization by a value-complex)
c. Domain psikomotorik (psychomotor domain)
1. Persepsi (perception)
2. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set)
3. Respons terbimbing (guided response)
4. Kemahiran (complex overt response)
5. Adaptasi (adaptation)
6. Orijinasi (origination)
2. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item
untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu.
Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal
menjadi perangkat tes. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu,
antara lain:
1. Representatif, yaitu harus mewakili isi kurikulum yang berlaku
2. Komponen-komponennya harus terurai dengan rinci, jelas, dan mudah
dipahami
3. Soal daoat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan
Format kisi-kisi dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen
identitas dan komponen matriks. Komponen identitas ditulis dibagian atas matriks,
sedangkan komponen matriks dibuat dalam bentuk kolom yang sesuai. Komponen
identitas meliputi jenjang madrasah, jurusan/porgram studi, bidang studi/mata
pelajaran, tahun ajaran dan semester, kurikulum acuan, alokasi waktu, jumlah soal
keseluruhan, dan bentuk soal. Sedangkan komponen matriks terdiri atas kompetensi
dasar, materi, jumlah soal, indikator, dan nomor urut soal.
Berikut ini contoh kisi-kisi sesuai format:

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


Nama Madrasah : ...........................................................
Mata Pelajaran : ...........................................................
Jurusan/Program Studi : ..........................................................
Kurikulum Acuan : ...........................................................
Alokasi Waktu : ...........................................................
Jumlah Soal : ..........................................................
Standar Kompetensi : ...........................................................

No Kompetensi Materi Indikator Jenjang Bentuk Nomor


Dasar Kemampuan Soal Soal

Catatan: apabila bentuk soal yang akan digunakan lebih dari satu, sebaiknya
dimasukkan ke dalam komponen matriks.
Salah satu unsur penting dalam komponen matriks adalah indikator. Indikator
merupakan rumusan pernyataan sebagai bentuk ukuran spesifik yang menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional (Arifin,
2012).

Berikut contoh bentuk komponen matriks lainnya:


Mata Pelajaran : Mematika
Kelas / Semester : VII / 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator


Menggunakan pengukuran Menggunakan alat ukur  Menyebutkan
waktu, panjang, dan berat baku dan tidak baku yang macam-macam
dalam pemecahan masalah sering digunakan alat ukur panjang
tidak baku dalam
kehidupan sehari-
hari (jengkal,
depa, langkah
kaki, dll).
 Menggunakan alat
ukur tidak baku.
 Menyebutkan alat
ukur baku yang
biasa digunakan
dalam kehidupan
sehari-hari.
 Menggunakan alat
ukur baku.
 Menarik
kesimpulan bahwa
pengukuran
dengan alat ukur
baku dan tidak
baku hasilnya
berbeda.

Manfaat adanya indikator adalah (a) guru dapat memilih materi, metode, media dan
sumber belajar yang tepat, sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan, dan (b)
sebagai pedoman dan pegangan bagi guru untuk menyusun soal atau instrumen
penilain yang tepat, sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
dietapkan.
Untuk mengukur pencapaian target dalam indikator, sebaiknya menyusun butir soal
dengan format khusus. Contoh:

HUBUNGAN INDIKATOR DENGAN SOAL


Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :

No Jenjang Indikator Soal-soal No. Naskah


Kemapuan No Rumusan I II III IV V VI VII
Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Keterangan:
Kolom 1 : diisi dengan nomor urut indikator. Tiap lembar sebaiknya hanya
untuk satu nomor indikator.
Kolom 2 : diisi dengan jenjang kemampuan, baik dalam domain kognitif,
domain afektif, atau psikomotor.
Kolom 3 : diisi dengan rumusan indikator.
Kolom 4 : diisi dengan nomor urut soal untuk setiap indikator. Satu indikator
dapat disusun untuk beberapa soal.
Kolom 5 : diisi dengan rumusan soal.
Kolom 6 : diisi dengan nomor soal yang bersangkutan pada naskah ujian/tes.
Kolom 7,8,9, dan seterusnya : diisi sama dengan kolom 6
Tingkat kesukaran soal juga harus diperhatikan agar dapat mengetahui dan menetapkan
beberapa jumlah soal yang termasuk sukar, sedang, dan mudah. Adapaun besar-kecilnya
jumlah soal untuk tiap-tiap kesukaran tidak ada yang mutlak. Contoh:

Materi B-S PILGAN MENJODOHKAN


Peng Pem Apl Jumlah Peng Pem Apl Jumlah Peng Pem Apl Jumlah
A 6 6 8 20 3 4 5 12 2 2 4 8
40%
B 6 6 8 20 3 4 5 12 2 2 4 8
40%
C 3 3 4 10 2 2 2 6 1 1 2 4
20%
Jumlah 15 15 20 50 8 10 12 30 5 5 10 20

Penjelasan:
a. Misalnya, jumlah soal keseluruhan adalah 100, terdiri dari 50 soal bentuk pilihan
benar-salah, 30 soal bentuk pilihan ganda, dan 20 soal bentuk menjodohkan.
Selanjutnya tentukan pula persentase soal untuk masing-masing materi, misalnya
40%, 40%, dan 20%.
Untuk soal bentuk B-S=50, maka jumlah soal untuk setiap materi adaalah:
Materi A = 40 % x 50 = 20 soal
Materi B = 40 % x 50 = 20 soal
Materi C = 20 % x 50 = 10 soal
Untuk bentuk pilihan ganda = 30, maka jumlah soal untuk setiap materi adalah:
Materi A = 40 % x 30 = 12 soal
Materi B = 40 % x 30 = 12 soal
Materi C = 20 % x 30 = 6 soal
Untuk bentuk menjodohkan = 20, maka jumlah soal untuk setiap materi adalah:
Materi A = 40 % x 20 = 8 soal
Materi B = 40 % x 20 = 8 soal
Materi C = 20 % x 20 = 4 soal
b. Selanjutnya menghitung jumlah soal untuk setiap jenjang kemampuan, yaitu
persentase pada setiap jenjang kemampuan dikalikan dengan jumlah soal untuk
setiap bentuk soal. Misalnya :
Pengetahuan : 30 % x 20 = 6 soal
Pemahaman : 30 % x 20 = 6 soal
Aplikasi : 20 % x 20 = 8 soal
Dan seterusnya.
Pada kisi-kisi diatas belum tampak tingkat kesukaran soal. Untuk menghitung
tingkat kesukaran soal, maka pada setiap jenjang kemampuan/aspek yang diukur
harus dibagi menjadi tiga kolom, yakni bentuk kolom sukar, sedang, dan mudah
dengan perbandingan mislnya 30 %, 40 %, dan 30%.
Untuk jenjang kemampuan pengetahuan:
Mudah : 30 % x 6 = 1,8 dihitung 2 soal
Mudah : 40 % x 6 = 2,4 dihitung 2 soal
Mudah : 30 % x 8 = 2,4 dihitung 2 soal
Demikian seterusnya, sehingga membentuk tabel baru yang lebih terurai.

Referensi
Anderson, L. W., Krathwohl Peter W Airasian, D. R., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E.,
Pintrich, P. R., Raths, J., & Wittrock, M. C. (2001). Taxonomy for_ Assessing a
Revision 0F Bl00M’S Tax0N0My 0F Educati0Nal Objectives. Retrieved from
https://www.uky.edu/~rsand1/china2018/texts/Anderson-Krathwohl - A taxonomy for
learning teaching and assessing.pdf
Arifin, Z. (2012). Menganalisis Kualitas Tes. In Evaluasi Pembelajaran.
Marilyn H. Oermann, K. B. G. (2009). Evaluation and Testing in Nursing Education (Third
Edition). In Springer Pusblishing company New York.
Russell, K. M., & Airasian, W. P. (2012). Classroom Assessment Concepts and
Applications by Michael Russell, Peter Airasian (z-lib.org).pdf (p. 415). p. 415.

Anda mungkin juga menyukai