net/publication/316472731
Fauna Anopheles
CITATIONS READS
0 1,486
12 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mara Ipa on 26 April 2017.
Heni Prasetyowati
Yuneu Yuliasih
Endang Puji Astuti
Mara Ipa
Roy Nusa RES
Rohmansyah WN
Hubullah Fuadzy
Rina Marina
Joni Hendri
Djani H. W. Hermanus
Asep Jajang K.
Pandji Wibawa D.
Firda Yanuar Pradani
Lukman Hakim
Marliah Santi HR.
Heni Prasetyowati
Lukman Hakim
(Editor)
Health Advocacy
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Bekerja sama dengan;
Loka Litbang P2B2 Ciamis
FAUNA ANOPHELES
Penulis:
Heni Prasetyowati, Yuneu Yuliasih, Endang Puji Astuti, Mara Ipa
Roy Nusa RES, Rohmansyah WN, Hubullah Fuadzy, Rina Marina
Joni Hendri, Djani H. W. Hermanus, Asep Jajang K., Pandji Wibawa D.,
Firda Yanuar Pradani, Lukman Hakim, Marliah Santi HR.
Editor:
Heni Prasetyowati
Lukman Hakim
Diterbitkan oleh:
Health Advocacy
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Jl. Kalibokor 2/45 Surabaya
Email: healthadvocacy@information4u.com
ii
KATA PENGANTAR
Semangat Pagi!
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat selesai
menyusun buku ini. Buku ini merupakan kumpulan hasil
penelitian, pengamatan dan kegiatan kami di Loka Litbang
P2B2 Ciamis. Penyebaran hasil penelitian dan tuntutan
masyarakat akan pentingnya informasi penyakit tular
vektor terutama malaria menjadi tujuan utama buku ini
kami buat. Di dalam buku ini berisi mengenai berbagai
informasi mengenai nyamuk Anopheles, peranan dan
faunanya sebagai vektor penyakit di beberapa berbagai
tempat di Indonesia.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih karena tanpa bantuan dari berbagai pihak
mungkin kami tak akan mampu menyelesaikan buku ini.
Kedepan, semoga buku tentang Fauna Anopheles ini
bermanfaat bagi masyarakat dan mampu menjadi acuan
bagi masyarakat ilmiah yang membutuhkan informasi
mengenai penyakit tular vektor.
Sungguh kami menyadari bahwa buku ini jauh dari
sempurna. Masih banyak kekurangan dan berbagai
macam kesalahan, untuk itu segala macam kesalahan
dalam buku ini kami memohon maaf atasnya. Tidak ada
iii
gading yang tak retak, kami menerima semua komentar,
kritik, saran dan pesan-pesan yang dapat membangun
kami untuk lebih baik dalam mengeluarkan edisi buku yang
berikutnya.
Salam,
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Daftar isi v
v
Bab 5. Anopheles spp. di Kecamatan Amurang, 63
Kabupaten Minahasa Selatan,
Sulawesi Utara
Joni Hendri, Djani H. W. Hermanus
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 5.2. Kelimpahan Nisbi Spesies Anopheles 67
spp. yang Tertangkap Malam Hari
dengan Berbagai Metode Penangkapan
Tabel 6.1. Jumlah dan Spesies Nyamuk Anopheles 76
yang Tertangkap di Desa Modu
Waimaringu
Tabel 7.1. Jenis dan Jumlah Masing-Masing Jenis 86
Nyamuk Anopheles spp. yang
Tertangkap pada 10 Kali Pengamatan
per Metode Penangkapan
Tabel 7.2. Korelasi Kelimpahan Jenis dengan 91
Faktor Lingkungan (Suhu dan
Kelembaban)
Tabel 9.1. Distribusi Bionomik Anopheles spp. di 121
Indonesia
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 2.3. Kelimpahan Nisbi Nyamuk 29
Anopheles spp. per Metode Survai
di Desa Sagara, Kec. Cibalong, Kab.
Garut Tahun 2005
Gambar 2.4. Kelimpahan Nisbi Nyamuk 30
Anopheles spp. per Metode di Desa
Maroko, Kec. Cibalong, Kab. Garut,
Jawa Barat Tahun 2005
Gambar 4.1. Jumlah Penderita Malaria di 53
Provinsi Jambi pada Tahun 2005-
2008
Gambar 7.1. Jumlah Nyamuk Anopheles spp. 87
Tertangkap dengan Metode Umpan
Orang pada 10 Kali Penangkapan
Gambar 7.2. Jumlah Nyamuk Anopheles spp. 89
Tertangkap dengan Metode Resting
di Kandang pada 10 Kali
Penangkapan
Gambar 7.3.a. Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk 90
Anopheles spp. dan Suhu pada 10
Kali Penangkapan
Gambar 7.3.b. Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk 90
Anopheles spp. dan Kelembaban
pada 10 kali penangkapan
Gambar 8.1. Lokasi Desa Tapandullu dan Desa 104
Sumare, Kecamatan Simboro,
Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat
x
Gambar 8.2. Rata-rata Kepadatan Menggigit per 108
Jam Nyamuk An. subpictus Hasil
Penangkapan di Alam Pagi Hari di
Desa Tapandullu, Kecamatan
Simboro, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat
Gambar 8.3. Angka Kesakitan Malaria Klinis 111
Bulanan (MoMI) per Desa di
Wilayah Puskemas Rangas,
Kecamatan Simboro, Kabupaten
Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat
Gambar 9.1. Peta Penyebaran Anopheles spp. 118
Vektor Malaria di Indonesia
Gambar 9.2. Skema Distribusi Nyamuk 119
Anopheles spp. Berdasarkan
Karakteristik Topografi dan
Penggunaan Lahan di Pulau
Jawa
xi
xii
Bab 1.
Anopheles dan Peranannya
sebagai Vektor Penyakit Malaria
di Beberapa Daerah di Indonesia
Heni Prasetyowati, Yuneu Yuliasih
PENDAHULUAN
Kasus malaria di Indonesia termasuk tinggi karena
masih terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang
mengakibatkan 30.000 orang meninggal dunia (Depkes,
2003), dan pada tahun 2010 mencapai 1,96 per 1.000
penduduk, dan sejak 4 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Malaria umumnya ditemukan di daerah-
daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari
kelompok ekonomi berpenghasilan rendah. Di Jawa dan
Bali meningkat dari 0,12 per 1.000 penduduk pada tahun
1997 menjadi 0,52 per 1.000 penduduk pada tahun 1999,
pada tahun 2001 meningkat lagi menjadi 0,62 per 1000
penduduk dan pada tahun 2002 turun menjadi 0,47 kasus
per 1.000. Di luar Jawa dan Bali juga meningkat dari 16,0
per 1.000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 25,0 per
1
Fauna Anopheles
2
Fauna Anopheles
3
Fauna Anopheles
Gambar 1.1.
Morfologi Larva Anopheles spp.
Sumber : wisebrain.info
Berbeda dengan spesies nyamuk lain, telur nyamuk
Anopheles mempunyai pelampung dan diletakkan satu per
satu terpisah di permukaan air. Telur yang baru diletakkan
berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berubah menjadi
hitam (Hoedojo, 2000). Telur menetas menjadi larva
dengan ciri khas tidak mempunyai tabung udara (siphon),
beberapa ruas abdomen memiliki bulu kipas, pada
beberapa ruas abdomen terdapat tergal plate, adanya
4
Fauna Anopheles
Gambar 1.2.
Perbedaan Fase Perkembangan Nyamuk Anopheles
dengan Genera yang Lain.
Sumber : cc.shsmu.edu.cn
5
Fauna Anopheles
6
Fauna Anopheles
Gambar 1.3.
Morfologi Nyamuk Anopheles Betina Dewasa
Sumber : www.enchantedlearning.com
BIONOMIK ANOPHELES
Kehidupan pradewasa (telur, larva , pupa) nyamuk
Anopheles berada di air, pemilihan macam tempat
genangan air dilakukan secara genetik oleh seleksi alam
yang berbeda antar spesies nyamuk. Larva nyamuk
biasanya berkumpul pada bagian-bagian dimana diperoleh
makanan dan terlindung terutama dari arus air dan
predator.
Telur
Telur Anopheles diletakkan satu persatu di atas
permukaan air, biasanya peletakkan dilakukan pada malam
hari. Telur berbentuk seperti perahu yang bagian
7
Fauna Anopheles
Gambar 1.4.
Telur Anopheles dengan Pelampung di Kedua Sisinya
Sumber : impact.malaria.com
8
Fauna Anopheles
Larva
Larva nyamuk mempunyai 4 bentuk (instar)
pertumbuhan yang masing-masing instar mempunyai
ukuran dan bulu yang berbeda (Santoso, 2002). Stadium
larva Anopheles yang di tempat perindukan tampak
mengapung sejajar dengan permukaan air dengan spirakel
selalu kontak dengan udara luar. Sekali-sekali larva
Anopheles mengadakan gerakan-gerakan turun ke dalam/
bawah air untuk menghindari predator/musuh alaminya,
atau karena adanya rangsangan di permukaan seperti
gerakan-gerakan dan lain-lain. Untuk perkembangan
hidupnya, larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan
yang mengandung makanan antara lain mikroorganisme
terutama bakteri, ragi dan protozoa yang cukup kecil
sehingga dapat dengan mudah masuk mulutnya (Santoso,
2002).
Gambar 1.5.
Larva Anopheles
Sumber :
fmel.ifas.ufl.edu
9
Fauna Anopheles
Pupa
Stadium pupa merupakan masa tenang, umumnya
tidak aktif tapi dapat juga melakukan gerakan-gerakan
yang aktif. Apabila sedang tidak aktif, pupa berada
mengapung di permukaan air. Kemampuannya mengapung
disebabkan adanya ruang udara yang cukup besar di sisi
bawah sefalotoraks.
Pupa tidak menggunakan rambut dan kait untuk
melekat pada permukaan air, tetapi dengan bantuan dua
terompet yang cukup besar yang berfungsi sebagai spirakel
dan dua rambut panjang stellate yang berada pada segmen
satu abdomen (Santoso, 2002). Pupa mempunyai tabung
pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar
dan pendek dan digunakan untuk pengambilan O2 dari
udara (Gandahusada, 1998). Perubahan dari pupa menjadi
dewasa biasanya antara 24 jam sampai dengan 48 jam
tergantung pada kondisi lingkungan terutama suhu
(Santoso, 2002).
10
Fauna Anopheles
Gambar 1.6.
Pupa Anopheles
Sumber : medent.usyd.edu.au
Nyamuk Dewasa
Pada stadium dewasa, palpus nyamuk jantan dan
betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang
probosis. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas
palpus bagian apikal berbentuk gada (club form),
sedangkan pada nyamuk betina ruas tersebut mengecil.
Sayap pada bagian pinggir (costa dan vena) ditumbuhi
sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran
belang-belang hitam dan putih. Di samping itu, bagian
ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian
posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan juga
tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi sedikit melancip
(Gandahusada, 1998).
11
Fauna Anopheles
Gambar 1.7.
Perbedaan Anopheles Jantan dan Betina
Sumber : itg.content-e.eu
12
Fauna Anopheles
14
Fauna Anopheles
15
Fauna Anopheles
Gambar 1.8.
Siklus Hidup Plasmodium dalam Tubuh Nyamuk dan Manusia
Sumber : hmkuliah.wordpress.com
16
Fauna Anopheles
17
Fauna Anopheles
18
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2005. Manajemen Berbasis Lingkungan (Solusi Mencegah
dan Menanggulangi Penyakit Menular). Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Bruce-Chwatt L.J. 1985. Essential Malariology 2nd edition.
William Heinemann Medical Books Ltd London.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Tatalaksana Kasus
Malaria. Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber
Binatang, Direktorat Jenderal PPM&PLP.
Depkes RI. 2006. Profil Kegiatan Program Pengendalia Penyakit
Bersumber Binatang tahun 2005, Dirjen PP&PL . Jakarta
19
Fauna Anopheles
20
Fauna Anopheles
21
Fauna Anopheles
22
Bab 2.
Fauna Nyamuk Anopheles di Wilayah Pantai
dan Perkebunan Kecamatan Cibalong
Kabupaten Garut
Endang Puji Astuti, Mara Ipa
PENDAHULUAN
Malaria di Indonesia saat ini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat terutama di beberapa
wilayah rural atau terisolir. Penyakit ini banyak menyerang
usia produktif yang dapat mengakibatkan menurunnya
tingkat produktivitas, sehingga memberikan dampak pada
sosial ekonomi masyarakat terutama di wilayah endemis
dengan tingkat perekonomian rendah. Penyebaran
malaria disebabkan berbagai faktor antara lain agent,
perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat
dan resistensi obat. selain itu juga karena keterbatasan
jangkauan pelayanan kesehatan. Malaria tetap menjadi
indikator upaya pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) sampai tahun 2015.
23
Fauna Anopheles
24
Fauna Anopheles
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Sagara dan Desa
Maroko Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut selama
delapan bulan, pada Bulan Mei sampai dengan Bulan
25
Fauna Anopheles
HASIL PENELITIAN
Jumlah nyamuk Anopheles spp. tertangkap di Desa
Sagara selama 8 (delapan) kali survai adalah 205 ekor,
terdiri dari 7 (tujuh) spesies yaitu Anopheles aconitus, An.
annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. sundaicus, An.
tesselatus dan An. vagus. Nyamuk yang paling banyak
tertangkap dengan metode umpan orang dan resting
kandang adalah An. sundaicus (80 ekor) dan An. vagus (72
ekor).
Nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap di Desa
Maroko lebih sedikit dibandingkan di Sagara yaitu 49 ekor,
terdiri dari 6 (enam) spesies yaitu An. aconitus, An.
barbirostris, An. kochi, An. maculatus, An. minimus dan
An. vagus. Nyamuk dominan yang tertangkap adalah An.
barbirostris (17 ekor) dan An. vagus (15 ekor).
Nyamuk An. vagus ditemukan di kedua desa
dengan kepadatan yang dominan. Nyamuk An. aconitus
juga ditemukan di kedua lokasi tersebut, namun di Desa
Sagara jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan
spesies lainnya.
27
Fauna Anopheles
Gambar 2.1.
Fauna Nyamuk Anopheles spp. yang Tertangkap
di Desa Sagara, Kec. Cibalong, Kab. Garut,
Jawa Barat Tahun 2005
Gambar 2.2.
Fauna Nyamuk Anopheles spp. yang Tertangkap
di Desa Maroko, Kec. Cibalong, Kab. Garut,
Jawa Barat Tahun 2005
28
Fauna Anopheles
0,400
0,350
0,300
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
An.annularis An.barbirostris An.kochi An.sundaicus An.tesselatus An.vagus
Rest Kd 0,030 0,035 0,095 0,259 0,035 0,343
Rest Dd 0,000 0,005 0,000 0,085 0,015 0,000
UOL 0,005 0,000 0,005 0,035 0,005 0,000
UOD 0,000 0,000 0,000 0,020 0,015 0,015
Gambar 2.3.
Kelimpahan Nisbi Nyamuk Anopheles spp. per Metode Survai
di Desa Sagara Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut
Tahun 2005
29
Fauna Anopheles
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
aconitus barbirostris kochi maculatus minimus vagus
rest kd 0,08 0,27 0,00 0,00 0,00 0,22
rest dd 0,10 0,02 0,04 0,00 0,00 0,04
uol 0,04 0,02 0,00 0,02 0,00 0,02
uod 0,04 0,04 0,00 0,00 0,02 0,02
Gambar 2.4.
Kelimpahan Nisbi Nyamuk Anopheles spp. per Metode
di Desa Maroko, Kec. Cibalong, Kab. Garut,
Jawa Barat Tahun 2005
30
Fauna Anopheles
PEMBAHASAN
Nyamuk dominan yang ditemukan di desa Sagara
adalah An. sundaicus dengan tempat perkembangbiakkan
sawah air payau dan lagun “Haminteu” yang berjarak
dengan pemukiman penduduk ± 100 m. Kadar garam
(salinitas) rata-rata 4‰, dengan pH rata-rata 6. Kondisi
lagun terang pencahayaan dengan vegetasi padi, semanggi
dan lumut.
Hasil penelitian ini agak berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Sembiring (2005) di Asahan Sumatera
Utara, yang menyebutkan habitat nyamuk An. sundaicus
ditemukan pada daerah yang tidak terpengaruh pasang
surut air laut (PSAL) adalah rawa-rawa terbengkalai yang
ditumbuhi ganggang, rumput air dengan salinitas 0,05 –
1,35 %. Sedangkan daerah yang dipengaruhi PSAL dengan
salinitas 1,45–2,53‰ kurang cocok untuk perkembangan
larva An. sundaicus.
Angka kelimpahan nisbi, An. sundaicus sebagai
tersangka vektor di daerah pantai adalah dominan pada
kebiasaan menggigit manusia di luar rumah (0,035). Hal ini
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Loka Litbang
P2B2 Ciamis, di Desa Pamotan Ciamis yang merupakan
daerah pantai, yang menunjukkan kebiasaan menggigit
nyamuk An. sundaicus di luar rumah lebih tinggi
dibandingkan di dalam rumah (Loka Litbang P2B2 Ciamis,
2004).
31
Fauna Anopheles
32
Fauna Anopheles
KESIMPULAN
Fauna nyamuk Anopheles spp. di Kecamatan
Cibalong Kabupaten Garut adalah An. sundaicus, An.
barbirostris, An. vagus, An. aconitus, An. kochi, An.
maculatus, An. minimus, An. annularis, dan An. tesselatus.
Spesies yang dominan di Desa Sagara yang
merupakan daerah pantai adalah An. sundaicus dengan
tempat perkembangbiakan adalah lagun dan sawah air
payau. Sedangkan yang dominan di Desa Maroko yang
merupakan daerah perkebunan dan hutan adalah nyamuk
33
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Bank Data Pusdatin. [disitasi tanggal 3 Mei 2012].
http://www. bankdata.depkes.go id. 2009.
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Laporan Tahunan P2 Malaria
tahun 2003. Garut. 2004.
Jastal et al. Fauna Nyamuk Anopheles pada Beberapa Tempat di
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dan Peranannya
dalam Penularan Penyakit Malaria. Media Litbang
Kesehatan. vol. 11(1) 2001. DEPKES RI. Jakarta. 2001.
Loka Litbang P2B2 Ciamis. Studi Dinamika Penularan Malaria di
Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis
Jawa Barat. [Laporan]. Ciamis. 2004.
Meomanu, Yukundus. Studi Fauna Anopheles di Kelurahan
Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur. [disitasi 3 Mei 2012].
http://www.fkm.undip.ac.id. 2011.
Mardiana, Shinta et al. Berbagai Jenis Nyamuk Anopheles dan
Tempat Perindukannya yang ditemukan Di Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Vol 12 No 4 (Des) 2002.
ISSN:0853-9987. 2002.
Noor, Efansyah. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa
Sedayu Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Provinsi
Jawa Tengah. [Tesis]. IPB Bogor. 2002.
34
Fauna Anopheles
35
Fauna Anopheles
36
Bab 3.
Fauna Nyamuk Anopheles di Wilayah
Perbukitan Desa Pandean, Kab. Trenggalek
dan Potensinya sebagai Vektor Malaria
PENDAHULUAN
Malaria ada hampir di seluruh daerah di Indonesia,
tersebar di daerah endemis malaria di Jawa–Bali maupun
di luar Jawa–Bali (Depkes RI., 1999). Peningkatan malaria,
salah satunya disebabkan masuknya penderita malaria ke
daerah yang terdapat vektor malaria atau biasa disebut
malariogenic potentia yang dipengaruhi oleh receptivity
dan vulnerability. Receptivity adalah adanya vektor malaria
dalam jumlah besar dan terdapatnya faktor-faktor ekologis
yang memudahkan penularan, sedangkan vulnerability
menunjukkan suatu daerah malaria atau kemungkinan
masuknya seorang atau sekelompok penderita malaria dan
atau vektor yang telah terinfeksi (Harijanto, 2000).
37
Fauna Anopheles
38
Fauna Anopheles
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional (Murti, 1997), dilakukan
selama 11 bulan mulai Februari 2011 sampai dengan
Desember 2011. Pengumpulan nyamuk dewasa dengan
empat metode, yaitu human landing atau umpan orang di
dalam dan di luar rumah, koleksi nyamuk resting di dinding
dan disekitar ternak (kandang) masing-masing dilakukan
oleh 3 orang kolektor selama 12 jam (18.00- 06.00 WIB).
Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi dengan
menggunakan kunci bergambar untuk Anopheles spp.
betina dari Indonesia (O’connor c.t. dan soepanto A.,
2000). Data yang terkumpul dianalisa untuk memperoleh
gambaran frekuensi, kelimpahan nisbi dan angka
dominansi spesies yang tertangkap per metode yang
39
Fauna Anopheles
HASIL PENELITIAN
Desa Pandean memiliki bentang alam yang
didominasi oleh ladang dan persawahan dengan irigasi non
teknis, merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian
antara 420 sampai 610 meter dari permukaan laut,
berjarak sekitar 40 km dari ibu kota kabupaten.
Selama 11 bulan pengumpulan data diperoleh 298
ekor nyamuk Anopheles spp. terdiri dari delapan spesies
(Tabel 3.1) yang diperoleh pada semua metode
penangkapan (Tabel 3.2).
40
Tabel 3.1.
Jenis, Jumlah dan Persentase Nyamuk Tertangkap Bulan Februari-Desember 2011
di Desa Pandean pada Semua Metode Penangkapan.
Bulan
Spesies Jumlah %
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
An. aconitus 1 5 21 76 3 106 5.66
An. annularis 1 1 0.05
An. barbirostris 69 94 120 96 202 160 149 94 18 94 38 1.134 60.60
An. indefinitus 34 5 39 2.08
An. kochi 6 1 4 11 0.58
An. maculatus 6 21 27 1.44
An. umbrosus 2 2 0.10
An. vagus 37 10 504 551 29.44
Total 70 94 120 96 202 160 149 148 84 170 578 1.871 100
41
Tabel 3.2.
Jumlah Nyamuk Tertangkap per Metode Penangkapan
di Desa Pandean Selama Bulan Februari-Desember 2011.
Metode
Spesies Jumlah
DD KD UOD UOL
An. aconitus 1 61 19 25 106
An. annularis 1 1
An. barbirostris 67 993 19 55 1.134
An. indefinitus 1 37 1 39
An. kochi 1 10 11
An. maculatus 21 6 27
An. umbrosus 2 2
An. vagus 9 528 14 551
Total 79 1653 38 101 1.871
% 4.22 88.30 2,00 5.40 100
Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah
KD = Di Sekitar Kandang Ternak
UOD = Umpan Orang Dalam Rumah
UOL = Umpang Orang Luar Rumah
42
Tabel 3.3.
Frekuensi Nyamuk Tertangkap Menurut Spesies dan Metodenya
di Desa Pandean Februari-Desember 2011
Metode
Spesies
KD DD UOD UOL
An. aconitus 0,14 0,01 0,05 0,05
An. annularis 0,01 - - -
An. barbirostris 0,85 0,23 0,06 0,18
An. indefinitus 0,07 0,01 - 0,01
An. kochi 0,06 0,01 - -
An. maculatus 0,07 - - 0,02
An. umbrosus 0,01 - - -
An. vagus 0,17 0,05 - 0,05
Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah
KD = Di Sekitar Kandang Ternak
UOD = Umpan Orang Dalam Rumah
UOL = Umpang Orang Luar Rumah
Tabel 3.4.
Besaran Kelimpahan Nyamuk Tertangkap per Spesies dan
Metodenya di Desa Pandean Februari-Desember 2011
Metode
Spesies
DD KD UOD UOL
An. aconitus 1.27 3.69 50.00 24.75
An. annularis - 0.06 - -
An. barbirostris 84.81 60.07 50.00 54.46
An. indefinitus 1.27 2.24 - 0.99
An. kochi 1.27 0.60 - -
An. maculatus - 1.27 - 5.94
An. umbrosus - 0.12 - -
An. vagus 11.39 31.94 - 13.86
Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah
KD = Di Sekitar Kandang Ternak
UOD = Umpan Orang Dalam Rumah
UOL = Umpang Orang Luar Rumah
43
Angka Dominansi Anopheles spp.
Selanjutnya untuk menggambarkan besarnya
dominansi fauna nyamuk yang ditemukan sesuai metode
yang digunakan, disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Besaran Angka Dominansi Nyamuk Tertangkap Menurut Spesies
dan Metodenya di Desa Pandean
Periode Februari-Desember 2011
Metode
Spesies
DD KD UOD UOL
An. aconitus 0.01 0.52 2.50 1.24
An. annularis - 0.00 - -
An. barbirostris 19.51 51.06 3.00 9.80
An. indefinitus 0.01 0.16 - 0.01
An. kochi 0.01 0.04 - -
An. maculatus - 0.09 - 0.12
An. umbrosus - 0.00 - -
An. vagus 0.57 5.43 - 0.69
Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah
KD = Di Sekitar Kandang Ternak
UOD = Umpan Orang Dalam Rumah
UOL = Umpang Orang Luar Rumah
PEMBAHASAN
Salah satu faktor penyebab adanya sumber
penularan malaria adalah banyaknya mobilitas penduduk
ke daerah endemis malaria di luar Jawa. Terdapatnya
vektor dan kebiasaan masyarakat saat tidur yang tidak
memakai kelambu juga merupakan faktor pendukung
penularan malaria.
Ditemukannya 8 spesies nyamuk Anopheles spp.
menunjukkan Desa Pandean memiliki keragaman
Anopheles spp. yang tinggi. Menurut Taviv (2005),
keragaman spesies nyamuk dipengaruhi oleh kondisi
setempat seperti topografi, suhu, kelembaban, curah
hujan dan variasi tata guna lahan. Kemunculan spesies
tertentu pada bulan tertentu diduga dipengaruhi oleh
curah hujan yang mengakibatkan terbentuknya tempat
berkembangbiak nyamuk. Variasi tataguna lahan meliputi
permukiman, persawahan, perkebunan, areal hutan, dan
sungai diduga juga berkontribusi atas adanya variasi
spesies Anopheles. Spesies nyamuk Anopheles spp. paling
banyak ditemukan adalah An. barbirostris, selanjutnya
adalah An. vagus dan An. aconitus.
Spesies lain yang kelimpahannya juga relatif tinggi
adalah An. aconitus pada human landing di dalam dan di
luar rumah. Frekuensi tertangkap tertinggi adalah An.
barbirostris yang ditemukan di sekitar ternak (Tabel 3.3.).
Pada metode human landing, frekuensi tertinggi masih An.
barbirostris di dalam dan di luar rumah, kemudian An.
45
Fauna Anopheles
47
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
Data Sekunder Laporan Rutin Puskesmas Pandean. 2010.
Data Sekunder Laporan Rutin Puskesmas Pandean. 2010.
Depkes RI. (1999). Pedoman Pemberantasan Penyakit Malaria.
Jakarta: Dirjen PPM dan PLP.
Depkes RI. (2000). Gebrak Malaria. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP.
Han GD, Zhang XJ, Zhang HH, et al. Use of PCR/DNA probes to
identify circumsporozoite genotype of Plasmodium vivax
in China. Show all Southeast Asian J Trop Med Public
Health. 1999 Mar;30(1):20-3.
Han GD, Zhang XJ, Zhang HH, et al. Use of PCR/DNA probes to
identify circumsporozoite genotype of Plasmodium vivax
in China. Show all Southeast Asian J Trop Med Public
Health. 1999 Mar; 30(1):20-3.
Harijanto P.N. (2000). Malaria Epidemiologis, Patogenesis,
Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC.
Harijanto P.N. (2000). Malaria Epidemiologis,
Patogenesis,Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC.
Murti Bhisma. (1997). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
48
Fauna Anopheles
49
Fauna Anopheles
50
Bab 4.
Karakteristik Anopheles nigerrimus Giles
sebagai Vektor Malaria
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan kerugian ekonomi mencapai tiga triliun
lebih setiap tahunnya. Kerugian ekonomi meliputi biaya
kesehatan masyarakat akibat malaria sebesar 40%, serta
menurunkan Produk Domestik Bruto sebesar 1,3% (PDB)
(WHO, 2010). Malaria juga senantiasa menimbulkan
dampak negatif bagi kesehatan bahkan kematian terutama
pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil
(Depkes, 2008).
Penyebaran malaria merata di daerah tropis dan
subtropis, pada wilayah yang terletak pada 60o lintang
utara sampai dengan 32o lintang selatan, dari daerah
51
Fauna Anopheles
52
Fauna Anopheles
Gambar 4.1.
Jumlah Penderita Malaria di Provinsi Jambi
pada Tahun 2005-2008
Sumber : bankdata.depkes.go.id
53
Fauna Anopheles
54
Fauna Anopheles
ANOPHELES NIGERRIMUS
Nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai
vektor malaria dan filariasis. Di Indonesia banyak
ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi
(Gandahusada, 2006). Pertama kali dikonfirmasi sebagai
vektor malaria di Palembang Sumatera Selatan pada tahun
1940. Nyamuk An. nigerrimus dahulu dikenal sebagai An.
hyrcanus varian X, kemudian Giles pada tahun 1900
memberikan nomenklatur An. nigerrimus (www.wrbu.org)
karena memiliki karakteristik morfologi berbeda dengan
spesies An. hyrcanus lainnya. Perbedaan tersebut meliputi
tidak adanya tanda gelap preapical urat 1 tanpa sisik-sisik
pucat atau kalaupun ada hanya sedikit, gelang-gelang tarsi
kaki belakang berukuran sedang dan gelang pucat pada
ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5,
bagian apex tarsi kaki belakang bergelang pucat yang
lebar, di sternit VII abdomen ada sikat terdiri sisik-sisik
gelap, segmen pada ujung palpi jarang dan seluruhnya
55
Fauna Anopheles
56
Fauna Anopheles
4) Umur nyamuk,
5) Frekuensi menghisap darah manusia,
6) Kepadatan nyamuk, dan
7) Kemampuan nyamuk untuk beradaptasi terhadap
pengaruh dari luar tubuh, terutama kerentanan nyamuk
terhadap insektisida.
Nyamuk An. nigerrimus pernah dilaporkan positif
mengandung sporozoit di daerah Benteng Sulawesi Selatan
dengan sporozoit indeks 9,2%. Kemudian, ditemukan pula
mengandung sporozoit di daerah Karangbinangoen,
Lamongan, Jawa Timur dengan sporozoit indeks 10%. Hasil
perhitungan kapasitas vektorial di daerah Kecamatan Teluk
Dalam, berkisar antara 0,002 – 3,732 (Boewono, 1994;
1997).
Habitat nyamuk An. nigerrimus yang dilaporkan
dari Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat adalah
pesawahan atau kolam air yang tergenang disekitar
pesawahan dengan suhu air antara 22,9oC – 31,2oC,
konsentrasi ion hydrogen berkisar antara 6,44 – 7,88, nilai
kekeruhan antara 70 – 150 NTU (nephelometric turbidity
unit) (Saleh, 2002). Nyamuk ini menyukai habitat
perkembangbiakan dataran rendah dan lembah yang
dingin dengan vegetasi mengapung di permukaan air serta
terkena sinar matahari langsung, seperti kanal, rawa-rawa,
kolam dengan arus yang deras, dan sawah.
Penelitian Saleh (2002) menjelaskan pula bahwa
An. nigerrimus ditemukan sepanjang malam disekitar
57
Fauna Anopheles
PENUTUP
Nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai
vektor malaria. Apabila di daerah yang berisiko terjadi
penularan malaria ditemukan An. nigerrimus, perlu
dilakukan kajian entomologi lebih lanjut, khususnya yang
bertujuan untuk mengetahui kapasitas vektorial sebagai
upaya kewaspadaan dini terhadap peningkatan laju
interaksi vektor dengan agent.
DAFTAR PUSTAKA
Ariati Y. 2004. Studi Kromosom Mitotik Vektok Malaria Nyamuk
Anopheles maculutus Theobald Di Daerah Purworejo,
Jawa Tengah. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Balitbangkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS 2010.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Boewono DT, et al. Penentuan Vektor Malaria Di Kecamatan
Teluk Dalam Nias. Cermin Dunia Kedokteran No.
118/1997. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/
cdk_118_malaria.pdf. Diunduh tanggal 22 Desember
2011.
Damar T, Sustriayu N, Sularto T, Mujiono, Sukarno. 1994.
Anopheles hyrcanus spesies group dan potensinya sebagai
vektor malaria di pulau Nias.
59
Fauna Anopheles
60
Fauna Anopheles
61
Fauna Anopheles
62
Bab 5.
Anopheles spp. di Kecamatan Amurang,
Kabupaten Minahasa Selatan,
Sulawesi Utara
PENDAHULUAN
Malaria masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dibeberapa wilayah di Indonesia, termasuk di
Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
(Anonim, 2011) yang pada tahun 2010 ditemukan 135
kasus positif malaria (Dinkes Kab. Minahasa Selatan, 2010).
Salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten
Minahasa Selatan adalah Kecamatan Amurang terutama di
Desa Ranoketang Tua. Desa tersebut terletak kurang lebih
275 meter di atas permukaan laut (dpl). Keadaan
geografisnya berbukit-bukit dan merupakan daerah
perkebunan kelapa. Mata pencaharian penduduk
umumnya bekerja sebagai petani kelapa yang sehari-hari
merawat dan memanen kelapa untuk dijual ke perusahaan
kopra.
63
Fauna Anopheles
METODE PENELITIAN
Pengamatan dilakukan pada bulan September 2011
selama satu malam. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode survai entomologi sesaat (spot survey) meliputi
survai nyamuk dewasa berdasarkan metode baku Ditjen
P2M&PL (2003). Survey dilakukan pada malam hari dari
jam 18.00 sampai jam 06.00 pagi hari, dengan jumlah
penangkap 9 orang yang dibagi ke dalam 3 tim untuk 3
rumah.
64
Fauna Anopheles
HASIL PENELITIAN
Nyamuk tertangkap selama penelitian sebanyak
712 ekor, yang terdiri dari 3 spesies yaitu An. barbirostris,
An. parangensis dan An. flavirostris.
Ketiga spesies Anopheles spp. ditemukan melalui
metode umpan orang di luar dan di dalam rumah maupun
resting di sekitar kandang. Sedangkan yang istirahat di
dinding hanya ditemukan An. barbirostris (Tabel 5.1).
65
Fauna Anopheles
Tabel 5.1.
Frekuensi Anopheles spp. yang Tertangkap Malam Hari dengan
Berbagai Metode Penangkapan
66
Fauna Anopheles
Tabel 5.2.
Kelimpahan Nisbi Spesies Anopheles spp. yang Tertangkap
Malam Hari dengan Berbagai Metode Penangkapan
Metode Penangkapan
Spesies UOD UOL DD KD
Jml % Jml % Jml % Jml %
An. barbirostris 18 0,78 28 0,62 5 1,00 46 0,07
An. ophelesparangensis 1 0,04 5 0,11 0 0 587 0,92
An. flavirostris 4 0,18 12 0,27 0 0 6 0,01
Jumlah 23 1,00 45 1,00 5 1,00 639 1,00
Sumber : Data Primer
67
Fauna Anopheles
PEMBAHASAN
Hasil spot survey entomologi malaria di Desa
Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Minahasa Selatan
menunjukkan bahwa walaupun jumlah spesies yang
tertangkap hanya 3 spesies, namun jumlah nyamuk yang
diperoleh cukup banyak. Hal ini dimungkinkan karena
banyaknya tempat perindukan potensial di sekitar
pemukiman penduduk berupa kolam ikan terbengkalai dan
beberapa telaga. Di sekeliling kolam atau telaga banyak
dipenuhi pohon gulma dan semak semak lainnya. Sedang
di dalam kolam banyak ditumbuhi tanaman air dan jatuhan
daun kering, sehingga cocok sebagai tempat perindukan
nyamuk Anopheles terutama An. barbirostris seperti
pernah ditemukan ditempat lain di Sulawesi (Jastal, dkk,
2003).
Semua spesies nyamuk yang ditemukan
mempunyai frekuensi kemunculan yang berbeda tiap jam
penangkapan. Jika menilai hasil yang diperoleh melalui
metode umpan orang, diperoleh informasi bahwa nyamuk
hanya dapat tertangkap sampai jam ke 9 selanjutnya baru
muncul kembali pada jam ke 12. Hal ini diduga karena
adanya angin yang cukup kencang menjelang pagi hari di
lokasi survei.
Ketiga spesies nyamuk yang ditemukan merupakan
spesies yang ditempat lain di Sulawesi merupakan nyamuk
yang diduga kuat sebagai vektor karena pernah
dikonfirmasi (Uji ELISA/Enzyme-Linked Immunosorbent
68
Fauna Anopheles
69
Fauna Anopheles
KESIMPULAN
Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan dengan
berbagai metode penangkapan adalah 3 spesies yaitu An.
barbirostris, An. parangensis dan An. flavirostris. Nyamuk
An. barbirostris mendominasi kemunculan maupun jumlah
70
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Manado today: Penyakit Malaria Mulai ‘Serang’
Minsel. (http://www.manadotoday.com/penyakit-
malaria-mulai-‘serang’-minsel/21186.html, diakses
tanggal 29 Desember 2011)
Anonime.2010. Profil Puskesmas Kecamatan Amurang.
Minahasa selatan : Dinas Kesehatan Minahasa Selatan
Chadijah, S. Veridiana, N.N dan Kurniawa, A. 2010. Konfirmasi
Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria Dengan Elisa
Di Desa Pinamula Kec. Momunu Kab. Buol. Jurnal Vektor
Penyakit Vol IV(1): 1-8
Dinkes Kab. Minahasa Selatan. 2010. Laporan Analisis Situasi
Malaria Kabupaten Minahasa Selatam. Minahasa selatan.
Ditjen PPM&PL.2003. Modul Entomologi Malaria 3. Jakarta:
Depkes RI.
Jastal, Wijaya, Y. Wibowo, T dan Patonda, M. 2003. Beberapa
Aspek Bionomik Malaria Di Sulawesi Tengah. Jurnal
ekologi Kesehatan Vol. 2(2); 217-222
Marwoto, H.A. Richie, T.L. Atmosoedjono, S. Tuti, S dan
Tumewu, M. 1996.Transmisi Lokal Malaria Di Kodya
Manado. Bull. Penelitian Kesehatan Vol.24(4): 60-68
NAMRU-2 dalam Hanley, D. 2001. Malaria Fast and Present: The
Case of North Sulawesi, Indonesia. Southeast Asian Trop
Med Publicc Health Vol.32(3) pp:595-607
71
Fauna Anopheles
72
Bab 6.
Fauna Sesaat Nyamuk Anopheles spp.
di Desa Modu Waimaringu,
Kecamatan Kota Waikabubak,
Kabupaten Sumba Barat
PENDAHULUAN
Nyamuk kerap kali menjadi masalah dalam
kehidupan manusia, salah satunya karena dapat menjadi
vektor penyakit. Vektor adalah arthropoda yang dapat
menimbulkan dan menularkan infectious agent dari
sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Dalam
kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok
vektor, dapat merugikan kehidupan manusia karena
disamping mengganggu secara langsung juga dapat
sebagai perantara penularan penyakit (Hadi dan
Koesharto, 2006).
Anopheles merupakan genus nyamuk yang dalam
berbagai laporan penelitian disebutkan sebagai vektor
73
Fauna Anopheles
74
Fauna Anopheles
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Modu Waimaringu,
Kecamatan Kota Waikabubak Kabupaten Sumba Barat.
Pengumpulan data dengan survai entomologi sesaat (spot
survey) pada pukul 18.00-06.00 WITA dengan
penangkapan nyamuk resting di sekitar kandang dan
umpan orang. Nyamuk yang tertangkap, diidentifikasi
menggunakan kunci identifikasi nyamuk oleh O’Connor
dan Arwati (1999). Data yang di peroleh kemudian
dianalisis secara deskriptif.
HASIL PENELITIAN
Pengamatan hanya menghasilkan 5 spesies nyamuk
dewasa yang tertangkap yaitu An. barbirostris, An. vagus,
An. indefinites, An. tesselatus dan An. anullaris dengan
jumlah yang berbeda setiap spesiesnya (Tabel 6.1).
Nyamuk yang paling banyak tertangkap adalah An.
barbirostris yaitu 127 ekor, urutan kedua adalah An. vagus
sebanyak 97 ekor, dan urutan ketiga adalah An. indefinitus
sebanyak 28 ekor. Selain penangkapan nyamuk, juga
dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban dengan
menggunakan alat hygrothermometer, suhu yang terukur
rata-rata 24oC dan kelembaban rata-rata 68%.
75
Fauna Anopheles
Tabel 6.1.
Jumlah dan Spesies Nyamuk Anopheles
yang Tertangkap di Desa Modu Waimaringu
JUMLAH (EKOR)
KELIMPAHAN
SPESIES UMPAN TOTAL
KANDANG NISBI
ORANG
An. barbirostris 125 2 127 55,9%
An. vagus 97 0 97 42,7%
An. indefinitus 28 0 28 12,3%
An. tesselatus 4 0 4 1,7%
An. Anullaris 1 0 1 0,4%
TOTAL 225 2 227 100%
Sumber: Data Primer
PEMBAHASAN
Survai entomologi sesaat Desa Modu Waimaringu
mendapatkan 5 spesies nyamuk, An. barbirostris adalah
spesies yang paling dominan dengan jumlah yang
tertangkap sebanyak 127 ekor. Spesies ini terdapat di
seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di
dataran rendah. Jentik biasanya berkembang dalam air
jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–
tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti
sawah dan parit.
Bentang alam di Desa Modu Waimaringu terdiri
dari sawah dan semak serta banyak kubangan ternak,
sangat cocok sebagai tempat perkembangbiakan An.
barbirostris. Ini sesuai dengan Jastal, dkk. (2003) yang
76
Fauna Anopheles
KESIMPULAN
Fauna nyamuk yang ditemukan di Desa Modu
Waimaringu adalah An. barbirostris, An. vagus, An.
indefinites, An. tesselatus dan An. anullaris. Spesies yang
78
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat
tahun 2009. DKK Sumba Barat
Hadi UK, Koesharto FX., 2006. Nyamuk. Di dalam: Sigit HS, Upik
KH. Editor. Hama permukiman Indonesia: Pengendalian,
BiologidanPengendalian. UKPHP FKH-IPB. Bogor. Hal 23-
51
Hanani M. Laumalay, Muhamad Kazwaini, Ni Wayan Dewy
Adnyana, Jeriyanto Lebadara, 2012. Studi Perilaku
Vektor Malaria Anopheles Barbirostris di Daerah
Tambak Bandeng, Dusun Lifuleo Desa Tuadale
Kecamatan Kupang Barat Tahun 2010. Laporan
Penelitian. Badan Litbang Penelitian Kesehatan RI,
Jakarta
Jastal, Wijaya, Y. Wibowo, T dan Patonda, M. 2003. Beberapa
Aspek Bionomik Malaria Di Sulawesi Tengah. Jurnal
ekologi Kesehatan Vol. 2(2); 217-222
Loka P2B2 Waikabubak. 2011. Studi Kebijakan Dinamika
Penularan Malaria di Kecamatan Wanokaka Kabupaten
Sumba Barat. JKPKBPPK
79
Fauna Anopheles
80
Bab 7.
Keanekaragaman Nyamuk Anopheles
(Diptera: Culicidae) di Dataran Rendah Pesisir,
Kabupaten Pangandaran
PENDAHULUAN
Daerah dataran rendah di pesisir Pulau Jawa
merupakan daerah rawan malaria, karena menjadi habitat
beberapa jenis Anopheles spp. Secara keseluruhan di Pulau
Jawa telah dikonfirmasi 4 spesies Anopheles spp., sebagai
vektor malaria yaitu An. aconitus (di daerah persawahan
bertingkat), An. sundaicus (di daerah pesisir), An.
balabacensis, dan An. maculatus (di sungai-sungai kecil
daerah hutan atau pegunungan) (Kirnowardoyo, 1989).
Kemampuan nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor
malaria di suatu wilayah, dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu lama hidup, kepadatan, pilihan hospes atau kesukaan
menggigit, dan kerentanan terhadap infeksi parasit
81
Fauna Anopheles
82
Fauna Anopheles
METODE PENELITIAN
Dilakukan survai eksploratif fauna nyamuk
Anopheles spp. di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih,
Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (07°40’47,63”S;
108°35’16,37”E) selama 3 bulan (September-November)
tahun 2011. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan
metode WHO (1975), dengan umpan orang (human-
landing collection) di dalam dan luar rumah, penangkapan
nyamuk resting di dinding dan kandang. Penangkapan
nyamuk dilakukan oleh enam orang kolektor di tiga rumah
83
Fauna Anopheles
HASIL PENELITIAN
Desa Sukaresik berada di bagian selatan Kecamatan
Sidamulih yang berbatasan langsung dengan perairan
Samudera Indonesia, seluas 911.414 hektar. Wilayahnya
meliputi persawahan tadah hujan (282.220 ha),
permukiman (164.140 ha), ladang (417.227 ha), kolam
(9.500 ha), dan perairan binaan (pertambakan).
84
Fauna Anopheles
85
Tabel 7.1.
Jenis dan Jumlah Masing-Masing Jenis Nyamuk Anopheles spp.
yang Tertangkap pada 10 Kali Pengamatan per Metode Penangkapan
Jumlah Individu* Frek.
Kelimpahan
Spesies Umpan Orang Resting Total Frek. Relatif
Relatif (%)
Dalam Luar Dinding Kandang (%)
An. sundaicus 418 1012 67 805 2302 86,31 10 100
An. vagus 2 4 1 149 156 5,85 8 80
An. indefinitus 4 7 1 90 102 3,82 6 60
An. barbirostris 5 4 2 68 79 2,96 10 100
An. subpictus 1 0 0 21 22 0,82 3 30
An. tesselatus 0 0 0 5 5 0,19 3 30
An. kochi 0 0 0 1 1 0,04 1 10
TOTAL 430 1027 71 1139 2667 10
Shannon-Wiener (H') 0,57
Simpsons (C) 0,75
Sumber: Data Primer
Keterangan: Total 10 kali penangkapan
86
Penangkapan Metode Umpan Orang
Jumlah nyamuk yang tertangkap pada metode
umpan orang mengalami penurunan selama 10 kali
pengamatan (terbanyak pada pengamatan kedua dan
terendah pada pengamatan terakhir), dan hanya
ditemukan 5 jenis Anopheles spp. Sebagian besar nyamuk
yang tertangkap adalah nyamuk An. sundaicus (1.430 dari
1.457 ekor yang tertangkap). Rata-rata setiap kolektor
menangkap 23,8 ekor per malam. Nyamuk An. vagus, An.
barbirostris, An. indefinitus, dan An. subpictus adalah
empat jenis nyamuk yang ditemukan dengan jumlah yang
sangat sedikit (Gambar 7.1).
Gambar 7.1.
Jumlah Nyamuk Anopheles spp. Tertangkap dengan Metode
Umpan Orang pada 10 Kali Penangkapan
87
Fauna Anopheles
88
Fauna Anopheles
Gambar 7.2.
Jumlah Nyamuk Anopheles spp. Tertangkap dengan
Metode Resting di Kandang pada 10 Kali Penangkapan
89
Fauna Anopheles
Gambar 7.3.a.
Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk Anopheles spp.
dan Suhu pada 10 Kali Penangkapan
Gambar 7.3.b.
Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk Anopheles spp. dan Kelembaban
pada 10 Kali Penangkapan
90
Fauna Anopheles
Tabel 7.2.
Korelasi Kelimpahan Jenis dengan Faktor Lingkungan
(Suhu dan Kelembaban)
Kelimpahan vs
Rerata ± SD (n = 10) r p-value
Faktor Lingkungan
Suhu 26,72 ± 1,06* -0,279 0,436
Kelembaban Relatif 80,69 ± 3,54* -0,252 0,486
Keterangan: p<0,05; SD = standar deviasi; r = koefisien korelasi
PEMBAHASAN
Nyamuk Anopheles merupakan genera dari famili
Culicidae yang erat hubungannya dengan malaria,
beberapa jenis Anopheles spp. telah dinyatakan sebagai
vektor utama malaria. Dua puluh empat jenis Anopheles
spp. tercatat di Indonesia dan 10 di antaranya dikonfirmasi
sebagai vektor malaria. Kesepuluh spesies tersebut adalah
An. aconitus, An. balabacensis, An. barbirostris, An. farauti,
An. koliensis, An. letifer, An. maculatus, An. punctulatus,
An. subpictus, dan An. sundaicus.
Ekosistem Desa Sukaresik berada di bagian selatan
Kabupaten Pangandaran yang meliputi persawahan,
kolam, dan pertambakan, sangat cocok bagi hidupnya
berbagai jenis Anopheles spp. Hal ini terbukti dengan
ditemukannya 7 jenis Anopheles spp. yaitu An. barbirostris,
An. subpictus, An. sundaicus, An. vagus, An. indefinitus, An.
kochi, dan An. tesselatus.
91
Fauna Anopheles
92
Fauna Anopheles
93
Fauna Anopheles
KESIMPULAN
Tujuh jenis Anopheles spp. ditemukan di Desa
Sukaresik Kabupaten Pangandaran, yaitu An. sundaicus,
An. vagus, An. indefinitus, An. barbirostris, An. subpictus,
94
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbangkes. 2008. Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Jawa
Barat tahun 2007. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.
Boewono DT, Nalim S, Sularto T, Mujiono, Sukarno. 1997.
Penentuan Vector Malaria di Kecamatan Teluk Dalam,
Nias. Cermin Dunia Kedokteran. 118.
Devi NP, Jauhari RK. 2006. Climatic variables and malaria
incidence in Dehradun, Uttaranchal, India.J Vect Borne Dis
43, pp. 21–28.
Dhewantara PW, Astuti EP, Pradani FY. 2013. Studi bioekologi
nyamuk Anopheles sundaicus di Desa Sukaresik
Kecamatan Sidamulih Kabupaten Ciamis.
Bul.Penelit.Kesehat. 41(1):26-36.
Eylenbosch, W.J., Noah, N.D., 1988, Surveillance in Health and
Disease. Oxford University Press. London.
Foley DH, Rueda LM, Wilkerson RC. 2007. Insight into global
mosquito biogeography from country species records. J
Med Entomol. 44:554-567.
95
Fauna Anopheles
96
Fauna Anopheles
97
Fauna Anopheles
98
Bab 8.
Fauna dan Bionomik Nyamuk Anopheles spp.
di Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju,
Propinsi Sulawesi Barat
Lukman Hakim, Marliah Santi HR.
PENDAHULUAN
Puskesmas Rangas Kecamatan Simboro Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mempunyai wilayah kerja
4 desa yaitu Desa Simboro, Desa Rangas, Desa Sumare dan
Desa Tapandullu. Wilayahnya terletak di daerah pantai
seluas 22 km2 yang terdiri dari tanah rata dan berbukitan;
sebelah utara berbatasan dengan Desa Belang-belang,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mamuju,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Botteng dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapalang
Barat (Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, 2010).
Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah
penduduk di wilayah Puskesmas Rangas adalah 14.500
orang, terdiri dari laki-laki 7.405 orang dan perempuan
99
Fauna Anopheles
100
Fauna Anopheles
METODE PENELITIAN
Survai entomologi dilakukan dengan penangkapan
nyamuk umpan badan di dalam dan di luar rumah oleh 6
kolektor, pada tiga rumah, masing-masing melakukan
penangkapan di dalam rumah berbeda. Penangkapan
dilakukan dengan umpan badan, serta menangkap nyamuk
istirahat di dinding dan sekitar kandang. Rotasi kolektor
dilakukan setiap 3 jam dengan waktu penangkapan mulai
jam 18:00 sampai 06:00, per jam dilakukan penangkapan
selama 45 menit. Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi
spesiesnya per jam dan tempat penangkapan, di dalam
maupun di luar rumah. Nyamuk Anopheles spp. betina
101
Fauna Anopheles
HASIL PENELITIAN
Nyamuk Dewasa
Survai dilaksanakan secara bersamaan di 2 lokasi
yaitu di Desa Sumare (koordinat 02o39’09,47” LS dan
118o48’38,24” BT) dan di Desa Tapandullu (koordinat
02o41’19,13” LS dan 118o47’23,73”).
103
Fauna Anopheles
Gambar 8.1.
Lokasi Desa Tapandullu dan Desa Sumare, Kecamatan Simboro,
Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat
105
Fauna Anopheles
107
Fauna Anopheles
Gambar 8.2.
Rata-rata Kepadatan Menggigit per Jam Nyamuk An. subpictus
Hasil Penangkapan di Alam Pagi Hari di Desa Tapandullu,
Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
108
Fauna Anopheles
109
Fauna Anopheles
Gambar 8.3.
Angka Kesakitan Malaria Klinis Bulanan (MoMI) per Desa di
Wilayah Puskemas Rangas, Kecamatan Simboro,
Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat
PEMBAHASAN
Di kedua desa lokasi survai, nyamuk Anopheles spp.
yang tertangkap hanya An. subpictus, di Desa Tapandalu
dengan rata-rata MBR 3,87 dan parity rate 95,28%,
111
Fauna Anopheles
KESIMPULAN
Spesies nyamuk yang ditemukan dan dominan di
Desa Tapandullu adalah An. subpictus, hanya ditemukan
pada penangkapan umpan orang dengan rata-rata MBR
dalam rumah (UOD) 2,481, dan di luar rumah 5,259,
dengan puncak kepadatannya jam 18.00-19.00. Kondisi
perut nyamuk dominan un feed (86,27%), hasil
pembedahan ovarium adalah dominan parous (PR UOD =
93,71% dan PR UOL = 89,93%). Tempat
perkembangbiakkan yang ditemukan adalah lagun dengan
kepadatan 109 larva per 51 cidukan, muara sungai kecil di
tengah pemukiman dengan kepadatan 113 larava per 10
cidukan dan got terbuka dengan kepadatan larva 10 ekor
per 7 cidukan.
Di Desa Sumare tidak ditemukan spesies nyamuk
yang dominan karena hanya ditemukan nyamuk An. vagus
sebanyak 4 ekor (MBR=0,148) dan An. barbirostris
sebanyak 1 ekor (MBR = 0,037) masing-masing pada
penangkapan di luar rumah pada hari pertama, pada hari
berikutnya tidak ditemukan lagi nyamuk Anopheles spp.
113
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSATAKA
Arbani P.R. Malaria control in Indonesia. The Southeast Asian
Journal of Tropical Medicine and Public Health 23 (Suppl.
4). 1992 : 29-37.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Profil Dinas Kesehatan
kabupaten Mamuju Tahun 2009. Mamuju, 2010.
Siregar, A.A. Laporan Survei Entomologi Propinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 1994/1995. Mataram: Sub Dinas Pencegahan
Penyakit, Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Barat. 1995.
Soekirno, M., Y.H. Bang, M. Sudomo, Tj.P. Pemayun, and G.A.
Fleming 1983. Bionomic of Anopheles sundaicus and other
anophelines associated with malaria in coastal areas of
Bali, Indonesia. World Health Organization Document.
WHO/VBC/83. 885. Geneva: WHO.
Stojanovich,C.J.and Scoth, H., 1966, Illustrated mosquito Key of
Vietnam Communicable Disease, Centre Atlanta, Georgia,
1966. 3033 ,1-158.
Utari, C.S., F.A. Sudjadi, and N. Gesriantuti. 2002. Genetic
analysis of Anopheles subpictus Grassi and Anopheles
aconitus (Diptera: Culicidae) around Yogyakarta using
RAPD-PCR. Programme & Abstract of International
Seminar on Parasitology and the 9th Congress of the
Indonesian Parasitic Disease Control Association. Bogor,
Indonesia, 11- 12 September 2002.
Vytilingam, I., Chiang, G.L. and Shing, K.I. Bionomic of important
mosquito vektor in Malaysia. Southeast Asean. J.
Trop.Public. Hlth, 1992 : 23 (4), 587-603.
114
Bab 9.
Anopheles spp., Vektor Malaria yang Bersifat
Local Specific Area
PENDAHULUAN
Terjadinya malaria merupakan interaksi multi
faktor antara penderita (host) sebagai sumber infeksi,
Plasmodium spp. (agent) sebagai patogen penyakit,
nyamuk Anopheles spp. sebagai perantara (vektor) dan
faktor lingkungan yang mendukung terjadinya penularan.
Malaria adalah penyakit yang bersifat local specific area
karena kejadian penyakit dan penyebarannya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, musim, perilaku masyarakat
setempat, serta perilaku vektor penularnya. Selain local
specific area malaria disebut juga disebut sebagai penyakit
ekologis karena sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk
berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak
dengan manusia dan menularkan parasit malaria.
115
Fauna Anopheles
116
Fauna Anopheles
117
Fauna Anopheles
Gambar 9.1.
Peta Penyebaran Anopheles spp. Vektor Malaria di Indonesia
Sumber : Dit P2B2 Kemkes, RI.
118
Fauna Anopheles
Gambar 9.2.
Skema Distribusi Nyamuk Anopheles spp. Berdasarkan
Karakteristik Topografi dan Penggunaan Lahan di Pulau Jawa
Sumber : Ndoen, et al (2011)
119
Fauna Anopheles
120
Tabel 9.1.
Distribusi Bionomik Anopheles spp. di Indonesia
122
Fauna Anopheles
123
Beberapa penelitian serupa mengenai habitat
perkembangbiakan Anopheles spp. menunjukkan hasil
yang serupa yaitu :
a. Anopheles sundaicus
Nyamuk An. sundaicus merupakan vektor malaria
yang signifikan di Indonesia, berada di wilayah pantai.
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa bagian
selatan, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan
Bali, tetapi tidak begitu banyak ditemukan di Maluku dan
Papua. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya
terdapat tumbuh-tumbuhan enteromopha, chetomorpha
dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8%. Di Sumatra
jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing
dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan
Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b. Anopheles aconitus
Di Indonesia, nyamuk An. aconitus ditemukan
hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian.
Biasanya dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di
daerah kaki gunung pada ketinggian 400-1000 meter
dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan
vektor pada daerah-daerah tertentu di Indonesia,
terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
124
Fauna Anopheles
c. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya
terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu
cepat, ada tumbuh-tumbuhan air dan pada tempat yang
agak teduh seperti sawah dan parit.
Nyamuk An. barbirostris di Nusa Tenggara Timur
telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria, demikian juga di
Sulawesi, Bali, Kepulauan Seribu Jakarta, Banten (Jawa
Barat), Nias (Sumatera utara) dan Lampung. Daerah pantai
di Timor Barat merupakan habitatnya An. barbirostris,
sedangkan di Pulau Jawa banyak terdapat di daerah
dataran tinggi. Nyamuk An. barbirostris berkembang biak
di rawa, lagun, kolam ikan air tawar, tambak yang
diabaikan, selokan dan sungai; juga ditemukan di daerah
dengan elevasi yang lebih tinggi, lahan sawah, kedalaman
air relatif dangkal, suhu air tinggi, konsentrasi pH dan
salinitas tinggi, dan jaraknya rata-rata jauh dari
pemukiman penduduk.
d. Anopheles kochi
Nyamuk An. kochi terdapat diseluruh Indonesia,
kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat
perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki
kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.
125
Fauna Anopheles
e. Anopheles maculatus
Penyebaran nyamuk An. maculatus di Indonesia
sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini
terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1.600
meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air
yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
f. Anopheles subpictus
Nyamuk An. subpictus terdapat di seluruh wilayah
Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua
spesies yaitu :
1) An. subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang-kadang
ditemukan dalam air payau dengan kadar garam
tinggi.
2) An. subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai
dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar,
pada kolam yang penuh dengan rumput pada
selokan dan parit.
g. Anopheles balabacensis
Spesies nyamuk An. balabacensis terdapat di
Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air
bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada
parit yang aliran airnya terhenti.
126
Fauna Anopheles
h. Anopheles annularis
Nyamuk An. annularis terdapat di daerah
perbukitan, terutama di Jawa. Hal ini mirip dengan
penelitian lain yang menemukan An. annularis di
persawahan, rawa dan lubang bervegetasi. An. annularis
juga ditemukan di Lampung, namun belum dikonfirmasi
sebagai vektor malaria. Hasil penelitian yang sama juga di
temukan oleh Ompusungu et al (1994), bahwa An.
annularis bukanlah vektor malaria potensial di Flores, Nusa
Tenggara Timor.
KESIMPULAN
1. Nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria
mempunyai karakteristik habitat yang berbeda-beda
sesuai topografinya, berkembang biak di persawahan,
perbukitan/hutan dan pantai/aliran sungai.
2. Spesifikasi tempat berkembang biak Anopheles spp.
sangat penting diketahui oleh pengambil keputusan
sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan
intervensi dalam pengendalian vektor malaria yang
lebih efektif.
127
Fauna Anopheles
DAFTAR PUSTAKA
B2P2VRP, 2011. Kemenkes RI. Atlas Vektor Penyakit di
Indonesia, Jakarta
Bonne-Wepster, J. & Swellengrebel, 1953. N.H. The Anopheline
Mosquitoes of The Indo-Australian Region. J.H de Bussy,
Amsterdam
Bruce-Chwatt, L.J., 1985. Essential Malariology. Second Edition.
Oxford, Alden Press, London
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang,
Kemenkes RI., 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia.
Buletin Jendela Data dan Informasi: No 1 2011, Jakarta
Hardwood RF, James MT., 1979. Entomology in Human and
Animal Health. Macmillan Publishing.Co.Inc.USA
Mulyadi, 2010. Distribusi Spasial dan Karakteristik Habitat
Perkembangbiakan Anopheles spp serta Peranannya
dalam Penularan Malaria di Desa Doro Kabupaten
Halmahera Selatan Provinsi Maluku utara. Tesis. Institut
Pertanian Bogor
Ndoen et al., 2010. Relationships Between Anopheline
Mosquitoes And Topography In West Timor And Java,
Indonesia. Malaria Journal 2010, 9 : 242. Diunduh 16 Juli
2013. http://www.malariajournal.com
Ompusunggu S, et al., 1994. Pemberantasan Malaria di
Kabupaten Sikka. Cermin Dunia Kedokteran
Sandosham AA, Thomas V., 1983. Malariology, With Special
Reference to Malaya. Singapore University Press,
Singapore
128
Fauna Anopheles
129
Fauna Anopheles
130
Segera Terbit!
Buku
“Mengenal FILARIASIS;
Penyakit Tropis yang Terabaikan di Jawa Barat”
Hasil Kolaborasi
Health Advocacy dengan Loka Litbang P2B2 Ciamis
131
Health Advocacy
adalah wadah terbuka bagi setiap orang/lembaga yang
bersedia menjadi provokator untuk mewujudkan
kesempatan yang sama bagi setiap orang dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
132
View publication stats