Anda di halaman 1dari 4

Sialolithiasis

A. Pengertian
Sialolithiasis / Kalkulus / Batu Saliva adalah formasi struktur terkalsifikasi yang
berkembang di dalam kelenjar atau duktus saliva yang berasal dari akumulasi debris dalam
lumen duktus yang terdiposisi kalsium pada nidus. Debris termasuk mukus, bakteri, sel epitel
duktus atau benda asing. Sialolith dapat terbentuk pada kelenjar ludah mayor maupun minor
atau salurannya, tetapi biasanya hanya satu kelenjar yang terlibat. Kelenjar submandibular
dan saluran Wharton adalah yang paling sering terlibat (83% kasus). Jika satu batu
ditemukan, setidaknya satu dari empat peluang ditemukan di tempat lain.

B. Etiologi
Etiologi sialolithiasis belum diketahui dengan pasti. Teori yang berkembang mengaitkan
etiologi sialolithiasis dengan sialodentitis kronis dan obstruksi parsial struktur kelenjar saliva.
Teori lain menyatakan bahwa sialolithiasis merupakan manifestasi dari penyakit sistemik.
Contoh penyakit sistemik yaitu asam urat atau arthritis, dimana batu yang terbentuk
mengandung asam urat.
C. Gambaran Klinis
Sialolithiasis baru menimbullkan gejala jika ukurannya cukup besar. Gejala tersebut
meliputi:
 Rasa nyeri pada kelenjar air liur. Nyeri ini datang sesekali jika penghambatan hanya pada
sebagian saluran. Rasa nyeri akan meningkat saat kelenjar air liur sepenuhnya terhambat,
terutama saat mulai mengonsumsi makanan, kemudian mereda satu atau dua jam setelah
makan.
 Pembengkakan kelenjar air liur, yang ditandai dengan bengkaknya mulut, wajah, atau
leher.
 Mulut kering.
 Sulit menelan atau membuka mulut.
 Infeksi pada kelenjar air liur yang ditunjukkan dengan gejala demam, area infeksi berwarna
merah, mulut terasa tidak enak, serta adanya abses (nanah).
D. Perawatan
Terdapat beberapa cara penanganan dari sialolithiasis, yaitu :
- Tanpa pembedahan
Pada kasus dengan batu yang kecil, penatalaksanaan yang dianjurkan berupa medikasi bukan
pembedahan. Pengobatan klasik silolithiasis (medical treatment) adalah penggunaan
antibiotik dan anti inflamasi, dengan harapan batu keluar melalui caruncula secara spontan.
Pengobatan yang diberikan adalah simptomatik, nyeri diobati dengan NSAID (ibuprofen, 600
mg setiap 8 jam selama 7 hari) dan infeksi bacteria diobati dengan antibiotik golongan
penicillin dan Cephalosporins (875 mg amoxicillin dan asam klavulanat 125 mg setiap 8 jam
untuk jangka waktu satu minggu ) atau augmentin, cefzil, ceftin, nafcillin,
diet kaya protein dan cairan asam termasuk makanan dan minuman juga dianjurkan untuk
menghindari pembentukan batu lebih lanjut dalam kelenjar saliva, sialologues (lemon tetes
yang merangsang salivasi), batu dikeluarkan dengan pijat pada kelenjar.
- Pembedahan
Pembedahan seringkali dilakukan terutama pada kasus dengan diameter batu yang besar
(ukuran terbesar sampai 10 mm) atau lokasi yang sulit. Terkadang diikuti oleh reseksi
kelenjar liur. Tindakan reseksi kelenjar liur ini dilakukan pada kasus dengan riwayat
terbentuknya batu dan sumbatan duktus kelenjar liur berulang yang dapat mengakibatkan
kerusakan parenkim karena inflamasi kronis yang bersifat irreversibel (Elvia, 2011).
Sialithectomy dengan pendekatan intraoral diikuti reseksi kelenjar liur dengan teknik
operasi, kemudian dilakukan pemasangan pembuka mulut dan lidah diangkat. Setelah
dilakukan perabaan pada dasar rongga mulut untuk menentukan lokasi kalkulus. Dilakukan
diseksi secara tumpul melalui orificium duktus submandibula menembus mukosa rongga
mulut tepat diatas lokasi kalkulus hingga kalkulus terlihat. Lalu kalkulus dipisahkan
perlahan-lahan dari jaringan sekitar kemudian diangkat. Perdarahan diatasi sebaik mungkin
kemudian dilanjutkan dengan tindakan reseksi kelenjar submandibula dengan insisi
horizontal dari tepi bawah mandibula menembus otot aplatysma hingga lapisan superfisial
fasia servikalis. Tahap akhir jika memerlukan tindakan ligasi terhadap pembuluh darah arteri
dan vena. Sebelum dilakukan diseksi secara tumpul untuk memisahkan kelenjar
submandibula dari jaringan sekitarnya hingga struktur anatomi sekitar kelenjar

submandibula diangkat kemudian di reseksi mulai dari bagian inferior.

- Minim Invasif
- Lithotripsi
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan terapi dengan pendekatan
non invasif yang cukup efektif pada sialolithiasis. Tujuan ESWL untuk mengurangi
ukuran calculi menjadi fragmen yang kecil sehingga tidak mengganggu aliran seliva dan
mengurangi simptom. Diharapkan juga fragmen calculi bisa keluar spontan mengikuti
aliran saliva. Indikasi ESWL bisa dilakukan pada semua sialolithiasis baik dalam kelenjar
maupun duktus, kecuali posisi batu yang dekat dengan struktur dari nervus fasialis.
Metode ini tidak menimbulkan nyeri dan tidak membutuhkan anestesia, pasien duduk
setengah berbaring (semi-reclining position). Shockwave benar-benar fokus dengan lebar
2,5 mm dan kedalaman 20mm sehingga lesi jaringan sekitarnya sangat minimal. Energi
yang digunakan disesuaikan dengan batu pada kelenjar saliva, yaitu antara 5-30 mPa.
Tembakan dilakukan 120 impacts per menit, bisa dikurangi sampai 90 atau 60 impacts
per menit. Setiap sesion sekitar 1500+ / -500 impacts dan antar sesion terpisah minimal
satu bulan (Elvia, 2011).
- Sialendoskopi
Prosedur yang dapat dilakukan dengan sialendoskopi merupakan complete exploration
ductal system yang meliputi duktus utama, cabang sekunder dan tersier. Teknik
sialendoskopi ini memiliki beberapa indikasi, yaitu:
1) Deteksi sialolith yang samar
2) Deteksi dini pembentukan sialolith (mucous or fibrinous plugs) dan profilaksis
pembentukan batu
3) Pengobatan stenosis post inflamasi dan obstruksi karena sebab lain
4) Deteksi dan terapi adanya variasi anatomi atau malformasi
5) Diagnosis dan pemahaman baru terhadap kelaianan autoimun yang melibatkan
kelenjar saliva
6) Sebagai alat follow up dan kontrol keberhasilan terapi.

Handoko, Steffano Aditya. 2018. Laporan Kasus Salivary Gland Stone (Sialolithiasis).
Denpasar : Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai