Anda di halaman 1dari 2

Nama: Fikri Salsabilah Mahmud

NPM: 160112210036

Resume : Kesulitan dalam Diagnosis Sialolithiasis : Sebuah Laporan kasus

Sialolithiasis adalah penyakit umum pada kelenjar saliva yang berkaitan dengan
obrtruksi duktus, inflamasi, dan adanya benda asing (batu/sialolith). Sialolith (juga disebut batu
saliva) merupakan massa organik terkalsifikasi yang terbentuk di dalam sistem sekretori kelenjar
saliva mayor. Prevalensi sialolithiasis sulit ditentukan secara pasti karena banyaknya kasus yang
tidak menunjukkan gejala dan hanya dapat dideteksi secara mikroskopis. Sialolithiasis lebih
sering terjadi pada laki-laki dan dapat terjadi pada berbagai usia pasien termasuk anak-anak.
Sialoliths (saliva calculli atau batu saliva) adalah massa organik terkalsifikasi yang terbentuk di
dalam sistem sekretori kelenjar saliva. Meskipun mekanisme pasti pembentukan sialolith belum
dapat dijelaskan secara rinci, diketahui bahwa mikrokalkuli sering terbentuk di saluran saliva
selama periode tidak aktifnya sekretori. Migrasi debris makanan dan bakteri dari rongga mulut
menuju duktus utama dan ke duktus intraglandular yang lebih kecil dimana terdapat
mikrokalkuli mengakibatkan terbentuknya atrofi obstruktif fokal. Patogenesis dapat diamati
pada bagan berikut.
Sialolithiasis bisa menimbulkan gejala atau bisa juga tidak bergejala. Gejala sialolitiasis
meliputi: nyeri, sekresi yang tidak enak dan pembengkakan kelenjar yang tersumbat, yang
biasanya muncul sebelum atau selama waktu makan. Ketika kelenjar tersumbat, hal ini rentan
terhadap infeksi bakteri sehingga menyebabkan infeksi sistemik dan sekresi pus dari saluran
saliva. Kontaminasi bakteri pada kelenjar saliva tersebut dapat menyebabkan sialodenitis.
Sedangkan pada kasus sialolithiasis yang tidak disertai infeksi pada kelenjar saliva, akan terjadi
atrofi dan penurunan fungsi sekresi kelenjar yang disebabkan oleh obstruksi jangka panjang
pada duktus. Sialolithiasis dapat bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Sialolithiasis dapat berupa
sumbatan mukus nonkalsifikasi (umumnya terlihat pada kelenjar parotis) atau konkresi besar
yang berbentuk bulat/oval/ireguler (umumnya terlihat pada kelenjar submandibula)
Predileksi sialolitiasis terjadi pada saluran submandibular atau kelenjarsubmandibular (>80%),
kelenjar parotis (6 – 15%) dan kelenjar saliva sublingual dan kelenjar saliva minor (2%).
Perawatan sialolitiasis adalah non bedah (antibiotic dan antiinflamasi), atau bedah
(marsupialisasi atau sialodochoplasty). Diagnosis banding: Kelenjar Getah Bening Terkalsifikasi,
Sistiserkosis, Phlebolith. Metode radiografi diantaranya: Metode Radiografi Panoramik dan
Oklusal, CT, CBCT, Sialografi, Ultrasonografi
Kesimpulan: Sialolithiasis merupakan salah satu gangguan yang paling umum pada
kelenjar saliva, diagnosis sialolithiasis masih menjadi tantangan khususnya di bidang
kedokteran gigi Meskipun perkembangan baru dalam teknologi pencitraan dan diagnostik,
dalam praktik klinis sialolithias sering mengalami kesalahan diagnosis. Teknik Radiografi
panoramik dan oklusal dapat menjadi pendukung diagnosis. Sekitar 20% sialolithiasis memiliki
tampilan tidak jelas sehingga tidak terlihat pada Radiografi 2D. Pemeriksaan ultrasonografi
frekuensi tinggi (US) telah dilaporkan efektif dalam menegakkan diagnosis sialolitiasis.
Rekonterstruktur CT konvensional dan radiografi komputer 3D (3D-CT) dapat digunakan untuk
pencitraan struktur tengkorak. Gambaran klinis atipikal sialolithiasis dari kelenjar saliva perlu
dieksplorasi lebih lanjut dan signifikansinya lebih dipahami.

Anda mungkin juga menyukai