Anda di halaman 1dari 3

Apa itu hipervolemia?

Hipervolemia adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi ketika


tubuh menyimpan terlalu banyak kelebihan volume cairan. Kelebihan cairan
tersebut bisa menumpuk di luar sel-sel tubuh atau di ruangan antar sel di
dalam jaringan tertentu. Hipervolemia juga menggambarkan kondisi
kelebihan cairan dalam aliran darah.

Dalam keadaan normal, kadar cairan tubuh dikendalikan oleh ginjal. Ketika
ginjal mendeteksi tubuh Anda sudah menyimpan banyak cairan, ginjal akan
bantu mengeluarkannya lewat urin. Begitu pula sebaliknya. Jika ginjal
mendeteksi tanda-tanda tubuh Anda kekurangan cairan, ginjal akan mengerem
produksi urin.
Pada orang-orang yang mengalami hipervolemia, keseimbangan cara kerja
ini terganggu sehingga tubuh tidak dapat mengeluarkan cairan yang
berlebih. Jika terjadi secara terus-menerus, simpanan air tersebut akan
mengisi rongga dan jaringan dan aliran darah.

Penyebab ketidakseimbangan pencetus hipervolemia dapat dipicu oleh


penumpukan garam sodium di dalam tubuh. Tingginya garam sodium
menyebabkan retensi, ketika tubuh menyimpan lebih banyak air untuk
menyeimbangkan kadar garam tersebut.

Penyebab hipervolemia adalah kondisi yang


mendasarinya
Hipervolemia itu sendiri bukanlah penyakit, namun cenderung sebagai
tanda atau gejala yang sering ditemukan pada orang-orang yang
mengalami beberapa kondisi berikut:

 Gagal jantung kongestif – Hipervolemia merupakan gejala yang umum


pada penderita gagal jantung dan sangat sulit diatasi meski dengan
pengobatan. Gagal jantung kongestif menyebabkan jantung tidak dapat
memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan.
 Gagal ginjal – Sebagai organ utama dengan tugas mengatur kadar air,
kerusakan ginjal akan secara otomatis berdampak pada gangguan
keseimbangan cairan di dalam tubuh. Kondisi ini juga dapat menyebabkan
gangguan pada saluran cerna, hambatan proses pemulihan luka, dan gagal
jantung.
 Sirosis hati – hati (liver) adalah organ yang berperan dalam
penyimpanan dan penggunaan nutrisi serta menyaring racun. Gangguan
pada hati menyebabkan retensi cairan di sekitar perut dan berbagai bagian
tepi tubuh.
 Penggunaan intravena (infus) – Pemasangan infus bertujuan untuk
mencegah dehidrasi. Namun, cairan intravena yang mengandung air dan
garam akan langsung masuk ke aliran darah dan memicu hipervolemia.
Kondisi hipervolemia yang berkaitan dengan cairan infus sering ditemukan
pada pasien pascaoperasi. Hipervolemia yang terkait penggunaan infus
dapat meningkatkan risiko kematian.
 Faktor hormonal – naik-turun hormon selama masa kehamilan dan
PMS dapat menyebabkan tubuh dapat menyimpan cairan lebih banyak. Hal
ini dapat menyebabkan gejala mual dan tidak nyaman.
 Obat – Beberapa jenis obat diketahui berkaitan dengan kondisi
hipervolemia ringan. Misalnya pil KB, terapi hormon, obat antidepresan,
obat hipertensi, dan obat antinyeri NSAID.
 Makanan tinggi garam – Konsumsi tinggi garam atau lebih dari 2300
mg/hari diketahui berkaitan dengan kondisi hipervolemia, tapi tidak
menyebabkan gejala yang berarti. Kecuali jika terjadi pada anak-anak,
lansia, dan mereka dengan gangguan kesehatan berisiko hipervolemia.

Gejala dan dampak dari hipervolemia


Secara umum hipervolemia dapat menyebabkan:

 Kenaikan berat badan secara cepat.


 Pembengkakan pada lengan dan kaki.
 Bengkak sekitar area perut khususnya pada pasien penyakit hati.
 Sesak napas akibat cairan yang terlalu banyak pada jaringan paru.
Hipervolemia juga berisiko menimbulkan komplikasi yang lebih serius
seperti:

 Pembengkakkan jaringan pada jantung.


 Gagal jantung.
 Pemulihan luka yang terlalu lama.
 Kerusakan jaringan.
 Penurunan gerakan usus.

Apa yang dapat dilakukan?


Hipervolemia jarang menimbulkan masalah serius pada indvidu sehat yang
tidak memiliki faktor risiko tertentu. Namun, hipervolemia pada seseorang
yang berisiko gangguan jantung, gangguan ginjal, serta kerusakan hati
perlu segera diatasi.

Pengobatan hipervolemia adalah dengan obat diuretik untuk meningkatkan


jumlah cairan urin yang dikeluarkan. Namun penggunaan perlu dengan
pengawasan dokter, khususnya pada seseorang yang memiliki gangguan
jantung.

Untuk menghindari hipervolemia, seseorang dengan riwayat jantung dan


ginjal perlu menerapkan pola makan rendah garam untuk membatasi kadar
garam dalam tubuh. Begitu juga dengan pembatasan konsumsi air pada
pasien dengan riwayat gagal jantung kongestif.

Anda mungkin juga menyukai