Anda di halaman 1dari 6

PERANCANGAN RANGKAIAN PENGUAT DAYA DENGAN TRANSISTOR

Tasdik Darmana1), Tony Koerniawan2)


Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknik - PLN
1
tdarmana@gmail.com
2
tonykoerniawan84@gmail.com

Abstract : The power amplifier circuit is a circuit used to amplify or magnify input signals.
The use of a transistor as an amplifier is that the current on the base is used to control the
larger current given to the collector through the transistor. The small current change on
the controlling base is what is called a large change in the current flowing from the
collector to the emitter. The advantages of the amplifier transistors can not only amplify
the signal, but these transistors can also be used as current amplifiers, voltage amplifiers
and power amplifiers.

Keywords: Transistor, power amplifier.

Abstrak : Rangkaian penguat daya merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk
menguatkan atau memperbesar sinyal masukan. Penggunaan transistor sebagai penguat
adalah arus pada basis digunakan untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan
ke kolektor melewati transistor tersebut. Perubahan arus kecil pada basis yang
mengontrol inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus yang mengalir dari
kolektor ke emitter. Kelebihan dari transistor penguat tidak hanya dapat menguatkan
sinyal, tetapi transistor ini juga bisa digunakan sebagai penguat arus, penguat tegangan
dan penguat daya.

Kata Kunci : Transistor, penguat daya.

1. PENDAHULUAN Dalam penelitian ini, penulis mencoba


melakukan desain penguat daya kelas A
Transistor adalah komponen semi dengan menghitung besaran nilai
konduktor yang berfungsi sebagai komponen yang digunakan berdasarkan
penguat, saklar (switching), stabilisasi spesifikasi yang diinginkan dari sinyal
tegangan, modulasi sinyal. Transistor input, tegangan supplay dan tipe transistor
yang bekerja berdasarkan arus inputnya yang digunakan.
disebut transistor jenis Bipolar Junction
Transistor (BJT) sedangkan yang bekerja 2. LANDASAN TEORI
berdasarkan tegangan inputnya, disebut
transistor efek medan (FET). Transistor
Transistor sebagai penguat dibagi Transistor adalah komponen
dalam beberapa kelas, tergantung dari elektronika yang tersusun dari bahan semi
posisi titik kerja transistor (titik Q) pada konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu :
suatu grafik karakteristik transistor. basis (B), kolektor (C) dan emitor (E).
Namun, penguat daya yang mempunyai Berdasarkan susunan semikonduktor
efisiensi paling baik adalah jenis penguat yang membentuknya, transistor dibedakan
daya kelas A, dimana titik kerja transistor menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP dan
berada ditengah tengah dari garis beban transistor NPN.
transistor. Untuk menempatkan titik kerja Untuk membedakan transistor PNP
transistor tersebut, sangat ditentukan oleh dan NPN dapat dari arah panah pada kaki
nilai komponen pendukung, seperti nilai emitornya. Pada transistor PNP anak
tahanan dan kapasitor di sekitar transistor panah mengarah ke dalam dan pada
tersebut. transistor NPN arah panahnya mengarah
keluar.

88 | Jurnal Sutet Vol. 7 No.2 Juni - Desember 2017


Bias Transistor dan kelas D. Penguat kelas A merupakan
Untuk dapat bekerja, sebuah kelas penguat yang desainnya paling
transistor membutuhkan tegangan bias sederhana dan paling umum digunakan.
pada basisnya. Kebutuhan tegangan bias Kelas A merupakan penguat terbaik,
ini berkisar antara 0.5 sampai 0.7 Volt karena memiliki tingkat distorsi sinyal yang
tergantung jenis dan bahan semi rendah dan memiliki linieritas yang
konduktor yang digunakan. tertinggi dari semua kelas penguat
Untuk transistor NPN, tegangan bias lainnya. Letak titik kerja berada di tengah
pada basis harus lebih positif dari emitor. tengah kurva karakteristik.
Dan untuk transistor PNP, tegangan bias Penguat kelas B dibuat untuk
pada basis harus lebih negatif dari emitor. mengatasi masalah efisiensi dan
Semakin tinggi arus bias pada basis, pemanasan yang berlebihan pada
maka transistor semakin jenuh (semakin penguat kelas A. Letak titik kerja berada di
ON) dan tegangan kolektor-emitor (VCE) ujung kurva karakteristik, sehingga hanya
semakin rendah. menguatkan setengah input gelombang.
Penguat kelas AB adalah gabungan kelas
A dan kelas B. Titik kerja penguat kelas
AB berada di antara titik kerja kelas A dan
B, sehingga penguat kelas AB dapat
menghasilkan penguat sinyal yang tidak
terdistorsi dan mendapatkan efisiensi
yang lebih tinggi dari kelas B.
Penguiat kelas C menguatkan sinyal
input kurang dari setengah gelombang
sehingga distorsi pada outputnya menjadi
sangat tinggi. Penguat kelas C sering
digunakan untuk aplikasi khusus pada
Gambar 1. Rangkaian Pembiasan
Transistor NPN dan PNP pemancar frekuensi radio. Penguat kelas
D menggunakan penguatan dalam bentuk
Pada gambar terlihat bahwa TR1 pulsa, atau yang biasa disebut dengan
adalah termasuk jenis NPN, jadi tegangan teknik Pulse Width Modulation (PWM),
bias pada basis (Vbb) harus lebih positif dimana lebar pulsa akan proporsional
dari emitor (Vee). Untuk memudahkan terhadap amplitudo sinyal input yang pada
maka Vcc ditulis dengan +Vcc dan Vee tingkat akhirnya sinyal PWM akan
ditulis dengan -Vee. Dan TR2 adalah menggerakan transistor switching ON dan
termasuk jenis PNP, jadi tegangan bias OFF sesuai lebar pulsanya.
pada basis (Vbb) harus lebih negatif dari
emitor (Vee). Untuk memudahkan maka
Vcc ditulis dengan -Vcc dan Vee ditulis 3. METODE PENELITIAN
dengan +Vee.
3.1 Perencanaan Alat
Penguat Daya Sebelum merancang rangkaian
Penguat daya (power amplifier) transistor sebagai penguat, maka terlebih
berfungsi untuk memperkuat atau dahulu mengetahui beberapa persamaan
memperbesar sinyal masukan. Di dalam yang sangat penting dalam mendesain
bidang audio, penguat daya akan suatu rangkaian amplifier. Persamaan
menguatkan sinyal suara sehingga yang paling umum digunakan dalam
outputnya akan menjadi sinyal yang lebih mendesain adalah persamaan hukum
besar lagi. Ohm, persamaan yang berhubungan
Penguat daya terdiri dari beberapa dengan Gain Transistor seperti nilai h fe
jenis yang dapat diklasifikasikan yang merupakan rasio arus kolektor
berdasarkan letak titik kerja transistor (titik terhadap arus basis dari transistor, yang
Q), yang dikenal dengan kelas amplifier, nilai typicallnya antara 50 – 100.
seperti kelas A, kelas AB, kelas B, kelas C

Jurnal Sutet Vol. 7 No.2 Juni - Desember 2017 | 89


Jadi perkalian ICQ. RC berada pada nilai 6
Volt.
Berdasarkan type transistor yang
digunakan, BC 108, dari data sheet
diperoleh nilai IC (max) = 100 mA, maka
kita dapat mengasumsikan IC di titik Q
(ICQ) sebesar 10 mA.

Menghitung Nilai RC
ICQ. RC = 6 Volt
RC= 6 Volt / 10 mA = 600 Ohm
Gambar 2. Rangkaian Dasar Penguat Kelas A Nilai npv = 560 Ohm
Dengan menghitung ulang berdasarkan
Dalam melakukan desain penguat nilai npv 560 Ohm, maka diperoleh nilai
audio kelas A common emitor dengan aktual ICQ sebagai berikut :
spesifikasi yang diinginkan sbb. : ICQ = 6 Volt / 560 Ohm = 10,7 mA
- Suplay tegangan 12 Vdc.
- Penguatan Tegangan (Voltage Gain) Menghitung Nilai RE
120. VE = 1 Volt
- Amplitudo sinyal input (Vin) 50 mVpp RE = VE / IEQ, dimana IEQ ICQ
dengan frekuensi 1 KHz. Maka RE = 1 Volt / 10,7 mA = 93,5 Ohm
- Bandwidth = 100 Hz – 20 KHz (min). npv = 100 Ohm
Berdasarkan spesifikasi desain yang Dengan menghitung ulang berdasarkan
diinginkan, maka dibuat terlebih dahulu npv 100 Ohm, diperoleh nilai aktual VE
rangkaian penguat audio kelas A seperti sebesar :
gambar di atas. VE = 100 x 10,7 mA = 1,07 Volt

Menentukan Nilai Vout Menghitung Arus Basis Pada Saat Di


Dengan nilai penguatan tegangan Titik Q (IBQ)
(Av) = 120, maka : IBQ = ICQ / hFE
Vout Berdasarkan data sheet transistor type BC
Av  108, nilai hFE= 110 – 800, (diambil nilai
Vin terkecil).
Vout  Av  Vin IBQ = 10,7 mA / 110 = 97,2 uA
δVCE = 6 V pp artinya VCE akan
berubah ± 3 Volt, sehingga perubahan Menghitung Tegangan Basis (VB)
arus input (δIB) yang diakibatkan Untuk mencari tegangan basis, dapat
perubahan sinyal input (Vin) akan dilihat pada gambar berikut :
mengakibatkan perubahan perubahan
arus output (δIC).

Menentukan Nilai Vc
Dengan Vcc = 12 V, maka :

VC = VCEQ + VE

Mencari Titik kerja transistor (Q point)


Dengan menggunakan asumsi VE = 1
Volt, dan VC = 6 Volt, maka :
VCEQ = VC – VE = 6 – 1 = 5 Volt
VCEQ + VE = VCC – ICQ. RC
ICQ. RC = VCC – (VCEQ + VE )
= 12 – (5+1) = 6 Volt. Gambar 3. Rangkaian Pembagi Tegangan
Pada Bias Basis.

90 | Jurnal Sutet Vol. 7 No.2 Juni - Desember 2017


VB = VE + VBE
Dimana VE = 1,07 Volt dan VBE = 0,6 Volt
(Si), maka diperoleh VB = 1,67 Volt

Mencari Nilai I1
Arus I1 adalah arus yang melewati
tahanan pembagi tegangan R1 dan R2.
Berdasarkan Hukum Kirchoff Arus, maka
arus I1 harus lebih besar dari arus IBQ,
dengan demikian jika diambil asumsi, nilai
I1 10 kali lebih besar dari I BQ, maka
diperoleh :
IBQ = 97,2 uA
Gambar 4. Rangkaian Penguat Daya Dengan
I1 = 97,2 uA x 10 = 972 uA
Komponen
Digunakan I1 = 1 mA
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menghitung Nilai R2
R2 = VB / I1 = 1,67 Volt / 1 mA 4.1 Pengujian Rancangan
= 1,67 KOhm
Untuk menguji penguatan dari
npv R2 = 1,5 KOhm
Penguat Daya tersebut sesuai dengan
Menghitung Nilai R1
spesifikasi yang diinginkan, maka perlu
R1 = (Vcc – VB) / I1 = (12 – 1,67) / 1 mA
dihitung kembali faktor penguatan
R1 = 10,3 KOhm
tegangan (Av) berdasarkan hasil
npv R1 = 10 KOhm
perhitungan di atas.
Dengan δVCE = 6 V,akan diperoleh
Menentukan Capasitor Coupling
δIC = Vce/560 = 10,7 mA, artinya dengan
Untuk menentukan nilai capasitor
nilai Ic 10,7 mA akan diperoleh nilai
coupling, dengan sinyal input pada
transconductance (gm) sebesar :
frekuensi terendah, misalkan diambil nilai
500 Hz, maka nilai reaktansi kapasitif Ic 10,7
harus di bawah 500 Hz. gm    428mS
25 25
Jika digunakan nilai kapasitor 10 uF,
maka nilai reaktansinya adalah :
Av = -gm x Rc
= 1 / (6,28x500x10 uF)
Av = 428 mS x 560 = -240
Xc = 31,8 uF (untuk C1 dan C2 seri) Nilai ini besarnya dua kali dari gain
Dengan demikian diambil nilai C1 dan C2 input 120.
sebesar 10 uF.

Menentukan Nilai Capasitor Bypass CE 5. KESIMPULAN


Untuk mempertahankan nilai
reaktansi kapasitif CE yang rendah pada Dari perancangan yang telah
sinyal input, maka jika diasumsikan
dilakukan dengan menerapkan teori
frekuensi sinyal input 500 Hz, maka nilai
tentang transistor, maka dapat
CEnya adalah : disimpulkan sebagai berikut :
= 1/ (6,28x500x100uF) 1. Nilai tahananan R1 dan R2 akan
Xc = 3,18 Ohm menentukan besarnya arus basis
Nilai 3,18 Ohm mempunyai nilai yang yang akan menggerakan transistor
lebih rendah dari nilai RE = 100 Ohm. pada kondisi aktif.
Dengan demikian, nilai kapasitor bypass 2. Nilai kapasitor pada rangkaian
CE = 100 uF sangat cocok untuk penguat daya tidak mempengaruhi
diterapkan pada penguat ini. titik kerja transistor, karena
Berdasarkan hasil perhitungan yang mempunyai nilai reaktansi kapasitif
telah dilakukan, maka rangkaian lengkap yang sangat kecil.
penguat daya adalah sebagai berikut :

Jurnal Sutet Vol. 7 No.2 Juni - Desember 2017 | 91


6. REFERENSI

[1] Hayt Jr, William H, Gerold


WNeudeck, 1976, Electronic Circuit
Analysis and Design, Houghton
Mifflin Company, Boston.
[2] Morris, John C, 1989, Electronics :
Practical Applications and Design,
Edward Arnold A division of Hodder &
Stoughton, London.
[3] Sutrisno, 1987, Elektronika Teori
dan Penyelesaiannya, Jilid 2,
Penerbit ITB.

92 | Jurnal Sutet Vol. 7 No.2 Juni - Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai