DASAR JURNALISTIK
Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MODUL PRAKTIKUM
DASAR JURNALISTIK
Disusun oleh:
ABDUL WAHID
M. IRAWAN SAPUTRA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
Kode
Dokumen
RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl
Penyusunan
DASAR JURNALISTIK KOM61002 MATA KULIAH DASAR T=2 P=1 1 25 Juni 2020
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI
1. ANANG SUJOKO,D.Comm REZA SAFITRI S.Sos.Msi.Phd DR. ANTONI
2. DEWANTO PUTRA
FAJAR, S.Sos., M.Si
3. ARIF BUDI PRASETYA,
S.I.Kom.,M.A
4. IKA
YUSTISIA,S.I.Kom.,M.A
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (Sikap)
(CP) S1 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral, dan etika dan bertanggung jawab kepada negara dan bangsa.
S2
mampu memelihara, mengembangkan jaringan kerja, menjalin kerjasama, dan memiliki kepekaan sosial dengan
S3 pembimbing, kolega, sejawat, baik di dalam maupun di luar lembaganya, serta masyarakat dan lingkungannya. Taat hukum
dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
P1 (Pengetahuan)
P2 Memahami konsep yang digunakan dalam ilmu sosial.
Menguasai teori dalam ilmu komunikasi, termasuk bidang minat studi media, manajemen komunikasi, dan public relations khususnya
P4 dalam perspektif lokal.
Memahami perkembangan, penggunaan, dan dampak teknologi di bidang studi media, manajemen komunikasi, dan public relations.
KU1
(Keterampilan Umum)
KU2 mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, inovatif dengan menunjukkan kinerja mandiri maupun berkelompok, bermutu
dengan terukur dalam proses pengambilak keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.
mampu mengkaji dan mengimplementasikan IPTEK dan menerapkan nilai humaniora dalam proses pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah, tata cara, dan etika ilmiah berdasarkan bidang keahliannya untuk menghasilkan solusi,
KK1 gagasan, desain, atau kritik seni.
KK2 (Keterampilan Khusus)
mampu mengidentifikasi, memetakan permasalahan, merumuskan dan merekomendasikan alternatif solusi permasalahan komunikasi.
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi.
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK (Sikap)
1. Mahasiswa memiliki kesadaran untuk menerapkan etika, norma, dan nilai moral di masyarakat berkaitan dengan dasar jurnalistik.
2. Mahasiswa mampu menjunjung tinggi nilai moral positif sesuai dengan ajaran agama,serta menerapkannya dalam aktivitas jurnalistik.
3. Mahasiswa mampu membangun jaringan kerja yang positif dengan lingkungan sosial, dan instansi pemerintah non akademis (mis:
KPI, Dewan Pers, dsb) dalam rangka membangun kerja antara jurusan dengan lingkungan sosial dan instansi-instansipenyiaran.
4. Mahasiswamemilikikesadarandanmaumenerapkansikap-sikap taat terhadap hukum khususnya dalam bidang jurnalistik.
(Pengetahuan)
5. Mahasiswa memiliki pengetahuan umum tentang sejarah jurnalistik dan perkembangan aktivitas dalam kegiatanjurnalistik.
6. Mahasiswa mampu menguasai teori-teori dasar tentang jurnalistik, termasuk teori-teori pers dan teori-teori terkait dengan berita
secara umum, termasuk teori-teori dasar dalam fotojurnalistik.
7. Mahasiswa mampu menganalisis karya-karya jurnalistik (berita), dan semua aspek yang berkaitan dengan berita berdasarkan teori-
teori yang ada dalam bidangjurnalistik.
8. Mahasiswa mampu memahami pengetahuan teknis tentang jurnalistik dalam karya jurnalistik (berita) untuk semua bentuk media yang
ada (media cetak, media penyiaran, dan mediainternet).
(Keterampilan umum)
9. Mahasiswamemilikipengetahuantentangaspekteknisterkaitdenganprosesproduksiberitasecaraumumdiranahmedia massa.
10. Mahasiswa memiliki kemampuan manajerial sederhana dalam bidang perencanaan, peliputan, dan pelaporanberita.
11. Mahasiswamampumengembantanggungjawabterhadapprosesproduksiberitadalamsuatukelompok,dilingkungan
sosial secaralangsung.
12. Memiliki kemampuan menguasai teknologi mutakhir terkait dengan pemberitaan, khususnya dalam kontek peliputan berita
dan pelaporan berita.
(Keterampilan khusus)
13. Mahasiswa mampu melaksanakan proses-proses dasar dalam jurnalistik di lingkungan sosial secaralangsung.
14. Mahasiswamemilikikemampuanmembangunprosesperencanaanyangsistematisdanlogisdalamrangkapembuatan karya-
karyajurnalistik.
15. Mampu melakukan peliputan, dan pembuatan berita (mis: hard news, soft news, dan investigative) sederhana untuk semua konteks
sosial di masyarakat, dan semua bentuk media yangada.
-CPMK
S1 1. MahasiswamemilikisikaptoleransiterhadapkeragamanbudayadiIndonesia,tercermindalamkarya-karyajurnalistikyang ada.
2. Mahasiswa memiliki sikap menghargai dan menghormati keragaman agama di Indoensia yang diwujudkan dalam bentuk karya -
karyajurnalistik.
3. Mahasiswamemilikimenjunjungtinggisikapcintatanahairmelaluipengetahuandanpemahamantentangsejarahjurnalistik diIndonesia.
S2 1. Mahasiswa memiliki kemampuan membangun relasi yang baik dengan instansi pemerintah yang terkait denganjurnalistik.
2. Mahasiswa mampu membangun relasi positif dengan masyarakat umum melalui aktivitasjurnalistik.
S3 1. Mahasiswamemilikisikapdisiplindalamsemuaaspekkegiatan,khususnyaberkaitanprosespeliputandanpelaporanberita.
2. Mahasiswa memiliki sikap patuh dan taat terhadap etika, norma, dan hukum yang umum dan berlaku dimasyarakat.
3. Mahasiswa menjadikan etika, termasuk kode etik jurnalistik, norma dan hukum media, dalam aktivitas jurnalistik secara umum.
P1 1. Mahasiswamemilikipengetahuandasartentangsejarahperkembanganjurnalistik,termasukperkembanganumumtentang perkembangan
aktivitasjurnalistik.
2. Mahasiswamemilikipengetahuanumumtentangteori-teorijurnalistiksecaraumum,termasukteori-teoripersyangberlaku dewasaini.
3. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang aspek kebahasaan yang berkaitan dengan penulisan berita secaraumum.
P2 1. Mahasiswa memahami dan menguasai teori-teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep umum tentangjurnalistik.
P4 2. Mahasiswamemilikipengetahuantentangaspekteknisterkaitdenganprosesproduksiberitasecaraumumdiranahmedia massa.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori, prinsip, dan konsep untuk menganalisis berita secaraumum.
KU1 1. Mahasiswa memiliki kemampuan dasar manajerial yang diperlukan dalam bidang produksiberita.
2. Mahasiswamampumenjalankanprinsip-prinsipmanajerialproduksiberitadalamdasarjurnalistikdalamkontekspribadidan kelompok.
3. Mahasiswa mampu menggunakan bahasa Indonesia secara benar sebagai bagian dari proses penulisanberita.
4. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk bekerja secara pribadi dan kelompok terkait dengan proses peliputan, penulisan, dan
pelaporan berita sebagai bagian dari karyajurnalistik.
KU2 1. Mahasiswa memiliki kemampuan dan kreativitas yang tinggi pada saat melakukan proses peliputanberita.
2. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk membuat berita yang menarik, serta sesuai dengan prinsip dan kaidahjurnalistik.
3. Mahasiswa memiliki kemampuan menguasai teknologi mutakhir dalam proses produksi berita,sebagai bagian dari aktivitas jurnalistik.
KK1 1. Mahasiswa mampu membedakan produk jurnalistik dan produk non jurnalistik
KK2 1. Mahasiswa memiliki kemampuan membangun proses perencanaan yang sistematis dan logis pada saat melakukan proses
KK3 produksiberita.
2. Mampu membuat karya-karya jurnalistik (berita) yang baik dan benar sesuai kaidah jurnslistik untuk kepentingan masyarakatluas.
3. Mahasiswa mampu beradaptasi dengan perkembangan mutakhir teknologi dalam bidang jurnalistik (mis: teknologi internet dalam
jurnalismeonline).
Deskripsi Singkat Mata kuliah dasar jurnalistik merupakan mata kuliah yang memberikan pengetahuan teoritis dan praktis terkait dengan prinsip-prinsip dasar
MK tentang dasar jurnalistik, etika dan hukum, dan semua aspek penting tentang aktivitas jurnalistik secara umum. Hal itu menjadikan mahasiswa
yang telah menempuh mata kuliah ini diharapkan bisa memahami, menganalisis, dan menerapkan kaidah- kaidah dan prinsip-prinsip dalam dasar
jurnalistik yang ada, termasuk juga dalam pembuatan karya jurnalistik.
Bahan Kajian / 1. Pengantar dasar jurnalistik
Materi a. Sejarah perkembangan jurnalistik didunia dan Indonesia
Pembelajaran b. Definisi jurnalistik
2. Prinsip-prinsip umum, dan teori-teori umum dalamjurnalistik.
a. Teori dan sistem pers.
b. Kewajiban media dan hak-hak masyarakat terhadapjurnalistik.
3.Ragam produk jurnalistikdan karakteristik berita di berbagai macam media
4. Elemen dasar jurnalisme
5.Kaidah, prinsip, etika jurnalisme
6. Hukum media
7. UU Pers dan Penyiaran
8. Definisi berita,nilai berita dan jenis jenis berita
9. Prinsip dan teknik dasar penulisan berita
10. Konsep dasar jurnalisme foto dan video
MODUL PRAKTIKUM
Minggu Sub CPMK DASAR JURNALISTIK
Bentuk Pembelajaran, Metode Pembelajaran Materi Indikator Bob
ke- Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pembelajaran Penilaian ot
(Kemampuan akhir tiap tahapan belajar)
syncronous asyncronous peni
laia
n
(%)
1 1. Mahasiswa memiliki pengetahuan Kuliah dan diskusi Belajar mandiri tentang Perkenalan dan Mahasiswa mempu
dasar tentang sejarah perkembangan melalui zoom meeting sejarah dan definisi kontrak kuliah memahami sejarah
jurnalistik,termasuk perkembangan (TM: 60 menit) jurnalistik melalui video Definisi perkembangan
umum tentang perkembangan danbahan ajar (BM: jurnalistik jurnalistik dan
aktivitas jurnalistik. (C2,A2) 1x60”) Sejarah awal memahami
2. Sejarah Perkembangan pers di jurnalistik dan aktivitas jurnalistik
Tanya jawab lewat web
Indonesia perkembangann
(1x30’)
ya termasuk di
Indonesia
Hill, D. T. (2011)
Pers di masa Orde
Baru. Jakarta:
Yayasan Pustaka
Obor Indonesia
Seandainya Saya
Wartawan Tempo
(Muhamad, G. 2007)
6 Mahasiswa memahami dan Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui Mahasiswa mampu
menjelaskan secara detail tentang meeting (TM: 60 menitbu rekaman video UU Pers menganalisis
berita,jenis berita, prinsip dasar 40/1999 produk jurnalitik
penulisan berita dan karakteristik berita UU menggunakan kode
Pembelajaran mandiri
di berbagai macam media.(C2,A2) Penyiaran etik
melalui bahan ajar
32/2002 jurnalistik.memaha
mi hokum media
yang berlaku din
Diskusi kelompok suatuNegara
8 Mahasiswa memahami dan Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui elemen jurnalisme Mahasiswa
menjelaskan secara detail tentang meeting (TM: 60 menit) rekaman video Sembilan Elemen memiliki
berita,jenis berita, prinsip dasar Jurnalisme (Kovach, pemahaman
penulisan berita dan karakteristik berita B. & Rosenstiel, T. tentang 10 elemen
di berbagai macam media.(C2,A2) Pembelajaran mandiri 2006) jurnalisme
melalui bahan ajar
Diskusi kelompok
Praktikum:
Pembelajaran melalui
rekaman video
Pembelajaran mandiri
melalui bahan ajar
Praktikum
10 & 11 Mahasiswa mampu menguasai dan Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui Jurnalisme Foto Mahasiswamampu
mengaplikasikan prinsip dasar teknik meeting rekaman video sebagai bagian menganalisisfotoju
penulisan berita (C3,A2,P1,P2) penting dalam rnalistikatau non
kegiatan jurnalistik
Pembelajaran mandiri jurnalistik
melalui bahan ajar Prinsip-prinsip
pembuatan foto
jurnalistik
Diskusi kelompok Jenis-jenis dan
karakteristik
Dalam foto
jurnalistik Mahasiswa mampu
praktikum
membuat foto dan
video jurnalistik
sederhana
PELIPUTAN BERITA
(NEWS GATHERING)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan
mampu:
1 Mahasiswa bisa memahami proses peliputan straight news berdasarkan news value
2 Mahasiswa bisa membuat konsep dasar liputan straight news
3 Mahasiswa bisa mengetahui dan dapat melakukan penggalian data dari sumber berita
4 Mahasiswa bisa melakukan teknik wawancara
Pria yang terpaksa digotong ke rumah sakit setelah memenangkan lomba dua sis ir
pisang. Pengemudi mobil ambulans yang baru tahu bahwa anak laki-laki yang
diangkutnya ke rumah sakit adalah putranya sendiri.
Kamus
Ensiklopedi
Biografi
Tesis/disertasi
Jurnal
Internet
LANGKAH-LANGKAH MENENTUKAN NARASUMBER
Dalam melakukan peliputan berita, seorang wartawan perlu menentukan narasumber
yang akan ditemui untuk wawancara. Perencanaan ini memudahkan wartawan menulis
straight news. Bagi wartawan yang punya jam terbang tinggi, perencanaan ini biasanya tidak
dilakukan, sebab saat perjalanan menuju lokasi, di kepalanya sudah ada bayangan akan
menemui siapa dan topik apa yang ingin ditanyakan.
Penentuan narasumber dibagi menjadi dua kategori, yakni narasumber utama
dan narasumber pendukung. Pembagian kategori ini dapat memudahkan wartawan
memetakan orang yang ia temui di lapangan supaya informasi yang digali tepat sasaran.
Narasumber utama merupakan orang yang punya wawasan mendalam terkait suatu kondisi,
peristiwa, atau kasus
sehingga bisa menjawab banyak pertanyaan dari wartawan.
Misalnya, wartawan akan meliput isu Covid-19, maka ia perlu menghubungi Juru Bicara Covid-19
Kemenkes, bukan menghubungi juru bicara presiden. Meski keduanya sama-sama dari p
pemerintah, namun kredibilitas menyampaikan informasi tidak sama.
Temui minimal dua narasumber
2.
Bila sudah mendapatkan informasi dari narasumber utama, maka wartawan perlu
melakukan cross-check atau menambahkan informasi dengan cara menemui narasumber
kedua yang relevan. Misalnya, wartawan yang ingin meliput kasus
kekurangan APD untuk tim medis, perlu menemui Jubir Covid-19 dari Kemenkes
serta
menemui kepala rumah sakit untuk cross-check, apakah benar tim medis
kekurangan
APD. Syarat dua narasumber dalam penulisan straight news ini wajib dilakukan
supaya
berita yang diterbitkan tidak bias.
3. Bila perlu, temui narasumber pendukung
Dua narasumber menjadi syarat mutlak peliputan straight news. Namun,
wartawan
masih bisa menemui narasumber ketiga atau narasumber pendukung
supaya
memperkaya informasi straight news. Isu kekurangan APD dapat didukung
wawancara
dengan dokter terkait mengenai kondisi di lapangan.
4. Hindari sumber anonim
Identitas narasumber menjadi penting dibaca publik supaya publik bisa menilai
posisi,
kredibilitas, serta kualitas informasi yang disampaikan. Narasumber yang
menolak
menyebutkan nama dan identitas sebaiknya tidak disertakan dalam straight news
oleh
wartawan. Sebab, sifat berita straight news cenderung lugas dan jelas
sehingga
anonimitas narasumber tidak diperlukan. Bila menemui narasumber yang tidak
berkenan identitasnya disebutkan, maka wartawan harus cepat memutar otak untuk
mengganti dengan narasumber lainnya yang bersedia.
PROSEDUR PRAKTIKUM
PELIPUTAN BERITA STRAIGHT NEWS
1. Datang lebih awal untuk peliputan
2. Perhatikan 5W+1H
Saat bertugas meliput untuk straight news, wartawan harus mengingat catatan
penting soal 5W+1H (What, When, Who, Why, Where, dan How).
Kelima unsur informasi ini harus dipenuhi oleh wartawan saat meliput untuk
straight news. Jangan sampai saat menulis berita, wartawan lupa menanyakan nama
lokasi yang tepat atau keliru mencatat pukul peristiwa terjadi.
3. Siapkan alat tulis dan perekam untuk wawancara
Wartawan senior, Karni Ilyas dalam buku Menulis untuk Berita pernah
menyampaikan bahwa ia nyaris tidak pernah mengandalkan alat perekam saat
wawancara. Ia berusaha melatih dirinya untuk memperhatikan dan mengingat
detail informasi yang dilihat dan didengar.
Trik dari Karni Ilyas patut dicontoh, namun bagi wartawan, ia tetap harus membawa
alat perekam untuk wawancara. Mengandalkan panca indera biasanya rawan distorsi.
Oleh sebab itu, alat perekam tetap jadi senjata bagi wartawan saat beraksi di
lapangan.
4. Rekam peristiwa dengan panca indera
5. Hindari mengopi press release
1. Piramida terbalik
Artinya pokok atau inti berita diletakkan diawal-awal paragraf (1-2 paragraf) dan bukan
berarti paragraf selanjutnya tidak penting, cuma bukan merupakan inti dari berita.
Biasanya ini digunakan dalam penulisan straight news.
2. Balok tegak
Artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraf. Tetapi terdapat di
awal, tengah, dan akhir paragraf. Biasanya ini digunakan dalam penulisan depht news
(indepht reporting ataupun investigasi reporting).
Bentuk Penulisan Berita
1. Straight News
Straight news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan
berita yang paling sederhana. Pasalnya, hanya dengan menyajikan unsur 4 W (what, who,
when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti
straight news menafikan unsur why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya pun juga
diatur sedemikian rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama yang
terkandung dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight
news sering dipakai oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya
untuk media-media massa yang terbit berkala lebih banyak memakai pola penulisan features,
depht news (indepht reporting maupun investigative reporting).
Permasalahannya sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk
straight news. Tidak semua fakta bisa ditulis dalam bentuk straight news. Karena straght
news sangat terikat dengan unsur kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu ditulis dengan
bentuk straight news bila;
1. informasi/berita tentang peristiwa dan bukan fenomena ataupun kasus. Artinya
kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara
berkelanjutan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat negara, dsb.
2. Informasi/berita itu penting untuk segera diketahui khalayak.
3. Baru (aktual)
Karakteristik Straight News
1. Strukturnya piramida terbalik
Dalam artian teras berita (lead) berupa summary lead, artianya unsur berita what (apa),
who (siapa), where (dimana), when (kapan) diletakkan dalam lead. Sedang unsur how dan
why diletakkan dalam tubuh berita (news body), bila dimungkinkan juga menyajikan
fakta-fakta tambahan yang dianggap perlu, sehingga kalau dipandang perlu untuk di ‘cut’
maka tidak akan mempengaruhi isi berita.
2. Deskripsinya lugas, hanya mengemukakan fakta-fakta yang perlu untuk kejelasan
berita.
3. Irama atau lenggang cerita terkesan terburu-
buru.
LEAD, TUBUH, DAN EKOR BERITA
Mengail Dengan Lead
Kalau mau berhasil menulis, kuasai kuncinya. Ia terletak pada paragrap awal,
disebut dengan lead. Bagi pembaca, lead adalah umpan pada sebuah kail. Bila
umpannya tidak menarik, ia akan ditinggalkan. Dan sebaliknya, umpan menarik, pembaca
simpati, maka tulisan wartawan tidak akan sia-sia.
Lead dianggap penting karena fungsinya.
1. Lead berfungsi sebagai daya pikat untuk menarik pembaca untuk mengikuti alur.
2. Lead bak rel kereta yang memberi jalan dari sederetan paragraf yang akan ditulis
oleh seorang wartawan.
Karena fungsinya yang cukup dominan dalam sebuah tulisan, maka lead memberi
banyak pilihan. Dari yang berusaha menyentak pembaca sampai yang berusaha menggelitik
rasa ingin tahu. Dari yang nyentrik sampai yang mengaduk-aduk imajinasi pembaca.
Macam-macam lead :
1. Lead Ringkasan : Lead ini berisi inti cerita sebagaimana dalam tulisan straigth news.
Syaratnya kasus harus benar-benar kuat dan menarik. Bila tidak, lead ini kurang
menguntungkan.
2. Lead Bercerita. Tipe ini berusaha membenamkan pembaca pada suasana cerita. Ia
membiarkan pembaca jadi tokoh utama dalam suasana tersebut. Sayangnya, lead ini
hanya cocok untuk kisah petualangan .
3. Lead Dekriptif. Lead ini berbeda dengan sebelumnya . ia justeru berusaha
meletakkan pembaca pada posisi beberapa meter di luar suasana, pembaca disuruh
menonton, mencium dan membayangkan. Intinya lead ini berusaha menciptakan
gambaran dalam pikiran pembaca tentang sebuah tokoh atau kasus.
4. Lead Kutiapan. Lead dalam tipe ini merupakan kutipan statemen nara sumber yang
paling menarik dan menentang. Biasanya dikutip dalam bentuk kutipan langsung.
5. Lead Pertanyaan. Tipe ini berfungsi untuk menggugah rasa ingin tahu pembaca. Seringkali
lead ini cuma tak-tik. Tidak penting apakah pembaca sudah mengetahui jawabannya,
atau malah sebaliknya, yang pasti strategi dalam tipe ini dialamatkan pada pengetahuan
dan terutama rasa ingin tahu pembeca.
6. Lead Menuding Langsung. Tipe ini sangat jitu untuk mengajak masuk pembaca
sebagai bagian dari alur cerita. Ia biasanya tidak segan menggunakan kata “anda”
dalam rentetan kalimatnya. Keuntungannya, penbaca tersentak, dan mau tidak mau
kemudian pembaca pasrah dalam alurnya.
7. Lead Penggoda. Tipe ini berisi cara untuk mengelabuhi pembaca dengan jalan bergurau.
Tujuan utamanya adalah menggaet pembaca dan menuntunnya supaya membaca total
alur cerita. Lead jenis ini umumnya berisi teka-teki, dan biasanay sedikit sekali memberi
tanda- tanda bagaimana cerita selanjutnya.
8. Lead Nyentrik. Tipe ini sangat memikat dan informatif, karena yang khas dan tak
kenal kompromi. Umumnya berupa saduran dari hasanah pikiran, peribahasa atau
permainan kata-kata yang secara kreatif menghubungkan gaya slenge’an dengan
konteks cerita.
Apapun bentuk lead anda, yang pasti, ketika menulis lead, tulisan harus dibikin
seringakas mungkin; begitu juga paragrapnya, ringkas; diksi (pilihan kata) kuat; dan lead
harus merepresentasi isi cerita.(bagian ini diambil dari “Seandainya Saya Wartawan
Tempo,”agar lebih detail sebaiknya anda membacanya).
Menjerat Dengan Molek Tubuh.
Jangan “besar pasak daripada tiang.” Lead bagus, tapi bagian paragrap lain tidak ada
isinya. Ini muspro namanya. Lead bagus, tubuh berita pun harus bagus. Caranya?
Begini. Data yang sudah anda peroleh melalui reportase, sebaiknya diklasifikasi
dulu. Kemudian pilih diantara tiga teknik penguraian data ini :
1. Spiral. Setiap alenia (paragrap)mengurai lebih rinci persoalan yang disebut pada
alenia (paragrap) sebelumnya. Sistematika kemudian menjadi satu-kesataun apik. Dan
yang paling penting, data data kasus terurai dan tak terputus-putus.
2. Blok. Data yang sudah diperoleh di pecah dalam berbagai alinia(paragrap).data tercecer
di setiap alinia(paragrap), tetapi secara konsisten alur tulisan berusaha mengiring
pembaca pada satu muara.
3. Mengikuti tema. Setiap alinia (paragrap), berusaha menggarisbawahi atau menegaskan
leadnya.
Dengan tiga bantuan teknik ini, seringkali alur tulisan masih terputus –putus. Penulis
umumnya tidak bisa mengoraganisir perpindahan masalah yang terjadi diseputar peralihan
paragrap. Sebab demkian lengkapi struktur tulisan anda dengan Transisi, ingat ! Setiap
potong informasi sama halnya dengan sebuah batu bata yang harus digabungakan agar t
erbentuk bangunan cerita.Anggap saja transisi adalah semen dan pasir yang diaduk untuk
menyambungkan potongan informasi.
Transisi bisa berupa kata, rangkaian kata, atau kalimat bahan mungkinparagrap.
Fungsinya tidak lain adalah : pertama memberi tahu pembaca bahwa ada perpindahan materi
; Kedua, meletakkan matri yanglain pada persepektif yang selayaknya.
Terakhir, Transisi harus sedemikian molek sehingga pembaca tidakterganggu dan
enjoy sewaktu membaca.
Buntutnya, Jangan Sampai Berbuntut
Tulisan yang baik tidak akan melupakan kesan yang harus dibangun dalam paragrap
akhir. Alur cerita bisa menyuguhkan lead yang apik, Tehnik spiral maupun blok yang
sistetmatis, dan tentu saja transisi yang molek. Namun satu hal , yang mereka tidak boleh
meninggalkan buntut (ekor berita). Ekor harus dibikin sedemikian persuasifsehingga
membuat pembaca terkesan. Seorang wartawan bisa memilih Ending ringkasan, klimaks,
mapun membiarkan tanpa penyelesaian. Yang pasti, Ending bukanlah kesimpulan seorang
wartawan, sekali lagi biarkan fakta menyimpulkan dirinya sendiri.
Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas kesadaran terbatasnya ruangan dan waktu.
Salah satu sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi cepat dalam ruang
dan waktu yang relatif terbatas. Dengan demikian dibutuhkan suatu bahasa jurnalistik yang
lebih efisien. Dengan efisien dimaksudkan lebih hemat dan lebih jelas.
Asas hemat dan jelas ini penting buat seorang jurnalis dalam usaha ke arah efisiensi
dan kejelasan dalam tulisan.
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat.
HEMAT
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata
(2) unsur kalimat
1
Tulisan ini diambil dari Gunawan Mohammad, pada materi Pelatihan Jurnalisme Tempo Institute.
walaupun menjadi walau
tidak menjadi tak
(kecuali di ujung kalimat atau berdiri
sendiri)
Kata daripada atau dari pada juga sering bisa disingkat jadi
dari. Misalnya:
“Keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang”, menjadi “Keadaan lebih baik dari
sebelum perang”. Tapi mungkin masih janggal mengatakan: “Dari hidup berputih mata,
lebih baik mati berputih tulang”.
2. Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya
bisa ditiadakan:
Misalnya:
“Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri”? (Bisa
disingkat: “Akan terus tergantungkah Indonesia“).
“Baik kita lihat, apa(kah) dia di rumah atau tidak”.
(Bisa disingkat: "Baik kita lihat, dia di rumah atau
tidak").
3. Pemakaian dari sepadan dengan of (Inggris) dalam hubungan milik yang sebenarnya
bisa ditiadakan; juga daripada
Misalnya:
“Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan”. (Bisa disingkat: “Dalam
hal ini pengertian Pemerintah diperlukan”.
“Sintaksis adalah bagian daripada tatabahasa”. (Bisa disingkat: “Sintaksis adalah
bagian tatabahasa”).
4. Pemakaian untuk sepadan dengan to (lnggris) yang sebenamya bisa ditiadakan:
Misalnya:
“Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India”. (Bisa disingkat: “Uni Soviet
cenderung mengakui...).
“Pendirian semacarn itu mudah untuk dipahami”. (Bisa disingkat: “Pendirian
semacam itu mudah dipaharni”).
“GINSI dan Pemerintah bersetuju untuk memperbaruhi prosedur barang-barang
modal” (Bisa disingkat: “GINSI dan Pemerintah bersetuju memperbarui”).
Catatan:
Dalam kalimat: “Mereka setuju untuk tidak setuju”, kata untuk demi kejelasan
dipertahankan.
“Presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear”. (Bisa disingkat: “Presiden
besok meninjau pabrik”).
“Tadi telah dikatakan.....” (Bisa disingkat: “Tadi dikatakan”)
“Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri”. (Bisa disingkat: “Kini Clay
mempersiapkan diri”).
7. Pembubuhan bahwa sering bisa
ditiadakan: Misalnya:
8. Yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang juga bisa ditiadakan
dalam konteks kalimat tertentu.
Misalnya:
“Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia”. (Bisa
disingkat: “Indonesia harus menjadi tetangga baik Australia”).
“Kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia”.
9. Pembentukan kata benda (ke + .... + an atau pe + .... + an) yang berasal dari kata kerja
atau kata sifat, kadang, meski tak selamanya, menambah beban kalimat dengan kata yang
sebenarya tak perlu.
Misalnya:
“PN Sandang menderita kerugian Rp 3 juta”. (Bisa dirumuskan: “PN Sandang rugi
Rp 3 juta”).
“Ia telah tiga kali melakukan penipuan terhadap saya” (Bisa disingkat: "Ia telah tiga
kali menipu saya”).
Kejelasan
Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar penghematan dalam menulis,
di bawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas membutuhkan
dua prasyarat:
1. Si penulis harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan pura-pura
paham atau belum yakin benar akan pengetahuannya sendiri.
2. Si penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.
Kejelasan Unsur Kata
1. Berhemat dengan kata-kata asing.
Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya:
income per capita, Meet the Press, steam-bath, midnight show, project officer, two China
policy, floating mass, program-oriented, floor-price, City Hall, upgrading, the best photo of
the year, reshuffle, approach, single, seeded dan apa lagi. Kata-kata itu sebenarnya bisa
diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja. Sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran
bahasa Inggris sedang merosot, bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca koran Indonesia
akan terasing dari informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi
jika diingat rakyat kebanyakan memahami bahasa Inggris sepatah pun tidak.
Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemahkan kata-kata asing yang relatif mudah
diterjemahkan harus segera dimulai. Tapi sementara itu diakui: perkembangan bahasa tak
berdiri sendiri, melainkan ditopang perkembangan sektor kebudayaan lain. Maka sulitlah
kita mencari terjemahan lunar module feasibility study, after-shave lotion, drive-in, pant-
suit, technical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterpeneur, boom,
longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll., karena pengertian-pengertian itu
tak berasal dari perbendaharaan kultural kita. Walau ikhtiar mencari salinan Indonesia yang
tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan “cutbrai”) tetap perlu.
2. Menghindari sejauh mungkin akronim.
Setiap bahasa mempunyai akronim, tapi agaknya sejak 15 tahun terakhir, pers
berbahasa Indonesia bertambah-tambah gemar mempergunakan akronim, hingga sampai
hal- hal yang kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat: menyingkat ucapan dan
penulisan dengan cara yang mudah diingat. Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya
jarang bersukukata tunggal dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf,
kecenderungan membentuk akronim memang lumrah. “Hankam”, “Bappenas”, “Daswati”,
“Humas” memang lebih ringkas dari “Pertahanan & Keamanan”, “Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional”, “Daerah Swantara Tingkat” dan “Hubungan Masyarakat”.
Tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja
membikin akronim sendiri dan terlalu sering. Di samping itu, perlu diingat ada yang
membuat akronim untuk alasan praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan
ketentaraan), ada yang membuat akronim untuk bergurau, mengejek dan mencoba lucu
(misalnya di kalangan remaja sehari-hari: “ortu” untuk “orangtua”; atau di pojok koran:
“keruk nasi” untuk “kerukunan nasional”) tapi ada pula yang membuat akronim untuk
menciptakan efek propaganda dalam permusuhan politik: (misalnya “Manikebu” untuk
“Manifes Kebudayaan”, “Nekolim” untuk “neo-kolonialisme”, “Cinkom” untuk “Cina
Komunis”, “ASU” untuk “Ali Surachman”).
Bahasa jumalistik, dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis terakhir itu.
Juga akronim bahasa pojok sebaiknya dihindarkan dari bahasa pemberitaan, misalnya
“Djagung” untuk “Djaksa Agung”, “Gepeng” untuk “Gerakan Penghematan”, “sas-sus”
untuk “desas-desus”. Karena akronim bisa mengaburkan pengerian kata-kata yang
diakronimkan.
.
MODUL PRAKTIKUM
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI 1
Lab. Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FOTO JURNALISTIK
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu:
1 Mahasiswa bisa memahami jenis foto jurnalistik.
2 Mahasiswa dapat membuat foto jurnalistik berdasarkan news value, pengaturan dasar fotografi
(ISO, SS, dan Diafragma), dan komposisi dalam fotografi.
3 Mahasiswa dapat membuat caption foto berdasarkan berita yang telah dibuat.
Pendahuluan
Foto jurnalistik merupakan bagian tak terpisahkan dari jurnalisme secara keseluruhan.
Sebuah laporan berita seringkali ditopang dengan foto jurnalistik untuk menguatkan pesan dari berita. Hal
ini akan mendorong pembaca memungkinkan dapat menangkap pesan lebih efektif.
Foto jurnalistik kebanyakan ditempatkan sebagai pelengkap berita. Namun, ada juga foto
jurnalistik yang berdiri secara terpisah dan menjadi berita itu sendiri. Kuatnya news value dalam foto
jurnalistik, memungkinkan menjadikan foto sebagai berita itu sendiri. Tentu saja, harus ditopang dengan
keterangan foto (caption).
Untuk memilih tindakan dalam kaitannya dengan foto jurnalistik, maka diperkenalkan suatu
metode sebagai pembimbing dalam setiap penugasan atau pengembangan konsep, yang dikenal dengan
metode EDFAT, yang terdiri dari unsur-unsur:
1. Entire dikenal dengan established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu
melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan yang lain, untuk mengintai bagian-bagian mana
yang dipilih sebagai obyek.
2. Detail suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap
ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point
of interest.
3. Frame, suatu tahapan di mana kita membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini
mengantar seorang calon pewarta foto mengenal arti suatu komposisi, pola tekstur, dan bentuk
obyek pemotretan yang akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.
4. Angle, tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri
dan kanan, serta cara melihat. Fase ini penting untuk mengkonsepkan visual apa yang diinginkan.
5. Time, tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan
atas keempat tingkatan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau
memilih ketajaman ruang adalah suatu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.
Penggolongan Foto Jurnalitsik berdasarkan kepentingan pemuatan:
1. Ilustratif, yaitu foto yang tampil di media massa hanya sebagai ilustrasi dari tulisan yang dimuat.
2. Dokumentatif, yaitu foto yang ditampilkan untuk menunjang tulisan yang dimuat dan
bersifat dokumentasi dari suatu peristiwa lampau yang dapat mendukung tulisan.
3. Ekspresif, yaitu jenis foto jurnalistik yang mampu mengkomunikasikan suatu peristiwa yang
baru terjadi walau tanpa tulisan.
Jenis-jenis foto jurnalistik
1. Foto Hard News
Sama seperti ciri khas dari berita hard news, foto hard news bersifat aktual dan terikat dengan
waktu. Jika tidak cepat terbit, foto tersebut bisa basi atau tidak penting lagi. Mengapa? Karena, biasanya
foto hard news terbit untuk melengkapi dan menjelaskan berita aktual. Jika tidak diterbitkan secara cepat,
nilai dari foto tersebut akan berkurang karena kejadian yang ditangkap sudah lewat. Pembaca akan merasa
bahwa foto tersebut sudah tidak penting untuk dilihat lebih lanjut. Contoh foto hard news adalah foto
kebakaran, kecelakaan, demonstrasi, dan lain-lain.
2. Foto Feature
Foto feature juga berarti foto soft news. Foto feature adalah kebalikan dari foto hard news, yaitu
bisa muncul kapan saja karena tidak terikat oleh waktu. Foto feature bersifat faktual sehingga bisa
dinikmati kapan pun. Contoh dari foto feature adalah foto kesenian, upacara adat, dan lain-lain.
3. Foto Potret
Fokus utama dari foto jenis ini adalah manusia. Dengan melihat foto potret, pembaca bisa melihat
secara jelas ekspresi dari subjek di foto tersebut. Oleh karena itu, foto potret bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan. Fotografer harus bisa menangkap ekspresi wajah si subjek agar pembaca bisa memaknai
ekspresi tersebut.
4. Foto Ilustrasi
Maksud dari foto ilustrasi bukanlah bentuk ilustrasi berupa gambar-gambar. Foto ilustrasi yang
dimaksud adalah foto yang digunakan sebagai pelengkap berita. Foto ilustrasi digunakan untuk
memberikan pembaca gambaran umum tentang isi dari berita tersebut. Contohnya adalah berita tentang
bisnis restoran dan foto ilustrasi yang bisa digunakan untuk berita tersebut adalah gambar restoran.
5. Foto Esai
Foto esai adalah deretan foto yang menjelaskan suatu peristiwa. Pada umumnya, foto esai
didampingi dengan narasi pendek yang menjelaskan suatu peristiwa secara singkat. Dengan melihat
deretan foto tersebut, pembaca bisa membayangkan peristiwa atau kejadian yang diceritakan. Jika salah
satu foto dari deretan tersebut dihilangkan, kronologis atau cerita dari peristiwa tersebut bisa berubah atau
terasa tidak lengkap. Contohnya adalah foto-foto di bawah ini. Kumpulan foto tersebut menunjukkan
proses tes fisik calon tentara India. Dapat dilihat bahwa foto-foto tersebut menunjukkan sebuah kejadian.
Jika salah satu foto dihilangkan, satu tes fisik berarti hilang dan kurang bisa menunjukkan kejadian
aslinya.
6. Foto Seri
Foto seri mirip dengan foto esai, yaitu kumpulan foto yang menjelaskan suatu peristiwa. Bedanya
adalah setiap foto berdiri sendiri. Jadi, dihilangkannya satu foto tidak akan mengganggu atau mengubah
cerita dari sebuah peristiwa. Contohnya adalah foto seri yang memiliki tema “Kerja Keras”. Di bawah ini
adalah contoh kumpulan foto yang mencitrakan tema tersebut. Jika salah satu foto dihilangkan, tema
tersebut tidak akan hilang karena setiap foto berdiri sendiri dan tetap bisa terkait dengan tema tersebut.
7. Foto Sekuens
Foto sekuens adalah beberapa foto yang menjelaskan terjadinya suatu peristiwa secara kronologis.
Setiap potongan foto menjelaskan kejadian setelah foto sebelumnya. Foto sekuens juga bisa dilihat seperti
potongan gambar dari video, padahal bukan. Bisa terlihat seperti itu karena pengambilan gambar
dilakukan secara cepat saat peristiwa tersebut terjadi. Contohnya adalah kumpulan foto di bawah ini.
Dapat dilihat bahwa foto-foto tersebut memperlihatkan kronologis jatuhnya perempuan dan polisi.
Angle merupakan sudut pengambilan gambar yang digunakan oleh fotografer dalam menangkap objek.
Jika angle dalam berita berbasis teks, angle dalam fotografi terletak pada sudut kamera dan objek yang
dipotret. Secara umum, angle dalam foto jurnalistik terdiri dari low angle, mid/eye level angle, dan eagle
eye angle. Masing-masing pemilihan angle memiliki motivasi dan karenanya dapat menghasilkan kesan
spesifik di benak pembaca. Low angle biasanya digunakan untuk menunjukkan objek yang punya
kekuasaan. Eye level angle digunakan untuk memberi kesan objek yang standard atau objektif sesuai
dengan keadaan. Eagle eye
angle digunakan untuk memberikan kesan objek yang lemah atau menunjukkan keadaan lingkungan
secara umum.
Pencahayaan merupakan elemen kunci dalam fotografi. Tanpa cahaya, objek tidak dapat ditangkap.
Pada prinsipnya, saat anda mengambil gambar, harus searah dan tidak boleh berhadapan langsung
dengan
cahaya. Dalam fotografi, pencahayaan dapat diatur berdasarkan intensitas cahaya yang masuk, baik
melalui sumber cahaya (berupa lampu atau cahaya alami/matahari), pengaturan diafragma, ISO, dan
Shutter speed (bukaan/rana).
Diafragma merupakan pengaturan secara teknis yang terdapat dalam lensa kamera. Semakin besar
diafragma (angka f-kecil), cahaya yang masuk ke lensa akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya.
ISO merupakan ukuran kepekaan terhadap cahaya. Besar kecilnya ISO harus melihat kondisi
pencahayaan di lingkungan objek ditangkap. Jika cahaya redup, gunakan ISO tinggi, begitu juga
sebaliknya. Konsekuensi penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise. Selanjutnya, shutter speed
digunakan untuk mengontrol kecepatan rana dengan kecepatan subjek foto. Dari efek gerak itu, bias bisa
dibuat dalam beberapa cara. Pertama, dengan kecepatan rana lebih tinggi daripada subjek foto. Hasilnya
ialah foto freeze --subjek bergerak seolah-olah jadi berhenti atau membeku. Kedua, dengan kecepatan
rana lebih rendah daripada subjek foto. Hasilnya ialah foto shaking --dengan efek buram pada pergerakan
subjek; atau foto panning -- bergeser mengikuti subjek foto yang bergerak agar subjek terlihat tajam,
dengan background buram, sehingga kesan pergerakan subjek terasa kuat.
Aturan dasar Komposisi
Frame penuh
Penggunaan bingkai penuh ini berguna untuk menempatkan objek sebagai poin utama. Jika objek yang
dipotret memiliki background yang mengganggu dan justru mengaburkan objek utama, potong dengan
ketat (cropping) di sekitar titik fokus utama. Hilangkan latar belakang sehingga semua perhatian jatuh pada
objek. Komposisi penuh ini dapat menghasilkan objek yang lebih intim dan fokus. Memotret di lokasi
yang sibuk hanya akan menyebabkan gangguan. Biasanya komposisi ini dipakai untuk tipe foto portrait
yang lebih fokus pada wajah objek yang diambil. Anda harus mengisi bingkai, menyelaraskannya dengan
hati-hati untuk memastikannya lurus.
Buat Kedalaman
Memiliki detail depan, tengah dan latar belakang akan menambah kedalaman pada gambar Anda serta
menarik mata melalui gambar. Elemen-elemen komposisi yang saling melengkapi, misalnya dengan
warna atau asosiasi, bekerja dengan baik tetapi hati-hati dengan ukuran objek yang Anda gunakan dan
bagaimana Anda menempatkannya karena Anda tidak ingin bidikan terlempar tidak seimbang. Anda tidak
ingin batu di latar depan bidikan lanskap Anda, misalnya, mengalihkan pandangan dari bukit dan gunung
di latar belakang. Menambahkan air ke latar depan juga dapat meringankan bidikan Anda serta
menambahkan elemen menarik yang mencerminkan langit kembali keluar.
1 Penilaian aspek keterampilan afektif sampai psikomotorik - Buatlah foto jurnalistik dan
sebutkan news value yang digunakan berdasarkan peristiwa yang diliput.
2 Penilaian aspek keterampilan afektif sampai psikomotorik - Buatlah foto jurnalistik dengan
menyebutkan pengaturan dasar fotografi (ISO, SS, dan Diafragma), dan komposisi dalam
fotografi.
3 Penilaian aspek keterampilan psikomotorik - Buatlah caption foto berdasarkan berita yang
telah dibuat.