Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMAHAMAN HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK


DARI NILAI-NILAI KEBANGSAAN DAN TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA

KELOMPOK 3 :

1. Annisa Rahma Lasubu C30121041


2. Aceng Adrianti C30121042
3. Asyraf Muzhaffar Lanaan C30121044
4. Fianda Feronicha C30121051
5. Fhara Oktavia Sari C30121055
6. Febriyana C30121060
7. Jihan Pradina C30121061
8. Rina C30121062
9. Dzur Awalia C30121069
10. Eghy Widya Anugrah Aulia C30121071
11. Ammandha Thessalonicha Mayrent Kewas C30121072
12. Dita Indriyani C30121073
13. Isyatir Rodliyah C30121075

PROGRAM S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO
2021

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penuyusunan Makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas PKN sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Aamiin.

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait, terutama kepada
Dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan Ibu Ade Irma, S.Sos., M.AP, dalam
memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas ini. Dalam menyusun makalah ini kami telah
berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya.

Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,
oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik

Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini dapat
digunakan sebagaimana semestinya. Aamiin

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Senin, 18 Oktober 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii

BAB I ...............................................................................................................................

PENDAHULUAN ............................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH ...........................................................................................2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN ........................................................................................2

BAB II ..............................................................................................................................

PEMBAHASAN .............................................................................................................

A. Pengertian Nilai-Nilai kebangsaan .............................................................................3


B. Nilai-Nilai kebangsaan secara historis .......................................................................3
C. Nilai-Nilai kebangsaan secara sosiologis ...................................................................5
D. Nilai-Nilai kebangsaan secara politik .......................................................................7
E. Tanggung Jawab warga negara .................................................................................11

PENUTUP .......................................................................................................................

Kesimpulan .....................................................................................................................12

Saran ...............................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan. Seorang


warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang tersebut adalah
bangsa Indonesia. Seseorang bisa dikatakan bangsa Indonesia apabila orang tersebut
menganggap dirinya merupakan bagian dari nation Indonesia. Maksudnya orang tersebut
memiliki kesatuan kepentingan dan simpati terhadap tujuan bersama masyarakat
Indonesia. Nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara memiliki beberapa nilai-nilai, antara lain mengembangkan rasa cinta kepada
tanah air dan bangsa, mematuhi dan mentaati peraturan negara, mematuhi dan
menghayati nilai-nilai yang ada pada UUD 1945 dan Pancasila, serta membangun rasa
persaudaraan, solidaritas, kedamaian, dan anti kekerasan antar kelompok masyarakat
dengan semangat persatuan. Masih banyak lagi nilai-nilai nasionalisme yang harus
dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Nilai-nilai nasionalisme sebagaimana disebutkan di atas perlu dimiliki oleh setiap
warga negara, dengan memiliki nilai-nilai tersebut, akan tercipta suatu bangsa yang
kokoh, bersatu, toleran, aman, damai, adil, sehingga potensial menjadi bangsa yang maju
dan sejahtera. Di dalam negara Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, seperti suku
Jawa, Sunda, Madura, Minang, Minahasa, dan suku-suku di Papua, disamping itu ada
juga bangsa-bangsa yang datang dari luar kepulauan Nusantara, seperti bangsa Cina atau
Tionghoa, Arab, Eropa dan penduduk lainnya yang telah menganggap kepulauan
Nusantara sebagai tanah airnya.
Nasionalisme dalam pelajaran PPKn siswa diajarkan tentang sikap terhadap
negara yaitu bangga terhadap negara, cinta tanah air dan rela membela negara. PPKn
merupakan salah satu mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata
pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila atau
budaya bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam kurikulum PPKn. Salah satu hal
yang paling penting dalam PPKn yaitu pendidikan nilai nasionalisme. PPKn mengandung
dan menanamkan nilai nasionalisme guna membentuk karakter siswa yang cinta dan
bangga akan bangsanya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana nilai-nilai kebangsaan secara historis?
2. Bagaimana nilai-nilai kebangsaan secara sosiolog?
3. Bagaimana nilai-nilai kebangsaan secara politik?
4. Bagaimana tanggung jawab warga negara?

C. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini yaitu:
1. Mengetahui nilai-nilai kebangsaan secara historis.
2. Mengetahui nilai-nilai kebangsaan secara sosiolog.
3. Mengetahui nilai-nilai kebangsaan secara politik.
4. Mengetahui tanggung jawab warga negara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN

Nilai-nilai kebangsaan adalah nilai yang melekat pada diri setiap warga negara atau
norma-norma kebaikan yang terkandung dan menjadi ciri kepribadian bangsa
Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika yang dicerminkan dari sikap dan perilaku setiap warga negara sebagai
bangsa Indonesia yang senantiasa mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
tanpa mengesampingkan tanggung jawab untuk menghargai bangsa dan negara lain.
Bagi bangsa Indonesia yang beradab, kedaulatan tidak hanya mengandung “privilege”
untuk mengatur, menegakkan hukum dan mengadili segala hal yang berada dalam
wilayah negara, tetapi juga mengandung tanggungjawab untuk menghormati
nilai-nilai kemanusiaan atas dasar norma, nilai dan standar universal dan
menghormati pula negara lain untuk dapat menjamin kesejahteraan serta keamanan
nasional, regional dan internasional.

B. NILAI-NILAI KEBANGSAAN SECARA HISTORIS

a. Masa Pergerakan Kebangsaan

Masa penjajahan yang sangat panjang oleh bangsa-bangsa Eropa selama


350 tahun dan cukup singkat oleh pendudukan Jepang sekitar 3,5 tahun, disatu sisi
berdampak terhadap penderitaan rakyat yang tidak terperikan, namun di sisi yang lain
ternyata juga telah menyemai kesadaran berkebangsaan di kalangan rakyat,
khususnya kaum terpelajar dan sebagian kaum bangsawan yang berasal dari berbagai
daerah di seluruh wilayah Nusantara. Politik etik (Etische Politiek) yang diterapkan
oleh pemerintah Kerajaan Hindia Belanda, telah memberikan kesempatan kepada
putra-putra kaum bangsawan untuk mengenyam pendidikan tinggi, baik di tanah air
maupun di negara-negara Eropa, ternyata telah memicu lahirnya rasa dan semangat
kebangsaan. Faktor kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi kaum in-lander,
mampu mengembangkan pemikiran yang maju, rasional dan profesional. Dari sinilah
kemudian impian yang berkenaan dengan kebangsaan dan kemerdekaan diwujud
nyatakan menjadi bentuk-bentuk gerakan dan perkumpulan, baik yang berciri
kedaerahan, keagamaan, politik, maupun bercirikan profesi. Berbagai gerakan dan
perkumpulan yang terorganisir mulai terbentuk pada awal abad XX (Donald Wilhelm,
1981). Contoh gerakan dimaksud antara lain: Boedi Oetomo (1908), Sarekat Islam
(1911), Jong Java (1915), Jong Sumatera Bond (1917) Jong Minahasa (1918), Jong
Ambon, Perkoempoelan Madoera, Perkoempoelan Timoer dan Perhimpunan
Indonesia di Belanda. Selain itu, terdapat pula perkumpulan campuran pribumi dan
nonpribumi, yang sama-sama menginginkan kemerdekaan, seperti Indische Partij
(1912), Indische Sociaal Democratische Vereeniging (1914), Indische Sociaal
Democratische Partij (1917).

Melalui perjuangan yang diwarnai oleh gelombang pasang surut, berbagai pergerakan
kebangsaan tersebut akhirnya dapat membulatkan tekad untuk menyatukan segenap
potensi perjuangan guna membangun satu kekuatan yang lebih besar demi
merealisasikan segala impian kebangsaan dan kemerdekaan. Sumpah Pemuda yang
diikrarkan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 merupakan wujud nyata
dari tekad seluruh komponen masyarakat nusantara untuk menyatukan diri sebagai
satu bangsa, dalam satu wadah kesatuan tanah air, serta menjunjung tinggi bahasa
persatuan, Indonesia.

Dalam perjalanan sejarah pada masa pergerakan kebangsaan sampai dengan


menjelang kemerdekaan, dapat dipetik beberapa hal penting, yaitu:
Pertama, pentingnya pencerahan di segenap kalangan bangsa untuk membuka
wawasan baru, dari wawasan sempit yang bersifat lokal/kedaerahan menjadi wawasan
yang semakin luas bersifat nasional, dan tata kehidupan yang demokratis;

Kedua, perlunya mengembangkan dan mendayagunakan setiap potensi masyarakat


sebagai kekuatan perjuangan untuk mencapai sebuah cita-cita pembebasan diri dari
penjajahan.

Ketiga, perlu adanya elemen-elemen pemersatu disertai komitmen yang kuat dengan
kerelaan untuk mengorbankan kepentingan-kepentingan yang bersifat individual,
kelompok/golongan ataupun kedaerahan.
b. Masa perjuangan kemerdekaan (Tahun 1945-1949)

Masa ini ditandai dengan gerakan perjuangan rakyat yang makin luas, semesta, makin
terarah dan masif. Perjuangan tidak terbatas pada aspek militer, melainkan juga lewat
aspek politik dan budaya. Di berbagai daerah terjadi perlawanan dengan bermacam
cara serta intensitas yang berbeda terhadap tentara penjajahan. Walaupun perlawanan
dilakukan dengan kekuatan tidak setara dan pada medan yang terpisah-pisah, akan
tetapi rasa kebangsaan serta hasrat untuk merdeka di kalangan rakyat ternyata telah
mampu membakar semangat tidak kenal menyerah. Betapapun besarnya pengorbanan
yang harus ditanggung, akhirnya perjuangan rakyat ini membuahkan hasilnya, yaitu
Kemerdekaan Indonesia. Di samping itu, keberhasilan perjuangan di bidang politik
(diplomasi) telah semakin mengukuhkan keberadaan negara Indonesia yang baru
lahir, yaitu berupa dukungan pengakuan dari berbagai negara atas kemerdekaan dan
kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Para tokoh nasional dengan cepat dan tepat
memanfaatkan momentum proklamasi kemerdekaan ini dengan menetapkan bentuk
negara, sistem kenegaraan serta menyusun dan meletakkan dasar-dasar fundamental
bagi penyelenggaraan negara.
C. NILAI-NILAI KEBANGSAAN SECARA SOSIOLOGIS

1. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki suku bangsa, etnis, ras, golongan, agama,
bahasa, dan budaya yang beragam dan berbeda-beda yang tersebar di berbagai
wilayah/daerah, yang kesemuanya membentuk masyarakat bangsa yang multikultur dan
majemuk. Masyarakat Indonesia bukan saja mereka yang hidup di kota-kota besar dengan
cara hidup yang lebih maju dan modern, tetapi juga masyarakat pedesaan dan masyarakat
perbatasan yang jauh dari pusat kota dan terpencil yang masih sangat sederhana.
Suku-suku bangsa Indonesia mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil jumlahnya
mendiami tanah air dengan cara dan pola kehidupan yang beragam, sesuai dengan budaya
dan tradisi yang dimiliki.

2. Secara sosiologis masyarakat multikultur dan majemuk memerlukan pengakuan dan


penghargaan secara lintas suku dan budaya. Betapapun kecilnya suatu etnis, mereka tetap
mengharapkan pengakuan dan penghargaan sebagai entitas sosial dan sebagai warga
bangsa. Dalam masyarakat multikultur dan majemuk perlu suasana kehidupan saling
menghargai, memiliki kesetaraan baik di depan hukum maupun dalam pemerintahan.
Perbedaan budaya, kebiasaan dan adat istiadat haruslah dipandang sebagai potensi
kekuatan bangsa yang diikat menjadi kekuatan nyata persatuan bangsa dan hal ini secara
simbolis telah dicantumkan dalam slogan Bhinneka Tunggal Ika.

3. Dalam tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman etnis dan budaya
masyarakat Indonesia harus diikat dalam nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan
kebangsaan dan kenegaraan. Ketiga tataran nilai tersebut bukan saja untuk menjaga
kolektivitas bangsa, tetapi juga menjaga harmoni kehidupan antar kelompok masyarakat
dan antar warga negara. Negara berkewajiban untuk menyosialisasikan,
menginternalisasikan dan menginstitusionalkan nilai-nilai, norma-norma dan pranata
berkehidupan berbangsa dan bernegara tersebut kepada warga negara serta
memberdayakannya untuk mewujudkan kesadaran moral dan hukum berdasarkan
karakter dan jati diri bangsa.
4. Di tengah persaingan kehidupan antar bangsa, timbul tantangan baik internal maupun
eksternal, sebagai akibat semakin terbukanya arus informasi dan komunikasi. Untuk itu,
komitmen kebangsaan harus terus ditumbuhkembangkan dan dibina secara berlanjut dan
berkesinambungan untuk mewujudkan kecintaan pada tanah air, kesadaran bela negara
dan persatuan nasional, dalam suasana saling menghargai. Persatuan dalam keragaman
budaya, adat istiadat dan tradisi harus dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola
dan terus menerus. Dalam hal ini kehadiran Undang-undang Pendidikan
Kewarganegaraan juga sangat penting.

D. NILAI-NILAI KEBANGSAAN SECARA POLITIK

Nilai-nilai kebangsaan bagi setiap warga negara Indonesia, merupakan sesuatu yang sangat
strategis dalam menghadapi perkembangan saat ini dan ke depan. Kenyataan empirik di lapangan
mengindikasikan terdapat tanda-tanda yang cukup kuat terjadinya pelunturan mengenai
implementasi nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Implementasi nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya merupakan jiwa,
semangat dan tekad untuk senantiasa membela, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Landasan yuridis dalam rangka implementasi nilai-nilai kebangsaan mengacu pada:

a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai konstitusi Negara
pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan tonggak utama dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara Indonesia yang merdeka. Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 ini di masa reformasi telah dilakukan sebanyak
empat kali amandemen, namun untuk pembukaannya telah disepakati (konsensus)
tidak dilakukan perubahan dan tetap dipertahankan keasliannya.

Dalam alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 ditegaskan bahwa tujuan nasional bangsa dan negara
Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Dalam rangka mencapai tujuan nasional dimaksud, maka
berdasarkan pada ketentuan pasal 30 dinyatakan bahwa segenap warga bangsa dan
penyelenggara pemerintahan wajib untuk memberikan sumbangsihnya dan rela
berkorban demi kepentingan-kepentingan nasional dan demi tetap tegak dan utuhnya
negara Indonesia.

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia.

Dalam klausul menimbang poin (a) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999


dinyatakan bahwa manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh
ketawqwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh
pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat
kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Dalam ketentuan tentang Hak Asasi Manusia mengandung hak dan kewajiban,
diantaranya adalah hak turut serta (berpartisipasi) dalam pemerintahan dan kewajiban
untuk ikut serta dalam pembelaan negara.

c. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan


Negara.

Bela negara sebagai salah satu perwujudan atau implementasi dari kesadaran
akan nilai-nilai kebangsaan, secara tegas telah diatur dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 2002. Dalam pasal 9 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara.

Selanjutnya dalam pasal yang sama pada ayat (2) ditegaskan, bahwa
keikutsertaan setiap warga negara dalam upaya bela negara, diselenggarakan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian
sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib dan
pengabdian sesuai dengan profesi.

d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif untuk sosialisasi dan


internalisasi nilai-nilai kebangsaan bagi segenap generasi bangsa. Hal ini tercermin
dari makna “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman”, sebagaimana tersebut dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tersebut.

Selanjutnya dalam Pasal 3 undang-undang yang sama ditegaskan bahwa fungsi


pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2006 tentang Lembaga


Ketahanan Nasional Republik Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2006,


Lemhannas RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) salah satu
tugas yang diemban adalah melakukan pemantapan nilai-nilai kebangsaan, yang
dalam hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab Deputi Bidang Pemantapan
Nilai-Nilai Kebangsaan.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemantapan nilai-nilai


kebangsaan yang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut di
atas, maka dikeluarkanlah Peraturan Gubernur Lemhannas RI Nomor 01 Tahun 2006
juncto Peraturan Gubernur Lemhannas RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan. Menurut ketentuan dalam peraturan Gubernur
Lemhannas RI tersebut dinyatakan bahwa Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai
Kebangsaan mempunyai tugas menyelenggarakan fungsi memantapkan nilai-nilai
kebangsaan yang terkandung di dalam ideologi Pancasila, Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, konsepsi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan sesanti Bhinneka Tunggal Ika bagi segenap komponen bangsa
Indonesia.

f. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.

Dalam pasal 3 tertulis: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


(RPJPN) merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dalam bentuk
rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

g. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.

Dalam hal menimbang pada huruf (c) bahwa pengaturan wilayah negara
sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan untuk memberikan kepastian hukum
dan kejelasan kepada warga negara mengenai batas negara.

h. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan.
Disahkan pada 9 Juli 2009 UU Nomor 24/2009 ini secara umum memiliki 9
Bab dan 74 pasal yang pada pokoknya mengatur tentang praktik penetapan dan tata
cara penggunaan bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaan berikut
ketentuan-ketentuan pidananya. Setidaknya ada tiga hal tujuan dari dibentuknya
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 ini adalah untuk (a) memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) menjaga
kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan (c) menciptakan ketertiban, kepastian, dan standarisasi penggunaan
bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan.

E. TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA


Tanggung jawab adalah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Kita hidup didunia ini mempunyai
tanggung jawab yang harus kita kerjakan, entah itu tanggung jawab terhadap diri
sendiri, tanggung jawab terhadap Tuhan YME, tanggung jawab terhadap masyarakat,
tanggung jawab terhadap bangsa dan negara dan lainya. Pada konteks ini, kita
membahasa mengenai tanggung jawab sebagai warga negara. Sebagai warga negara
Indonesia, kita bertanggung jawab untuk membangun kesadaran hidup berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.Berikut adalah tugas dan tanggung jawab sebagai warga
negara:
a. Menjaga nama baik negara Indonesia dimata dunia sebagai negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, serta makmur dengan tidak membuat kerusuhan.
b. Menginterpretasikan dan mengamalkan Ideologi Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Menjaga kerukunan dan solidaritas antar warga negara satu sama lain.
d. Saling menghargai dan menjunjung tinggi sikap toleransi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nilai-nilai kebangsaan adalah nilai yang melekat pada diri setiap warga negara atau
norma-norma kebaikan yang terkandung dan menjadi ciri kepribadian bangsa Indonesia
yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
yang dicerminkan dari sikap dan perilaku setiap warga negara sebagai bangsa Indonesia
yang senantiasa mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tanpa mengesampingkan
tanggung jawab untuk menghargai bangsa dan negara lain.

B. SARAN
Wawasan kebangsaan harus disosialisasikan sejak dini kepada generasi penerus
bangsa agar setiap warga negara dapat memahami nilai-nilai kebangsaan dan
mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai