Anda di halaman 1dari 51

PENUNTUN

PRAKTIKUM
DIAGNOSA KLINIK
PKH 4503
Semester V

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
1
PENUNTUN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK VETERINER

Dosen Pengampu:

Drh. Tiara Widyaputri, M.Si


Drh. Ahmad Fauzi, M.Sc
Drh. Dodik Prasetyo, M.Vet
Drh. Ajeng Aeka N., M.Sc
Drh. Nofan Rickyawan, M.Sc
Drh. M.Arfan Lesmana, M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2 0 20

2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
DIAGNOSA KLINIK VETERINER

A. Setiap praktikan wajib :


1. Datang lebih awal (10 menit menjelang praktikum dimulai) dan pulang
setelah kegiatan praktikum selesai.
2. Mengikuti pretes dan inhal pretes bagi yang tidak lulus pretes
3. Berada pada kelompok yang telah ditentukan
4. Siap untuk sewaktu-waktu diadakan test
5. Menyediakan/ memakai perlengkapan yang ditentukan
6. Tidak menggunakan perhiasan/pakaian yang mengganggu gerak atau
membahayakan diri sendiri/hewan dan berkuku jari tangan pendek tanpa
kutek
7. Bagi praktikan wanita yang tidak berjilbab rambut tidak diwarnai selain
hitam dan diikat rapi
8. Bagi praktikan pria rambut pendek rapi
B. Perlengkapan yang harus disediakan/dipakai:
1. Stetoskop
2. Thermometer badan
3. Penlight
4. Snijas putih/bersih, panjang sampai di bawah lutut lengan pendek
5. Wearpack & sepatu boot (dipakai untuk pemeriksaan hewan besar); yang
tidak memakai sepatu boot tidak diperkenankan ikut praktikum
6. Buku penuntun praktikum
7. Buku catatan lain yang perlu
C. Ketidakhadiran pada waktu praktikum harus dapat menunjukkan keterangan
yang sah dan TIDAK DIADAKAN praktikum susulan
D. Bagi praktikan yang memecahkan atau merusakkan alat laboratorium, wajib
mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dirusakkan
E. Peraturan praktikum DARING disesuaikan dengan praktikum yang
dilaksanakan.

Pengelola Praktikum

3
KATA PENGANTAR

Diagnosa klinik merupakan rangkaian ilmu yang diperlukan untuk


mendapatkan suatu diagnosa penyakit berdasarkan pengamatan gejala klinis,
pemeriksaan umum, penunjang diagnosa dan menganalisa rangkuman yang sudah
didapat untuk mengetahui penyebabnya, sehingga pengobatan lebih terarah.
Menentukan diagnosa penyakit merupakan bagian penting dari seorang dokter
praktek. Tanpa diketahui diagnosa suatu masalah/penyakit maka tidak tercapai
pengobatan yang sesuai dan tepat.
Kegiatan praktikum Diagnosa Klinik adalah suatu kegiatan akademik yang
wajib diikuti mahasiswa dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mahasiswa dalam mata kuliah Diagnosa Klinik. Dalam praktikum
Diagnosa Klinik mempelajari dan menjelaskan tentang metode pemeriksaan
berbagai sistema organ tubuh pada hewan.
Untuk kelancaran kegiatan praktikum mata kuliah ini maka disusun buku
panduan praktikum DIAGNOSA KLINIK FKH-UB yang wajib dimiliki oleh
mahasiswa. Panduan ini diharapkan dapat memberikan dasar agar mahasiswa
mampu melakukan pemeriksaan umum, pemeriksaan klinis, pengamatan gejala
klinis dan menganalisa rangkuman yang sudah didapat sehingga mampu
menentukan arah diagnosa penyakit. Kritik dan saran kami harapkan guna
penyempurnaan materi dalam buku ini.

Malang, Agustus 2020

Tim Pengampu

4
DAFTAR ISI

Halaman
Tata Tertib Praktikum ............................................................................................... 3
Kata pengantar .......................................................................................................... 4
Daftar isi ........................... ....................................................................................... 5
I. PEMERIKSAAN ANJING DAN KUCING ......................................................... 7
A. Tujuan Praktikum .......................................................................................... 7
B. Sinyalemen .................................................................................................... 7
C. Anamnesa ...................................................................................................... 7
D. Pemeriksaan Umum ....................................................................................... 8
E. Pemeriksaan Sistema Digesti.......................................................................... 10
F. Pemeriksaan Sistema Respirasi ..................................................................... 12
G. Pemeriksaan Kulit dan Bulu........................................................................... 15
H. Pemeriksaan Kelenjar Limfe.......................................................................... 17
I. Pemeriksaan Sistema Sirkulasi....................................................................... 18
J. Pemeriksaan Sistema Uropoetica................................................................... 21
K. Pemeriksaan Sistema Genitalia....................................................................... 22
L. Pemeriksaan Sistem Syaraf............................................................................. 24
M Pemeriksaan Sistema Musculoskeletal........................................................... 26
II. PEMERIKSAAN SAPI DAN KUDA ................................................................. 28
A. Sinyalemen .................................................................................................... 28
B. Anamnesa ...................................................................................................... 28
C. Pemeriksaan Umum ....................................................................................... 28
D. Pemeriksaan Sistema Digesti.......................................................................... 28
E. Pemeriksaan Sistema Respirasi ..................................................................... 33
F. Pemeriksaan Sistema Peredaran darah .......................................................... 34
G. Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening ............................................................. 34
H. Pemeriksaan Sistema lokomotor..................................................................... 35
I. Pemeriksaan Sistema Uropoetica................................................................... 36
J. Pemeriksaan Sistema Syaraf…....................................................................... 36
K. Pemeriksaan Ambing ..... ............................................................................... 36
III PEMERIKSAAN PADA REPTIL 39
A. Handling dan restrain pada ular dan kadal 39
B. Pemeriksaan fisik elar dan kadal 40
C. Sexing pada ular dan kadal 42
D. Aplikasi obat pada ular dan kadal 43
E. Pengambilan sampel darah pada ular dan kadal 45
IV PEMERIKSAAN PADA BURUNG 46
A. Handling dan restraint pada burung (merpati dan emprit) 46
B. Pemeriksaan fisik pada burung 46

5
C. Pemberian obat pada burung 47
D. Pengambilan darah pada burung merpati dan emprit 48
REFERENSI ............................................................................................................. 50

6
PEMERIKSAAN ANJING DAN KUCING

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara recording pasien anjing/kucing
2. Mempelajari prosedur pemeriksaan dan penanganan pasien

B. SINYALEMEN/ REGISTRASI
1. Pasien :
Nama : …………………………….
Spesies : …………………………….
Ras : …………………………….
Kelamin : …………………………….
Umur : …………………………….
Bulu-Warna : …………………………….
Berat badan : …………………………….
Tanda lain yang penting: …………………
2. Klien :
Nama : …………………………….
Alamat/Tlp. : …………………………….

C. ANAMNESA
Anamnesa adalah wawancara dokter dengan pasien (klien) yang
isinya mengenai sejarah dari keadaan pasien sebelum dibawa ke dokter
hewan, misalnya mengenai kerabatnya (penyakit menurun), tetangga
(penyakit menular/wabah), vaksinasi, kronologis penyakit, apakah sudah ada
penanganan dan apa bentuknya. Dengan anamnesa benar sudah dapat
memberikan 50 – 75 % diagnosa. Anamnesa dapat dilakukan dengan :
a. Kontak dengan pasien dan pemilik hewan
b. Percakapan
Percakapan berisi pertanyaan dari dokter pada klien. Pertanyaan harus
singkat tetapi menghasilkan jawaban yang jelas, luas dan terang. Contoh
pertanyaan antara lain :
1. Gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang

7
2. Kejadian-kejadian pada waktu lampau yang ada hubungan dengan
penyakit yang sekarang diderita
3. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/sekandang, tetangga dsb.

D. PEMERIKSAAN UMUM
Dari hasil registrasi, anamnesa, dan pemeriksaan klinis (serta
pemeriksaan laboratorium bila perlu) diformulasikan untuk mencari atau
menentukan diagnosa. Bila keadaan pasien gawat darurat, langkah sebelum
penanganan tetap boleh diabaikan, hanya dilakukan yang penting saja.
Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan secara visual dan manual, Syarat
pemeriksaan antara lain hewan diusahakan tenang, posisi hewan diusahakan
normal, sedapat mungkin berdiri.

Metode Pemeriksaan
1. Inspeksi/ adspeksi adalah pemeriksaan dengan melihat, mendengar atau
membau tanpa menggunakan alat bantu.
- Inspeksi jarak jauh dilihat dari tingkah laku, cara jalan/berdiri dan keadaan
umum.
- Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen,
posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara
- Jarak dekat dengan pemeriksaan lebih seksama seperti pemeriksaan
konjunctiva, pulsus, rumen, kandang, dll.
2. Palpasi → pemeriksaan dengan perabaan
3. Perkusi → pemeriksaan dengan melakukan pemukulan pada bagian tertentu
seperti bagian thoraks dan abdomen (untuk memperoleh suara) dan melihat
sakitnya sampai seberapa (berhubungan dengan otot/alat gerak)
4. Auskultasi → mendengarkan dengan alat (stetoskop) misalnya di saluran
digesti, respirasi, dll.

8
Alat Pemeriksaan
1. Gunting/ scalpel
2. Penlight
3. Otoskop, Ophtalmoskop, Vaginoskop, Laryngoskop, Spicullum
4. Perkusi hammer (untuk hewan besar). Untuk hewan kecil dengan tangan
5. Stetoskop
6. Spuit / jarum
7. Trokar
8. Spatel
9. Alat ukur suhu, berat badan
10. Coaxer (alat strum supaya hewan besar bisa berdiri)
11. Kateter

Pulsus dan Nafas


- Periksalah pulsus pada hewan kecil dengan meraba arteri femoralis (sebelah
medial femur)
- Periksalah nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan
kualitasnya dengan:
a). Melihat kembang kempisnya daerah thoraco abdominal,
b) menempelkan telapak tangan di cuping hidung

Suhu tubuh
- Sediakan thermometer dan oleskan ujung thermometer dengan bahan pelicin
dan masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai
thermometer berbunyi (± 3 menit) dan catat suhu tubuhnya.
- Bila ada yang meragukan (misalnya: radang anus lokal), lakukan pada rongga
mulut (rongga pipi). Hasilnya dikoreksi dengan menambahkan 0.5 0C karena
adanya evaporasi (penguapan)

9
Tabel 1 Suhu tubuh normal pada beberapa hewan

No Hewan Suhu tubuh (oC)


1. Kuda 37,5 – 38,5
2. Kucing 38 - 39,5
3. Kelinci 38 – 40
4. Anjing 37,5 – 39
5. Sapi 37,5 – 39,5
6. Kambing 38,5 – 40,5
7. Unggas 39 – 41
8. Domba 39,2 – 40
9. Babi 39 - 39,5
10. Hamster 38,4 – 39
11. Cavia 36 - 40,5

Selaput Lendir
Conjungtiva
- Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan tampak conjungtiva palpebrarum dan
membrane nictitans.
- Perhatikan warna, kelembaban dan kemungkinan adanya lesi dan bandingkan
antara mata kiri dan kanan.
Selaput lendir hidung, mulut dan vulva
- Perhatikan warna dan kelembaban selaput lender hidung, mulut dan vulva
dengan membukanya
- Lakukan pemeriksaan CRT (capillary refil time/waktu terisinya kembali
kapiler), dengan menekan gusi dan melepaskannya kembali. Hiung waktu
kembalinya warna gusi dari putih menjadi merah.

F. PEMERIKSAAN SISTEMA DIGESTI


- Cobalah diberikan pakan/ minuman untuk melihat napsu makan dan
minum

10
- Perhatikan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri
- Amati mulut, anus dan kulit sekitar anus serta kaki belakang
- Perhatikan kemungkinan cara defekasi dan tinjanya

Mulut, Pharynk dan esophagus


- Buka mulut anjing dengan menekan bibir anjing ke bawah gigi (kedalam
mulut). Kemudian dilakukan inspeksi. Bila perlu tekan lidah dengan spatel
agar dapat dilakukan inspeksi denga leluasa. Bila anjing nakal, rahang dapat
ditali dengan kain lalu ditarik keatas dan kebawah.
- Perhatikan bau mulut. Amati selaput lender mulut, pharyng, liddah gusi dan
gigi geligi: perhatikan adanya lesi, benda asing, perubahan warna dan
anomaly lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah.
Kasus yang sering adalah ketika ada choke, yaitu benda asing yang berhenti
di oesophagus, disebabkan karena : Makanan terlalu besar dan keras, Paralisa
oesophagus

Abdomen
- Lakukan ispeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan
- Palpasi daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari
tangan kiri dan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan
atau hanya dibatasi oleh benda atau organ di dalam perut perhatikan isi
abdomen yang teraba.
- Lakukan auskultasi dari sebelah kanan atau kiri abdomen untuk mengetahui
peristaltic usus.
- Lakukan eksplorasi dengan jari kelingking (pakai sarung tangan glove yang
diberi pelicin). Perhatikan kemungkianan adanya rasa nyeri pada anus atau
rectum, adanya benda asing atau tinja yang keras.
- Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi
lakukan pemberian enema dengan memasukkan glycerine 0.25-1 ml ke dalam
rectum atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajaklah anjing jalan-jalan
supaya leluasa bergerak dan defekasi. Perhatikan pula warna dan
konsistensinya.

11
- Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tngan yang
dialasi dengan kapas. Perhatikan kemungkinan adanya cairan yang keluar.

F. PEMERIKSAAN SISTEMA RESPIRASI


1. Inspeksi
Dilihat :
a. Pernapasan (tipe, frekuensi, dan ritme)
b. Leleran hidung (sifat leleran serous, purulent, kataralis, atau bercampur
darah)
c. Perhatikan adanya batuk atau bersin
d. Perhatikan Limfoglandula (superfisialis, retropharingeal, submaxillaris,
subparotid) perhatikan suhu, konsistensi dan besarnya, bandingkan antara
lgl.kanan dan kiri.

2. Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi di Daerah Thorax


- Palpasi mulai dari larynx ke trakea apabila ada gangguan akan timbul
refleks batuk.
1. Kepekakan → sakit → pleuritis
2. Bengkak
3. Oedema, misal pada kasus tumor
- Perkusi dan auskultasi
Daerah perkusi dan auskultasi paru-paru :
1. Sapi
C A C TC
Kanan kiri

B
2. Kuda atau Anjing
C A C TC
a
b

12
B

Keterangan gambar :
A : Angulus scapula caudalis
B : Olecranon
C : Intercostalis II dari caudal
a : intercostalis III dari caudal
b : intercostalis V dari caudal
c : intercostalis VII dari caudal
TC : Tuber coxae
: Jantung

13
Pekak paru-paru menunjukkan konsistensi padat, misalnya karena ada
cairan, gas, dsb. Resonansi paru-paru (nyaring/timpani) biasa terdapat pada
kasus emphysema pulmonum
Auskultasi normal :
1. Suara vesikuler (terdengar satu arah)
Adalah suara dari keluar-masuknya udara dalam alveoli. Suara terdengar
jelas pada anjing moncong panjang
2. Suara bronchial
Adalah suara yang terdengar akibat keluar-masuknya udara melalui
bronchus. Suara terdengar jelas terutama pada kucing dan anjing moncong
pendek.
Suara tidak normal :
1. Resonan (tympani) pada kasus emphysema, pneumothorax
2. Pekak pada kasus kongesti pulmo, broncopneumonia, oedema pulmonum,
pneumonia interstitialis, TBC, dan tumor.
3. Pekak horizontal → terjadi pada adanya timbunan cairan pada cavum
pleura
4. Suara belanga pecah → adalah suara campuran yang terdengar saat perkusi
dimana daerah pekak dan timphani berdekatan.
5. Ronchi/suara kering. Ada 2 macam :
- Sonorous → akibat penyempitan bronchus besar
- Sibilant → akibat penyempitan bronchus kecil
6. Suara basah : udara melalui cairan pada bronchus (eksudasi), misalnya
bronchitis
7. Suara krepitasi : lepasnya membran yang lengket terdengar saat akhir dari
keradangan, misalnya pada kasus TBC miliaris, oedema pulmonum
8. Suara friksi : adalah gesekan dari 2 pleura parietalis dan visceralis,
misalnya pada kasus pleuritis awal, pleuritis akut, dan pericarditis akut.

14
Tabel 2 Frekuensi respirasi pada beberapa hewan dalam kondisi normal

No Hewan Frekuensi respirasi


(per menit)
1. Kuda 8-10

2. Kucing 20-30

3. Kelinci 32-60

4. Anjing 20-25 (young), 14-16 (adult)

5. Sapi 10-30

6. Kambing 25-35

7. Domba & babi 10-20

G. PEMERIKSAAN KULIT DAN BULU


1. Inspeksi
Amati kilau, keutuhan, anliegen (kerapihan/keteraturan),
pigmentasi/warna, ukuran, panjang, pendek, pertumbuhan, minyak berlebih,
kulit kering, dll.

2. Palpasi
• Ketebalan, Rasa sakit
• Kelembaban → bila dehidrasi kelembaban menurun
• Elastisitas → penurunan elastisitas dapat menunjukkan status dehidrasi
dan kekurangan nutrisi
• Temperatur → dapat meningkat karena peningkatan temperatur tubuh
secara umum atau karena peningkatan aliran darah lokal. Dapat turun
karena adanya gangguan sirkulasi.
• Bentuk, ukuran, konsistensi

3. Pemeriksaan yang lain


- Sinar UV dengan λ = 300 nm (untuk melihat fluorosensi)
- Biopsi dan Aspirasi
- Kerokan kulit
- Tes alergi

15
Tabel 3 Evaluasi Status hidrasi pada Hewan

No Hydration Status Percent (%) Sign


1 Normal No Undetectable by the skin tent
dehydration
2 Mild dehydration 5-6 Doughy, inelastic skin, sluggish
skin pinch
3 Moderate dehydration 7-9 Skin tents for several second
Eyes slightly sunken Tacky
MM
4 Severe dehydration 10-12 Very delayed skin tenting
Prolonged CRT
Dry MM
Sunken Eyes

5 Incompatible with life 13-15 Prolonged CRT


Unresponsive
Usually greater than 12% leads
to shock or death

Tabel 4 Pemeriksaan Membrana Mukosa pada Hewan

No Mucous Meaning Causes


membrane (MM)
Color
1 Pink Normal Blood pressure and
oxygen levels are within
the normal range
2 Pale/Light Pink Anemia Shock, Blood loss
3 Brick Red Vasodilatation Fever, shock, sepsis
4 Blue Insufficient oxygen Respiratory distress,
levels hypoxemia
5 petechiae Clotting disorder DIC, Platelet disorder
6 Yellow Bilirubin build up, Liver dysfunction
icteric, jaundice

16
H. PEMERIKSAAN KELENJAR LIMFE
Lakukan isnpeksi kemungkinan adanya kebengkakan lgl. Kemudian
lakukan palpasi di aderah lgl. Perhatikan reaksi, panas, besar dan
konsistensinya serta simetrinya antara lgl.kanan dan kiri.
Sistem pertahanan tubuh pada hewan terdiri atas :
Pertahanan primer : Glandula tymus dan sumsun tulang
Pertahanan sekunder : Saluran lympatic, aggregated lymphoid tissue,
limfonodul dan limpa
Limfonodule terdiri atas
• internal limfonodul
▪ sternal limfonodul
▪ Mesentrik limfonodul
• ekternal/peripheral limfonodul
▪ lgl. Submindibularis
▪ lgl. Preskapularis
▪ lgl. Axilaris
▪ lgl. Ingunalis
▪ lgl. Popliteal
Beberapa lokasi peripheral limfonodul pada anjing

17
I. PEMERIKSAAN SISTEMA SIRKULASI
1. Inspeksi
Lokasi anatomi jantung secara umum pada binatang terletak dibagian
ventral antara costae ke 3-6 dibagian kiri cavum thorak pada Kuda : Costae ke
3-6, Sapi : Costae 3-5, Anjing : costae 3-6, domba dan kambing : Costae 2-5

2. Palpasi dan perkusi


Palpasi dapat dilakukan pada daerah arteri yang tersebar ditubuh hewan,
biasanya juga digunakan untuk mengitung jumlah pulsus. Perkusi dapat
dilakukan pada daerah pekak jantung untuk mengetahui adanya perubahan
seperti suara pekak melebar yang disebabkan oleh Dilatasi, hipertropi,
hidropericard dan perikarditis.
Adapun jenis arteri dan lokasinya pada beberapa hewan antara lain:
• Kuda : a. Maxillarisexterna sub lateralis, a.temporalis superfisialis, a.
Brachialis, a. Digitalis communis, a. Metatarsal dorsalis lateralis
• Sapi : a. Maxillaris externa/ a. Facialis, a. Brachialis, a. coccygea
• Anjing, kucing, kambing dan domba : a. Femoralis, a. brachialis
• Babi : a.brachialis, a. Femoralis,

Pemeriksaan Pulsus
Faktor yang mempengaruhi frekuensi pulsus yakni besar tubuh/berat badan,
umur, jenis kelamin, temperatur luar, cuaca, ras, kelaparan, stadium pencernaan,
gerakan, sakit, bunting, pengaruh psikis. Hewan muda (hewan baru lahir)
frekuensi pulsus dua kali lebih tinggi dari pada hewan dewasa.
a. Pulsus cepat (Tachycardi)
Frekuensi pulsus lebih tinggi dari normal dapat disebabkan oleh demam
karena infeksi/septikemia dan penyakit-penyakit jantung. Penyakit jantung
yang menyebabkan peningkatan frekuensi pulsus seperti penyakit miokarditis,
gangguan katup jantung, endokarditis, perikarditis, traumatika, keracunan
digitalis.
• Pada kuda pulsus tinggi: 80-120x/menit (septikemia, distensi usus,
peritonitis, kolik)

18
• Sapi : frek. 80-120x/menit (septikemia, puerpuralis, antrax)
• Anjing : frek 100-150x/menit (septikemia, gastritis, enteritis,distemper
stadium akhir)
• Babi : 100-150x/menit
b. Pulsus rarus (Bradycardia)
Kerusakan N.Vagus, perubahan patologis otot jantung (miokarditis
kronis, stenosis N.Norticus dan V.Mitralis, distensi otot jantung akut,
kehilangan darah yang banyak dan drastis, keracunan jantung).
c. Pulsus tidak teratur (aritmis)
Sering terjadi pada hewan sehat seperti anjing dan kuda. Patologis karena
lemah jantung, gangguan katup, endokarditis, miokarditis, perikarditis
traumatika pada sapi dan racun digitalis.
d. Pulsus kuat (magnus)
Pulsus yang gelombangnya besar (penuh) dan kuat. semua kejadiann
meningkatnya kerja jantung (hipertropi jantung kiri, nefritis interstitialis
kronis).
e. Pulsus pulsus lemah (parvus)
Penyakit yang menyebabkan lemah jantung (gangguan makanan yang
kronis, anemia, leukemia, dilatasi jantung, endokarditis, pelemakan jantung,
stenosis aorta).
f. Pulsus tidak sama (inaequalis)
Gelombang pulsus tidak sama besar dimana terjadi ketidaksamaan
kekuatan gelombang pulsus kelemahan jantung (aneurisma, stenomitralis,
tumor mediastnalis).
g. Pulsus yang semakin cepat (Celer)
Beda dengan P.frekuen disebabkan oleh atropi jantung kiri.
h. Pulsus lamban (Tardus)
i. Pulsus Keras (Durus)
Akibat kekejangan dinding arteri atau pengapuran dinding arteri (tetanus,
kolik, atropi jantung kiri, arteriosklerosis, ginjal mengecil).
j. Pulsus lemah (Moilis)
Gejala kelemahan jantung, pulsus lemah dan kecil

19
k. Pulsus dobel detak (Dicrotus)
Pada demam yang tinggi dan lama. Pulsus dengan 3x detakan (P.
Tricotus) pada penyakit hewan yang belum diketahui.

Tabel 5 Jumlah, jenis arteri dan lokasi pemeriksaan pulsus beberapa jenis hewan
dalam kondisi normal

No Hewan Pulsus (per menit) Jenis Arteri


1. Kucing 100-120 (Adult) a. femoralis
130-140 (Young) a. brachialis
2. Kelinci 130-325 a. femoralis
3. Anjing 60-80 (Large) a. femoralis
80-120 (Small) a. brachialis
4. Sapi 40-60 a. maxillaris
externa/a.facialis
a. brachialis
a. coccygea
5. Kambing 70-80 (Adult) a. femoralis
80-120 (Young) a. brachialis
6. Kuda 36-48 a. maxillaris externa sub
lateralis
a. temporalis superficialis
a. brachialis
a. digitalis communis
a. metatarse dorsalis lateralis
7. Babi 72-104 a. femoralis
a. brachialis

3. Auskultasi
Auskultasi dapat dilakukan dengan mendengarkan suara jantung antara lain:
I. Sistolik (LUB) yakni Kontraksi ventrikel dan menutupnya valvula
atrioventrikularis disertai menegangnya chord atendinae.
II. Diastolik (DUB) yakni menutupnya valvula semilunaris sinkron dengan
relaksasi ventrikel.

Suara abnormal selain S I (LUB) dan S II (DUB) adalah suara bising antara
lain
a. Bising Stenosis: valvula ada penyempitan->defek, suara kasar (brr)
b. Bising Regurgitasi : Akibat kebocoran valvula (pss)

20
c. Bising Presistolik: terjadi sebelum suara I -> stenosis valv. Trikuspidalis
bikuspidalis (brr-lub-dup)
d. Bising Sistolik: terjadi setelah SI dan sebelum SII
• Karena insufisiensi valv.trikuspidalis (Lub-Pss-Dub)
• Karena Insufisiensi valv.Pulmonalis/aortikus (Lub-Brr-Dup)
e. Bising Diastolik : Terjadi setelah S II Insufisiensi valv. Aortikus (Lub-
Dup-Pss)
f. Bising Perikardial : Terjadi pada stadium awal perikarditis, jika terbentuk
cairan maka suara friksi hilang.

J. PEMERIKSAAN SISTEMA UROPOETICA


Letak :
1. Anjing : vesica urinaria di belakang cavum abdominalis dan di depan rongga
pelvis ujung caudal ginjal sinister dapat dipalpasi
2. Kucing : ginjal terletak retroperitoneal, dan kedua ginjal dapat dipalpasi
dengan baik

1. Inspeksi
- Urinasi : postur, frekuensi, rasa sakit
- Intake / asupan air dan jumlah urin
- Warna urin
- Bau urin
- Perubahan warna urin saat urinasi
2. Palpasi
a. Ginjal
Lakukan pappasi daerah lumbal dan cari ginjal. Perhatikan reaksi, besar,
konsistensi dan simetrinya.
b. Vesica Urinaria : dapat dipalpasi dengan tangan pada dinding abdomen,
lalu dapat dirasakan ketebalan, ukuran dan kemungkinan adanya benda
asing (batu, tumor) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica
urinaria.

21
3. Pemeriksaan lain
a. Kateterisasi/pengambilan urin
Ambil kateter (Tom Cat/ Kucing) sesuai dengan kelamin dan besar hewan.
Kateter dimasukkan secara legeartis (steril, dengan lubricant yang steril,
tidak mengiritasi dan mengandung antiseptika).
Cara memasukkan kateter :
Anjing/Kucing Jantan: ukur kira-kira panjang kateter dari ujung penis
sampai dengan vesica urinaria. Keluarkan penis dan masukkan kateter
melalui orificium uretra eksternal ke dalam uretra pelan-pelan, sampai
kantong kemih, urine akan terlihat menetes bila sudah dikantong kemih
dan pungsi/sedot urine dengan spuit 10-15 cc. tampung air kemih untuk
pemeriksan lebih lanjut di laboratorium
Anjing/kucing betina: masukkan jari telunjuk yang telah diberi lubrikan
yang sama untuk mengolesi kateter, raba uretra (didasar vagina), cari
orificium uretra eksternal masukkan kateter anjing dengan pegangan di
sebelah kiri dan tunggu urin keluar.
b. Pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik serta fisika urin
- warna, kejernihan, kekentalan, bau, berat jenis
- pH, protein, Hb, darah, myoglobin, pigmen dan garam empedu, benda-
benda keton dan endapan
c. Tes fungsi ginjal : tentukan BUN, kreatinin
d. Radiologi

K. PEMERIKSAAN SISTEMA GENITALIA


1. Inspeksi
Pengamatan dari jauh :
Jantan : perubahan tingkah laku, perubahan penis, preputium dan testis
Betina : vulva, leleran yang keluar, perubahan patologis, kelenjar mammae
(amati permukaan, putting, dan ekskresinya)
Mengamati ke dalam rongga tubuh :
Jantan : memeriksa penis dan glans penis
Betina : membuka vulva, mengamati selaput lendir, vagina dan klitoris

22
2. Palpasi
- Hewan kecil betina : palpasi abdominal dengan 2 tangan (kanan dan kiri)
atau dengan 2 jari saling merasakan kemudian dilakukan palpasi vulva
dengan menggunakan jari kelingking, dan jari dimasukkan dalam vulva
untuk palpasi vagina
- Hewan besar betina : pemeriksaan per vagina, dilakukan dengan inspeksi
menggunakan vaginoskop untuk membuka vagina. Palpasi rectal pada
ovarium, cornu, dan corpus uterus
- Hewan jantan : palpasi rektal, dapat dirasakan bulbourethralis dan organ
aksesorius yang lain. Palpasi bagian luar seperti cavum pelvis, yaitu penis
ekstrapelvical, testis, epididimidis, preputium, glans penis.

3. Pemeriksaan lain
a. semen :
- koleksi dengan elektroejakulator, vagina buatan, dll.
- periksa warna, bau, konsistensi
- secara mikroskopis : dapat dilihat motilitas, fertilitas, abnormalitas dan
jumlah sperma
b. ekskret berupa bilasan preputium untuk mengetaui agen infeksi

Pemeriksaan Glandula Mammae


1. Glandula mammae
Inspeksi & palpasi permukaan kulit, kelenjar, konsistensi. Palpasi
ruangan-ruangan di dalam kelenjar mammae
2. Putting
Palpasi, USG, endoskopi
3. Pemeriksaan secret mammae
- Fisik (warna, bau, jonjot)
- Kimia (sel, pH) → Schalm test, CMT
- Mikrobiologi

23
L. PEMERIKSAAN SISTEM SYARAF
Gangguan syaraf dapat terjadi pada penyakit metabolic, toksikasi,
ginjal, lever dan lain sebagainya. Evaluasi Fungsi Sistema syaraf pusat/CNS
dilakukan pada yang 12 Nervous.
1. Nervous I (Olfactorius)
Menginervasi syaraf penciuman, hewan masih bisa mencium bau atau
tidak
2. Nervous II (Opticus)
Menginervasi syaraf penglihatan, evaluasi terhadap reflek mata, pupil dll
3. Nervous III (Oculomotorius)
Menginervasi syaraf penglihatan, evaluasi terhadap reflek pupil: hilang,
pupil dilatasi, strabiusmus ventrolateral
4. Nervous IV (Trochlearis)
evaluasi terhadap rotasi mata dorsomedial
5. Nervous V (Trigeminus)
evaluasi terhadap otot temporal/ fasial, rahang menggantung, tonus dan
kekuatan rahang, analgesia area inervasi.
6. Nervous VI (Abducens)
Strabismus medial, pandangan lateral terganggu, retraksi bola mata
lemah
7. Nervous VII (Facialis)
Bibir, pelupuk mata, telinga jatuh, tidak mampu berkedip, produksi air
mata
8. Nervous VIII (Vestibulocochlearis)
Ataxia, kepala terpeluntir, nystagmus, tuli
9. Nervous IX (Glossopharyngealis)
Gangguan reflek pharyng, disfagia
10. Nervous X (Vagus)
Gangguan reflek laring/paralisa, disfagia
11. Nervous XI (Accesorius)
Atropi otot trapezius, sternocephalicus, brachiocephalicus
12. Nervous XII (hypoglossus)
Kekuatan lidah

24
Cara pemeriksaan sistema syaraf:
1. Inspeksi
Melalui melihat kesadaran dan status mental hewan yang terdiri atas
• Normal : Sadar, merespon, dapat menstimuli lingkungan dengan benar
• Depresi : terjaga tetapi relatif tidak responsif terhadap stimuli lingkungan
• Delirium : sadar, reaksi berlebih, merespon stimuli lingkungan secara tidak
tepat
• Stupor : tidur, kecuali bila ada stimuli kuat
• Koma : status tidak merespon (sadar) yang sangat dalam meskipun
diberi stimuli yang sangat hebat.

2. Palpasi dan Perkusi


Palpasi dan perkusi dapat dilakukan untuk mengetahui Refleks spinal, uji
integritas system reflex dan pengaruh jalur UMN meliputi
• Refleks pedal kaki depan (C6-8, T2)
• Refleks panniculus (C8-T1, T3-L3)
• Refleks Patellar (L4-6)
• Refleks Pedal kaki belakang (L6-7, S1-2)
• Refleks Perineal (S1-3, N. Pudenda)
• Refleks bulbouretral (S1-3, N.Pudenda)
• Refleks Vulva (S1-3, N. Pudenda)

3. Pemeriksaan lain meliputi


• Hematologi, Profil biokimia serum, Urinalisis, Radiografi
• Analisis cairan serebrospinal
• Electrodiagnosis testing
• Tes fungsi urinaria

25
M. PEMERIKSAAN MUSCULOSKELETAL
1. Inspeksi
Cara berjalan, ukuran otot, bagian-bagian tulang yang terlihat, dll.
Otot → ukuran, simetri, kanan dan kiri, tinus, fungsi
2. Palpasi
Palpasi otot yang ada di permukaan : amati perubahan temperature, ukuran,
tonus
3. Laboratotik
Pemeriksaan serologis (SGOT/AST, CPK)
Biopsy otot
Pemeriksaan urin → nekrosis otot menyebabkan zat warna otot → ke darah
→ginjal → urin berwarna coklat kehitaman (myoglobinuria)

Cara pemeriksaan Tulang :


1. Inspeksi
Postur tubuh : kaki diangkat, tumpuan 4 kaki tidak rata, tulang membesar
Cara berjalan
2. Palpasi
Tulang-tulang yang teraba di daerah luar :
• Struktur, bentuk, ukuran
• Konsistensi
• Sensitivitas (rasa sakit)
3. Laboratorium
• Serologis (alkalin phosphatase)
• Mineral tulang (Ca, P)
• Mikrobiologik
• Biopsy
• Radiologi (dengan X-ray dapat teramati bentuk, ketipisan, abnormalitas
lain)

26
Cara pemeriksaan Sendi dan Extremitas :
1. Inspeksi
Postur (cara berdiri)
Cara jalan
Fleksi dan ekstensi
Bentuk : pembesaran, luka
2. Palpasi
Konsistensi (misalnya menjadi lunak, terisi cairan)
Sensitivitas (keras, diantara sendi ditemukan urat, dll)
Krepitasi
Fungsi sendi
3. Radiologik
struktur sendi, rongga sendi, adanya endapan dan kondisi tulang-tulang
penyusun
4. Pemeriksaan cairan sendi
Aspirasi cairan sendi (disedot dengan menggunakan spuit), kemudian amati
perubahan:
• Fisik -> warna, bau, fiskositas
• Kimiawi-> protein
• Sitologik-> mikroskopik
• Mikrobiologik -> pengambilan sampel harus aseptik

27
II. PEMERIKSAAN PADA SAPI DAN KUDA

A. SINYALEMEN/REGISTRASI DAN ANAMNESA


Seperti pada pemeriksaan hewan kecil

B. PEMERIKSAAN UMUM
Inspeksi
Seperti pada pemeriksaan hewan kecil, tetapi pada ruminansia perlu juga
diperhatikan ruminasinya
Pulsus dan Nafas
- Periksalah pulsus pada sapi dan kambing pada: a. maxillaris eksterna /
a.facialis (raba tepi depan m. masseter dengan jari dan gerakkan kemuka dan
kebelakang) atau a.coccygea disebelah ventral dari pangkal ekor. Pada kuda
pulsus diperiksa pada a. maxillaris eksterna pada incisura vasorum.
Hitunglah frekuensinya dan perhatikan kualitasnya
- Periksalah nafas, seperti pada pemeriksaan hewan kecil
Suhu Tubuh
- Ukur suhu tubuh melalui rektal
Selaput Lendir
- Seperti pada pemeriksaan hewan kecil
Mata
- Seperti pada pemeriksaan hewan kecil
Selaput lendir hidung, mulut dan vulva
- Perhatikan warna dan kelembaban selaput lendir hidung, mulut dan vulva
dengan membukanya

C. PEMERIKSAAN SISTEMA DIGESTI (Apparatus digestorius)


- Pada ruminasia selain seperti pemeriksaan hewan kecil, perhatikan pula
cara memamah biaknya (ruminatio)

28
Mulut, pharynx dan oesophagus
- Bukalah mulut sapi dengan memegang tali hidung/cuping hidung dengan
tangan kiri, masukkan tangan kanan ke spatium interalveolare sehingga
tangan dijilat-jilat, peganglah lidah sapi dan Tarik ke samping sehingga mulut
terbuka
- Bukalah mulut kuda dengan alat pembuka mulut
- Perhatikan bau mulut. Amati selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi dan
gigi-geligi; perhatikan kemungkinan adanya lesi, benda asing, perubahan
warna dan anomali lainnya. Perhatikan pula lgl. Regional dan kelenjar ludah.
Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari luar. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan radiologik dengan sebelumnya memasukan
kedalam oesophagus bahan tak tembus sinar roentgen, misalnya bubur
barium (barium sulfat).
- Pada sapi, raba pharynx dari sebelah luar saja, jangan lupa untuk meraba lgl.
Mandibularis (ingat pharynx sapi tidak dapat diinspeksi dengan pemeriksaan
fisik).

Esophagus
Perhatikan leher sebelah kiri, terutama bila sapi sedang eruktasi, regurgitasi
atau menelan (deglutisi). Lakukan palpasi pangkal oesophagus lewat mulut,
lakukan palpasi dari luar. Perhatikan pula kemungkinan adanya benda asing atau
sumbatan pada oesophagus.
Bila terjadi sumbatan oesophagus, ambil sonde kerongkongan yang terbuat
dari spiral baja. Ukur dan beri tanda batas setelah diukur panjangnya dari mulut
sampai rumen. Olesi ujung sonde (bagian yang besar) dengan vaselin atau pelican
lain yang tidak merangsang dan aman, buka mulut sedikit dan masukkan ujung
sonde tersebut kedalam mulut. Dorong pelan-pelan, biarkan sonde ditelan. Pada
keadaaan normal sonde dapat ditelan terus sampai tanda batas yang telah
ditentukan tadi. Tetapi bila ada sumbatan atau penyemputan, maka sonde akan
berhenti atau sukar didorong masuk (jangan dipaksakan).

29
Rumen
Selain dilakukan pemeriksaan seperti pada hewan kecil pada sapi perlu
diperhatikan keadaan lambung gandanya.
- Lakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi (dengan tinju), auskultasi,
perkusi dan eksplorasi rektal. Bandingkan abdomen kiri dengan sebelah
kanan, perhatikan fossa paralumbalis pada waktu inspeksi
- Lakukanlah palpasi dan auskultasi; hitung frekuensi gerak rumen per 5 menit
dan kekuatan geraknya (tonus rumen)
- Lakukan perkusi pada dinding abdomen sebelah kiri. Tarik dua garis
bayangan yang membagi dinding perut sebelah kiri menjadi sepertiga bagian
atas, sepertiga bagian tengah dan sepertiga bagian bawah. Perhatikan suara
perkusi/resonansi masing-masing bagian
- Apabila terjadi bloat salah satu cara mengurangi timbunan gas yang ada
dengan jalan trokarisasi. Tentukan lokasi penusukan trocar yaitu pada rumen
(perut sebelah kiri) kurang lebih satu telapak tangan dibelakang costae
terakhir dan satu telapak tangan dibawah vertebrae. Trocar disucihamakan
kemudian ditusukkan mengarah ke olecranon ulnae kaki depan sebelah
kanan. Kemudian bagian dalam diambil sehingga udara keluar. Lakukan
fiksasi alat trocar dengan kulit. Pada waktu pencabutan bagian dalam
dimasukkan kembali dan ditarik keluar.
- Eksplorasi rektal. Untuk melakukannya, kuku harus pendek/tumpul. Basahi
atau olesi tangan dengan pelican yang tidak merangsang. Dengan jari-jari
tangan yang dikuncupkan, masukkan tangan pelan-pelan menerobos tekanan
dari sphincter ani (boleh agak dipaksakan, setelah melewati sphincter, jari-
jari supaya dikepalkan dan bila masih ada peristaltik didalam rektum tunggu
dulu sampai kendor, baru tangan didorong ke depan. Bila rectum berisi tinja,
harus dikeluarkan lebih dahulu. Anggaplah rectum ini hanya sekedar sarung
tangan. Raba dinding rectum sebelah kanan, pada keadaan normal dinding ini
tidak akan melampaui bidang median (bidang orthogonal khayal yang
melewati processus spinosus vertebrae dan linea alba).

30
Retikulum
- Lakukan auskultasi pada sambungan kostokondral rusuk nomor 7 sebelah
kiri, perhatikan suara aliran ingesta cair lewat sulcus rumino reticularis dari
reticulum ke rumen dan sebaliknya.
- Ambil sepotong bambu atau kayu yang cuku kuat dan panjang, letakkan di
bawah processus xiphoideus dengan cara dipegangi oleh dua orang disebelah
kiri dan kanan sapi. Pemegang yang sebelah disuruh bertahan dan yang lain
mengangkat ujung bambu/kayu sebelahnya sehingga proc. Xiphoideus
tertekan. Bila ada reticulitis maka sapi akan melenguh kesakitan. Reaksi
semacam juga akan diperoleh jika kulit diatas proc. Spinosus sebelah dorsal
dari proc. Xiphoideus dicubit/ditarik. Untuk mengetahui adanya logam yang
mungkin ada didalam reticulum dapat dilacak menggunakan metal detector.

Omasum dan Abomasum


- Omasum praktiks tidak dapat diperiksa secara fisik, hal ini disebabkan letak
anatomiknya yang tidak dapat dijangkau, sehingga diagnosa hanya dilakukan
secara tidak langsung
- Sebagian dinding abomasum menempel pada dinding perut bawah, sebelah
kanan belakang dari proc. Xiphoideus. Lakukan perkusi didaerah ini, bila
lambung berisi gas akan terdengar resonansi (pada torsi atau dysplasia
kanan), atau suara pekak bila terjadi impaksio. Coba tekan keras-keras dengan
tinju pada daerah yang sama, bila terjadi gastritis akan teraa nyeri dan sapi
akan melenguh kesakitan dan mungkin menggeretakkan gigi, sapi pada kasus
abomasitis dapat menunjukkan gejala menggeretakkan gigi sewaktu-waktu,
terutama pada waktu gerakkan berbaring dan berdiri.
- Lakukanlah auskultasi dan perkusi pada dinding perut sebelah kiri setengah
bagian muka, ¾ bagian bawah rumen, bila sapi kebetulan menderita dysplasia
abomasum pada perkuri akan terdengar suara nyaring dan bila dibarengi
dengan auskultasi terdengar suara berdentang (tincling sound). Pada peristiwa
ini juga nampak distensi abdomen sebelah kiri.

31
Usus, Rektum dan Anus
Lakukan auskultasi didaerah abdomen sebelah kanan. Dengarkan peristaltik
usus dengan baik, bagaimana kekuatan peristaltik pada hewan normal, lakukanlah
pula pada beberapa ekor sapi lain, dengan membiasakkan diri, ini akan dapat
membedakan apakah peristaltik kekuatannya normal, lebih kuat atau melemah.
Gabungkan hasil pemeriksaan auskultasi ini dengan pemeriksaan tinja, suhu
tubuh dan pemeriksaan umum, maka akan diperoleh gambaran keadaan usus.
Untuk pemeriksaan rektum, lakukanlah palpasi dan pemeriksaan rektal,
sedangkan anus diinspeksi dan palpasi dari luar.

Kuda
Usahakan agar kuda mengenali pemeriksa dan tidak curiga atau terkejut,
dengan mendekatkan punggung tangan dekat cuping hidung agar dicium baunya.
Rabalah punggung hidung pelan-pelan, lanjutkan ke leher selanjutnya ke bagian
belakang. Rabalah punggung hidung pelan-pelan, lanjutkan ke leher selanjutnya
ke bagian belakang. Jangan memegang telinga. Bila masih ada kesulitan, bila
perlu pasanglah pram pada bibir atas, mintalah seseorang menggerak-gerakkan
pram agar perhatiannya terpusat ke daerah itu (ingat memasang praam lebih dari 2
jam akan menyebabkan nekrose).
Pada waktu melakukan eksplorasi rektal atau melakukan pemeriksaan lain
didaerah belakang, untuk menghindari sepakan, bila perlu salah satu kaki depan
diangkat. Disamping itu tubuh pemeriksa dilekatkan pada perut/sebelah depan
paha, sehingga kuda tidak mungkin menyepak.

Mulut. Pada kuda betina membuka mulut dapat dilakukan dengan memasukkan
tangan ke spatium interalveolare (hati-hati, kadang-kadang kuda betina ada yang
bertaring). Membuka mulut kuda dapat pula dilakukan dengan alat pembuka
mulut (mouth gag), misalnya dengan baji.
Perhatikan mukosa mulut dan gigi-geliginya. Perhatikan, apakah ada cacat
letak/bentuk atau karies gigi, atau ada gangguan prehensi. Perhatikan bau mulut
(misalnya pada caries dentis), perhatikan kemungkinan adanya sinusitis maxillaris

32
(pada caries dari dentes molars). Lakukanlah palpasi pharynx dari sebelah luar,
raba pula lgl. Mandibularis (submaxillaris) dan Parapharyngealis.
Bila tersedia, inspeksi pharynx dapat dilakukan memakai
rhinopharyngoscope. Oesophagus kuda lebih tipis, sedikit lebih sempit daripada
sapi, dan lebih panjang. Pemeriksaan oesophagus kuda dari sebelah luar, praktis
sama seperti pada sapi. Choke sering terjadi karena kesalahan pada waktu
memasukkan telur mentah yang belum pecah sudah dilempar ke
pharynx/oesophagus.
Sonde kerongkongan untuk kuda terdiri dari pipa karet atau plastik yang
supel, memasukkannya lewat lubang hidung, prosedur selanjutnya seperti pada
sapi. Pada kuda perlu diingat adanya bagian yang sedikit menyempit, yakni pada
pars cardiac oesophagi.

Abdomen. Perhatikan tingkah laku kuda yang memberi petunjuk adanya kolik.
Perhatikan frekuensi nafas, frekuensi pulsus, conjunctiva, keringat, defekasi,
tinjanya, kemungkinan terjadi muntah. Lakukan eksplorasi rektal, perhatikan
kemungkinan adanya rasa nyeri (pada tympani usus), adanya obstructant
(terutama pada flexura pelvina), lipatan penggantung usus (pada volvulus dan
invaginatio).

D. PEMERIKSAAN SISTEMA RESPIRASI


Seperti pada pemeriksaan hewan kecil. Perbedaan yang perlu
diperhatikan antara lain
- Khusus pada kuda: perhatikan cuping hidung pada waktu bernafas.
Perhatikan lesi-lesi yang berhubungan dengan penyakit spesifik (Malleus,
Lympangitis epizootica), perhatikan lgl. Regional (pada Malleus dan
adenitis Equorum). Pada sapi perhatikan cermin hidung, normalnya selalu
basah dan tidak panas
- Perbedaan daerah Auskultasi/perkusi paru-paru dan lakukan perkusi
dengan plexor dan pleximeter

33
E. PEMERIKSAAN SISTEM PEREDARAH DARAH
- Seperti pada pemeriksaan hewan kecil

F. PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING (Systema lymphatica)


- Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan lgl.. Pada sapi lgl.
Yang dapat diraba adalah lgl. Submaxillaris, lgl. Submaxillaris, lgl.
Parotidea, lgl. Retropharyngealis (tekankan kedua ujung jari tangan kanan
dan kiri diatas pharynx), lgl. Cervialis medius, lgl. Cervicalis caudalis, lgl.
Prescapularis, (hanya bila bergerak), lgl. Precruris, lgl. Inguinalis
superficialis (pada betina disebut juga sebagai lgl. Supramamaria), dan
lgl. Popliteal. Lgl yang tidak dapat dipalpasi , tetapi dapat menyebabkan
gejala klinis (diagnosa tak langsung bila ada pembengkakan) adalah lgl.
Mediastinalis anterior, lgl. Mediastinalis posterior, dan eksplorasi rektal,
lgl. Bronchialis, lgl. Mesenterialis. Pada sapi perhatikan adanya
kebengkakan lgl. Yang mungkin disebabkan oleh penyakit menular
(leukosis, tuberkulosis)
- Kuda. Lgl. Yang dapat dipalpasi adalah lgl. Submaxillaris, lgl.
Pharyngealis (parapharyngealis dan lgl. Suprapharyngealis), lgl.
Cervicalis cranialis, lgl. Cervicalis medius, lgl. Cervicalis caudalis, lgl.
Prescapularis, lgl. Axillaris (hanya pada kebengkakan), lgl. Cubiti, lgl.
Inguinalis profunda, dan lgl. Poplitea. Lgl yang tidak dapat dipalpasi dari
luar, tetapi secara tidak langsung tampak karena membesar adalah lgl.
Bronchialis, lgl. Mediastinalis posterior dan lgl. Mesenterialis. Pada kuda
perhatikan akan adanya penyakit-penyakit: Malleus (Glanders), Adenitis
aquorum (strangles), dan Saccharomycosis (Lymphangitis epizooticae).
- Lakukan palplasi di daerah lgl., perhatikan reaksi, panas, besar dan
konsistensinya serta simetrinya antara kanan dan kiri

34
Gambar 1. Lokasi perabaan limfoglandula superficialis pada sapi

G. PEMERIKSAAN SISTEMA LOKOMOTOR


- Selain pemeriksaan seperti pada hewan kecil, pada kuda perlu diperhatikan
tulang maxilla dan mandibular (kemungkinan osteodystrophia fibrosa)
- Teracak. Lakukan inspeksi, perhatikan apakah ada pincang tumpu, apakah
beban berat dipindahkan ke kaki lainnya, apakah ada lesi (pada corona,
interdigiti, bola tanduk, telapak), apakah ada larva lalat (biasanya ada
pendarahan dan bila diperhatikan ada gerakan-gerakan pada luka)
- Palpasi dilakukan dengan meraba a. digitalis (bila ada radang teraba lebih
kuat/jelas), apakah suhunya naik. Ambil arteri klem, jepitkan pada teracak
yang bukan tersangka dulu, kemudian baru yang tersangka sakit.
Bersihkan teracak yang tersangka sakit dengan sikat dan cuci dengan air,
ambil rennet, bersihkan bagian-bagian yang busuk, cari dan perhatikan
lesinya, perhatikan adanya benda asing atau salah paku. Bila tidak ada lesi
mungkin terjadi laminitis, cari penyebabnya (dari anamnesa dan
pemeriksaan umum: indigesti, retensio secundinarum, toxaemia lainnya).

35
H. PEMERIKSAAN SISTEMA UROPETICA
- Ginjal. Ginjal hewan besar hanya teraba pada hewan yang tidak terlalu
besar dan tangan cukup panjang, lewat rektum
- Vesica urinaria. Dilakukan palpasi lewat rektum, tekan tangan agak
kebawah
- Kateterisasi. Pada kuda jantan dan betina: lakukan seperti pada anjing.
Pada sapi betina: lakukan palpasi vesica urinaria lewat rectum, gelitik
(raba dan sedikit tekan), biasanya air kemih akan keluar. Sedangkan pada
sapi jantan tidak dapat dilakukan katheterisasi karena adanya flexura
sigmoidea.
- Pemeriksaan urin. Seperti pada hewan kecil.

I. PEMERIKSAAN SISTEMA SYARAF (systema nervorum)


Seperti pemeriksaan pada hewan kecil

J. PEMERIKSAAN AMBING (sapi perah)


- Cuci glandula mammae bersih-bersih. Lakukan inspeksi dari muka,
belakang dan samping, perhatikan apakah ada tanda-tanda radang
- Lakukan palpasi perhatikan suhu, reaksi terhadap rabaan (adanya rasa
nyeri)
- Ambillah contoh air susu, lakukan pemeriksaan uji lapangan, biasakan
mengambil contoh dari sebelah kanan

1. strip cup test


Dengan cawan petri yang alas sebelah bawahnya di cat hitam, teteskan
susu langsung dari putting. Bila ada jonjot-jonjot akan tampak jelas. Lakukan
terhadap semua kuartir (quarter).

2. white side test


Ambilah empat cawan petri seperti yang dipakai pada strip cup test atau
dengan paddle. Perah masing-masing kuartir pada cawan masing-masing 5 ml
dan tambahkan masing-masing NaOH 4% (1N) sebanyak 1 ml (jumlahnya

36
dapat berbeda asal perbandingannya 5:1). Gerak-gerakkan (memutar), pada
mastitis akan terdapat jonjot-jonjot, bentukan-bentukan seperti benang atau
mengental (viscous).

3. California Mastitis Test (CMT)


California Mastitis Test (CMT), Schalm test, Brabanter test,
diperuntukkan mendeteksi mastitis subklinis (yang secara fisik baik ambing
maupun susunya tidak menampakkan perubahan) dan screening pada
pengendalian mastitis kelompok sapi perah. Susu yang timbul sebagai reaksi
radang. Cara melakukan CMT sbb: cucilah ambing dan keringkan, dengan
posisi pemerah disebelah kanan sapi; pegang dan arahkan masing-masing
cawan dari paddle pada keempat putting dan perah susunya secukupnya.
Miringkan paddle ke kiri sehingga nampak garis lurus. Masuknya reagen
CMT sama banyaknya dengan susu pada masing-masing cawan. Bila
menderita mastitis akan terjadi gel dan perubahan warna dari purple menjadi
kekuning-kuningan. Putarlah paddle arah horizontal secara pelan-pelan.
Catatlah hasilnya sesuai dengan nama cawan paddle. C untuk kiri depan dan
D untuk kiri belakang. Hasilnya dapat dibaca pada tabel berikut :

Nilai Jumlah sel/ml Gel

N (negative) ≤ 200.000 Tidak ada.


T (trace) 500.000 Nampak sedikit seperti benang-benang kecil
dan segera hilang apabila paddle diputar
1 1.500.000 Lebih jelas, bila paddle diputar tidak
menggumpal
2 5.000.000 Kental, bila paddle diputar menggumpal
3 > 5.000.000 Kental/tebal, menempel pada alas paddle

Pengambilan sampel susu untuk pemeriksaan lanjutan


Olesi lubang putting dengan kapas alkohol (atau antiseptika lain). Ambil 4
tabung steril (dengan tutup steril pula) yang telah diberi nomor sapi dan nomor
putting, masukkan perahan yang ke-4 (secukupnya), tutup kembali secara steril,

37
masukkan kedalam termos yang berisi es yang terbungkus kantong plastik (termos
dapat diganti dengan kotak/box gabus sintetis), kirimkan ke laboratorium untuk
pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut. Berikan surat pengantar.
Kosongkan semua kuartir, setelah benar-benar kosong, lakukan palpasi
sekali lagi. Perhatikan perbedaan antara jaringan yang sehat dengan yang
mengalami radang atau penebalan/pengerasan (indurasi). Raba pula lgl.
Mammaria.

38
III. PEMERIKSAAN PADA REPTIL

A. HANDLING DAN RESTRAIN PADA ULAR DAN KADAL


• Ular tenang dan jinak
1. Pertama buka kontainer atau karung secara perlahan
2. Perhatikan respon dari ular
3. Jika dirasa aman, ular bisa diangkat dari kontainernya ke meja
pemeriksaan.
- Jika ukuran ular kecil cara menangkatnya dengan telapak tangan
- Jika ukuran ular sedang, maka lakukan dengan cara satu tangan
pada area sepertiga depan tubuhnya. Satu tangan lainnya
memegang sepertiga belakang tubuh.
- Jika ukuran ular besar, maka lakukan dengan satu tangan
memengang kepalanya.
4. Lilitkan tubuh ular pada lengan.
5. Tangan yang lainnya memegang bagian sepertiga belakang tubuhnya.
• Ular agresif dan galak
1. Pertama buka kontainer atau karung secara perlahan
2. Jika agresif biasanya akan bergerak mengikuti orang disekitar, kepala
akan mendongak ke atas mengarah ke orang dan menyerang.
3. kemudian menggunakan alat bantu restraint (hook snake) atau tutup
kontainer box sebagai pelindung untuk menahan bagian leher atau
bagian belakang kepala untuk menghindari ular tidak menyerang.
4. Bagian leher yang ditahan dengan alat bantu kemudian dihandling
menggunakan tangan.
5. Setelah ular terhandling, kemudian alat bantu diletakkan dan tangan
yang lain membantu mengangkat tubuh ular.
Catatan : Jangan terlalu keras memberi tekanan dengan alat bantu pada
leher, karena dapat mengakibatkan cidera pada tulang dan otot
leher.
• Kadal
1. Kadal diletakkan diatas meja.

39
2. Kemudian perhatikan tingkah laku dan gerak gerik kadal sebelum
dihandling.
3. Dengan tenang dan hati-hati, salah satu tangan memegang leher tepat
di belakang kepala dan ibu jari serta kelingking menjepit kedua kaki
depan.
4. Tangan yang lain memegang badan bagian belakang sampai ke
pangkal ekor serta menjepit kedua kaki belakang.

B. PEMERIKSAAN FISIK ELAR DAN KADAL


Pemeriksaan ular dan kadal dapat dilakukan dengan dengan beberapan
tahapan seperti yang dilakukan pada hewan kecil. Bentuk ular yang silindris
dan memanjang membuat tindakan pemeriksaan pada jenis ini menjadi agak
sulit bagi yang belum terbiasa. Untuk mempemudah pemeriksaan ular,
beberapa dokter hewan membagi area pemeriksaan menjadi 3 bagian, yaitu
sepertiga depan (trakea, esofagus, jantung dan paru-paru), sepertiga tengah
(paru-paru, lambung dan hepar serta kantung empedu) dan sepertiga belakang
(usus halus, colon, ginjal dan testis atau ovarium).

Sumber : Reptile Medicine and Surgery 2nd Edition

40
Sumber : Reptile Medicine and Surgery 2nd Edition

• Inspeksi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat respon terhadap orang,


cara berjalan, cara bernafas, kondisi tubuh secara umum seperti ada
tidaknya kelainan atau abnormalitas tubuh yang dapat dilihat secara kasat
mata (luka, cacat, BCS, MBD, dll)

• Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan awal dilakukan dengan cara melakukan palpasi seluruh
bagian tubuh dari kepala sampai ekor. Tindakan ini dilakukan untuk
memastikan abnormalitas yang yang terlihat setelah inspeksi seperti
adanya benjolan atau bengkak untuk mengathaui konsistensi, perkiraan

41
ukuran. Palpasi di area punggung (dorsal tubuh) bertujuan untuk
mengetahui kondisi ketebalan massa otot dan bisa dilakukan uji turgor
untuk mengetahui elastisitas kulit. Palpasi daerah ventral tubuh
dimulai dari bagian sepertiga depan tubuh karena letak dari jantung di
area tersebut. Denyut jantung akan dapat dirasakan dan dihitung
denyutnya (20 – 80 kali per menit). Untuk area abdomen dapat
dipalpasi ada tidaknya makanan di dalamnya, atau abnormalitas
lainnya yang dapat teraba. Untuk bagian kloaka dapat diperiksa ada
tidaknya abnormalitas seperti prolaps.
2. Pemeriksaan kepala pada ular dan kadal dapat dilihat frekuensi
menjulurkan lidahnya. Pada kondisi normal, mereka akan sering
menjulurkan lidahnya untuk mendeteksi kondisi lingkungan di
sekitarnya. Kemudian dilihat kondisi mata, mata yang sehat bersih,
bersinar dan pada jenis ular dan kadal tertentu, tidak ada retained
spectacle. Pastikan kondisi lubang hidung bersih dan tidak ada leleran
atau debris yang mengering. Kemudian mulut dibuka untuk melihat
kondisi rongga mulut dan gigi. Selain itu dapat dilakukan pengecekan
glotis atau gerbang trakea. Pada kondisi normal bersih dan berwarna
pink. Sedangkan pada reptil yang memgalami gangguan pernafasam,
biasanya akan mengeluarkan lendir dari glotis.

C. SEXING PADA ULAR DAN KADAL


• Sexing pada ular dan dilakukan dengan cara:
Dalam menentukan jenis kelamin pada ular dilakukan 2 orang, yang
berfungsi sebagai penghandling dan penyeksing.

Setelah ular dihandling, operator akan memegang pangkal ekor khususnya


area kloaka dan diposisikan rebah dorsal.

42
probing stick dimasukkan ke dalam lubang di sebelah kanan dan kiri dari
kloaka mengarah ke ekor.

probing stick dimasukkan secara perlahan tanpa dipaksa sedalam mungkin


ke arah ekor.

Setelah maksimal, maka ibu jari digunakan untuk menandai sejauh apa
probing stick masuk.

Kemudian probing stick dikeluarkan dan diletakkan sejajar dengan ekor ke


arah ujung ekor.

Bagian probe yang ditandai dengan ibu jari diletakkan di kloaka dan ujung
probing stick mengarah ke ujung ekor. Panjang probing stick dibandingkan
dengan jumlah sisik ventralis.

Apabila probing stick sepanjang 3-4 sisik ventralis, maka dipastikan ular
berjenis kelamin betina. Sedangkan apabila probing stick sepanjang lebih
dari 4-5 sisik ventralis, maka dipastikan ular berjenis kelamin jantan.

D. APLIKASI OBAT PADA ULAR DAN KADAL


Pemberian obat pada ular dan kadal dapat dilakukan dengan metode
per oral dalam bentuk sediaan cair dan tablet, sedangkan parenteral dengan
injeksi sub kutan, intramuskular, dan intravena .

• Pemberian obat per Oral pada kadal


1. Buka mulut kadal perlahan dengan jari atau kedua tangan

43
2. masukan spuit tanpa jarum ke mulut dan desposisikan spuit dengan
benar di rongga mulut melewati epiglotis atau jika menggunakan
bantuan force feed needle stainless bisa mauk ke kerongkongan
3. Tahan mulut beberapa saat supaya obat tertelan.

• Pemberian obat injeksi Sub kutan


1. Untuk pemberian obat berupa injeksi di sub kutan dan intramsukular,
harus dilakukan oleh 2 orang (operator dan asisten operator).
2. Kemudian asisten menginjeksi bagian sub kutan ular yang berada di
area sepertiga depan dari tubuh dan mengambil posisi di kanan atau
kiri dari tulang belakang.
3. Sebleum diinjeksi, kulit dapat disterilkan menggunakan alkohol 70%.
4. Kulit diangkat, kemudian jarum ditusukan menembus kulit tidak
sampai mengenai otot.
5. Jarum yang memasuki subkutan biasanya mudah digerakkan karena
posisinya bebas di ruang antara kulit dan otot.
6. Obat diinjeksikan ke subkutan dan hasilnya kulit akan tampak
menggelembung karena terdorong oleh obat.

• Pemberian obat injeksi Intramuskular


1. Untuk pemberian obat berupa injeksi di sub kutan dan
intramsukular, harus dilakukan oleh 2 orang (operator dan asisten
operator).
2. Kemudian asisten menginjeksi bagian sub kutan ular yang berada
di area sepertiga depan dari tubuh dan mengambil posisi di kanan
atau kiri dari tulang belakang.
3. Sebleum diinjeksi, kulit dapat disterilkan menggunakan alkohol
70%.
4. jarum diposisikan dengan sudut 45º terhadap permukaan kulit.
5. Kemudian jarum ditusukkan menembus kulit dan masuk ke otot.
6. Umumnya setelah jarum memasuki otot, akan terasa kenyal dan
jarum akan susah digerakkan karena terjepit oleh serat otot.

44
7. Kemudian obat diinjeksikan ke otot.

E. PENGAMBILAN SAMPEL DARAH PADA ULAR DAN KADAL


• Pengambilan sampel darah dilakukan dengan cara:

Pengambilan darah pada ular dan kadal melalui vena coxygeal ventralis.

Orang yang menghandling memposisikan ular atau kadal rebah dorsal


supaya operator dapat mengakses bagian ventral dari ekor.

Area yang akan diambil darahnya dibersihkan dan disterilkan dengan


alkohol 70%.

Kemudian operator memposisikan jarum tegak lurus terhadap permukaan


kulit atau 45º tergantung dari kebiasaan dan ditusukkan ke arah pangkal
tulang ekor.

Jarum ditusukkan sampai pangkal tulang ekor dan setelah mengenai tulang
kemudian ditarik sedikit. Otomatis darah yang berada di vena coxygeal
venralis akan tersedot ke jarum.

45
IV. PEMERIKSAAN PADA BURUNG

A. HANDLING DAN RESTRAINT PADA BURUNG (Merpati dan Emprit)


• Handling dan restraint dilakukan dengan cara:
Burung merpati diletakkan di dalam kandang, kemudian akan dihandling
oleh operator.

Salah satu tangen membuka pintu kandang biasanya tangan kiri dan tangan
kanan masuk ke kandang untuk menangkap burung.

Burung ditangkap dengan cara memegang badannya dengan sayap


dirapatkan ke tubuh burung agar tidak memberontak.

Setelah tertangkap, burung dikeluarkan dari kandang. Restraint burung


merpati dapat menggunakan alat bantu kain atau handuk yang cukup untuk
digulungkan ke badan burung.

Handuk atau kain disiapkan di atas meja dengan dibentangkan.

Burung yang dihandling diletakkan perlahan dengan posisi rebah dorsal


diatas handuk.

Kemudian tangan yang lain menggulungkan handuk ke tubuh merpati dari


leher sampai kaki. Kemudian handuk dieratkan supaya tidak terlepas.

B. PEMERIKSAAN FISIK PADA BURUNG


• Inspeksi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat respon terhadap orang,
cara berjalan atau terbang, cara bernafas, kondisi tubuh secara umum
seperti ada tidaknya kelainan atau abnormalitas tubuh yang dapat dilihat
secara kasat mata (luka, cacat, BCS, kerontokan buludll), kondisi kandang
dan lingkungan (feses, rontokan bulu, darah, telur dll).

• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diawali dengan bagian kepala. Pemeriksaan dilakukan
dengan melihat kondisi mata. Mata yang normal bersih, berkilau dan tidak

46
ada kotoran baik di mata maupun sekitarnya. Pemeriksaan nares atau
lubang hidung dengan melihat ada tidaknya debris atau leleran.
Pengecekan paruh dengan melihat proporsi bentuk, konsitensi dan ada
tidaknya perubahan warna dan retakan atau patahan. Palpasidi seluruh
bagian kepala untuk memastikan ada tidaknya abnormalitas bentuk tulang
atau ada tidaknya benjolan. Untuk mengecek ronggal mulut, paruh dapat
dibuka, kemudian dapat dilihat warna mukosa, ada tidaknya leleran baik
dari esofagus maupun glotis, ada tidaknya bentukan abnormal seperti plak
atau benjolan.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan palpasi di bagian leher


khususnya tembolok untuk mengecek ada tidaknya benjolan atau pakan.
Kemudian ketebalan massa otot pektoralis atau dada untuk mengetahui
kondisi BCS tubuh. Palpasai pada sayap untuk memastikan tidak ada
abnormalitas atau fraktur di tulang sayap. Kemudian pemeriksaan kaki
untuk mengtahui bentuk dan struktur dari kaki, kuku dan telapak. Pada
burung sering terjadi kasus bumblefoot, sehingga pengecekan pada telapak
kaki menjadi sangat penting

C. PEMBERIAN OBAT PADA BURUNG


Pemberian obat pada burung yang paling sering dilakukan melalui rute
per oral, sub kutan dan intramuskular.

• Pemberian obat per oral


Per oral dapat diberikan dengan bantuan alat loloh dengan ujung karet atau
menggunakan force feed needle.

Setelah burung dihandling, operator dapat membuka mulut burung dan


memasukkan force feed needle ke dalam rongga mulut sampai ke esofagus
atau tembolok.

Kemudian obat dimasukkan.

47
• Pemberian injeksi subkutan
Injeksi sub kutan dapat diberikan di area tengkuk, kanan atau kiri dari
tulang belakang.

Bulu di area tersebut dapat dibersihkan dan disterilkan menggunakan


alkohol 70%.

Area kulit kemudian ditarik dan jarum ditusukkan menembus kulit menuju
subkutan.

Obat kemudian diinjeksikan ke subkutan dan hasilnya kulit akan tampak


menggelembung terisi obat.

• Pemberian injeksi intramuscular


Injeksi intramuskular umumnya dilakukan di otot dada atau pectoralis.

Area injeksi dibersihkan dan diseteril menggunakan alkohol 70%.

Setelah itu jarum ditusukkan menembus kulit dan masuk ke otot di sebelah
kanan atau kiri sternum.

Pastikan jarum tidak menabrak tulang dada. Apabila menabrak dapat


ditarik sedikit. Setelah masuk k otot, obat diinjeksikan.

D. PENGAMBILAN DARAH PADA BURUNG MERPATI DAN EMPRIT


Pengambilan darah pada burung merpati dapat dilakukan di vena
jugularis kanan dan vena bacilis area ulnaris sayap.

• Pengambilan darah vena Jugularis

Area leher dibersihkan dan disteril menggunakna alkohol 70% oleh


operator.

Kemudian setelah terlihat vena di sebalah kanan leher, jarum perlahan


dimasukkan dari arah caudal menuju crainal melawan arus aliran darah
dengan tujuan mempermudah proses pengambilan darah.

48
• Pengambilan darah vena Bacilis sayap

Pengambilan darah via vena bacilis sayap, operator harus merentangakan


sayap burung untuk mendapatkan area humerus dan radiusulna dengan
jelas.

Bersihkan dan sterilkan dengan alkohol 70% sebelum dilakukan


pengambilan darah. Jarum dimasukkan menembus otot dan menuju vena
melalui bawah otot untuk meminimalkan terjadinya hematoma.

49
REFERENSI

Boddie, F. 1992. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Oliver & Boyd.


Edinburgh & London.
Hawk, T. and Leary, S. 2008. Formulary For Laboratory Animals. Second
edition. Iowa state University. Ames.
Gibbons, W.J. 1996. Clinical Diagnosis of Disease of Large Animals. Lea &
Febiger. Philadelphia.
Kelly, W.R. 1974. Veterinary Clinical Diagnosis Second edition. Balierre Tindal.
Nelson, R.W. and C.G. Couto. 2003. Small Animal Internal Medicine, 3rd
Edition. Mosby, Missouri.
Widiono, I. 2003. Pemeriksaan Syaraf. Bahan kuliah Diagnosa Klinik. FKH
UGM.

50
51

Anda mungkin juga menyukai