Anda di halaman 1dari 46

MODUL PRAKTIKUM

DASAR JURNALISTIK
Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MODUL PRAKTIKUM
DASAR JURNALISTIK

Disusun oleh:

ABDUL WAHID
M. IRAWAN SAPUTRA

Lab. Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


2020
MODUL PRAKTIKUM
DASAR JURNALISTIK
Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS BRAWIJAYA, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
Kode
Dokumen
RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl
Penyusunan
DASAR JURNALISTIK KOM61002 MATA KULIAH DASAR T=2 P=1 1 25 Juni 2020
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI
1. ANANG SUJOKO,D.Comm REZA SAFITRI S.Sos.Msi.Phd DR. ANTONI
2. DEWANTO PUTRA
FAJAR, S.Sos., M.Si
3. ARIF BUDI PRASETYA,
S.I.Kom.,M.A
4. IKA
YUSTISIA,S.I.Kom.,M.A
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (Sikap)
(CP) S1 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral, dan etika dan bertanggung jawab kepada negara dan bangsa.
S2
mampu memelihara, mengembangkan jaringan kerja, menjalin kerjasama, dan memiliki kepekaan sosial dengan
S3 pembimbing, kolega, sejawat, baik di dalam maupun di luar lembaganya, serta masyarakat dan lingkungannya. Taat hukum
dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
P1 (Pengetahuan)
P2 Memahami konsep yang digunakan dalam ilmu sosial.
Menguasai teori dalam ilmu komunikasi, termasuk bidang minat studi media, manajemen komunikasi, dan public relations khususnya
P4 dalam perspektif lokal.
Memahami perkembangan, penggunaan, dan dampak teknologi di bidang studi media, manajemen komunikasi, dan public relations.
KU1
(Keterampilan Umum)
KU2 mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, inovatif dengan menunjukkan kinerja mandiri maupun berkelompok, bermutu
dengan terukur dalam proses pengambilak keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.
mampu mengkaji dan mengimplementasikan IPTEK dan menerapkan nilai humaniora dalam proses pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah, tata cara, dan etika ilmiah berdasarkan bidang keahliannya untuk menghasilkan solusi,
KK1 gagasan, desain, atau kritik seni.
KK2 (Keterampilan Khusus)
mampu mengidentifikasi, memetakan permasalahan, merumuskan dan merekomendasikan alternatif solusi permasalahan komunikasi.
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi.
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK (Sikap)
1. Mahasiswa memiliki kesadaran untuk menerapkan etika, norma, dan nilai moral di masyarakat berkaitan dengan dasar jurnalistik.
2. Mahasiswa mampu menjunjung tinggi nilai moral positif sesuai dengan ajaran agama,serta menerapkannya dalam aktivitas jurnalistik.
3. Mahasiswa mampu membangun jaringan kerja yang positif dengan lingkungan sosial, dan instansi pemerintah non akademis (mis:
KPI, Dewan Pers, dsb) dalam rangka membangun kerja antara jurusan dengan lingkungan sosial dan instansi-instansipenyiaran.
4. Mahasiswamemilikikesadarandanmaumenerapkansikap-sikap taat terhadap hukum khususnya dalam bidang jurnalistik.
(Pengetahuan)
5. Mahasiswa memiliki pengetahuan umum tentang sejarah jurnalistik dan perkembangan aktivitas dalam kegiatanjurnalistik.
6. Mahasiswa mampu menguasai teori-teori dasar tentang jurnalistik, termasuk teori-teori pers dan teori-teori terkait dengan berita
secara umum, termasuk teori-teori dasar dalam fotojurnalistik.
7. Mahasiswa mampu menganalisis karya-karya jurnalistik (berita), dan semua aspek yang berkaitan dengan berita berdasarkan teori-
teori yang ada dalam bidangjurnalistik.
8. Mahasiswa mampu memahami pengetahuan teknis tentang jurnalistik dalam karya jurnalistik (berita) untuk semua bentuk media yang
ada (media cetak, media penyiaran, dan mediainternet).
(Keterampilan umum)
9. Mahasiswamemilikipengetahuantentangaspekteknisterkaitdenganprosesproduksiberitasecaraumumdiranahmedia massa.
10. Mahasiswa memiliki kemampuan manajerial sederhana dalam bidang perencanaan, peliputan, dan pelaporanberita.
11. Mahasiswamampumengembantanggungjawabterhadapprosesproduksiberitadalamsuatukelompok,dilingkungan
sosial secaralangsung.
12. Memiliki kemampuan menguasai teknologi mutakhir terkait dengan pemberitaan, khususnya dalam kontek peliputan berita
dan pelaporan berita.
(Keterampilan khusus)
13. Mahasiswa mampu melaksanakan proses-proses dasar dalam jurnalistik di lingkungan sosial secaralangsung.
14. Mahasiswamemilikikemampuanmembangunprosesperencanaanyangsistematisdanlogisdalamrangkapembuatan karya-
karyajurnalistik.
15. Mampu melakukan peliputan, dan pembuatan berita (mis: hard news, soft news, dan investigative) sederhana untuk semua konteks
sosial di masyarakat, dan semua bentuk media yangada.
-CPMK
S1 1. MahasiswamemilikisikaptoleransiterhadapkeragamanbudayadiIndonesia,tercermindalamkarya-karyajurnalistikyang ada.
2. Mahasiswa memiliki sikap menghargai dan menghormati keragaman agama di Indoensia yang diwujudkan dalam bentuk karya -
karyajurnalistik.
3. Mahasiswamemilikimenjunjungtinggisikapcintatanahairmelaluipengetahuandanpemahamantentangsejarahjurnalistik diIndonesia.

S2 1. Mahasiswa memiliki kemampuan membangun relasi yang baik dengan instansi pemerintah yang terkait denganjurnalistik.
2. Mahasiswa mampu membangun relasi positif dengan masyarakat umum melalui aktivitasjurnalistik.
S3 1. Mahasiswamemilikisikapdisiplindalamsemuaaspekkegiatan,khususnyaberkaitanprosespeliputandanpelaporanberita.
2. Mahasiswa memiliki sikap patuh dan taat terhadap etika, norma, dan hukum yang umum dan berlaku dimasyarakat.
3. Mahasiswa menjadikan etika, termasuk kode etik jurnalistik, norma dan hukum media, dalam aktivitas jurnalistik secara umum.
P1 1. Mahasiswamemilikipengetahuandasartentangsejarahperkembanganjurnalistik,termasukperkembanganumumtentang perkembangan
aktivitasjurnalistik.
2. Mahasiswamemilikipengetahuanumumtentangteori-teorijurnalistiksecaraumum,termasukteori-teoripersyangberlaku dewasaini.
3. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang aspek kebahasaan yang berkaitan dengan penulisan berita secaraumum.
P2 1. Mahasiswa memahami dan menguasai teori-teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep umum tentangjurnalistik.
P4 2. Mahasiswamemilikipengetahuantentangaspekteknisterkaitdenganprosesproduksiberitasecaraumumdiranahmedia massa.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori, prinsip, dan konsep untuk menganalisis berita secaraumum.
KU1 1. Mahasiswa memiliki kemampuan dasar manajerial yang diperlukan dalam bidang produksiberita.
2. Mahasiswamampumenjalankanprinsip-prinsipmanajerialproduksiberitadalamdasarjurnalistikdalamkontekspribadidan kelompok.
3. Mahasiswa mampu menggunakan bahasa Indonesia secara benar sebagai bagian dari proses penulisanberita.
4. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk bekerja secara pribadi dan kelompok terkait dengan proses peliputan, penulisan, dan
pelaporan berita sebagai bagian dari karyajurnalistik.
KU2 1. Mahasiswa memiliki kemampuan dan kreativitas yang tinggi pada saat melakukan proses peliputanberita.
2. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk membuat berita yang menarik, serta sesuai dengan prinsip dan kaidahjurnalistik.
3. Mahasiswa memiliki kemampuan menguasai teknologi mutakhir dalam proses produksi berita,sebagai bagian dari aktivitas jurnalistik.
KK1 1. Mahasiswa mampu membedakan produk jurnalistik dan produk non jurnalistik

KK2 1. Mahasiswa memiliki kemampuan membangun proses perencanaan yang sistematis dan logis pada saat melakukan proses
KK3 produksiberita.
2. Mampu membuat karya-karya jurnalistik (berita) yang baik dan benar sesuai kaidah jurnslistik untuk kepentingan masyarakatluas.
3. Mahasiswa mampu beradaptasi dengan perkembangan mutakhir teknologi dalam bidang jurnalistik (mis: teknologi internet dalam
jurnalismeonline).

Deskripsi Singkat Mata kuliah dasar jurnalistik merupakan mata kuliah yang memberikan pengetahuan teoritis dan praktis terkait dengan prinsip-prinsip dasar
MK tentang dasar jurnalistik, etika dan hukum, dan semua aspek penting tentang aktivitas jurnalistik secara umum. Hal itu menjadikan mahasiswa
yang telah menempuh mata kuliah ini diharapkan bisa memahami, menganalisis, dan menerapkan kaidah- kaidah dan prinsip-prinsip dalam dasar
jurnalistik yang ada, termasuk juga dalam pembuatan karya jurnalistik.
Bahan Kajian / 1. Pengantar dasar jurnalistik
Materi a. Sejarah perkembangan jurnalistik didunia dan Indonesia
Pembelajaran b. Definisi jurnalistik
2. Prinsip-prinsip umum, dan teori-teori umum dalamjurnalistik.
a. Teori dan sistem pers.
b. Kewajiban media dan hak-hak masyarakat terhadapjurnalistik.
3.Ragam produk jurnalistikdan karakteristik berita di berbagai macam media
4. Elemen dasar jurnalisme
5.Kaidah, prinsip, etika jurnalisme
6. Hukum media
7. UU Pers dan Penyiaran
8. Definisi berita,nilai berita dan jenis jenis berita
9. Prinsip dan teknik dasar penulisan berita
10. Konsep dasar jurnalisme foto dan video
MODUL PRAKTIKUM
Minggu Sub CPMK DASAR JURNALISTIK
Bentuk Pembelajaran, Metode Pembelajaran Materi Indikator Bob
ke- Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pembelajaran Penilaian ot
(Kemampuan akhir tiap tahapan belajar)
syncronous asyncronous peni
laia
n
(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 1. Mahasiswa memiliki pengetahuan  Kuliah dan diskusi Belajar mandiri tentang  Perkenalan dan Mahasiswa mempu
dasar tentang sejarah perkembangan melalui zoom meeting sejarah dan definisi kontrak kuliah memahami sejarah
jurnalistik,termasuk perkembangan (TM: 60 menit) jurnalistik melalui video  Definisi perkembangan
umum tentang perkembangan danbahan ajar (BM: jurnalistik jurnalistik dan
aktivitas jurnalistik. (C2,A2) 1x60”)  Sejarah awal memahami
2. Sejarah Perkembangan pers di jurnalistik dan aktivitas jurnalistik
Tanya jawab lewat web
Indonesia perkembangann
(1x30’)
ya termasuk di
Indonesia

Hill, D. T. (2011)
Pers di masa Orde
Baru. Jakarta:
Yayasan Pustaka
Obor Indonesia

2 &3 3 Mahasiswa mampu menjelaskan Pembelajaran melalui  Hubungan teori- Mahasiswa


teori-teori pers yang berlaku rekaman video (30’) teori pers dengan memahami teori
secara umum serta hubungannya negara, politik, pers yang ada di
dengan politik dan ekonomi suatu dan ekonomi dunia beserta
negara. Pembelajaran mandiri  Aplikasi teori- contohnya
4 Mahasiswa mampu Memahami melalui bahan ajar (60’) teori pers
sistem pers yang ada di  Teori-teori pers
Indonesia(C2,A2) serta
MODUL PRAKTIKUM
DASAR JURNALISTIK
Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diskusi kelompok (60’) hubungannya


dengan regulasi
di suatu negara.
 System pers di
indonesia
4&5 Mahasiswa memahami dan menjadikan  Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui  Etikajurnalistik Mahasiswa mampu
etika, termasuk kode etik jurnalistik, meeting (TM: 60 menit) rekaman video membedakan
norma dan hukum media, dalam produk jurnalistik
 Berita, definisi
aktivitas jurnalistik secara umum. dan non jurnalistik
berita.
(C2,A2) Pembelajaran mandiri
 Nilai berita
melalui bahan ajar
 Jenis-jenis berita
dalam jurnalistik
serta karakteristik
Diskusi kelompok
masing-masing,
termasuk pada
media cetak,
Praktikum? media radio,
televisi, dan
media online
Jurnalistik
(Barus, S.W.
2010)

Seandainya Saya
Wartawan Tempo
(Muhamad, G. 2007)

6 Mahasiswa memahami dan  Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui Mahasiswa mampu
menjelaskan secara detail tentang meeting (TM: 60 menitbu rekaman video  UU Pers menganalisis
berita,jenis berita, prinsip dasar 40/1999 produk jurnalitik
penulisan berita dan karakteristik berita  UU menggunakan kode
Pembelajaran mandiri
di berbagai macam media.(C2,A2) Penyiaran etik
melalui bahan ajar
32/2002 jurnalistik.memaha
mi hokum media
yang berlaku din
Diskusi kelompok suatuNegara

7 Evaluasi tengah semester

8 Mahasiswa memahami dan  Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui elemen jurnalisme Mahasiswa
menjelaskan secara detail tentang meeting (TM: 60 menit) rekaman video Sembilan Elemen memiliki
berita,jenis berita, prinsip dasar Jurnalisme (Kovach, pemahaman
penulisan berita dan karakteristik berita B. & Rosenstiel, T. tentang 10 elemen
di berbagai macam media.(C2,A2) Pembelajaran mandiri 2006) jurnalisme
melalui bahan ajar

Diskusi kelompok

Praktikum:

9 Mahasiswa mengetahui dan memahami 10 Pembelajaran melalui  Prinsip dasar 1.Mahasiswa


elemen jurnalisme (C2.A2) rekaman video penulisan berita, mampu melakukan
serta teknik- liputan,penulisan
teknik dasar dan melaporkan
Pembelajaran mandiri peliputan berita berita
melalui bahan ajar dan wawancara
2. mahasiswa
mampu bekerja
Jurnalistik sama dengan
(Barus, S.W. anggota kelompok
Diskusi kelompok
2010) lain dalam
menghasilkan
Seandainya Saya
Wartawan Tempo karya jurnalistik.
(Muhamad, G. 2007)

Pembelajaran melalui
rekaman video

Pembelajaran mandiri
melalui bahan ajar

Praktikum
10 & 11 Mahasiswa mampu menguasai dan  Kuliah melalui zoom Pembelajaran melalui  Jurnalisme Foto Mahasiswamampu
mengaplikasikan prinsip dasar teknik meeting rekaman video sebagai bagian menganalisisfotoju
penulisan berita (C3,A2,P1,P2) penting dalam rnalistikatau non
kegiatan jurnalistik
Pembelajaran mandiri jurnalistik
melalui bahan ajar  Prinsip-prinsip
pembuatan foto
jurnalistik
Diskusi kelompok  Jenis-jenis dan
karakteristik
Dalam foto
jurnalistik Mahasiswa mampu
praktikum
membuat foto dan
video jurnalistik
sederhana

12 & 13 Mahasiswa memiliki kemampuan  


membangun proses perencanaan yang
sistematis dan logis pada saat melakukan
proses produksifoto dan videojurnalistik.
(C3,A2,P2)

14 Evaluasi akhir semester


Pustaka Utama :
1. Rolnicki E.T et al. (2008).Pengantar dasar jurnalisme. Jakarta: Prenadamedia
2. Donsbach, W. (2008). International Encyclopedia of Communication. Malden: BlackwellPublishing
3. Vaughn, S. L. (2008). Encyclopedia of American Journalism. New York:Routledge.
4. Muda, D.I. (2008). Jurnalisme Media Siar, Menjadi Reporter Profesional. Bandung:Rosda.
5. Kusumaningrat, H, Kusumaningrat, P. (2005). Jurnalistik, Teori dan Praktek. Bandung:Rosda.
6. Barus, S. W. (2010). Jurnalistik, Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:Erlangga.
7. Mondry. (2016). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. edisi kedua. Bogor: GhaliaIndonesia.
Pendukung :
Undang-Undang No 40 / 1999 tentang Pers Undang-
Undang No 32 / 2002 tentang Penyiaran
Undang-Undang No 8 / 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Kode
etik Jurnalistik versi PWI
Kode etik Jurnalistik versi AJI
Kode etik Jurnalisme Media Siar
Dosen Pengampu Reza Safitri S.sos.Msi.Phd, Anang Sujoko, D.Comm; Abdul Wahid, S.I.Kom, M.A; Dewanto Putra Fajar, S.Sos., M.Si; Arif Budi Prasetya.,
S.I.Kom., M.I.Kom, Ika Yustisia, S.I.Kom,M.A
Matakuliah syarat TIDAK ADA
MODUL PRAKTIKUM
DASAR JURNALISTIK
Lab. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PELIPUTAN BERITA
(NEWS GATHERING)

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan
mampu:
1 Mahasiswa bisa memahami proses peliputan straight news berdasarkan news value
2 Mahasiswa bisa membuat konsep dasar liputan straight news
3 Mahasiswa bisa mengetahui dan dapat melakukan penggalian data dari sumber berita
4 Mahasiswa bisa melakukan teknik wawancara

PELIPUTAN DAN BERITA SECARA UMUM


Straight news atau spot news merupakan berita langsung, artinya berita tersebut
diliput, ditulis, dan diterbitkan dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya supaya terjaga
aktualitasnya. Sumadiria (2006, h. 69) menjelaskan, straight news merupakan laporan
langsung mengenai suatu peristiwa, ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who,
when, where, why, dan how (5W 1H). Straight news kerap diterbitkan dalam koran harian,
namun di era digital ini, straight news diunggah dalam media daring.
Sama halnya dengan jenis berita lainnya, straight news perlu memperhatikan nilai-
nilai berita. Nilai berita merupakan kisi-kisi menentukan apakah suatu peristiwa layak
dikategorikan sebagai berita. Menurut Alex Sobur (Wazis, 2012, h. 31), dalam jurnalisme
tidak semua peristiwa dianggap penting sebagai sebuah berita, terutama bila dikaitkan
dengan khalayak pembacanya. Artinya, dilihat dari tingkat kebutuhan dan keingintahuan
khalayak pembaca, tidak semua kejadian pantas dikategorikan sebagai berita. Dengan
demikian, berita atau informasi bisa dipilah-pilah menurut nilainya.
Ukuran nilai berita berdasarkan tingkat kebutuhan khalayak pembaca dan daya tarik
keunikan maupun keistimewaannya. Kusumaningrat & Kusumaningrat (2009, h. 61-66)
memaparkan unsur nilai berita sebagai berikut:
A. Aktualitas (Timeliness)
Berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh: bersamaan dengan
berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi sebuah surat kabar, semakin
aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi
nilai beritanya. Contoh, tim Indonesia menang dalam pertandingan sepak bola pada
dini hari, maka berita itu akan diterbitkan pagi harinya.
B. Kedekatan (Proximity)
Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan menarik
perhatian. Kedekatan disini meliputi kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.
Contohnya, berita bencana meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta akan sangat
menarik bagi penduduk sekitar atau akan menarik bagi mahasiswa asli Yogyakarta
yang kuliah di perantauan.
C. Keterkenalan (Prominence)
Kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names) akan banyak menarik
pembaca. Keterkenalan ini tidak hanya menyangkut tokoh saja, tapi juga nama-nama
lain yang familiar bagi masyarakat. Contohnya Presiden SBY terjatuh di kamar kecil
gedung DPR, bisa menjadi berita. Tetapi kalau hal serupa dialami oleh seorang
anggota satpam, tak banyak orang yang menghiraukannya.
D. Dampak (Consequences)
Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat, misalnya pengumuman
kenaikan BBM, memiliki nilai berita tinggi. Contoh lain, seorang ilmuwan
mengembangkan suatu vaksin baru untuk penyakit poliomyelitis, dampaknya
menjalar ke seluruh dunia.
E. Human Interest
Kata human interest secara harfiah artinya menarik minat orang. Dalam berita human
interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati atau menggugah perasaan
khalayak yang membacanya. Unsur-unsur human interest tersebut adalah ketegangan
(suspense), ketidaklaziman (unusualness), minat pribadi (personal interest), konflik,
simpati, kemajuan, seks, usia, binatang, dan humor. Contoh berita human interest
sebagai berikut:

Pria yang terpaksa digotong ke rumah sakit setelah memenangkan lomba dua sis ir
pisang. Pengemudi mobil ambulans yang baru tahu bahwa anak laki-laki yang
diangkutnya ke rumah sakit adalah putranya sendiri.

Merencanakan Berita (Out Line)


Usai menakar news value, saatnya kita beralih pada proses perencanaan liputan
(reportase). Perencanaan liputan diperlukan dalam rangka menghasilkan liputan yang dalam
dan tuntas. Tetapi, memang, tidak semua berita butuh perencanaan. Straigh news-yang biasa
dipakai di media harian, umumnya tidak memerlukan perencanaan matang. Seorang
wartawan tinggal menjalankan tugas keredaksian, selanjutnya ia hanya mengcover peristiwa
atau rentetan kasus yang terjadi hari itu.
Ini berbeda dengan kebutuhan depth news. Umumnya, depth news
membutuhkan perencanaan yang matang, sebab ia berkepentingan membidik sisi terdalam
sebuah kasus.
Sebab targetnya ke dalam, umumnya perencanaan berfungsi sebagai: pertama,
mempertegas sudut bidik (angel reportase). Kedua, fungsi perencanaan untuk memandu
wartawan agar konsisten dalam menggali data yang berkaitan dengan angelnya. Mengapa?
Kompleksitas masalah biasanya sering mengombang-ambingkan wartawan dilapangan.
Jadi, ia butuh pegangan. Dan, perencanaan itulah pegangannya.kalangan jurnalistik sering
menyebut format perencanaan ini dengan istilah out line.
Lalu, apa yang mesti dilakukan dalam perencanaan berita?
 Identifikasi masalah. Obyek pemberitaan seringkali berupa tarik-ulur kepentingan
antara individu maupun kelompok sosial. Sementara relasi masalahnya (secara
awam), sering tidak tampil dipermuaan. Sebab demikian perencanaan pada tahap
awal biasanya berusaha memetakan dan mengidentifikasi masalah yang berkembang
dalam sebuah kasus. Ini berarti, sebelum liputan, seorang wartawan dituntut untuk
sudah memahami peta persoalan sehingga sewaktu dilapangan ia tidak diombang-
ambingkan oleh sumber berita yang sering paradok dalam menyuguhkan informasi.
 Mempertajam angle. Ingat angle? ini yang menentukan jalannya liputan dan cerita
berita. Yang harus dirumuskan dalam sebuah perencanaan tidak lain adalah angel
berita. Ini penting. Sebab kompleksitas isi kasus tidak mungkin dicover secara
keseluruhan dalam sebuah pemberitaan. Dan seorang wartawan hanya bisa membidik
sisi yang menarik dari sebuah kasus. Karenanya sejak perencanaan, sisi bidik itu
sudah harus dirumuskan.
 Mengembangkan draft pertanyaan. Sekali lagi, kasus selalu melibatkan individu
maupun kelompok sosial dalam tarik-ulur konflik. Semua yang terlibat berita
(individu atau representasi kelompok) mesti sudah dirumuskan sejak perencanaan.
Ini demi menggali informasi yang berkaitan secara langsung dengan angle berita.

METODE PENGGALIAN DATA


Dalam membuat berita, data menempati posisi penting. Karena melalui data lah
peristiwa (fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan ‘record’ (rekaman) dari suatu peristiwa.
Dan penulis (jurnalis) menyajikan konstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari
berbagai data. Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui
pengamatan langsung si penulis (observasi) untuk memdapatkan data tentang fakta
kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (primer)
maupun tidak langsung (sekunder) dalam suatu kejadian. Dengan wawancara juga
dimaksudkan untuk melakukan cross-check demi akurasi data yang diperoleh melalui
pengamatan (observasi). Ketiga, selain kedua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh
melalui studi literary terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan suatu fakta kejadian
ataupun fenomena (jika dimungkinkan), data demikian biasanya dianggap penting.
1. Observasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan
sangat mengandalkan kepekaan indra (lihat; dengar; cium; sentuh) dalam mengamati dan
membaca realitas. Namun dalam pengamatan tersebut observator tidak boleh
melakukan penilaian terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami gambaran realitas serta
detail- detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya untuk memfokuskan
amatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.
Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas, namun tetap tajam dalam
mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan amatan yang
obyektif si pengamat mesti bisa untuk mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak
dengan segala rincian obyek yang diamati.
Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orisinil.
Langsung artinya, dalam amatannya tidak berdasarkan teori, pikiran, pendapat, ia
menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orisinil, artinya hasil amatannya
merupakan hasil cerapan indranya, bukan yang dilaporkan orang lain.
2. Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang sering dilakukan dalam jurnalistik untuk
memperoleh data. Dalam menggali data, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk menulis
berita hanya mengandalkan hasil observasi, tanpa melakukan wawancara. Karena dengan
wawancara wartawan bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa/fenomena. Juga
dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross-check/recheck dari data yang diperoleh
sebelumnya demi akurasi data.
Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses tanya jawab seperti ‘saya
bertanya-anda menjawab’. Wawancara lebih luas dari sekedar proses tanya jawab.
Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan ‘membangun ingatan’. Tujuan
umumnya merekonstruksi kejadian yang, entah itu baru terjadi atau telah lampau. Dalam
aktifitas ini (wawancara) pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali
ingatan-ingatan tersebut.
Tehnik Wawancara
 Menguasai permasalahan
Ini penting karena untuk menghindari miss-understanding antara pewawancara
dengan yang diwawancarai.
 Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
Pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih membantu dan mempermudah
dalam mengarahkan topik pembicaraan.
 Jangan menggurui
Karena wawancara bukan proses tanya-jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan
terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.
3. Studi Literatur
Suatu data tidak hanya dapat diperoleh melalui pengamatan dan wawancara, tapi bisa
juga memanfaatkan (melacak) data-data yang sudah terdokumentasikan. Pencarian data-data
yang terdokumentasikan itu juga sangat dipertimbangkan tingkat keabsahannya (valid) dan
dapat dipertangungjawabkan. Misalnya keppres, tap MPR, undang-undang, tidak mungkin
didapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara. Kebutuhan data seperti itulah sangat
memungkinkan dan merupakan keharusan untuk pencarian data yang terdokumentasikan.
Dan biasanya data-data yang seperti itu, validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Karena tingkat validitas data itu harus bisa dipertanggungjawabkan maka dalam
pencarian data seorang jurnalis harus hati-hati memanfaatkan dokumentasi yang sudah ada.
Pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada undang-undang,
keppres. Hasil dari sebuah penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa dijadikan
sebagai data dokumen, tapi juga harus mempertimbangkan validitas dari data-data tersebut.
Sumber-sumber yang bisa dijadikan bahan dalam riset dokumen/studi literer:
 Koran/majalah
Koran/majalah menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset
dokumen. Informasi surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila
mengandung kesalahan informasi). Riset dokumen yang dilakukan mempelajari terhadap
pelbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto (caption), dan tulisan
yang mengandung opini.
Teknik penelusuran data melalui koran/majalah
 Melalui sistem kartu indeks perpustakaan
 Melalui sistem kartu indeks yang diterbitkan oleh sindikasi surat kabar
 Buku
Pencarian data melalui buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan
tahun- tahun revisi penerbitannya. Juga memeriksa keterangan seperti data-data statistik
yang dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru. Buku layak dijadikan sumber
data karena buku biasanya memuat bahasan-bahasan yang mendalam dan cakupan
pemahaman yang luas. Beberapa referensi buku yang bisa dimanfaatkan

 Kamus
 Ensiklopedi
 Biografi
 Tesis/disertasi
 Jurnal
 Internet
LANGKAH-LANGKAH MENENTUKAN NARASUMBER
Dalam melakukan peliputan berita, seorang wartawan perlu menentukan narasumber
yang akan ditemui untuk wawancara. Perencanaan ini memudahkan wartawan menulis
straight news. Bagi wartawan yang punya jam terbang tinggi, perencanaan ini biasanya tidak
dilakukan, sebab saat perjalanan menuju lokasi, di kepalanya sudah ada bayangan akan
menemui siapa dan topik apa yang ingin ditanyakan.
Penentuan narasumber dibagi menjadi dua kategori, yakni narasumber utama
dan narasumber pendukung. Pembagian kategori ini dapat memudahkan wartawan
memetakan orang yang ia temui di lapangan supaya informasi yang digali tepat sasaran.
Narasumber utama merupakan orang yang punya wawasan mendalam terkait suatu kondisi,
peristiwa, atau kasus
sehingga bisa menjawab banyak pertanyaan dari wartawan.

1. Pilah dan pilih orang yang kredibel untuk narasumber utama


Narasumber merupakan seseorang yang memiliki kredibilitas menyampaikan informasi, baik
sudut pandang pribadi maupun sudut pandang lembaga atau instansi yang diwakilinya.

Misalnya, wartawan akan meliput isu Covid-19, maka ia perlu menghubungi Juru Bicara Covid-19
Kemenkes, bukan menghubungi juru bicara presiden. Meski keduanya sama-sama dari p
pemerintah, namun kredibilitas menyampaikan informasi tidak sama.
Temui minimal dua narasumber
2.
Bila sudah mendapatkan informasi dari narasumber utama, maka wartawan perlu
melakukan cross-check atau menambahkan informasi dengan cara menemui narasumber
kedua yang relevan. Misalnya, wartawan yang ingin meliput kasus
kekurangan APD untuk tim medis, perlu menemui Jubir Covid-19 dari Kemenkes
serta
menemui kepala rumah sakit untuk cross-check, apakah benar tim medis
kekurangan
APD. Syarat dua narasumber dalam penulisan straight news ini wajib dilakukan
supaya
berita yang diterbitkan tidak bias.
3. Bila perlu, temui narasumber pendukung
Dua narasumber menjadi syarat mutlak peliputan straight news. Namun,
wartawan
masih bisa menemui narasumber ketiga atau narasumber pendukung
supaya
memperkaya informasi straight news. Isu kekurangan APD dapat didukung
wawancara
dengan dokter terkait mengenai kondisi di lapangan.
4. Hindari sumber anonim
Identitas narasumber menjadi penting dibaca publik supaya publik bisa menilai
posisi,
kredibilitas, serta kualitas informasi yang disampaikan. Narasumber yang
menolak
menyebutkan nama dan identitas sebaiknya tidak disertakan dalam straight news
oleh
wartawan. Sebab, sifat berita straight news cenderung lugas dan jelas
sehingga
anonimitas narasumber tidak diperlukan. Bila menemui narasumber yang tidak
berkenan identitasnya disebutkan, maka wartawan harus cepat memutar otak untuk
mengganti dengan narasumber lainnya yang bersedia.

PROSEDUR PRAKTIKUM
PELIPUTAN BERITA STRAIGHT NEWS
1. Datang lebih awal untuk peliputan
2. Perhatikan 5W+1H
Saat bertugas meliput untuk straight news, wartawan harus mengingat catatan
penting soal 5W+1H (What, When, Who, Why, Where, dan How).

What : apa yang sedang terjadi?


When : kapan peristiwa terjadi?
Where : di mana peristiwa itu
terjadi?
Who : siapa yang terlibat dalam
peristiwa? Why : mengapa peristiwa itu
bisa terjadi? How : bagaimana peristiwa
bisa terjadi?

Kelima unsur informasi ini harus dipenuhi oleh wartawan saat meliput untuk
straight news. Jangan sampai saat menulis berita, wartawan lupa menanyakan nama
lokasi yang tepat atau keliru mencatat pukul peristiwa terjadi.
3. Siapkan alat tulis dan perekam untuk wawancara
Wartawan senior, Karni Ilyas dalam buku Menulis untuk Berita pernah
menyampaikan bahwa ia nyaris tidak pernah mengandalkan alat perekam saat
wawancara. Ia berusaha melatih dirinya untuk memperhatikan dan mengingat
detail informasi yang dilihat dan didengar.
Trik dari Karni Ilyas patut dicontoh, namun bagi wartawan, ia tetap harus membawa
alat perekam untuk wawancara. Mengandalkan panca indera biasanya rawan distorsi.
Oleh sebab itu, alat perekam tetap jadi senjata bagi wartawan saat beraksi di
lapangan.
4. Rekam peristiwa dengan panca indera
5. Hindari mengopi press release

Tugas praktikum Kelompok


Mahasiswa di mata kuliah dasar jurnalistik, diwajibkan menyelesaikan tugas
membuat daftar fakta (fact list) sebagai bagian awal dari peliputan berita secara
berkelompok dengan deskripsi tugas di bawah ini.
1. Penilaian aspek keterampilan afektif - Buatlah konsep liputan (outline)
dan tentukan news value dari peristiwa yang ingin diangkat.
2. Penilaian aspek keterampilan kognitif - Pastikan proses pengumpulan
data liputan dan narasumber bisa dilakukan semudah mungkin. Jika
pengumpulan data dan narasumber liputan terlalu sulit didapatkan, maka
perlu strategi khusus dari jurnalis untuk memperbaiki topik liputan atau
mencari data dan atau narasumber lain yang lebih mudah. Sumber berita
dari informan melalui wawancara dan penelusuran data dari literatur yang
terkait dengan peristiwa yang ingin diangkat.
3. Penilaian aspek keterampilan kognitif - Lakukan wawancara di
lapangan berdasarkan konsep dan daftar pertanyaan yang sudah ditentukan
sebelumnya
4. Penilaian aspek keterampilan kognitif- Tuliskan daftar fakta (fact list)
dari hasil pencarian data dari wawancara atau penelusuran pustaka.

Penilaian dan Kendali Praktikum


Mahasiswa Dosen Uraian Paraf Dosen
Pengampu Kegiatan Pembimbing/Pengampu
PENULISAN BERITA
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu:
1 Mahasiswa bisa memahami proses penulisan berita straight news berdasarkan
kaidah penulisan berita
2 Mahasiswa bisa menulis berita dengan menggunakan lead secara baik.
3 Mahasiswa bisa menguraikan fact list menjadi tulisan straight news dengan baik.

Kaidah Penulisan Berita


Dalam penulisan berita, dalam hal ini mengonstruk peristiwa (fakta), tidaklah semena-
mena. Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah
tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
1. Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila
penulis ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan
membohongi khalayak pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, perlu
diperhatikan beberapa hal berikut;
a. Dapatkan selalu data yang benar.
b. Lakukan re-chek terhadap data yang telah diperoleh.
c. Jangan mudah dan berspekulasi dengan isu ataupun desas-desus.
d. Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan kewenangan dan keabsahannya.
2. Balance (keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik
terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan
pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan
(misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik
disebut dengan ‘both side covered’.
3. Clarity (kejelasan)
Faktor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang
disampaikan. Bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada faktor topik,
alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan persyaratan
penulisan lainnya.

Struktur/susunan Penulisan Berita


Dalam berita terdapat struktur/susunan berita juga memiliki bagian-bagian.
Maka sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian
berita. Dimana bagian-bagian tersebut terdiri dari kepala berita atau judul (head news); topi
berita, menunjukkan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, surabaya SP) biasanya
digunakan dalam penulisan straight news; intro, diletakkan setelah judul berfungsi sebagai
penjelas judul dan gambaran umum isi berita; tubuh berita (news body), bisa dikatakan
sebagai isi berita.
Adapun struktur penulisan berita sbb;

1. Piramida terbalik
Artinya pokok atau inti berita diletakkan diawal-awal paragraf (1-2 paragraf) dan bukan
berarti paragraf selanjutnya tidak penting, cuma bukan merupakan inti dari berita.
Biasanya ini digunakan dalam penulisan straight news.
2. Balok tegak
Artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraf. Tetapi terdapat di
awal, tengah, dan akhir paragraf. Biasanya ini digunakan dalam penulisan depht news
(indepht reporting ataupun investigasi reporting).
Bentuk Penulisan Berita
1. Straight News
Straight news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan
berita yang paling sederhana. Pasalnya, hanya dengan menyajikan unsur 4 W (what, who,
when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti
straight news menafikan unsur why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya pun juga
diatur sedemikian rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama yang
terkandung dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight
news sering dipakai oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya
untuk media-media massa yang terbit berkala lebih banyak memakai pola penulisan features,
depht news (indepht reporting maupun investigative reporting).
Permasalahannya sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk
straight news. Tidak semua fakta bisa ditulis dalam bentuk straight news. Karena straght
news sangat terikat dengan unsur kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu ditulis dengan
bentuk straight news bila;
1. informasi/berita tentang peristiwa dan bukan fenomena ataupun kasus. Artinya
kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara
berkelanjutan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat negara, dsb.
2. Informasi/berita itu penting untuk segera diketahui khalayak.
3. Baru (aktual)
Karakteristik Straight News
1. Strukturnya piramida terbalik
Dalam artian teras berita (lead) berupa summary lead, artianya unsur berita what (apa),
who (siapa), where (dimana), when (kapan) diletakkan dalam lead. Sedang unsur how dan
why diletakkan dalam tubuh berita (news body), bila dimungkinkan juga menyajikan
fakta-fakta tambahan yang dianggap perlu, sehingga kalau dipandang perlu untuk di ‘cut’
maka tidak akan mempengaruhi isi berita.
2. Deskripsinya lugas, hanya mengemukakan fakta-fakta yang perlu untuk kejelasan
berita.
3. Irama atau lenggang cerita terkesan terburu-
buru.
LEAD, TUBUH, DAN EKOR BERITA
Mengail Dengan Lead
Kalau mau berhasil menulis, kuasai kuncinya. Ia terletak pada paragrap awal,
disebut dengan lead. Bagi pembaca, lead adalah umpan pada sebuah kail. Bila
umpannya tidak menarik, ia akan ditinggalkan. Dan sebaliknya, umpan menarik, pembaca
simpati, maka tulisan wartawan tidak akan sia-sia.
Lead dianggap penting karena fungsinya.
1. Lead berfungsi sebagai daya pikat untuk menarik pembaca untuk mengikuti alur.
2. Lead bak rel kereta yang memberi jalan dari sederetan paragraf yang akan ditulis
oleh seorang wartawan.
Karena fungsinya yang cukup dominan dalam sebuah tulisan, maka lead memberi
banyak pilihan. Dari yang berusaha menyentak pembaca sampai yang berusaha menggelitik
rasa ingin tahu. Dari yang nyentrik sampai yang mengaduk-aduk imajinasi pembaca.
Macam-macam lead :
1. Lead Ringkasan : Lead ini berisi inti cerita sebagaimana dalam tulisan straigth news.
Syaratnya kasus harus benar-benar kuat dan menarik. Bila tidak, lead ini kurang
menguntungkan.
2. Lead Bercerita. Tipe ini berusaha membenamkan pembaca pada suasana cerita. Ia
membiarkan pembaca jadi tokoh utama dalam suasana tersebut. Sayangnya, lead ini
hanya cocok untuk kisah petualangan .
3. Lead Dekriptif. Lead ini berbeda dengan sebelumnya . ia justeru berusaha
meletakkan pembaca pada posisi beberapa meter di luar suasana, pembaca disuruh
menonton, mencium dan membayangkan. Intinya lead ini berusaha menciptakan
gambaran dalam pikiran pembaca tentang sebuah tokoh atau kasus.
4. Lead Kutiapan. Lead dalam tipe ini merupakan kutipan statemen nara sumber yang
paling menarik dan menentang. Biasanya dikutip dalam bentuk kutipan langsung.
5. Lead Pertanyaan. Tipe ini berfungsi untuk menggugah rasa ingin tahu pembaca. Seringkali
lead ini cuma tak-tik. Tidak penting apakah pembaca sudah mengetahui jawabannya,
atau malah sebaliknya, yang pasti strategi dalam tipe ini dialamatkan pada pengetahuan
dan terutama rasa ingin tahu pembeca.
6. Lead Menuding Langsung. Tipe ini sangat jitu untuk mengajak masuk pembaca
sebagai bagian dari alur cerita. Ia biasanya tidak segan menggunakan kata “anda”
dalam rentetan kalimatnya. Keuntungannya, penbaca tersentak, dan mau tidak mau
kemudian pembaca pasrah dalam alurnya.
7. Lead Penggoda. Tipe ini berisi cara untuk mengelabuhi pembaca dengan jalan bergurau.
Tujuan utamanya adalah menggaet pembaca dan menuntunnya supaya membaca total
alur cerita. Lead jenis ini umumnya berisi teka-teki, dan biasanay sedikit sekali memberi
tanda- tanda bagaimana cerita selanjutnya.
8. Lead Nyentrik. Tipe ini sangat memikat dan informatif, karena yang khas dan tak
kenal kompromi. Umumnya berupa saduran dari hasanah pikiran, peribahasa atau
permainan kata-kata yang secara kreatif menghubungkan gaya slenge’an dengan
konteks cerita.
Apapun bentuk lead anda, yang pasti, ketika menulis lead, tulisan harus dibikin
seringakas mungkin; begitu juga paragrapnya, ringkas; diksi (pilihan kata) kuat; dan lead
harus merepresentasi isi cerita.(bagian ini diambil dari “Seandainya Saya Wartawan
Tempo,”agar lebih detail sebaiknya anda membacanya).
Menjerat Dengan Molek Tubuh.
Jangan “besar pasak daripada tiang.” Lead bagus, tapi bagian paragrap lain tidak ada
isinya. Ini muspro namanya. Lead bagus, tubuh berita pun harus bagus. Caranya?
Begini. Data yang sudah anda peroleh melalui reportase, sebaiknya diklasifikasi
dulu. Kemudian pilih diantara tiga teknik penguraian data ini :
1. Spiral. Setiap alenia (paragrap)mengurai lebih rinci persoalan yang disebut pada
alenia (paragrap) sebelumnya. Sistematika kemudian menjadi satu-kesataun apik. Dan
yang paling penting, data data kasus terurai dan tak terputus-putus.
2. Blok. Data yang sudah diperoleh di pecah dalam berbagai alinia(paragrap).data tercecer
di setiap alinia(paragrap), tetapi secara konsisten alur tulisan berusaha mengiring
pembaca pada satu muara.
3. Mengikuti tema. Setiap alinia (paragrap), berusaha menggarisbawahi atau menegaskan
leadnya.
Dengan tiga bantuan teknik ini, seringkali alur tulisan masih terputus –putus. Penulis
umumnya tidak bisa mengoraganisir perpindahan masalah yang terjadi diseputar peralihan
paragrap. Sebab demkian lengkapi struktur tulisan anda dengan Transisi, ingat ! Setiap
potong informasi sama halnya dengan sebuah batu bata yang harus digabungakan agar t
erbentuk bangunan cerita.Anggap saja transisi adalah semen dan pasir yang diaduk untuk
menyambungkan potongan informasi.
Transisi bisa berupa kata, rangkaian kata, atau kalimat bahan mungkinparagrap.
Fungsinya tidak lain adalah : pertama memberi tahu pembaca bahwa ada perpindahan materi
; Kedua, meletakkan matri yanglain pada persepektif yang selayaknya.
Terakhir, Transisi harus sedemikian molek sehingga pembaca tidakterganggu dan
enjoy sewaktu membaca.
Buntutnya, Jangan Sampai Berbuntut
Tulisan yang baik tidak akan melupakan kesan yang harus dibangun dalam paragrap
akhir. Alur cerita bisa menyuguhkan lead yang apik, Tehnik spiral maupun blok yang
sistetmatis, dan tentu saja transisi yang molek. Namun satu hal , yang mereka tidak boleh
meninggalkan buntut (ekor berita). Ekor harus dibikin sedemikian persuasifsehingga
membuat pembaca terkesan. Seorang wartawan bisa memilih Ending ringkasan, klimaks,
mapun membiarkan tanpa penyelesaian. Yang pasti, Ending bukanlah kesimpulan seorang
wartawan, sekali lagi biarkan fakta menyimpulkan dirinya sendiri.

Tugas praktikum Kelompok


Mahasiswa di mata kuliah dasar jurnalistik, diwajibkan menyelesaikan satu
liputan dengan model straight news secara berkelompok dengan deskripsi tugas di
bawah ini.
1 Penilaian aspek keterampilan kognitif - Buatlah tulisan hasil peliputan
dengan kaidah penulisan berita (akurat, seimbang, jelas)
2 Penilaian aspek keterampilan kognitif - Tuliskan hasil liputan
berdasarkan lead yang anda sesuai konsep piramida terbalik.
3 Penilaian aspek keterampilan kognitif - Tuliskan berdasarkan model
penguraian
(spiral, blok, tema) yang anda
pilih.

CONDITIONAL ADDENDUM (Tambahan Praktikum Kondisional)


Tugas Praktikum Individu
Mahasiswa mata kuliah dasar jurnalistik ditugaskan untuk menyelesaikan peliputan
dan
pelaporan berita secara daring, yang hanya dilakukan di masa pandemik Covid-19. Hal
tersebut dilakukan untuk memudahkan mahasiswa melakukan peliputan, tanpa harus
meninggalkan rumah. Dengan demikian mahasiswa harus melakukan penjelajahan dan
peliputan sumber berita di internet untuk kemudian disusun menjadi berita yang lain (berita
baru). Hal itu dilakukan oleh mahasiswa sesuai dengan aturan di bawah ini.
1) Penugasan yang harus dikerjakan
Buatlah satu laporan hard news (straight news) untuk media daring, sesuai dengan
aturan dan kaidah umum penulisan laporan hard news.
2) Teknis pelaksanaan praktikum
1. Tentukan topik atau judul berita yang akan ditulis atau dilaporkan, agar
memudahkan mahasiswa (wartawan) menentukan kategori fakta atau data yang akan
dikumpulkan dari internet.
2. Lakukan pencarian fakta, data, atau bahkan berita dari internet, menggunakan
mesin pencari “Google” atau semacamnya, dalam konteks ini mahasiswa
diminta untuk mengumpulkan lima berita (5 berita) dari portal media daring,
dengan topik yang seragam.
Sebagai contoh, jika mahasiswa ingin menulis berita dengan tema ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), dengan topik “Usaha Pengembangan Perjalanan Luar
Angkasa Komersial”, maka mahasiswa harus mencari lima berita dengan tema atau
topik yang serupa, dari semua media daring yang bisa ditemukan oleh mahasiswa.
3. Catat identitas semua sumber berita yang menjadi bahan penulisan sebagai
bahan dokumentasi serta referensi untuk penulisan berita daring yang akan
dilakukan. Tulislah dengan format di bawah ini
Sebagai contoh.
a) Republika Online (https://rol.com/j/...)
b) Kompas.com
(https://kompas.com/i/...) c) dan
seterusnya
Catat semua informasi penting dari sumber berita, yang ditemukan oleh mahasiswa,
untuk kemudian dirangkai menjadi satu berita baru.
4. Elaborasikan (rangkai) semua fakta dan data dari semua sumber berita yang
berhasil ditemukan oleh mahasiswa untuk kemudian ditulis menjadi satu hard news
(straight news), dengan topik atau judul terentu.
5. Penulisan berita harus memenuhi semua syarat dan kaidah dasar penulisan berita hard
news (straight news), yaitu:
a) memenuhi kaidah dasar struktur berita, yaitu judul (head line), kepala berita
(lead), dan tubuh berita (body)
b) penulisan kepala berita (lead) harus diawali dengan penulisan baris tanggal atau
lokasi peristiwa berita dan atau lokasi penulisan berita, seperti misalnya
“Malang-Jurnal FISIP”
c) penulisan kepala berita (lead) harus ringkas, dan mewakili (merangkum)
keseluruhan isi berita
d) penulisan tubuh berita (body) harus sesuai dengan kaidah struktur penulisan
tubuh berita, seperti menggunakan kaidah sturuktur penulisan piramida terbalik
— bagian penting diletakkan di awal berita, sementara bagian kurang penting
diletakkan di bagian akhir berita.
e) penulisan tubuh berita (body) harus berdasarkan kaidah pertanyaan dasar dalam
jurnalistik, yaitu 5W+1H (what, where, when, who, why, dan how)
f) tulislah berita dengan format teknis penulisan, yaitu 1,5 spasi, jenis huruf (font)
Times New Roman (TNR) 12 (untuk tubuh kepala berita dan tubuh berita), jenis
huruf (font) Times New Roman (TNR) 14 (untuk judul berita), minimal satu
halaman (1 halaman), maksimal dua halaman (2 halaman)
g) tuliskan semua sumber berita yang ditemukan sebagai referensi pada akhir
penulisan berita.
6. Teknis pengumpulan tugas ditentukan oleh masing-masing dosen pengampu.

Penilaian dan Kendali Praktikum


Mahasiswa Dosen Uraian Paraf Dosen
Pengampu Kegiatan Pembimbing/Pengampu
PENULISAN BERITA II
(BAHASA JURNALISTIK DAN KALIMAT EFEKTIF)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu:
1 Mahasiswa bisa memahami kaidah penulisan berita dengan menggunakan
bahasa jurnalistik.
2 Mahasiswa bisa memilih bahasa yang efektif dengan diksi yang sesuai
dengan
penulisan berita.

BAHASA JURNALISTIK INDONESIA1

Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas kesadaran terbatasnya ruangan dan waktu.
Salah satu sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi cepat dalam ruang
dan waktu yang relatif terbatas. Dengan demikian dibutuhkan suatu bahasa jurnalistik yang
lebih efisien. Dengan efisien dimaksudkan lebih hemat dan lebih jelas.
Asas hemat dan jelas ini penting buat seorang jurnalis dalam usaha ke arah efisiensi
dan kejelasan dalam tulisan.
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat.

HEMAT
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata
(2) unsur kalimat

Penghematan Unsur Kata


Beberapa kata Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tatabahasa dan
jelasnya arti. Misalnya:
agar supaya menjadi agar, supaya
akan tetapi menjadi tapi
apabila menjadi bila
sehingga menjadi hingga
meskipun menjadi meski

1
Tulisan ini diambil dari Gunawan Mohammad, pada materi Pelatihan Jurnalisme Tempo Institute.
walaupun menjadi walau
tidak menjadi tak
(kecuali di ujung kalimat atau berdiri
sendiri)

Kata daripada atau dari pada juga sering bisa disingkat jadi
dari. Misalnya:
“Keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang”, menjadi “Keadaan lebih baik dari
sebelum perang”. Tapi mungkin masih janggal mengatakan: “Dari hidup berputih mata,
lebih baik mati berputih tulang”.

Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek.


Misalnya:
kemudian = lalu
Makin = kian
terkejut = kaget
sangat = amat
demikian = begitu
sekarang = kini
Catatan: Dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, sebab bahasa bukan
hanya soal perasaan. Jadi dalam soal memilih sinonim pendek perlu mempertimbangkan
rasa bahasa.

Penghematan Unsur Kalimat


Lebih efektif dari penghematan kata ialah penghematan melalui struktur kalimat.
Banyak contoh pembikinan kalimat dengan pemborosan kata.
1. Pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, di awal
kalimat; Misalnya:

 “Adalah merupakan kenyataan, bahwa percaturan politik internasional berubah-ubah


setiap zaman”. (Bisa disingkat: “Merupakan kenyataan, bahwa ...”)
 “Apa yang dikatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas”. (Bisa disingkat: “Yang dikatakan
Wijoyo Nitisastro”).

2. Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya
bisa ditiadakan:

Misalnya:
 “Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri”? (Bisa
disingkat: “Akan terus tergantungkah Indonesia“).
 “Baik kita lihat, apa(kah) dia di rumah atau tidak”.
(Bisa disingkat: "Baik kita lihat, dia di rumah atau
tidak").
3. Pemakaian dari sepadan dengan of (Inggris) dalam hubungan milik yang sebenarnya
bisa ditiadakan; juga daripada

Misalnya:
 “Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan”. (Bisa disingkat: “Dalam
hal ini pengertian Pemerintah diperlukan”.
 “Sintaksis adalah bagian daripada tatabahasa”. (Bisa disingkat: “Sintaksis adalah
bagian tatabahasa”).
4. Pemakaian untuk sepadan dengan to (lnggris) yang sebenamya bisa ditiadakan:
Misalnya:
 “Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India”. (Bisa disingkat: “Uni Soviet
cenderung mengakui...).
 “Pendirian semacarn itu mudah untuk dipahami”. (Bisa disingkat: “Pendirian
semacam itu mudah dipaharni”).
 “GINSI dan Pemerintah bersetuju untuk memperbaruhi prosedur barang-barang
modal” (Bisa disingkat: “GINSI dan Pemerintah bersetuju memperbarui”).
Catatan:
Dalam kalimat: “Mereka setuju untuk tidak setuju”, kata untuk demi kejelasan
dipertahankan.

5. Pemakaian adalah sepadan dengan is atau are (Inggris) tak selamanya


perlu: Misalnya:

 “Kera adalah binatang pemamah biak” (Bisa disingkat “Kera binatang


pemamah biak”).
Catatan: Dalam struktur kalimat lama, adalah ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan,
misalnya dalam kalimat: “Pikir itu pelita hati”. Kita bisa memakainya, meski lebih baik
dihindari. Misalnya kalau kita harus menerjemahkan “Man is a better driver than woman”,
bisa mengacaukan bila disalin: “Pria itu pengemudi yang lebih baik dari wanita”.
6. Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa
dihapuskan, kalau ada keterangan waktu. Misalnya:

 “Presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear”. (Bisa disingkat: “Presiden
besok meninjau pabrik”).
 “Tadi telah dikatakan.....” (Bisa disingkat: “Tadi dikatakan”)
 “Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri”. (Bisa disingkat: “Kini Clay
mempersiapkan diri”).
7. Pembubuhan bahwa sering bisa
ditiadakan: Misalnya:

 “Gubemur Ali Sadikin membantah desas-desus yang mengatakan bahwa ia akan


diganti”.
 “Tidak diragukan lagi bahwa ia lah orangnya yang tepat”. (Bisa disingkat:
“Tak diragukan lagi, ia lah orangnya yang tepat”).
Catatan: Sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma, atau pembuka (:), bila
perlu.

8. Yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang juga bisa ditiadakan
dalam konteks kalimat tertentu.

Misalnya:
 “Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia”. (Bisa
disingkat: “Indonesia harus menjadi tetangga baik Australia”).
 “Kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia”.

9. Pembentukan kata benda (ke + .... + an atau pe + .... + an) yang berasal dari kata kerja
atau kata sifat, kadang, meski tak selamanya, menambah beban kalimat dengan kata yang
sebenarya tak perlu.
Misalnya:
 “PN Sandang menderita kerugian Rp 3 juta”. (Bisa dirumuskan: “PN Sandang rugi
Rp 3 juta”).
 “Ia telah tiga kali melakukan penipuan terhadap saya” (Bisa disingkat: "Ia telah tiga
kali menipu saya”).

Kejelasan
Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar penghematan dalam menulis,
di bawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas membutuhkan
dua prasyarat:
1. Si penulis harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan pura-pura
paham atau belum yakin benar akan pengetahuannya sendiri.
2. Si penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.
Kejelasan Unsur Kata
1. Berhemat dengan kata-kata asing.

Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya:
income per capita, Meet the Press, steam-bath, midnight show, project officer, two China
policy, floating mass, program-oriented, floor-price, City Hall, upgrading, the best photo of
the year, reshuffle, approach, single, seeded dan apa lagi. Kata-kata itu sebenarnya bisa
diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja. Sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran
bahasa Inggris sedang merosot, bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca koran Indonesia
akan terasing dari informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi
jika diingat rakyat kebanyakan memahami bahasa Inggris sepatah pun tidak.
Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemahkan kata-kata asing yang relatif mudah
diterjemahkan harus segera dimulai. Tapi sementara itu diakui: perkembangan bahasa tak
berdiri sendiri, melainkan ditopang perkembangan sektor kebudayaan lain. Maka sulitlah
kita mencari terjemahan lunar module feasibility study, after-shave lotion, drive-in, pant-
suit, technical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterpeneur, boom,
longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll., karena pengertian-pengertian itu
tak berasal dari perbendaharaan kultural kita. Walau ikhtiar mencari salinan Indonesia yang
tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan “cutbrai”) tetap perlu.
2. Menghindari sejauh mungkin akronim.
Setiap bahasa mempunyai akronim, tapi agaknya sejak 15 tahun terakhir, pers
berbahasa Indonesia bertambah-tambah gemar mempergunakan akronim, hingga sampai
hal- hal yang kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat: menyingkat ucapan dan
penulisan dengan cara yang mudah diingat. Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya
jarang bersukukata tunggal dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf,
kecenderungan membentuk akronim memang lumrah. “Hankam”, “Bappenas”, “Daswati”,
“Humas” memang lebih ringkas dari “Pertahanan & Keamanan”, “Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional”, “Daerah Swantara Tingkat” dan “Hubungan Masyarakat”.
Tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja
membikin akronim sendiri dan terlalu sering. Di samping itu, perlu diingat ada yang
membuat akronim untuk alasan praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan
ketentaraan), ada yang membuat akronim untuk bergurau, mengejek dan mencoba lucu
(misalnya di kalangan remaja sehari-hari: “ortu” untuk “orangtua”; atau di pojok koran:
“keruk nasi” untuk “kerukunan nasional”) tapi ada pula yang membuat akronim untuk
menciptakan efek propaganda dalam permusuhan politik: (misalnya “Manikebu” untuk
“Manifes Kebudayaan”, “Nekolim” untuk “neo-kolonialisme”, “Cinkom” untuk “Cina
Komunis”, “ASU” untuk “Ali Surachman”).
Bahasa jumalistik, dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis terakhir itu.
Juga akronim bahasa pojok sebaiknya dihindarkan dari bahasa pemberitaan, misalnya
“Djagung” untuk “Djaksa Agung”, “Gepeng” untuk “Gerakan Penghematan”, “sas-sus”
untuk “desas-desus”. Karena akronim bisa mengaburkan pengerian kata-kata yang
diakronimkan.

Kejelasan Unsur Kalimat


Seperti halnya dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika dilakukan
dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya kalimat-kalimat
majemuk yang paling panjang anak kalimatnya; terlebih-lebih lagi, jika kalimat majemuk
itu kemudian bercucu kalimat.
Tugas praktikum Kelompok
Mahasiswa di mata kuliah dasar jurnalistik, diwajibkan menyelesaikan
penulisan berita dengan bahasa jurnalistik yang baik secara berkelompok dengan
deskripsi tugas di bawah ini.
1 Penilaian aspek keterampilan kognitif - Dari hasil peliputan yang pernah dikerjakan,
tinjau ulang tulisan tersebut dengan menggunakan kaidah penulisan berita
jurnalistik.
2 Penilaian aspek keterampilan kognitif - Temukan kalimat yang masih dianggap
“boros kata” dan ganti dengan memilih bahasa yang efektif dengan diksi yang
sesuai dengan penulisan berita.

Penilaian dan Kendali Praktikum


Mahasiswa Dosen Uraian Paraf Dosen
Pengampu Kegiatan Pembimbing/Pengampu

.
MODUL PRAKTIKUM
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI 1
Lab. Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FOTO JURNALISTIK
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu:
1 Mahasiswa bisa memahami jenis foto jurnalistik.
2 Mahasiswa dapat membuat foto jurnalistik berdasarkan news value, pengaturan dasar fotografi
(ISO, SS, dan Diafragma), dan komposisi dalam fotografi.
3 Mahasiswa dapat membuat caption foto berdasarkan berita yang telah dibuat.

INGAT: FOTO JURNALISTIK MERUPAKAN BAGIAN TAK TERPISAHKAN DARI JURNALISME.


OLEH KARENA ITU, KODE ETIK DAN NEWS VALUE JUGA BERLAKU SAMA

Pendahuluan
Foto jurnalistik merupakan bagian tak terpisahkan dari jurnalisme secara keseluruhan.
Sebuah laporan berita seringkali ditopang dengan foto jurnalistik untuk menguatkan pesan dari berita. Hal
ini akan mendorong pembaca memungkinkan dapat menangkap pesan lebih efektif.
Foto jurnalistik kebanyakan ditempatkan sebagai pelengkap berita. Namun, ada juga foto
jurnalistik yang berdiri secara terpisah dan menjadi berita itu sendiri. Kuatnya news value dalam foto
jurnalistik, memungkinkan menjadikan foto sebagai berita itu sendiri. Tentu saja, harus ditopang dengan
keterangan foto (caption).
Untuk memilih tindakan dalam kaitannya dengan foto jurnalistik, maka diperkenalkan suatu
metode sebagai pembimbing dalam setiap penugasan atau pengembangan konsep, yang dikenal dengan
metode EDFAT, yang terdiri dari unsur-unsur:
1. Entire dikenal dengan established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu
melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan yang lain, untuk mengintai bagian-bagian mana
yang dipilih sebagai obyek.
2. Detail suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap
ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point
of interest.
3. Frame, suatu tahapan di mana kita membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini
mengantar seorang calon pewarta foto mengenal arti suatu komposisi, pola tekstur, dan bentuk
obyek pemotretan yang akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.

4. Angle, tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri
dan kanan, serta cara melihat. Fase ini penting untuk mengkonsepkan visual apa yang diinginkan.
5. Time, tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan
atas keempat tingkatan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau
memilih ketajaman ruang adalah suatu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.
Penggolongan Foto Jurnalitsik berdasarkan kepentingan pemuatan:
1. Ilustratif, yaitu foto yang tampil di media massa hanya sebagai ilustrasi dari tulisan yang dimuat.

2. Dokumentatif, yaitu foto yang ditampilkan untuk menunjang tulisan yang dimuat dan
bersifat dokumentasi dari suatu peristiwa lampau yang dapat mendukung tulisan.
3. Ekspresif, yaitu jenis foto jurnalistik yang mampu mengkomunikasikan suatu peristiwa yang
baru terjadi walau tanpa tulisan.
Jenis-jenis foto jurnalistik
1. Foto Hard News
Sama seperti ciri khas dari berita hard news, foto hard news bersifat aktual dan terikat dengan
waktu. Jika tidak cepat terbit, foto tersebut bisa basi atau tidak penting lagi. Mengapa? Karena, biasanya
foto hard news terbit untuk melengkapi dan menjelaskan berita aktual. Jika tidak diterbitkan secara cepat,
nilai dari foto tersebut akan berkurang karena kejadian yang ditangkap sudah lewat. Pembaca akan merasa
bahwa foto tersebut sudah tidak penting untuk dilihat lebih lanjut. Contoh foto hard news adalah foto
kebakaran, kecelakaan, demonstrasi, dan lain-lain.

2. Foto Feature
Foto feature juga berarti foto soft news. Foto feature adalah kebalikan dari foto hard news, yaitu
bisa muncul kapan saja karena tidak terikat oleh waktu. Foto feature bersifat faktual sehingga bisa
dinikmati kapan pun. Contoh dari foto feature adalah foto kesenian, upacara adat, dan lain-lain.
3. Foto Potret

Fokus utama dari foto jenis ini adalah manusia. Dengan melihat foto potret, pembaca bisa melihat
secara jelas ekspresi dari subjek di foto tersebut. Oleh karena itu, foto potret bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan. Fotografer harus bisa menangkap ekspresi wajah si subjek agar pembaca bisa memaknai
ekspresi tersebut.
4. Foto Ilustrasi

Maksud dari foto ilustrasi bukanlah bentuk ilustrasi berupa gambar-gambar. Foto ilustrasi yang
dimaksud adalah foto yang digunakan sebagai pelengkap berita. Foto ilustrasi digunakan untuk
memberikan pembaca gambaran umum tentang isi dari berita tersebut. Contohnya adalah berita tentang
bisnis restoran dan foto ilustrasi yang bisa digunakan untuk berita tersebut adalah gambar restoran.
5. Foto Esai

Foto esai adalah deretan foto yang menjelaskan suatu peristiwa. Pada umumnya, foto esai
didampingi dengan narasi pendek yang menjelaskan suatu peristiwa secara singkat. Dengan melihat
deretan foto tersebut, pembaca bisa membayangkan peristiwa atau kejadian yang diceritakan. Jika salah
satu foto dari deretan tersebut dihilangkan, kronologis atau cerita dari peristiwa tersebut bisa berubah atau
terasa tidak lengkap. Contohnya adalah foto-foto di bawah ini. Kumpulan foto tersebut menunjukkan
proses tes fisik calon tentara India. Dapat dilihat bahwa foto-foto tersebut menunjukkan sebuah kejadian.
Jika salah satu foto dihilangkan, satu tes fisik berarti hilang dan kurang bisa menunjukkan kejadian
aslinya.
6. Foto Seri

Foto seri mirip dengan foto esai, yaitu kumpulan foto yang menjelaskan suatu peristiwa. Bedanya
adalah setiap foto berdiri sendiri. Jadi, dihilangkannya satu foto tidak akan mengganggu atau mengubah
cerita dari sebuah peristiwa. Contohnya adalah foto seri yang memiliki tema “Kerja Keras”. Di bawah ini
adalah contoh kumpulan foto yang mencitrakan tema tersebut. Jika salah satu foto dihilangkan, tema
tersebut tidak akan hilang karena setiap foto berdiri sendiri dan tetap bisa terkait dengan tema tersebut.
7. Foto Sekuens

Foto sekuens adalah beberapa foto yang menjelaskan terjadinya suatu peristiwa secara kronologis.
Setiap potongan foto menjelaskan kejadian setelah foto sebelumnya. Foto sekuens juga bisa dilihat seperti
potongan gambar dari video, padahal bukan. Bisa terlihat seperti itu karena pengambilan gambar
dilakukan secara cepat saat peristiwa tersebut terjadi. Contohnya adalah kumpulan foto di bawah ini.
Dapat dilihat bahwa foto-foto tersebut memperlihatkan kronologis jatuhnya perempuan dan polisi.

MEMBUAT FOTO JURNALISTIK


Saat membuat foto jurnalistik, anda harus membayangkan pesan utama yang ingin disampaikan
pada pembaca. Dalam jurnalisme, pesan utama ini biasanya tidak lepas dari angle yang dituliskan pada
berita. Jika sebuah berita menuliskan kondisi pasar sepi pengunjung, maka dalam foto jurnalistik juga
harus ditampilkan visualisasi pasar yang sepi pengunjung. Bukan sebaliknya.
Secara teknis, membuat foto jurnalistik harus memerhatikan aspek teknis (angle,
pencahayaan, komposisi, momentum), aturan dasar dalam jurnalisme (nilai berita, kode etik), serta
keterangan foto (caption).
Beberapa aspek teknis yang harus
diperhatikan:

Angle merupakan sudut pengambilan gambar yang digunakan oleh fotografer dalam menangkap objek.
Jika angle dalam berita berbasis teks, angle dalam fotografi terletak pada sudut kamera dan objek yang
dipotret. Secara umum, angle dalam foto jurnalistik terdiri dari low angle, mid/eye level angle, dan eagle
eye angle. Masing-masing pemilihan angle memiliki motivasi dan karenanya dapat menghasilkan kesan
spesifik di benak pembaca. Low angle biasanya digunakan untuk menunjukkan objek yang punya
kekuasaan. Eye level angle digunakan untuk memberi kesan objek yang standard atau objektif sesuai
dengan keadaan. Eagle eye
angle digunakan untuk memberikan kesan objek yang lemah atau menunjukkan keadaan lingkungan
secara umum.

Pencahayaan merupakan elemen kunci dalam fotografi. Tanpa cahaya, objek tidak dapat ditangkap.
Pada prinsipnya, saat anda mengambil gambar, harus searah dan tidak boleh berhadapan langsung
dengan
cahaya. Dalam fotografi, pencahayaan dapat diatur berdasarkan intensitas cahaya yang masuk, baik
melalui sumber cahaya (berupa lampu atau cahaya alami/matahari), pengaturan diafragma, ISO, dan
Shutter speed (bukaan/rana).
Diafragma merupakan pengaturan secara teknis yang terdapat dalam lensa kamera. Semakin besar
diafragma (angka f-kecil), cahaya yang masuk ke lensa akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya.
ISO merupakan ukuran kepekaan terhadap cahaya. Besar kecilnya ISO harus melihat kondisi
pencahayaan di lingkungan objek ditangkap. Jika cahaya redup, gunakan ISO tinggi, begitu juga
sebaliknya. Konsekuensi penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise. Selanjutnya, shutter speed
digunakan untuk mengontrol kecepatan rana dengan kecepatan subjek foto. Dari efek gerak itu, bias bisa
dibuat dalam beberapa cara. Pertama, dengan kecepatan rana lebih tinggi daripada subjek foto. Hasilnya
ialah foto freeze --subjek bergerak seolah-olah jadi berhenti atau membeku. Kedua, dengan kecepatan
rana lebih rendah daripada subjek foto. Hasilnya ialah foto shaking --dengan efek buram pada pergerakan
subjek; atau foto panning -- bergeser mengikuti subjek foto yang bergerak agar subjek terlihat tajam,
dengan background buram, sehingga kesan pergerakan subjek terasa kuat.
Aturan dasar Komposisi

Frame penuh
Penggunaan bingkai penuh ini berguna untuk menempatkan objek sebagai poin utama. Jika objek yang
dipotret memiliki background yang mengganggu dan justru mengaburkan objek utama, potong dengan
ketat (cropping) di sekitar titik fokus utama. Hilangkan latar belakang sehingga semua perhatian jatuh pada
objek. Komposisi penuh ini dapat menghasilkan objek yang lebih intim dan fokus. Memotret di lokasi
yang sibuk hanya akan menyebabkan gangguan. Biasanya komposisi ini dipakai untuk tipe foto portrait
yang lebih fokus pada wajah objek yang diambil. Anda harus mengisi bingkai, menyelaraskannya dengan
hati-hati untuk memastikannya lurus.

Jangan Potong Anggota Badan


Awasi ujung-ujung bingkai Anda untuk memastikan anggota badan objek tidak terpotong. Memotong
bagian tubuh dari objek tidak hanya akan merusak foto, juga dapat mendorong pembaca untuk memiliki
penafsiran lain di luar pesan yang anda tampilkan di dalam foto.

Memahami rule of thirds


Yang paling mendasar dari semua aturan fotografi adalah the rule of thirds, yaitu tentang pembagian
objek dalam frame di titik imajiner. Aturan ini menempatkan frame menjadi sembilan bagian yang sama
dengan serangkaian garis vertikal dan horizontal. Dengan bingkai imajiner, anda harus menempatkan ele
men paling penting dalam bidikan anda di salah satu garis atau di mana garis bertemu. Ini adalah teknik
yang bekerja dengan baik untuk lanskap karena Anda dapat memposisikan cakrawala pada salah satu garis
horizontal yang berada di bagian bawah dan atas foto sementara Anda subjek vertikal (pohon dll.) Dapat
ditempatkan di salah satu dari dua garis vertikal.
Gunakan Bingkai
Frame memiliki berbagai kegunaan pada komposisi. Frame dapat mengisolasi objek yang anda bidik dan
menarik mata langsung ke objek. Melalui framing ini, anda dapat menyembunyikan item yang
tidak diinginkan di belakangnya, memberikan kedalaman gambar, dan membantu menciptakan konteks.
Bingkai dalam fotografi dapat memanfaatkan elemen-elemen teknis (jembatan, lengkungan, dan
pagar), alami (cabang pohon, batang pohon) atau bahkan manusia (lengan seseorang yang digerakkan di
sekitar wajah).

Maksimalkan Lead Dalam Garis / Bentuk


Mata kita secara tidak sadar ditarik sepanjang garis dalam gambar sehingga dengan memikirkan tentang
bagaimana, di mana dan mengapa Anda menempatkan garis pada gambar Anda akan mengubah cara
audiens Anda melihatnya. Sebuah jalan, misalnya, mulai dari satu ujung tembakan dan meliuk ke ujung
jauh akan menarik mata melalui adegan. Anda dapat memposisikan berbagai titik fokus di sepanjang garis
Anda atau hanya memiliki satu fokus area utama di ujung garis Anda yang akan menjadi mata. Bentuk
dapat digunakan dengan cara yang sama, misalnya, bayangkan segitiga dan posisikan tiga titik fokus pada
akhir setiap titik di mana garis-garis bentuk bertemu. Dengan melakukan itu, Anda menciptakan
keseimbangan dalam bidikan Anda serta membimbing mata secara halus.

Sederhanakan - Kenali Fokus Anda


Memiliki terlalu banyak hal yang terjadi dalam bingkai Anda dapat berarti orang yang melihatnya hanya
terus mencari titik fokus dan segera bosan melihat ketika mereka tidak dapat menemukannya. Ini tidak
berarti
Anda tidak dapat memiliki titik fokus sekunder, itu hanya berarti Anda harus melakukan segala upaya
untuk memastikan mereka tidak mencuri semua pusat perhatian. Lihatlah tutorial kami tentang
penggunaan tempat menarik dalam fotografi untuk informasi lebih lanjut tentang ini.

Perhatikan Latar Belakang


Objek yang tidak sedap dipandang, area yang terlalu terang atau area dan blok / titik warna cerah
semuanya akan menarik mata dari apa yang dimaksudkan untuk menjadi fokus jadi perhatikan baik-baik
latar belakang Anda sebelum Anda mengambil bidikan Anda dan jika mungkin, temukan latar belakang
yang tidak sangat mencolok. Jika Anda mengerjakan potret, pastikan tidak ada benda yang tidak
diinginkan menonjol di kepala subjek Anda dan kecuali jika itu menambah bidikan, buang latar belakang
tidak fokus. Untuk melakukan ini, pilih aperture yang lebih luas jika bekerja dengan DSLR atau pilih
Mode Potret pada kamera kompak untuk memberi tahu Anda ingin bekerja dengan aperture yang lebih
luas. Jika Anda bekerja dengan tanaman dan bunga, cobalah membuat latar belakang Anda sendiri dari
kartu dan material yang dapat dimasukkan ke dalam tas Anda di samping perlengkapan kamera Anda.

Cari Simetri / Pola


Mengisi bingkai Anda dengan pola yang berulang membuat tembakan lebih berdampak, membesar-
besarkan ukuran / jumlah objek yang Anda potret. Bidikan, di mana ada simetri di dalamnya seperti tiang
lampu yang melapisi kedua sisi jalan, garis panjang pohon atau serangkaian lengkungan, juga dapat
digunakan untuk memandu mata ke satu titik. Ingatlah bahwa Anda memerlukan titik fokus di akhir
bidikan Anda, jika tidak bidikan tidak akan berfungsi dengan baik. Simetri juga dapat melibatkan objek
yang tidak terkait yang menyerupai satu sama lain dalam bentuk, warna atau tekstur. Untuk menjadi
berbeda, pecahkan pola berulang dengan satu bentuk / warna yang menonjol dari yang lain. Anda mungkin
harus bermain-main untuk melihat bagaimana memposisikan 'yang aneh' mengubah komposisi / perasaan
tembakan Anda.

Buat Kedalaman
Memiliki detail depan, tengah dan latar belakang akan menambah kedalaman pada gambar Anda serta
menarik mata melalui gambar. Elemen-elemen komposisi yang saling melengkapi, misalnya dengan
warna atau asosiasi, bekerja dengan baik tetapi hati-hati dengan ukuran objek yang Anda gunakan dan
bagaimana Anda menempatkannya karena Anda tidak ingin bidikan terlempar tidak seimbang. Anda tidak
ingin batu di latar depan bidikan lanskap Anda, misalnya, mengalihkan pandangan dari bukit dan gunung
di latar belakang. Menambahkan air ke latar depan juga dapat meringankan bidikan Anda serta
menambahkan elemen menarik yang mencerminkan langit kembali keluar.

Tugas praktikum Kelompok


Mahasiswa di mata kuliah dasar jurnalistik, diwajibkan menyelesaikan penulisan
berita dengan bahasa jurnalistik yang baik secara berkelompok dengan deskripsi tugas di bawah
ini.

1 Penilaian aspek keterampilan afektif sampai psikomotorik - Buatlah foto jurnalistik dan
sebutkan news value yang digunakan berdasarkan peristiwa yang diliput.
2 Penilaian aspek keterampilan afektif sampai psikomotorik - Buatlah foto jurnalistik dengan
menyebutkan pengaturan dasar fotografi (ISO, SS, dan Diafragma), dan komposisi dalam
fotografi.
3 Penilaian aspek keterampilan psikomotorik - Buatlah caption foto berdasarkan berita yang
telah dibuat.

Mahasiswa Dosen Pengampu Uraian Kegiatan Paraf Dosen


Pembimbing/Pengampu

Anda mungkin juga menyukai