PRAKTIKUM
DIAGNOSA KLINIK
PKH 4503
Semester V
Dosen Pengampu:
2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
DIAGNOSA KLINIK VETERINER
Pengelola Praktikum
3
KATA PENGANTAR
Tim Pengampu
4
DAFTAR ISI
Halaman
Tata Tertib Praktikum ............................................................................................... 3
Kata pengantar .......................................................................................................... 4
Daftar isi ........................... ....................................................................................... 5
I. PEMERIKSAAN ANJING DAN KUCING ......................................................... 7
A. Tujuan Praktikum .......................................................................................... 7
B. Sinyalemen .................................................................................................... 7
C. Anamnesa ...................................................................................................... 7
D. Pemeriksaan Umum ....................................................................................... 8
E. Pemeriksaan Sistema Digesti.......................................................................... 10
F. Pemeriksaan Sistema Respirasi ..................................................................... 12
G. Pemeriksaan Kulit dan Bulu........................................................................... 15
H. Pemeriksaan Kelenjar Limfe.......................................................................... 17
I. Pemeriksaan Sistema Sirkulasi....................................................................... 18
J. Pemeriksaan Sistema Uropoetica................................................................... 21
K. Pemeriksaan Sistema Genitalia....................................................................... 22
L. Pemeriksaan Sistem Syaraf............................................................................. 24
M Pemeriksaan Sistema Musculoskeletal........................................................... 26
II. PEMERIKSAAN SAPI DAN KUDA ................................................................. 28
A. Sinyalemen .................................................................................................... 28
B. Anamnesa ...................................................................................................... 28
C. Pemeriksaan Umum ....................................................................................... 28
D. Pemeriksaan Sistema Digesti.......................................................................... 28
E. Pemeriksaan Sistema Respirasi ..................................................................... 33
F. Pemeriksaan Sistema Peredaran darah .......................................................... 34
G. Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening ............................................................. 34
H. Pemeriksaan Sistema lokomotor..................................................................... 35
I. Pemeriksaan Sistema Uropoetica................................................................... 36
J. Pemeriksaan Sistema Syaraf…....................................................................... 36
K. Pemeriksaan Ambing ..... ............................................................................... 36
III PEMERIKSAAN PADA REPTIL 39
A. Handling dan restrain pada ular dan kadal 39
B. Pemeriksaan fisik elar dan kadal 40
C. Sexing pada ular dan kadal 42
D. Aplikasi obat pada ular dan kadal 43
E. Pengambilan sampel darah pada ular dan kadal 45
IV PEMERIKSAAN PADA BURUNG 46
A. Handling dan restraint pada burung (merpati dan emprit) 46
B. Pemeriksaan fisik pada burung 46
5
C. Pemberian obat pada burung 47
D. Pengambilan darah pada burung merpati dan emprit 48
REFERENSI ............................................................................................................. 50
6
PEMERIKSAAN ANJING DAN KUCING
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara recording pasien anjing/kucing
2. Mempelajari prosedur pemeriksaan dan penanganan pasien
B. SINYALEMEN/ REGISTRASI
1. Pasien :
Nama : …………………………….
Spesies : …………………………….
Ras : …………………………….
Kelamin : …………………………….
Umur : …………………………….
Bulu-Warna : …………………………….
Berat badan : …………………………….
Tanda lain yang penting: …………………
2. Klien :
Nama : …………………………….
Alamat/Tlp. : …………………………….
C. ANAMNESA
Anamnesa adalah wawancara dokter dengan pasien (klien) yang
isinya mengenai sejarah dari keadaan pasien sebelum dibawa ke dokter
hewan, misalnya mengenai kerabatnya (penyakit menurun), tetangga
(penyakit menular/wabah), vaksinasi, kronologis penyakit, apakah sudah ada
penanganan dan apa bentuknya. Dengan anamnesa benar sudah dapat
memberikan 50 – 75 % diagnosa. Anamnesa dapat dilakukan dengan :
a. Kontak dengan pasien dan pemilik hewan
b. Percakapan
Percakapan berisi pertanyaan dari dokter pada klien. Pertanyaan harus
singkat tetapi menghasilkan jawaban yang jelas, luas dan terang. Contoh
pertanyaan antara lain :
1. Gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang
7
2. Kejadian-kejadian pada waktu lampau yang ada hubungan dengan
penyakit yang sekarang diderita
3. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/sekandang, tetangga dsb.
D. PEMERIKSAAN UMUM
Dari hasil registrasi, anamnesa, dan pemeriksaan klinis (serta
pemeriksaan laboratorium bila perlu) diformulasikan untuk mencari atau
menentukan diagnosa. Bila keadaan pasien gawat darurat, langkah sebelum
penanganan tetap boleh diabaikan, hanya dilakukan yang penting saja.
Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan secara visual dan manual, Syarat
pemeriksaan antara lain hewan diusahakan tenang, posisi hewan diusahakan
normal, sedapat mungkin berdiri.
Metode Pemeriksaan
1. Inspeksi/ adspeksi adalah pemeriksaan dengan melihat, mendengar atau
membau tanpa menggunakan alat bantu.
- Inspeksi jarak jauh dilihat dari tingkah laku, cara jalan/berdiri dan keadaan
umum.
- Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen,
posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara
- Jarak dekat dengan pemeriksaan lebih seksama seperti pemeriksaan
konjunctiva, pulsus, rumen, kandang, dll.
2. Palpasi → pemeriksaan dengan perabaan
3. Perkusi → pemeriksaan dengan melakukan pemukulan pada bagian tertentu
seperti bagian thoraks dan abdomen (untuk memperoleh suara) dan melihat
sakitnya sampai seberapa (berhubungan dengan otot/alat gerak)
4. Auskultasi → mendengarkan dengan alat (stetoskop) misalnya di saluran
digesti, respirasi, dll.
8
Alat Pemeriksaan
1. Gunting/ scalpel
2. Penlight
3. Otoskop, Ophtalmoskop, Vaginoskop, Laryngoskop, Spicullum
4. Perkusi hammer (untuk hewan besar). Untuk hewan kecil dengan tangan
5. Stetoskop
6. Spuit / jarum
7. Trokar
8. Spatel
9. Alat ukur suhu, berat badan
10. Coaxer (alat strum supaya hewan besar bisa berdiri)
11. Kateter
Suhu tubuh
- Sediakan thermometer dan oleskan ujung thermometer dengan bahan pelicin
dan masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai
thermometer berbunyi (± 3 menit) dan catat suhu tubuhnya.
- Bila ada yang meragukan (misalnya: radang anus lokal), lakukan pada rongga
mulut (rongga pipi). Hasilnya dikoreksi dengan menambahkan 0.5 0C karena
adanya evaporasi (penguapan)
9
Tabel 1 Suhu tubuh normal pada beberapa hewan
Selaput Lendir
Conjungtiva
- Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan tampak conjungtiva palpebrarum dan
membrane nictitans.
- Perhatikan warna, kelembaban dan kemungkinan adanya lesi dan bandingkan
antara mata kiri dan kanan.
Selaput lendir hidung, mulut dan vulva
- Perhatikan warna dan kelembaban selaput lender hidung, mulut dan vulva
dengan membukanya
- Lakukan pemeriksaan CRT (capillary refil time/waktu terisinya kembali
kapiler), dengan menekan gusi dan melepaskannya kembali. Hiung waktu
kembalinya warna gusi dari putih menjadi merah.
10
- Perhatikan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri
- Amati mulut, anus dan kulit sekitar anus serta kaki belakang
- Perhatikan kemungkinan cara defekasi dan tinjanya
Abdomen
- Lakukan ispeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan
- Palpasi daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari
tangan kiri dan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan
atau hanya dibatasi oleh benda atau organ di dalam perut perhatikan isi
abdomen yang teraba.
- Lakukan auskultasi dari sebelah kanan atau kiri abdomen untuk mengetahui
peristaltic usus.
- Lakukan eksplorasi dengan jari kelingking (pakai sarung tangan glove yang
diberi pelicin). Perhatikan kemungkianan adanya rasa nyeri pada anus atau
rectum, adanya benda asing atau tinja yang keras.
- Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi
lakukan pemberian enema dengan memasukkan glycerine 0.25-1 ml ke dalam
rectum atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajaklah anjing jalan-jalan
supaya leluasa bergerak dan defekasi. Perhatikan pula warna dan
konsistensinya.
11
- Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tngan yang
dialasi dengan kapas. Perhatikan kemungkinan adanya cairan yang keluar.
B
2. Kuda atau Anjing
C A C TC
a
b
12
B
Keterangan gambar :
A : Angulus scapula caudalis
B : Olecranon
C : Intercostalis II dari caudal
a : intercostalis III dari caudal
b : intercostalis V dari caudal
c : intercostalis VII dari caudal
TC : Tuber coxae
: Jantung
13
Pekak paru-paru menunjukkan konsistensi padat, misalnya karena ada
cairan, gas, dsb. Resonansi paru-paru (nyaring/timpani) biasa terdapat pada
kasus emphysema pulmonum
Auskultasi normal :
1. Suara vesikuler (terdengar satu arah)
Adalah suara dari keluar-masuknya udara dalam alveoli. Suara terdengar
jelas pada anjing moncong panjang
2. Suara bronchial
Adalah suara yang terdengar akibat keluar-masuknya udara melalui
bronchus. Suara terdengar jelas terutama pada kucing dan anjing moncong
pendek.
Suara tidak normal :
1. Resonan (tympani) pada kasus emphysema, pneumothorax
2. Pekak pada kasus kongesti pulmo, broncopneumonia, oedema pulmonum,
pneumonia interstitialis, TBC, dan tumor.
3. Pekak horizontal → terjadi pada adanya timbunan cairan pada cavum
pleura
4. Suara belanga pecah → adalah suara campuran yang terdengar saat perkusi
dimana daerah pekak dan timphani berdekatan.
5. Ronchi/suara kering. Ada 2 macam :
- Sonorous → akibat penyempitan bronchus besar
- Sibilant → akibat penyempitan bronchus kecil
6. Suara basah : udara melalui cairan pada bronchus (eksudasi), misalnya
bronchitis
7. Suara krepitasi : lepasnya membran yang lengket terdengar saat akhir dari
keradangan, misalnya pada kasus TBC miliaris, oedema pulmonum
8. Suara friksi : adalah gesekan dari 2 pleura parietalis dan visceralis,
misalnya pada kasus pleuritis awal, pleuritis akut, dan pericarditis akut.
14
Tabel 2 Frekuensi respirasi pada beberapa hewan dalam kondisi normal
2. Kucing 20-30
3. Kelinci 32-60
5. Sapi 10-30
6. Kambing 25-35
2. Palpasi
• Ketebalan, Rasa sakit
• Kelembaban → bila dehidrasi kelembaban menurun
• Elastisitas → penurunan elastisitas dapat menunjukkan status dehidrasi
dan kekurangan nutrisi
• Temperatur → dapat meningkat karena peningkatan temperatur tubuh
secara umum atau karena peningkatan aliran darah lokal. Dapat turun
karena adanya gangguan sirkulasi.
• Bentuk, ukuran, konsistensi
15
Tabel 3 Evaluasi Status hidrasi pada Hewan
16
H. PEMERIKSAAN KELENJAR LIMFE
Lakukan isnpeksi kemungkinan adanya kebengkakan lgl. Kemudian
lakukan palpasi di aderah lgl. Perhatikan reaksi, panas, besar dan
konsistensinya serta simetrinya antara lgl.kanan dan kiri.
Sistem pertahanan tubuh pada hewan terdiri atas :
Pertahanan primer : Glandula tymus dan sumsun tulang
Pertahanan sekunder : Saluran lympatic, aggregated lymphoid tissue,
limfonodul dan limpa
Limfonodule terdiri atas
• internal limfonodul
▪ sternal limfonodul
▪ Mesentrik limfonodul
• ekternal/peripheral limfonodul
▪ lgl. Submindibularis
▪ lgl. Preskapularis
▪ lgl. Axilaris
▪ lgl. Ingunalis
▪ lgl. Popliteal
Beberapa lokasi peripheral limfonodul pada anjing
17
I. PEMERIKSAAN SISTEMA SIRKULASI
1. Inspeksi
Lokasi anatomi jantung secara umum pada binatang terletak dibagian
ventral antara costae ke 3-6 dibagian kiri cavum thorak pada Kuda : Costae ke
3-6, Sapi : Costae 3-5, Anjing : costae 3-6, domba dan kambing : Costae 2-5
Pemeriksaan Pulsus
Faktor yang mempengaruhi frekuensi pulsus yakni besar tubuh/berat badan,
umur, jenis kelamin, temperatur luar, cuaca, ras, kelaparan, stadium pencernaan,
gerakan, sakit, bunting, pengaruh psikis. Hewan muda (hewan baru lahir)
frekuensi pulsus dua kali lebih tinggi dari pada hewan dewasa.
a. Pulsus cepat (Tachycardi)
Frekuensi pulsus lebih tinggi dari normal dapat disebabkan oleh demam
karena infeksi/septikemia dan penyakit-penyakit jantung. Penyakit jantung
yang menyebabkan peningkatan frekuensi pulsus seperti penyakit miokarditis,
gangguan katup jantung, endokarditis, perikarditis, traumatika, keracunan
digitalis.
• Pada kuda pulsus tinggi: 80-120x/menit (septikemia, distensi usus,
peritonitis, kolik)
18
• Sapi : frek. 80-120x/menit (septikemia, puerpuralis, antrax)
• Anjing : frek 100-150x/menit (septikemia, gastritis, enteritis,distemper
stadium akhir)
• Babi : 100-150x/menit
b. Pulsus rarus (Bradycardia)
Kerusakan N.Vagus, perubahan patologis otot jantung (miokarditis
kronis, stenosis N.Norticus dan V.Mitralis, distensi otot jantung akut,
kehilangan darah yang banyak dan drastis, keracunan jantung).
c. Pulsus tidak teratur (aritmis)
Sering terjadi pada hewan sehat seperti anjing dan kuda. Patologis karena
lemah jantung, gangguan katup, endokarditis, miokarditis, perikarditis
traumatika pada sapi dan racun digitalis.
d. Pulsus kuat (magnus)
Pulsus yang gelombangnya besar (penuh) dan kuat. semua kejadiann
meningkatnya kerja jantung (hipertropi jantung kiri, nefritis interstitialis
kronis).
e. Pulsus pulsus lemah (parvus)
Penyakit yang menyebabkan lemah jantung (gangguan makanan yang
kronis, anemia, leukemia, dilatasi jantung, endokarditis, pelemakan jantung,
stenosis aorta).
f. Pulsus tidak sama (inaequalis)
Gelombang pulsus tidak sama besar dimana terjadi ketidaksamaan
kekuatan gelombang pulsus kelemahan jantung (aneurisma, stenomitralis,
tumor mediastnalis).
g. Pulsus yang semakin cepat (Celer)
Beda dengan P.frekuen disebabkan oleh atropi jantung kiri.
h. Pulsus lamban (Tardus)
i. Pulsus Keras (Durus)
Akibat kekejangan dinding arteri atau pengapuran dinding arteri (tetanus,
kolik, atropi jantung kiri, arteriosklerosis, ginjal mengecil).
j. Pulsus lemah (Moilis)
Gejala kelemahan jantung, pulsus lemah dan kecil
19
k. Pulsus dobel detak (Dicrotus)
Pada demam yang tinggi dan lama. Pulsus dengan 3x detakan (P.
Tricotus) pada penyakit hewan yang belum diketahui.
Tabel 5 Jumlah, jenis arteri dan lokasi pemeriksaan pulsus beberapa jenis hewan
dalam kondisi normal
3. Auskultasi
Auskultasi dapat dilakukan dengan mendengarkan suara jantung antara lain:
I. Sistolik (LUB) yakni Kontraksi ventrikel dan menutupnya valvula
atrioventrikularis disertai menegangnya chord atendinae.
II. Diastolik (DUB) yakni menutupnya valvula semilunaris sinkron dengan
relaksasi ventrikel.
Suara abnormal selain S I (LUB) dan S II (DUB) adalah suara bising antara
lain
a. Bising Stenosis: valvula ada penyempitan->defek, suara kasar (brr)
b. Bising Regurgitasi : Akibat kebocoran valvula (pss)
20
c. Bising Presistolik: terjadi sebelum suara I -> stenosis valv. Trikuspidalis
bikuspidalis (brr-lub-dup)
d. Bising Sistolik: terjadi setelah SI dan sebelum SII
• Karena insufisiensi valv.trikuspidalis (Lub-Pss-Dub)
• Karena Insufisiensi valv.Pulmonalis/aortikus (Lub-Brr-Dup)
e. Bising Diastolik : Terjadi setelah S II Insufisiensi valv. Aortikus (Lub-
Dup-Pss)
f. Bising Perikardial : Terjadi pada stadium awal perikarditis, jika terbentuk
cairan maka suara friksi hilang.
1. Inspeksi
- Urinasi : postur, frekuensi, rasa sakit
- Intake / asupan air dan jumlah urin
- Warna urin
- Bau urin
- Perubahan warna urin saat urinasi
2. Palpasi
a. Ginjal
Lakukan pappasi daerah lumbal dan cari ginjal. Perhatikan reaksi, besar,
konsistensi dan simetrinya.
b. Vesica Urinaria : dapat dipalpasi dengan tangan pada dinding abdomen,
lalu dapat dirasakan ketebalan, ukuran dan kemungkinan adanya benda
asing (batu, tumor) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica
urinaria.
21
3. Pemeriksaan lain
a. Kateterisasi/pengambilan urin
Ambil kateter (Tom Cat/ Kucing) sesuai dengan kelamin dan besar hewan.
Kateter dimasukkan secara legeartis (steril, dengan lubricant yang steril,
tidak mengiritasi dan mengandung antiseptika).
Cara memasukkan kateter :
Anjing/Kucing Jantan: ukur kira-kira panjang kateter dari ujung penis
sampai dengan vesica urinaria. Keluarkan penis dan masukkan kateter
melalui orificium uretra eksternal ke dalam uretra pelan-pelan, sampai
kantong kemih, urine akan terlihat menetes bila sudah dikantong kemih
dan pungsi/sedot urine dengan spuit 10-15 cc. tampung air kemih untuk
pemeriksan lebih lanjut di laboratorium
Anjing/kucing betina: masukkan jari telunjuk yang telah diberi lubrikan
yang sama untuk mengolesi kateter, raba uretra (didasar vagina), cari
orificium uretra eksternal masukkan kateter anjing dengan pegangan di
sebelah kiri dan tunggu urin keluar.
b. Pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik serta fisika urin
- warna, kejernihan, kekentalan, bau, berat jenis
- pH, protein, Hb, darah, myoglobin, pigmen dan garam empedu, benda-
benda keton dan endapan
c. Tes fungsi ginjal : tentukan BUN, kreatinin
d. Radiologi
22
2. Palpasi
- Hewan kecil betina : palpasi abdominal dengan 2 tangan (kanan dan kiri)
atau dengan 2 jari saling merasakan kemudian dilakukan palpasi vulva
dengan menggunakan jari kelingking, dan jari dimasukkan dalam vulva
untuk palpasi vagina
- Hewan besar betina : pemeriksaan per vagina, dilakukan dengan inspeksi
menggunakan vaginoskop untuk membuka vagina. Palpasi rectal pada
ovarium, cornu, dan corpus uterus
- Hewan jantan : palpasi rektal, dapat dirasakan bulbourethralis dan organ
aksesorius yang lain. Palpasi bagian luar seperti cavum pelvis, yaitu penis
ekstrapelvical, testis, epididimidis, preputium, glans penis.
3. Pemeriksaan lain
a. semen :
- koleksi dengan elektroejakulator, vagina buatan, dll.
- periksa warna, bau, konsistensi
- secara mikroskopis : dapat dilihat motilitas, fertilitas, abnormalitas dan
jumlah sperma
b. ekskret berupa bilasan preputium untuk mengetaui agen infeksi
23
L. PEMERIKSAAN SISTEM SYARAF
Gangguan syaraf dapat terjadi pada penyakit metabolic, toksikasi,
ginjal, lever dan lain sebagainya. Evaluasi Fungsi Sistema syaraf pusat/CNS
dilakukan pada yang 12 Nervous.
1. Nervous I (Olfactorius)
Menginervasi syaraf penciuman, hewan masih bisa mencium bau atau
tidak
2. Nervous II (Opticus)
Menginervasi syaraf penglihatan, evaluasi terhadap reflek mata, pupil dll
3. Nervous III (Oculomotorius)
Menginervasi syaraf penglihatan, evaluasi terhadap reflek pupil: hilang,
pupil dilatasi, strabiusmus ventrolateral
4. Nervous IV (Trochlearis)
evaluasi terhadap rotasi mata dorsomedial
5. Nervous V (Trigeminus)
evaluasi terhadap otot temporal/ fasial, rahang menggantung, tonus dan
kekuatan rahang, analgesia area inervasi.
6. Nervous VI (Abducens)
Strabismus medial, pandangan lateral terganggu, retraksi bola mata
lemah
7. Nervous VII (Facialis)
Bibir, pelupuk mata, telinga jatuh, tidak mampu berkedip, produksi air
mata
8. Nervous VIII (Vestibulocochlearis)
Ataxia, kepala terpeluntir, nystagmus, tuli
9. Nervous IX (Glossopharyngealis)
Gangguan reflek pharyng, disfagia
10. Nervous X (Vagus)
Gangguan reflek laring/paralisa, disfagia
11. Nervous XI (Accesorius)
Atropi otot trapezius, sternocephalicus, brachiocephalicus
12. Nervous XII (hypoglossus)
Kekuatan lidah
24
Cara pemeriksaan sistema syaraf:
1. Inspeksi
Melalui melihat kesadaran dan status mental hewan yang terdiri atas
• Normal : Sadar, merespon, dapat menstimuli lingkungan dengan benar
• Depresi : terjaga tetapi relatif tidak responsif terhadap stimuli lingkungan
• Delirium : sadar, reaksi berlebih, merespon stimuli lingkungan secara tidak
tepat
• Stupor : tidur, kecuali bila ada stimuli kuat
• Koma : status tidak merespon (sadar) yang sangat dalam meskipun
diberi stimuli yang sangat hebat.
25
M. PEMERIKSAAN MUSCULOSKELETAL
1. Inspeksi
Cara berjalan, ukuran otot, bagian-bagian tulang yang terlihat, dll.
Otot → ukuran, simetri, kanan dan kiri, tinus, fungsi
2. Palpasi
Palpasi otot yang ada di permukaan : amati perubahan temperature, ukuran,
tonus
3. Laboratotik
Pemeriksaan serologis (SGOT/AST, CPK)
Biopsy otot
Pemeriksaan urin → nekrosis otot menyebabkan zat warna otot → ke darah
→ginjal → urin berwarna coklat kehitaman (myoglobinuria)
26
Cara pemeriksaan Sendi dan Extremitas :
1. Inspeksi
Postur (cara berdiri)
Cara jalan
Fleksi dan ekstensi
Bentuk : pembesaran, luka
2. Palpasi
Konsistensi (misalnya menjadi lunak, terisi cairan)
Sensitivitas (keras, diantara sendi ditemukan urat, dll)
Krepitasi
Fungsi sendi
3. Radiologik
struktur sendi, rongga sendi, adanya endapan dan kondisi tulang-tulang
penyusun
4. Pemeriksaan cairan sendi
Aspirasi cairan sendi (disedot dengan menggunakan spuit), kemudian amati
perubahan:
• Fisik -> warna, bau, fiskositas
• Kimiawi-> protein
• Sitologik-> mikroskopik
• Mikrobiologik -> pengambilan sampel harus aseptik
27
II. PEMERIKSAAN PADA SAPI DAN KUDA
B. PEMERIKSAAN UMUM
Inspeksi
Seperti pada pemeriksaan hewan kecil, tetapi pada ruminansia perlu juga
diperhatikan ruminasinya
Pulsus dan Nafas
- Periksalah pulsus pada sapi dan kambing pada: a. maxillaris eksterna /
a.facialis (raba tepi depan m. masseter dengan jari dan gerakkan kemuka dan
kebelakang) atau a.coccygea disebelah ventral dari pangkal ekor. Pada kuda
pulsus diperiksa pada a. maxillaris eksterna pada incisura vasorum.
Hitunglah frekuensinya dan perhatikan kualitasnya
- Periksalah nafas, seperti pada pemeriksaan hewan kecil
Suhu Tubuh
- Ukur suhu tubuh melalui rektal
Selaput Lendir
- Seperti pada pemeriksaan hewan kecil
Mata
- Seperti pada pemeriksaan hewan kecil
Selaput lendir hidung, mulut dan vulva
- Perhatikan warna dan kelembaban selaput lendir hidung, mulut dan vulva
dengan membukanya
28
Mulut, pharynx dan oesophagus
- Bukalah mulut sapi dengan memegang tali hidung/cuping hidung dengan
tangan kiri, masukkan tangan kanan ke spatium interalveolare sehingga
tangan dijilat-jilat, peganglah lidah sapi dan Tarik ke samping sehingga mulut
terbuka
- Bukalah mulut kuda dengan alat pembuka mulut
- Perhatikan bau mulut. Amati selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi dan
gigi-geligi; perhatikan kemungkinan adanya lesi, benda asing, perubahan
warna dan anomali lainnya. Perhatikan pula lgl. Regional dan kelenjar ludah.
Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari luar. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan radiologik dengan sebelumnya memasukan
kedalam oesophagus bahan tak tembus sinar roentgen, misalnya bubur
barium (barium sulfat).
- Pada sapi, raba pharynx dari sebelah luar saja, jangan lupa untuk meraba lgl.
Mandibularis (ingat pharynx sapi tidak dapat diinspeksi dengan pemeriksaan
fisik).
Esophagus
Perhatikan leher sebelah kiri, terutama bila sapi sedang eruktasi, regurgitasi
atau menelan (deglutisi). Lakukan palpasi pangkal oesophagus lewat mulut,
lakukan palpasi dari luar. Perhatikan pula kemungkinan adanya benda asing atau
sumbatan pada oesophagus.
Bila terjadi sumbatan oesophagus, ambil sonde kerongkongan yang terbuat
dari spiral baja. Ukur dan beri tanda batas setelah diukur panjangnya dari mulut
sampai rumen. Olesi ujung sonde (bagian yang besar) dengan vaselin atau pelican
lain yang tidak merangsang dan aman, buka mulut sedikit dan masukkan ujung
sonde tersebut kedalam mulut. Dorong pelan-pelan, biarkan sonde ditelan. Pada
keadaaan normal sonde dapat ditelan terus sampai tanda batas yang telah
ditentukan tadi. Tetapi bila ada sumbatan atau penyemputan, maka sonde akan
berhenti atau sukar didorong masuk (jangan dipaksakan).
29
Rumen
Selain dilakukan pemeriksaan seperti pada hewan kecil pada sapi perlu
diperhatikan keadaan lambung gandanya.
- Lakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi (dengan tinju), auskultasi,
perkusi dan eksplorasi rektal. Bandingkan abdomen kiri dengan sebelah
kanan, perhatikan fossa paralumbalis pada waktu inspeksi
- Lakukanlah palpasi dan auskultasi; hitung frekuensi gerak rumen per 5 menit
dan kekuatan geraknya (tonus rumen)
- Lakukan perkusi pada dinding abdomen sebelah kiri. Tarik dua garis
bayangan yang membagi dinding perut sebelah kiri menjadi sepertiga bagian
atas, sepertiga bagian tengah dan sepertiga bagian bawah. Perhatikan suara
perkusi/resonansi masing-masing bagian
- Apabila terjadi bloat salah satu cara mengurangi timbunan gas yang ada
dengan jalan trokarisasi. Tentukan lokasi penusukan trocar yaitu pada rumen
(perut sebelah kiri) kurang lebih satu telapak tangan dibelakang costae
terakhir dan satu telapak tangan dibawah vertebrae. Trocar disucihamakan
kemudian ditusukkan mengarah ke olecranon ulnae kaki depan sebelah
kanan. Kemudian bagian dalam diambil sehingga udara keluar. Lakukan
fiksasi alat trocar dengan kulit. Pada waktu pencabutan bagian dalam
dimasukkan kembali dan ditarik keluar.
- Eksplorasi rektal. Untuk melakukannya, kuku harus pendek/tumpul. Basahi
atau olesi tangan dengan pelican yang tidak merangsang. Dengan jari-jari
tangan yang dikuncupkan, masukkan tangan pelan-pelan menerobos tekanan
dari sphincter ani (boleh agak dipaksakan, setelah melewati sphincter, jari-
jari supaya dikepalkan dan bila masih ada peristaltik didalam rektum tunggu
dulu sampai kendor, baru tangan didorong ke depan. Bila rectum berisi tinja,
harus dikeluarkan lebih dahulu. Anggaplah rectum ini hanya sekedar sarung
tangan. Raba dinding rectum sebelah kanan, pada keadaan normal dinding ini
tidak akan melampaui bidang median (bidang orthogonal khayal yang
melewati processus spinosus vertebrae dan linea alba).
30
Retikulum
- Lakukan auskultasi pada sambungan kostokondral rusuk nomor 7 sebelah
kiri, perhatikan suara aliran ingesta cair lewat sulcus rumino reticularis dari
reticulum ke rumen dan sebaliknya.
- Ambil sepotong bambu atau kayu yang cuku kuat dan panjang, letakkan di
bawah processus xiphoideus dengan cara dipegangi oleh dua orang disebelah
kiri dan kanan sapi. Pemegang yang sebelah disuruh bertahan dan yang lain
mengangkat ujung bambu/kayu sebelahnya sehingga proc. Xiphoideus
tertekan. Bila ada reticulitis maka sapi akan melenguh kesakitan. Reaksi
semacam juga akan diperoleh jika kulit diatas proc. Spinosus sebelah dorsal
dari proc. Xiphoideus dicubit/ditarik. Untuk mengetahui adanya logam yang
mungkin ada didalam reticulum dapat dilacak menggunakan metal detector.
31
Usus, Rektum dan Anus
Lakukan auskultasi didaerah abdomen sebelah kanan. Dengarkan peristaltik
usus dengan baik, bagaimana kekuatan peristaltik pada hewan normal, lakukanlah
pula pada beberapa ekor sapi lain, dengan membiasakkan diri, ini akan dapat
membedakan apakah peristaltik kekuatannya normal, lebih kuat atau melemah.
Gabungkan hasil pemeriksaan auskultasi ini dengan pemeriksaan tinja, suhu
tubuh dan pemeriksaan umum, maka akan diperoleh gambaran keadaan usus.
Untuk pemeriksaan rektum, lakukanlah palpasi dan pemeriksaan rektal,
sedangkan anus diinspeksi dan palpasi dari luar.
Kuda
Usahakan agar kuda mengenali pemeriksa dan tidak curiga atau terkejut,
dengan mendekatkan punggung tangan dekat cuping hidung agar dicium baunya.
Rabalah punggung hidung pelan-pelan, lanjutkan ke leher selanjutnya ke bagian
belakang. Rabalah punggung hidung pelan-pelan, lanjutkan ke leher selanjutnya
ke bagian belakang. Jangan memegang telinga. Bila masih ada kesulitan, bila
perlu pasanglah pram pada bibir atas, mintalah seseorang menggerak-gerakkan
pram agar perhatiannya terpusat ke daerah itu (ingat memasang praam lebih dari 2
jam akan menyebabkan nekrose).
Pada waktu melakukan eksplorasi rektal atau melakukan pemeriksaan lain
didaerah belakang, untuk menghindari sepakan, bila perlu salah satu kaki depan
diangkat. Disamping itu tubuh pemeriksa dilekatkan pada perut/sebelah depan
paha, sehingga kuda tidak mungkin menyepak.
Mulut. Pada kuda betina membuka mulut dapat dilakukan dengan memasukkan
tangan ke spatium interalveolare (hati-hati, kadang-kadang kuda betina ada yang
bertaring). Membuka mulut kuda dapat pula dilakukan dengan alat pembuka
mulut (mouth gag), misalnya dengan baji.
Perhatikan mukosa mulut dan gigi-geliginya. Perhatikan, apakah ada cacat
letak/bentuk atau karies gigi, atau ada gangguan prehensi. Perhatikan bau mulut
(misalnya pada caries dentis), perhatikan kemungkinan adanya sinusitis maxillaris
32
(pada caries dari dentes molars). Lakukanlah palpasi pharynx dari sebelah luar,
raba pula lgl. Mandibularis (submaxillaris) dan Parapharyngealis.
Bila tersedia, inspeksi pharynx dapat dilakukan memakai
rhinopharyngoscope. Oesophagus kuda lebih tipis, sedikit lebih sempit daripada
sapi, dan lebih panjang. Pemeriksaan oesophagus kuda dari sebelah luar, praktis
sama seperti pada sapi. Choke sering terjadi karena kesalahan pada waktu
memasukkan telur mentah yang belum pecah sudah dilempar ke
pharynx/oesophagus.
Sonde kerongkongan untuk kuda terdiri dari pipa karet atau plastik yang
supel, memasukkannya lewat lubang hidung, prosedur selanjutnya seperti pada
sapi. Pada kuda perlu diingat adanya bagian yang sedikit menyempit, yakni pada
pars cardiac oesophagi.
Abdomen. Perhatikan tingkah laku kuda yang memberi petunjuk adanya kolik.
Perhatikan frekuensi nafas, frekuensi pulsus, conjunctiva, keringat, defekasi,
tinjanya, kemungkinan terjadi muntah. Lakukan eksplorasi rektal, perhatikan
kemungkinan adanya rasa nyeri (pada tympani usus), adanya obstructant
(terutama pada flexura pelvina), lipatan penggantung usus (pada volvulus dan
invaginatio).
33
E. PEMERIKSAAN SISTEM PEREDARAH DARAH
- Seperti pada pemeriksaan hewan kecil
34
Gambar 1. Lokasi perabaan limfoglandula superficialis pada sapi
35
H. PEMERIKSAAN SISTEMA UROPETICA
- Ginjal. Ginjal hewan besar hanya teraba pada hewan yang tidak terlalu
besar dan tangan cukup panjang, lewat rektum
- Vesica urinaria. Dilakukan palpasi lewat rektum, tekan tangan agak
kebawah
- Kateterisasi. Pada kuda jantan dan betina: lakukan seperti pada anjing.
Pada sapi betina: lakukan palpasi vesica urinaria lewat rectum, gelitik
(raba dan sedikit tekan), biasanya air kemih akan keluar. Sedangkan pada
sapi jantan tidak dapat dilakukan katheterisasi karena adanya flexura
sigmoidea.
- Pemeriksaan urin. Seperti pada hewan kecil.
36
dapat berbeda asal perbandingannya 5:1). Gerak-gerakkan (memutar), pada
mastitis akan terdapat jonjot-jonjot, bentukan-bentukan seperti benang atau
mengental (viscous).
37
masukkan kedalam termos yang berisi es yang terbungkus kantong plastik (termos
dapat diganti dengan kotak/box gabus sintetis), kirimkan ke laboratorium untuk
pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut. Berikan surat pengantar.
Kosongkan semua kuartir, setelah benar-benar kosong, lakukan palpasi
sekali lagi. Perhatikan perbedaan antara jaringan yang sehat dengan yang
mengalami radang atau penebalan/pengerasan (indurasi). Raba pula lgl.
Mammaria.
38
III. PEMERIKSAAN PADA REPTIL
39
2. Kemudian perhatikan tingkah laku dan gerak gerik kadal sebelum
dihandling.
3. Dengan tenang dan hati-hati, salah satu tangan memegang leher tepat
di belakang kepala dan ibu jari serta kelingking menjepit kedua kaki
depan.
4. Tangan yang lain memegang badan bagian belakang sampai ke
pangkal ekor serta menjepit kedua kaki belakang.
40
Sumber : Reptile Medicine and Surgery 2nd Edition
• Inspeksi
• Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan awal dilakukan dengan cara melakukan palpasi seluruh
bagian tubuh dari kepala sampai ekor. Tindakan ini dilakukan untuk
memastikan abnormalitas yang yang terlihat setelah inspeksi seperti
adanya benjolan atau bengkak untuk mengathaui konsistensi, perkiraan
41
ukuran. Palpasi di area punggung (dorsal tubuh) bertujuan untuk
mengetahui kondisi ketebalan massa otot dan bisa dilakukan uji turgor
untuk mengetahui elastisitas kulit. Palpasi daerah ventral tubuh
dimulai dari bagian sepertiga depan tubuh karena letak dari jantung di
area tersebut. Denyut jantung akan dapat dirasakan dan dihitung
denyutnya (20 – 80 kali per menit). Untuk area abdomen dapat
dipalpasi ada tidaknya makanan di dalamnya, atau abnormalitas
lainnya yang dapat teraba. Untuk bagian kloaka dapat diperiksa ada
tidaknya abnormalitas seperti prolaps.
2. Pemeriksaan kepala pada ular dan kadal dapat dilihat frekuensi
menjulurkan lidahnya. Pada kondisi normal, mereka akan sering
menjulurkan lidahnya untuk mendeteksi kondisi lingkungan di
sekitarnya. Kemudian dilihat kondisi mata, mata yang sehat bersih,
bersinar dan pada jenis ular dan kadal tertentu, tidak ada retained
spectacle. Pastikan kondisi lubang hidung bersih dan tidak ada leleran
atau debris yang mengering. Kemudian mulut dibuka untuk melihat
kondisi rongga mulut dan gigi. Selain itu dapat dilakukan pengecekan
glotis atau gerbang trakea. Pada kondisi normal bersih dan berwarna
pink. Sedangkan pada reptil yang memgalami gangguan pernafasam,
biasanya akan mengeluarkan lendir dari glotis.
42
probing stick dimasukkan ke dalam lubang di sebelah kanan dan kiri dari
kloaka mengarah ke ekor.
Setelah maksimal, maka ibu jari digunakan untuk menandai sejauh apa
probing stick masuk.
Bagian probe yang ditandai dengan ibu jari diletakkan di kloaka dan ujung
probing stick mengarah ke ujung ekor. Panjang probing stick dibandingkan
dengan jumlah sisik ventralis.
Apabila probing stick sepanjang 3-4 sisik ventralis, maka dipastikan ular
berjenis kelamin betina. Sedangkan apabila probing stick sepanjang lebih
dari 4-5 sisik ventralis, maka dipastikan ular berjenis kelamin jantan.
43
2. masukan spuit tanpa jarum ke mulut dan desposisikan spuit dengan
benar di rongga mulut melewati epiglotis atau jika menggunakan
bantuan force feed needle stainless bisa mauk ke kerongkongan
3. Tahan mulut beberapa saat supaya obat tertelan.
44
7. Kemudian obat diinjeksikan ke otot.
Pengambilan darah pada ular dan kadal melalui vena coxygeal ventralis.
Jarum ditusukkan sampai pangkal tulang ekor dan setelah mengenai tulang
kemudian ditarik sedikit. Otomatis darah yang berada di vena coxygeal
venralis akan tersedot ke jarum.
45
IV. PEMERIKSAAN PADA BURUNG
Salah satu tangen membuka pintu kandang biasanya tangan kiri dan tangan
kanan masuk ke kandang untuk menangkap burung.
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diawali dengan bagian kepala. Pemeriksaan dilakukan
dengan melihat kondisi mata. Mata yang normal bersih, berkilau dan tidak
46
ada kotoran baik di mata maupun sekitarnya. Pemeriksaan nares atau
lubang hidung dengan melihat ada tidaknya debris atau leleran.
Pengecekan paruh dengan melihat proporsi bentuk, konsitensi dan ada
tidaknya perubahan warna dan retakan atau patahan. Palpasidi seluruh
bagian kepala untuk memastikan ada tidaknya abnormalitas bentuk tulang
atau ada tidaknya benjolan. Untuk mengecek ronggal mulut, paruh dapat
dibuka, kemudian dapat dilihat warna mukosa, ada tidaknya leleran baik
dari esofagus maupun glotis, ada tidaknya bentukan abnormal seperti plak
atau benjolan.
47
• Pemberian injeksi subkutan
Injeksi sub kutan dapat diberikan di area tengkuk, kanan atau kiri dari
tulang belakang.
Area kulit kemudian ditarik dan jarum ditusukkan menembus kulit menuju
subkutan.
Setelah itu jarum ditusukkan menembus kulit dan masuk ke otot di sebelah
kanan atau kiri sternum.
48
• Pengambilan darah vena Bacilis sayap
49
REFERENSI
50
51