Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI BRUNAI DARUSSALAM

Syamruddin Nasution
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
Email: syamruddin.nst@uin-suska.ac.id

Suhayib
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
Email: suhayib@yahoo.com

Abstrak

This study discusses the history of the development of Islam in Brunei Darussalam. Brunei
is the oldest kingdom in terms of acceptance of Islam as a religion that is permitted by the
people or people of Brunei. The Brunei State makes Islam the foundation of the State. In
Brunei, people believe that this blessing and blessing is the key to the glory of Islam. Sultan
Syarif Ali is the Blessing Sultan who brought blessings to Brunei. The triumph of Islam in
Brunei Darussalam was made truly a hold and practice of citizens and the Sultan. Malay
Islam Beraja (BIM) as the Brunei State Philosophy and the Islamic Sunnah Wal Jama'ah as
the State ideology of Brunei is used as a shield to fortify influences or negative ideologies
from outside that come to Brunei Darussalam

Keywords: Islam, sultan, Brunai

Pendahuluan empat fase yaitu fase pembentukan kesultanan,


fase pertumbuhan, fase perkembangan dan fase
Islam di Brunei Darussalam sebagaimana di
kegemilangan. Penetapan fase ini mengacu pada
Negara lainnya di belahan dunia Melayu hampir
hal-hal mendasar yang kokoh dan ilmiah sebagai
tidak jauh berbeda baik dilihat dari aspek latar
argumentasi penting untuk meminimalisir
belakang dan proses Islamisasi. Hal yang
kesalahan dan kekeliruan dalam memberikan
membedakan terletak pada perkembangan Islam
penilaian terhadap sesuatu apapun termasuk
di Negara-negara berpenduduk muslim rumpun
penilaian terhadap perkembangan peradaban
Melayu. Berbagai penilaian kelebihan dan
Islam di Negara Brunei Darussalam. Dalam tiap-
kekurangan dapat diberikan secara objektif,
tiap fase yang telah disebutkan terlihat
namun ada hal yang pasti sebagai suatu
perkembangan Islam dari satu fase kepada fase
keunggulan perkembangan Islam di Negara
berikutnya.
Brunei Darussalam yaitu kemampuan Negara ini
menciptakan suatu Negara dengan tatanan Dalam fase pembentukan kesultanan
kehidupan dan administrasi yang benar-benar terdapat dua Sultan yang berperan dalam
mengamalkan Islam secara kaffah. Selain itu, membentuk kesultanan Brunei yaitu Sang Ali dan
negara Brunei dapat membendung kedatangan cucunya Awang Alak Betatar. Kemudian Sang Aji
aliran-aliran baru yang akan masuk ke Brunei. Brunei atau Sanga Aji Baruwing mengudurkan
diri dari takhta kerajaan dan menyerahkannya
Sejak kedatangan Islam di kesultanan Brunei
kepada cucundanya Awang Alak Betatar. Tatkala
Darussalam sampai sekarang terbagi kepada

NUSANTARA; Journal for Southeast Asian Islamic Studies


Vol. 14, No. 1, Juni 2018
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

Awang Alak Betatar hendak menaiki takhta peringkat kepercayaan bahkan juga pada
kerajaan pada tahun 1363-1402 M beliau peringkat amalan.3
bermufakat dengan saudara-sudaranya yang 13 Pokok bahasan dalam kajian ini adalah (1)
orang. Awang Alak Betatar sebagai anak tertua bagaimana pembentukan kesultanan Brunei. (2)
mendapat sokongan dari adinda-adindanya. siapa dan bagaimana profil Sultan yang berhasil
Dalam permufakatan antara adik-beradik tersebut membangkitkan peradaban Islam di Brunei
dijadikan wasiat yang disampaikan kepada anak Darussalam tersebut, (3) apa usaha yang mereka
cucu mereka supaya senantiasa taat setia kepada lakukan sehingga negaranya bangkit dan berhasil
Raja dan menjunjung perintah Raja.1 memajukan negaranya, (4) apa relevansinya
Pada fase pertumbuhan ini paling tidak mempelajari dan mengetahui peristiwa
berjalan setengah abad yaitu sejak tahun 1363 kebangkitan peradaban Islam dari negara Brunei
sampai dengan tahun 1425. Sultan yang tergabung tersebut bagi kebangkitan kehidupan peradaban
dalam priodesasi ini adalah Sultan Muhammad Islam di Indonesia sekarang dengan melakukan
Shah (1363 – 1402 M), Sultan „Abdul Majid (1402 kontektualisasi. Sebab unsur-unsur inilah yang
– 1408 M), dan Sultan Ahmad (1408 – 1425 M). penting diketahui dalam mempelajari sejarah, baik
Pertumbuhan Islam pada masa ini belum peristiwa maupun pemikiran.4
berkembang pesat. Usaha yang dilakukan Sultan Adapun tujuan melakukan kontektualisasi
masih sangat terbatas pada beberapa hal tertentu terhadap pemikiran atau peristiwa sejarah ada
saja seperti melakukan kunjungan dalam rangka tiga. Pertama, untuk mencari relevansi. Kedua,
mempererat persahabatan dengan penduduk untuk mencari hikmah bagi kehidupan sekarang.
muslim di belahan negeri lainnya, seperti tahun Ketiga, untuk evaluasi diri bagi terget pencapaian.
1371 Sultan Muhammad Shah telah menghantar
Tiga tujuan pencapaian ini boleh dicapai tiga
satu utusan ke Negeri China yang diketuai oleh sekaligus dari satu peristiwa, dan boleh hanya
seorang bernama Ismail.2 salah satu atau dua dari tiga.
Dalam fase perkembangan terdapat seorang Pada dasarnya sumber data dalam penelitian
Sultan yang disebut masih keturunan nabi sejarah adalah sumber pustaka, sebagaimana juga
Muhammad Sallallahu „Aaihi Wasallam yang dalam penelitian ini, dengan langkah
langsung datang dari Arab bernama Sharif Ali, pengumpulan data dimulai dari koleksi/akumulasi
beliau diangkat sebagai Sultan ke 3 (1425-1432 M)
data, verifikasi data, interpretasi data dan terakhir
dalam kesultanan Brunei yang terkenal membawa penulisan.5 Dalam menganalisis fakta sejarah yang
berkah bagi negara Brunei. Perkembangan Islam berkaitan dengan perkembangan peradaban Islam
masa ini semakin mengalami kemajuan. pada negara Brunei Darussalam, kebenaran
Dalam fase kegemilangan terdapat dua
Sultan di antara 29 Sultan yang pernah berkuasa 3 Lihat Dato Seri Utama DR. Haji Awang Mohd. Zain
di Kesultanan Brunei yang berhasil bin Haji Serudin dalam haji Awang yahya bin Haji Ibrahim,
memperkembangkan peradaban Islam di Brunei Sejarah dan Peranan Institusi Melayu Islam Beraja, (Brunei:
Darussalam yaitu Sultan Bolkiah, di antaranya Pusat Dakwah Islamiah, 200), hlm. 148.
4 Tiga masalah penelitian ini pada prinsipnya sudah
adalah jasa Sultan Bolkiah yang mendatangkan
mencakup lima objek yang sudah umum diketahui dalam
Islam ke Sabah Malaysia. Kedua perkembangan di objek penelitian kajian sejarah, yaitu peristiwa (what), orang
tangan Sultan Kebawah Duli Yang Maha mulia yang melaksanakan (who), tempat kejadian (where), masa
Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanul kejadian (when), dan mengapa peristiwa itu terjadi (why).
Bolkiah Mu‟izzaddin Waddaulah yang menjadikan Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka
Brunei sebagai negara Islam. Islam di Brunei Firdaus, 1987), hlm. 105. Dari hal ini subjek penelitian
kajian ini termasuk dalam penelitian sejarah sosial, sebab
benar-benar sebagai pegangan bukan sahaja di subjek penelitian sejarah adalah politik, sosial, ekonomi, dan
gejala alam. Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah
1 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).
Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Sejarah Sultan-Sultan 5 Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos, 1997),

Brunei Menaiki Tahta (Brunei: (Bandar Seri Begawan: Pusat hlm. 4; oleh Kuntowijoyo disebut (1) tahap heuristic, (2)
Sejarah Brunei, Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, tahap kritik atau verifikasi, (3) tahap interpretasi, dan (4)
2014), hlm. 1-2. tahap historiografi. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah
2 Ibid., hlm. 77. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm. 98.

2
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

datanya diuji dengan mempergunakan metode seperti yang terdapat dalam silsilah yang berada di
kros cek. Tarakan yang dimiliki oleh Dato Norbeck dan
Dato Bayal9.
Maka sistematika penulisan dalam kajian ini
dimulai dari pendahuluan, setelah itu dibahas (1) Jelasnya Baruneng yang terdapat dalam buku
bagaimama sejarah pembentukan kesultanan Negara Kartagama dan Baruwing yang terdapat
Brunei (2) siapa dan bagaimana profil para Sultan dalam Raja Sang Aji Baruwing dalam silsilah yang
yang berhasil membangkitkan peradaban Islam di dimiliki Dato Norbeck dan Dato Bayal di
negara Brunei Darusalam (3) peran atau usaha Tarakan dapat dipadukan dengan silsilah Raja
apa yang mereka lakukan sehingga berhasil Sang Aji disebut Baruwing (Brunei) dan daerah
membangkitkan peradaban Islam pada ke- taklukan Majapahit disebut di Barun(eng)
Sultanannya masing-masing, (4) sebagai hasil dari (Brunei), 10 sebutannya yang berbeda, yaitu
kontektualisasi peristiwa sejarah maka pelajaran Baruwing dan Baruneng tetapi pengertiannya
apa yang dapat diambil dari memahami peristiwa sama yaitu Brunei.
sejarah dalam keberhasilan mereka Dalam silsilah Sultan-Sultan Brunei yang
mengembangkan peradaban Islam pada ke- diterbitkan Pusat Sejarah Brunei Kementerian
Sultanannya masing-masing, (5) apa relevansi Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2011 disebutkan
mempelajari dan mengetahui peristiwa kemajuan bahwa Sang Aji adalah cikal bakal dari kesultanan
peradaban Islam dari negara Brunei Darussalam Brunei, disebutkan bahwa dia sudah lama kawin
tersebut bagi kehidupan sekarang di Indonesia tetapi belum dianugerahi putra atau putri. 11
dan pembahasan diakhiri dengan kesimpulan.
Pada suatu hari beliau berjalan-jalan di
Pembentukan Kesultanan Brunei
kawasan istana dan mendapatkan sebiji telor yang
Dalam sejarah diketahui bahwa Brunei dulu sangat luar biasa besarnya dan dibawanya ke
berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit istana. Pada suatu malam telor itu menetas dan
yang berpusat di Indonesia. Dalam silsilah Raja- mengeluarkan seorang anak laki-laki yang terkenal
Raja Brunei ada dijelaskan bahwa pada zaman dengan nama Samar Yang. Semenjak Sang Aji
dahulu Sultan pertama dari Kesultanan Brunei itu mendapatkan putera maka isteri beliau pun hamil
adalah seorang kafir yang bernama Sang Aji. 6 dan melahirkan seorang puteri. Setelah Samar
Brunei berada di bawah kerajaan Majapahit di Yang dan puterinya besar mereka pun
masa kekuasaan Patih Aria Gajah Mada, tiap-tiap dinikahkan.12
tahun Brunei mengantarkan upeti berpuluh-puluh Ketika Puteri Sang Aji sedang hamil, saat dia
karung kapur barus dan air pinang muda ke Patih
bersama suaminya bersantai di ruang santai istana,
Aria Gajah Mada.7 dia ingin hendak makan daging tembadau (kerbau
Dalam buku Negara Kartagama karangan liar) yang dilihatnya sedang berjalan perlahan-
Paranca pada tahun 1365 M termuat daftar nama- lahan di kawasan istana itu. Untuk mendapatkan
nama Negara-negara yang berada di bawah maksud tersebut Samar Yang menyuruh isterinya
kekuasaan kerajaan Majapahit, di antaranya,
Baruneng, Saludang, Kutai, Pasir dan Tanjong
Puri. 8 Maka nama Barun(eng) yang disebutkan
pertama diperkirakan kuat berasal dari perkataan 9 Wawancara dengan Abd Qadir Jailani seorang
Brunei. Begitu juga berlaku kepada nama Sang Aji pemandu Sejarah Brunei di Pusat Sejarah Brunei pada
tanggal 12 Oktober 2016.
Brunei telah berubah menjadi Sang Aji Baruwing 10 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama

Dr. Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, Rampai Sejarah: Meniti


6 Patrick Louis Amin Sweeney, Silsilah Raja-Raja Brunei Sejarah Silam (Bandar seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei,
(JMBRAS), Vol. 41, Part 2, 1968), hlm 51, dalam buku Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015), hlm. 22.
Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama Dr. 11 Wawancara dengan Abd Qadir Jailani seorang

Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, Rampai Sejarah: Meniti pemandu Sejarah Brunei di Pusat Sejarah Brunei pada
Sejarah Silam (Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei, tanggal 12 Oktober 2016.
Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015), hlm. 21. 12Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama
7 Yura Halim dan Jamil Umar, Sejarah Brunei (Brunei Dr. Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, Rampai Sejarah: Meniti
Press: Kuala Belait, 1958), hlm. 14. Sejarah Silam (Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei,
8 Ibid., hlm. 13. Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015), hlm. 22.

3
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

meminjam bujak (lembing) milik ayahandanya Laila Langgor, Pateh Malaikai, Demang Lebar
Sang Aji. Daun, Pateh Sindayong dan Demang Sari.16
Setelah didapatkannya, Samar Yang pun Sepeninggal Samar Yang yang pergi mencari
melemparkan bujak tersebut mengenai badan tembadau tersebut, isterinya (puteri Sang Aji)
tembadau itu, dan menempel di badan tembadau telah melahirkan seorang putera yang diberi nama
lalu dia berlari bersama bujak tersebut dengan Awang Alak Betatar. Dia dipelihara oleh
meninggalkan darah menetes disepanjang kakeknya Sang Aji sehingga dia lebih dikenal
perjalanannya. Saat diberitahukan kepada Sang Aji sebagai putera Sang Aji dari pada putera ayah
bahwa bujaknya telah dilarikan tembadau, dia ibunya. Dikatakan pada masa kecilnya Awang
sangat berduka cita karena bujak tersebut adalah Alak Betatar sangat cerdas dan sangat lasak.
pusaka turun temurun yang menjadi lambang Sehingga anak-anak dari kawan
kebesarannya. 13 Maka Samar Yang meminta izin sepermainannya sering mengadu kepada ayah ibu
kepada ayahanda dan isterinya untuk mencari mereka masing-masing mengenai perangai Awang
bujak dan sembadau tersebut.14
Alak Betatar yang tidak mau dikalahkan.
Berpedoman kepada bekas kapak atau Akhirnya, kawan-kawan sepermainannya
telapak kaki dan darah yang tercecer dari luka menyebut dia sebagai anak ganjil yang tidak
tembadau tersebut Samar Yang terus berjalan berbapak. Karena malu dia menghadap ibunya
menelusiri jejak kaki tembadau itu dan singgah di menanyakan siapa ayahnya yang sebenarnya,
beberapa buah kampung. Orang kampung, demi ibunya tidak menjawab dan menyerahkan hal itu
melihat sikap dan ramah tamahnya Samar Yang, kepada kakeknya Sang Aji.
yang menggambarkan asal usul keturunannya Ketika menanyakan perkara itu kepada
berasal dari orang baik-baik maka setiap kampung kakeknya Sang Aji, diterangkan oleh kakeknya
yang disinggahinya memintanya untuk menikah bahwa ayahandanya telah pergi mengembara
dengan anak gadis penghulu di tempat itu hingga mencari bujak pusaka dan tembadau yang
perkawinannya mencapai 13 kali. Karena menurut diinginkan oleh ibunya sewaktu hamil dahulu.
mereka kawin dengan seorang yang berasal dari Mendengar jawaban itu, Awang alak Betatar yang
keturunan baik-baik adalah suatu kebanggaan masih di bawah umur itu meminta izin kepada
kepada mereka sehingga setiap kampung yang kakek dan ibunya untuk mengembara mencari
disinggahinya dia menikah disitu dan
ayahandanya, tetapi tidak diizinkan. Setelah
meninggalkan isterinya di tempat masing-masing. umurnya menginjak remaja kegagahan dan
Dia terus melanjutkan perjalanan mencari bujak keperkasanya telah nampak dalam dirinya barulah
dan tembadau hingga wafat di suatu tempat. 15 dia diizinkan kakeknya berangkat mencari
Disebutkan semua isterinya tersebut telah ayahandanya dengan diiringi oleh beberapa orang
hamil dan melahirkan putera yang masing-masing prajurit yang gagah perkasa.17
dinamakan pateh Berbai, Awang Semaun, Pateh Dalam perjalanan mencari ayahandanya,
Pahit, Pateh Sangkuna, Hapu Awang, Pateh Awang Alak Betatar juga singgah di tempat-
Tuba, Pateh Mambang, Pateh Menggarun, Pateh tempat yang disinggahi ayahandanya Samar Yang
atau I-Pai Samaring. Dari penduduk tempatan
tempat-tempat ayahandanya singgah tersebut
Awang Alak Betatar memperoleh berita mengenai
cerita ayahandanya. Untuk meneruskan
13 Ibid., hlm. 23. perjalanannya maka orang-orang yang ada di
14 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama tempat-tempat yang disinggahinya diajaknya
Dr. Haji Awang Muhd. Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunei Sejarah
Awal dan Perkembangan Islam (Bandar Seri Begawan: Pusat
Sejarah Brunei Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 16 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama
2001), hlm. 34. Dr. Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, Rampai Sejarah I:
15 Menurut Awang Duraman bin Sudin, Samar Yang Meniti Sejarah Silam (Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah
hingga ke ulu Tuaran, sementara menurut Awang Mohd. Brunei, Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015),
Alinoordin bin Mohd. Zain menyebutkan hingga ke ulu hlm. 24.
Tarakan. 17Ibid., hlm. 25.

4
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

bersama-sama mencari ayahandanya. Akhirnya 14 berganti nama dengan Sultan Muhammad Shah
orang rombongan itu pun sampai ke suatu tempat yang diberikan oleh mertuanya Sultan Johor. 22
penghabisan yang dijalani oleh ayahandanya Dan menjadi Sultan Islam pertama di Brunei.23
dinamakan “Tibunan” di ulu Sungai Tatau. 18 Dari fakta sejarah di atas dapat diketahui
Setelah jejak Samar Yang gagal ditemukan bahwa terdapat kait mengait antara masa
maka Awang Alak Betatar bermusyawarah Islamnya Awang Alak Betatar dengan masa
dengan adik-adiknya membatalkan niat mereka meninggalnya Pateh Aria Gajah Mada yaitu 1368
mencari ayahanda mereka karena penduduk tidak M. Selama Brunei masih berada di bawah
ada yang mengetahuinya. Maka Awang Alak kekuasaan Pateh Aria Gajah Mada maka Awang
Betatar bertekad hendak pulang ke Brunei dan Alak Betatar mengikuti agama yang dianut oleh
mengajak adik-adiknya balik bersama-sama. Di Raja kerajaan Gajah Mada tersebut. Tetapi setelah
Brunei adik-adiknya disediakan rumah tempat Pateh Aria Gajah Mada meninggal 1368 M maka
kediaman masing-masing.19 Awang Alak Betatar pun masuk Islam pada
tahun yang sama (1368 M) dan menikah dengan
Tidak lama setelah Awang Alak Betatar
puteri Raja Johor kemudian berganti nama
selamat sampai di Brunei Sang Aji Brunei atau
dengan Sultan Muhammad Shah.
Sang Aji Baruwing mengudurkan diri dari takhta
kerajaan dan menyerahkannya kepada etelah Sultan Muhammad Shah (Awang Alak
cucundanya Awang Alak Betatar. Tatkala Awang Betarar) meninggal, jabatannya digantikan oleh
Alak Betatar hendak menaiki takhta kerajaan pada adinda beliau Pateh Berbai sebagai Sultan kedua
tahun 1363-1402 M beliau bermufakat dengan Brunei Darussalam dan berganti nama dengan
saudara-sudaranya yang 13 orang. Awang Alak Sultan Ahmad Shah (1408-1425 M). Sultan
Betatar sebagai anak tertua mendapat sokongan Ahmad Shah tidak mempunyai putera hanya
dari adinda-adindanya. Dalam permufakatan mempunyai seorang puteri bernama puteri Ratna
antara adik-beradik tersebut dijadikan wasiat yang Kesuma. Sekitar lebih kurang tahun 1400 M
disampaikan kepada anak cucu mereka supaya seorang ulama Sharif Ali yang berbangsa Arab
senantiasa taat setia kepada Raja dan menjunjung dari Thaib telah datang ke Brunei untuk
perintah Raja.20 menyebarkan agama Islam di Brunei.
Pada awalnya pemerintahan Awang Alak Memandang jasa dan kearifannya
Betatar di Brunei masih berada di bawah menyebarkan agama Islam, Sultan Ahmad Shah
kekuasaan kerajaan Majapahit, tetapi setelah telah memperkenankan Sharif Ali kawin dengan
Pateh Aria Gajah Mada yang terkenal gagah pateri baginda Puteri Ratna Kesuma. Sultan
perkasa itu meninggal dunia tahun 1368 M maka Ahmad Shah meninggal 1425 M karena tidak
keadaan itu dijadikan kesempatan bagi Awang mempunyai putera, maka Sultan Sharif Ali
Alak Betatar memproklamirkan kemerdekaan dijunjung dan didukung oleh para pembesar dan
Brunei dari kerajaan Majapahit pada tahun 1368 rakyat Brunei untuk diangkat menjadi Sultan
M itu juga 21 . Setelah merdeka dari kekuasaan Brunei yang ketiga mengantikan Sultan Ahmad
Majapahit Awang Alak Betatar memeluk Islam di Shah. 24
Johor, juga pada tahun 1368 M itu, kemudian Fase Pertumbuhan
beliau menikah dengan puteri Raja Johor dan

18 Ibid., hlm. 25.


19 Ibid., hlm. 26. 22 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama
20 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Sejarah Sultan-Sultan
Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Sejarah Sultan-Sultan Brunei Menaiki Tahta (Bandar Seri Begawan: (Brunei: Pusat
Brunei Menaiki Tahta (Brunei: (Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei, Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan,
Sejarah Brunei, Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2014), hlm. 2.
2014), hlm. 1-2. 23 Yura Halim dan Jamil Umar, Sejarah Brunei (Brunei
21Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama Press: Kuala Belait, 1958), hlm. 16.
Dr. Haji Awang Muhd. Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunei Sejarah 24 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama

Awal dan Perkembangan Islam (Brunei: Pusat Sejarah Brunei Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Sejarah Sultan-Sultan
Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2001), hlm. 49. Brunei..hlm. 4.

5
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

Fase ini dimulai sejak Raja Brunei pertama Sultan. Sultan dengan agama yang dianutnya akan
Awang Alak Betatar memeluk Islam dan membangun sistem dalam wilayah kekuasaannya
kemudian berganti nama dengan Sultan sejalan dengan agamanya. Teori di atas telah
Muhammad Shah. 25 Catatan masa kekuasaan membuktikan bahwa “Islam hanya mula bertapak
Sultan pertama ini sekitar tahun 1363 M. s/d dengan kukuhnya di Brunei Darussalam dan
1402 M. 26 Berdasarkan catatan tersebut di atas tersebar di kalangan penduduk tempatan setelah
maka fase pertumbuhan Islam di Kesultanan agama itu dianut oleh Raja Brunei”.30
Brunei Darussalam dapat ditandai dengan A. Samad Ahmad menyebutkan “Pada masa
Islamnya Sultan Brunei pertama, walaupun dahulu raja memainkan peranan utama dalam soal
sesungguhnya sejak abad ke 10 Brunei yang juga pemegangan akidah dan kepercayaan. Perkara ini
memiliki sebutan Pone27 sebagai nama lain Brunei pernah berlaku di Pasai semasa Marah Silu
Darussalam masa lalu telah berinteraksi dengan memeluk Islam lalu memakai nama Islamnya
komunitas muslim terutama yang berasal dari sebagai al-Malik al-Saleh diikuti oleh para
China seperti Pu Lu Sheh seorang muslim utusan pembesar dan kerabat baginda. Begitu juga di
Maharaja China 28 bernama Huang-Hu (1368- Melaka, setelah rajanya Islam, maka segala orang
1398).29 besar-besar semuanya masuk Islam; sekalian isi
Berpegang pada sebuah teori yang negeri lelaki perempuan, tua muda, kecil besar
menyebutkan bahwa masyarakat itu akan sekaliannya masuk Islam dititahkan baginda”.31
mengikut agama rajanya ‫الناس على دين مليكهم‬, maka Gambaran di atas menunjukkan bahwa
fase pertumbuhan Islam sejalan dengan Islamnya hubungan emosional rakyat sangat dipengaruhi
oleh pengalaman religius sultan ataupun raja.
25 Pengiran Haji Muhammad bin Pengiran haji Apalagi orang Melayu karena mereka memiliki
Abdurrahman, Islam di Brunei Darussalam (Brunei ikatan persaudaaraan dan kepatuhan pada
Darussalam: Dewan bahasa dan Pustaka, 2005), hlm. 51. pemimpinnya sangat tinggi.
26 Lihat Salasilah Sultan-sultan Brunei yang diterbitkan

Pusat Sejarah Brunei tahun 2011. Rentang waktu fase pertumbuhan ini paling
27 Selain kata Pone, nama lain yang dinisbahkan bagi tidak berjalan setengah abad yaitu sejak tahun
asal usul kata Brunei adalah Bhruni (Sanskrit) yang berarti 1363 sampai dengan tahun 1425. Sultan yang
tanah negeri, Varunai berarti orang laut yang hidupnya tergabung dalam priodesasi ini adalah Sultan
menguasai laut, Baru nah (bahasa orang tua-tua Brunei)
artinya baik, sesuai dengan yang dicita-citakan. Lihat Pehin Muhammad Shah (1363 – 1402 M), Sultan „Abdul
Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama Dr. H. Majid (1402 – 1408 M), dan Sultan Ahmad (1408
Awang Mohd. Jamil al-Sufri, Brunei Darussalam Negara – 1425 M).
Melayu Islam Beraja, (Brunei: Pusat Sejarah Brunei, 2014),
hlm. 2-3. Pertumbuhan Islam pada masa ini belum
28 Pengiran Haji Muhammad bin Pengiran haji berkembang pesat. Usaha yang dilakukan Sultan
Abdurrahman, Islam di Brunei Darussalam (Brunei masih sangat terbatas pada beberapa hal tertentu
Darussalam: Dewan bahasa dan Pustaka, 2005), hlm. 52. saja seperti melakukan kunjungan dalam rangka
29Menurut Pengiran Haji Muhammad bin Pengiran haji

Abdurrahman paling tidak ada tiga teori tentantang mempererat persahabatan dengan penduduk
masuknya Islam ke Negara Brunei Darussalam. Teori muslim di belahan negeri lainnya. Pada tahun
pertama dikemukakan oleh Robert Nicholl berdasarkan 1371 Sultan Muhammad Shah telah menghantar
kepada fakta-fakta hubungan Portugis dengan Brunei satu utusan ke Negeri Cina yang diketuai oleh
Darussalam dalam bidang perniagaan. Berdasarkan teori ini seorang Muslim bernama Ismail. 32 Hal ini tentu
raja Brunei Darussalam memeluk Islam pada tahun 1511
M. Teori ke dua menyebutkan berdirinya kerajaan Islam saja menggambarkan bahwa hubungan Cina
Brunei Darussalam tidak lama setelah berdirinya kerajaan Muslim dan Sultan Brunei terikat dalam satu
Islam Malaka, Berdasarkan teori ini maka titetapkan usaha bagi kemajuan Islam di Negara masing-
berdirinya kerajaan Islam Brunei Darussalam sekitar awal
abad ke 15 Masehi. Teori ke tiga menyimpulkan bahwa
Negara Islam Brunei berdiri lebih awal yang ditandai 30 Ibid., hlm. 68.
dengan Islamnya Raja Brunei pertama (Awang Alak 31 Lihat A Samad Ahmad, Sulalatus-Salatin (Sejarah
Batatar). Pengiran Haji Muhammad bin Pengiran haji Melayu), dalam Pengiran Haji Muhammad bin Pengiran haji
Abdurrahman, Islam di Brunei Darussalam (Brunei Abdurrahman, Islam di Brunei Darussalam (Brunei
Darussalam: Dewan bahasa dan Pustaka, 2005), hlm. 69- Darussalam: Dewan bahasa dan Pustaka, 2005), hlm. 83.
75. 32 Ibid., hlm. 77.

6
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

masing. Kemajuan Islam pada masa itu pernah simpatik sehingga Agama Islam yang telah dianut
tercatat lebih meningkat setelah Sultan oleh Sultan Muhammad Shah tumbuh
Muhammad Shah memimpin rombongan berkembang di negeri Brunei dan bahkan
membuat kunjungan ke Melaka.33 melebar ke berbagai Kesultanan lain seperti
Melaka dan Kerajaan Geroyong (Pagar Royong).36
Selain melakukan kunjungan, Islam juga
disebarkan oleh kesultanan Brunei dengan cara Fase Perkembangan
melakukan ikatan pernikahan dan
penganugerahan alat-alat kebesaran Sultan. Fase perkembangan ini dapat dimulai dari
Dalam hal perkawinan, Sultan Muhammad Shah Sultan Sharif Ali, Sultan ke 3 (1425-1432 M)
sendiri telah mempersunting Puteri Johor sebagai dalam sejarah kesultanan Brunei Darussalam
permaisurinya. Mereka dikarunia seorang puteri sampai pada sultan Muhammad Hasan (1582 –
bernama Ratna Dewi dan seorang putera 1598). 37 Kesultanan Brunei Darussalam sangat
bernama Abdul Majid yang kemudian diuntungkan dengan kehadiran seorang Sultan
menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan yang memiliki nama atau gelar Sharif yaitu Syarif
Brunei pada tahun 1402 – 1408.34 Ali. Dilihat dari aspek nama, gelar Sharif
dinisbahkan pada garis keturunan Nabi
Sedangkan puteri Sultan yang bernama Puteri Muhammad Sallallahu „Alaihi wa Sallam daripada
Ratna Dewi dinikahkan dengan Ong Sum Ping Amirul Mu‟minin Sayyidina Hasan bin Sayyidina
(Pengiran Maharaja Lela). Dilihat dari namanya, Ali Radhiallah „anhum padahal tidaklah mudah
menantu Sultan ini besar kemungkinan adalah mendapatkan anak keturunan dari orang-orang
seorang keturunan Cina, kalau asumsi ini benar baik apalagi yang berasal dari keturunan
maka dapat dipastikan bahwa salah satu strategi Rasulullah Sallallahu „Alaihi wa Sallam.
dan usaha Sultan Brunei dalam menumbuhkan
Islam melalui jalur perkawinan. Dampak dari Sebagai seorang Sharif yang memiliki
perkawinan itu adalah untuk menarik simpati hubungan kepada Rasulullah, sudah barang tentu
suatu kaum karena hal tersebut termasuk salah kehadirannya memberikan pengaruh besar bagi
satu strategi yang dilakukan Nabi Muhammad perkembangan Islam di Brunei Darussalam.
Sallallahu Alaihi wa Sallam.35 Diterimanya Sharif Ali sebagai menantu oleh
Sultan Ahmad dengan sendirinya beliau banyak
Islam tumbuh dan berkembang di memiliki peluang melakukan hal-hal yang
Kesultanan Brunei dilakukan dengan strategi berkenaan dengan pengembangan agama Islam.
dakwah yang sangat bagus dengan pemberian Menantu Sultan ini memberikan arahan agar
penghargaan, seperti penganugerahan beberapa syari‟at Islam lebih dipertegas dalam
peralatan kebesaran diraja berupa nobat nekara pelaksanaannya di lingkungan Kesultanan Brunei
(gendang) dan genta alamat (lonceng). Selain Darussalam.
memberi, Sultan Brunei juga mendapatkan
penganugerahan dari Raja Minangkabau di Negeri
Andalas.
36 Haji Mohammad Jefri bin haji Sabli mengutip suatu
Dari berbagai aspek seperti disebutkan maka pendapat yang menyebutkan bahwa masyarakat Melayu
dikatahui bahwa pertumbuhan Islam dilakukan Brunei dikenali sebagai “orang-orang Islam asal” dan
dengan cara yang rapi, damai, santun dan menyumbangkan penyebaran Islam di Sabah. Haji
Mohammad Jefri bin haji Sabli “Rekonstruksi Sejarah
Penghijrahan dan Penempatan Kaum Suku Melayu Brunei
33 Ibid., hlm. 82. di Papar” dalam Jejak Kesultanan Brunei di Sabah Jilid II.
34 Lihat Salasilah Sultan-sultan Brunei yang diterbitkan (Brunei: Pusat Sejarah Berunei, 2013), hlm. 140.
Pusat Sejarah Brunei tahun 2011. Llihat juga Pengiran Haji 37 Metode ini mengikut cara yang dikembangkan oleh

Muhammad, hlm. 83. Pengiran Haji Muhammad dalam bukunya Islam di Brunei
35Lihat Mustafa al-Najjar, Dirasat al-Tarikhiyyah: al-Arab Darussalam. Menurut beliau ada 5 Sultan yang memiliki
wa Zohor al-Islam, dalam Pengiran Haji Muhammad, hlm. 87. peran penting dan memberikan sumbangan besar bagi
Jika diteliti perjalanan hidup Nabi Muhammad sallahu alaihi perkembangan Islam di Brunei Darussalam yaitu Sultan
wasallam di antara sebab baginda berkawin banyak ialah Sharif Ali (1425 -1432), Sultan Bolkiah (1485 – 1524),
untuk mengembangkan dan menarik sesuatu kaum itu Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530), Sultan Syaiful Rijal
kepada Islam. Berkawin sebagai satu cara dakwah memang (1530 – 1581) dan Sultan Muhammad Hasan (1582 –
popular dalam sejarah Islam. 1598).Pengiran Haji Muhammad, hlm. 97.

7
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

Penegasan tentang pelaksanaan syari‟at Islam kegemilangan Islam di Brunei Darussalam. 39


pada masa itu mungkin masih sebatas Keberkatan itu datang dari dari Allah Subhanahu
pelaksanaan ajaran Islam sebagai kewajiban wa Ta‟la, dan menganugerahkan kepada siapa saja
personal yang digerakkan dan didakwah melalui yang dikehendakinya. Di Brunei, orang yang
pengaruh Sultan namun belum menyentuh atau membawa keberkatan ialah Sultan Syarif Ali.40
memasuki persoalan penegakan hukum Islam Sultan Sharif Ali dikenal sebagai ulama
sebagai hukum yang disyahkan untuk mengatur karena itu kesultanan Brunei memiliki pigur
negara, karena tidak ada bukti-bukti pendukung pemimpin yang kharismatik. Sebagai seorang
bahwa syari‟at Islam pada masa itu telah Sultan dan ulama, baginda menjadi contoh
diterapkan dan dijadikan sebagai Hukum Negara tauladan untuk diikuti oleh orang Brunei. Amin
Brunei Darussalam seperti sekarang ini. Sweeney menyebutkan bahwa peran Sharif Ali
Namun yang jelas bahwa Kesultanan Brunei dalam pengembangan dakwah Islam dan
Darussalam sebagai Kesultanan tertua dalam menguatkan syariat nabi Muhammad Sallahu
menerima Islam di semenanjung Melayu telah „Alaihi Wasallam di wilayah kesultanan Brunei
konsisten dengan hukum Islam, dan ini wajar sangat besar.41
kalau semua yang digagas oleh Sultan-sultan Sultan Sharif Ali sang pemimpin religius ini
terdahulu menjadi kekuatan tekad bagi Sultan membuka pintu lebar bagi pedagang muslim
sekarang untuk menjadikan syari‟at Islam sebagai untuk menjadikan Brunei sebagai tempat berniaga
hukum yang berlaku di Negara Brunei setelah Melaka, tidak terkecuali para mubaligh
Darussalam. Arab yang dalam lawatannya sebagai pendakwah
Gagasan Sharif Ali lainnya semasa masih agama semata atau sebagai pendakwah dia juga
sebatas menantu Sultan Ahmad yaitu sebagai pedagang. Salah satu bukti katerbukaan
pembangunan masjid. Sebagaimana lazimnya yang diberikan Sultan itu ialah dengan telah
masjid merupakan sarana strategis untuk ditemukan salah satu batu nisan seorang ulama
berkumpul, saling mengenal dan lebih dari itu fiqh yang menonjol dalam pengetahuan syariat
keberadaan masjid adalah dalam rangka bernama Sayid Alwi al-Faqeh Muqaddam. Tulisan
penyebaran dakwah sehingga Islam dikenal dan angka Arab yang terdapat pada batu nisan
dipahami lebih luas dan lebih sempurna. tersebut diyakini sezaman dengan masa
Keberadaan masjid juga merupakan bukti kuat berkuasanya Sultan Sharif Ali.
betapa Sharif Ali memahami bahwa syariat Islam Sebagai ulama, Sultan memikul tanggung
hanya akan tegak ketika masjid dijadikan sandaran jawab besar bagi pengembangan Islam, oleh
bagi kerinduan masyarakat untuk beribadah di sebab itu proses islamisasi selain dilakukan
dalamnya. dengan berbagai cara di dalam wilayah kesultanan
Gasagasan cemerlang yang berlandaskan Brunei, tapi Sultan juga mendakwahkan agama
pada nilai dan semangat keagamaan itu kemudian Islam kepada kalangan yang sekedudukan
menjadi dasar bagi Kesultanan Brunei dengannya. Catatan sejarah membuktikan bahwa
Darussalam untuk menobatkan Sharif Ali sebagai Sultan Sharif Ali melakukan lawatan ke kerajaan-
Sultan Brunei menggantikan sang mertua (Sultan kerajaan terdekat pada masanya termasuk
Ahmad 1408 – 1425 M.) Sultan Sharif Ali diberi kerajaan di pulau Jawa yaitu kerajaan Majapahit.
gelar Sultan Berkah dan bertahta pada tahun 1425 Alur sejarah tentang lawatan ini sangat melagenda
– 1432 M.38 karena di dalamnya terdapat berbagai peristiwa
yang menarik untuk diceritakan kembali.
Disebut dengan gelaran Sultan Berkah
karena yang pertama menjadi kunci kegemilangan
Islam itu ialah berkah. Brunei percaya pada
keberkatan, keberkatan inilah yang menjadi kunci 39 Muhammad Pengiran Haji Abd. Rahman,
Kegemialangan Islam di Brunei Darussalam, (Brunei: Kolej
University Perguruan Ugama Seri Begawan, 2012), hlm. 5.
40 Ibid.
38 Lihat Salasilah, lihat pula Pengiran Haji Muhammad, 41 P.L Amin Sweeney dalam Pengiran Haji
hlm. 98. Muhammad, hlm. 106.

8
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

Peran Sultan Sharif Ali dalam Dalam keadaan seperti itu, dapat
mengembangkan Islam di Kesultanan Brunei dibayangkan betapa beratnya perjuangan Sultan
Darussalam selain didasarkan pada tanggung Sharif Ali waktu itu menukar alam pikiran dan
jawab sebagai ulama, jabatan Sultan yang pemahaman masyarakat Brunei menjadi
diembannya menjadi faktor yang sangat strategis, pemikiran yang Islamy atau pemahaman orang
walaupun demikian, pada sisi lain yang beliau Islam sejati yang mempunyai semangat ke-
hadapi adalah pengaruh agama lain yang masih Islaman yang kukuh sehingga semangat tersebut
cukup kental dalam kehidupan sebagian berlanjut turun temurun hingga ke anak cucu
masyarakat waktu itu yaitu agama Hindu yang sampai zaman sekarang.
sebelum Islam datang telah ada dan masih tersisa Peninggalan atau warisan yang senantiasa
sebagai agama yang dianut oleh sebagian menjadi ingatan sampai sekarang yaitu sesuatau
masyarakat. yang hendak dikerjakan mestilah diniatkan
Syi‟ar agama Islam semakin semarak dan kerena Allah dan semata-mata untuk mencapai
berkembang, dalam pemerintahan Sultan Syarif keridhaan-Nya. Peringatan inilah yang selalu
Ali (1425-1432 M) karena beliaulah yang menjadi kenangan yang tidak terlupakan kepada
menguatkan syariat Nabi Muhammad Sallallahu orang-orang Brunei secara turun temurun. Usaha
„Alaihi wa Sallam. Juga beliau menitahkan beliau yang benar-benar bersungguh-sungguh
peraturan bahwa rakyat Brunei tidak dibenarkan memimpin rakyat ke jalan yang diridhai Allah
makan babi barang siapa yang berbuat demikian Subhanahu wa Ta‟ala . Itu kekal menjadi
akan dihukum bunuh. 42 Dengan pemerintahan kenangan.45
yang teratur dan keamanan yang terjamin pada Dalam bidang adat istiadat beliau telah
masa Sultan Sharif Ali sehingga menjadikan meninggalkan tanda kenangan yang tidak akan
negara Brunei dinamakan Negara “Darussalam”.43 usang yaitu suatu lambang semangat Islam yang
Amalan baginda yang baik dan sudah beliau sebarkan di Brunei. Panji-Panji yang
dianggap suatu pusaka yang senantiasa diingat mempunyai tiga sayap, di atasnya terletak
dan diikuti oleh anak cucu beliau dan dijadikan “Tunggul Alam Bernaga” adalah lambang
suatu kewajiban utama kepada Sultan-Sultan kebesaran yang diwarisi dari beliau untuk
Brunei adalah menguatkan dan mengokohkan mengingatkan syi‟ar Islam yang dikembangkannya
syi‟ar Islam dalam pemerintahan dan menjalankan di Brunei. Sayap tiga tersebut dimaknai dengan
pemerintahan sesuai dengan hukum Islam.44 agama Islam yang berdasarkan tiga sayap, “Iman,
Islam dan Ihsan”, sementara Tunggul alam
Sebelumnya, di masa Sultan Muhammad
Bernaga tersebut adalah lambang kuasa Sultan
Shah (Awang Alak Betatar) sungguh pun sudah
menjadi penjaga amanah dari Tuhan dan tempat
ada agama Islam akan tetapi keadaan umat di
rakyat bernaung. Lambang tersebut menjadi
Berunei pada waktu itu belum begitu teratur dan
lambang Utama Brunei Darussalam.46
semangat Islam yang suci belum meresap lagi di
hati sanubari masyarakat Brunei. Pada saat itu Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad
pengaruh agama Hindu dan Budha belum lagi Tajuddin, lambang tersebut ditambah dengan
hilang dalam hati sanubari masyarakat Brunei. bulan sabit di bawah kaki Panji-Panji itu. Pada
masa pemerintahan Sultan Haji Omar „Ali
Saifuddien Sa‟adul Khairi Waddien (Sultan ke-28,
42 Sweeney P.L.A. Edt., Silsilah Raja-Raja Brunei ayahanda dari Sultan Hasanul Bolkiah) beliau
JMBRASVol. XLI, Part.2, 1968, hlm. 52. memasukkan tulisan Arab “Al-“Daimuna al-
43 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama
Mahsuna bil Huda” di bulan sabit Panji-Panji dan
Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Latar Belakang Sejarah
Brunei ((Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei, “Berunei Darussalam” di bawah bulan sabit itu.
Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2000), hlm. 20- Sesudah perlembagaan Negeri Brunei 1959
21.
44 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama dideklarasikan pada masa Sultan Haji Omar „Ali
Dr. Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, Rampai Sejarah I:
Meniti Sejarah Silam (Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah
Brunei, Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015), 45 Ibid., hlm 78.
hlm. 77-78. 46 Ibid., hlm 78.

9
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

Saifuddien Sa‟adul Khairi Waddien Lambang Kegemilangan Islam di Brunei Darussalam


Kerajaan Brunei yang menggunakan Panji-Panji digambarkan oleh Mohammad Pengiran sebagai
ini telah ditambah lagi untuk Panji-Panji Kerajaan sebuah bintang kecil yang bersinar di utara pulau
dengan dua “Tongkat Ajaib” kebesaran Diraja Borneo atau sebagai sebuah lampu kecil yang
sebagai pengapitnya dan bagi Panji-Panji Diraja menerangi pulau Borneo dengan cahaya
diganti dengan dua “Kuching Emas” sebagai keislaman. Negara yang sekalipun kecil tapi
pengapitnya juga. Pada masa kini, Panji-Panji negara ini tertua dalam penerimaan Islam 50 dan
Diraja telah diubah menjadi bentuk yang terpanjang dalam sejarah yang secara konsisten
mengandung Mahkota. menjadikan Islam sebagai dasar Negara.
Setelah Sultan Sahrif Ali wafat, tahta Kunci kegemilangan Islam di Brunei, seperti
kesultanan digantikan oleh putera beliau Sultan yang telah disebutkan, karena keberkahan Sultan
Sulaiman (1432-1485 M) yang memerintah Brunei Sharif Ali sehingga beliau diberi gelar Sultan
berpedoman kepada apa yang telah digariskan Berkah. 51 . Di Brunei, orang percaya pada
oleh ayahandanya. Pada masanya, beliau keberkatan dan keberkatan inilah yang menjadi
memperbaiki sistem pertahanan Negara agar kunci kegemilangan Islam. Sultan Syarif Ali
terhindar dari serangan musuh..47 adalah Sultan Berkah yang membawa keberkatan
ke Brunei.52
Sultan Sulaiman wafat tahun 1485 M
pemerintahannya digantikan puteranya Sultan Keberkahan itu sampai sekarang dinikmati
Bolkiah (1585-1524 M). Pada masanya Negara masyarakat Berunei dan sekitarnya. Di dalam
Brunei telah berkembang mengalami kemajuan negeri berlimpah harta dan kemakmuran,
yang pesat. Sultan Bolkiah sangat kreatif, dia suka stabilitas dan keamanan, juga mendapat
kepada pemikiran-pemikiran baru dan rencana- keberkahan dengan kehadiran alim ulama ke
rencana baru. Oleh karena itu, beliau senang pergi Negeri Brunei, mereka datang untuk menjadi
ke luar negeri untuk mencari ilmu pengetahuan guru-guru agama bagi menyebarkan syi‟ar Agama
dan pengalaman untuk memajukan Negara dan Islam.53
rakyat Brunei.48 Untuk mendapatkan keberkahan
Fase Kegemilangan berkelanjutan, Negara Brunei Darussalam yang
dibangun berasaskan Islam dan akan teguh
Di antara kerajaan-kerajaan Melayu yang
selamanya menjadikan Islam sebagai Agama
pernah ada disepanjang sejarah peradaban
resmi Negara, merupakan ciri Negara yang benar-
manusia, Brunei termasuk kerajaan tertua dalam
segi penerimaan Islam sebagai agama yang benar memenuhi ciri-ciri: ‫ بلدة طيبت ورب غفىر‬yang
diperbolehkan dianut oleh masyarakat. “Ia adalah akan meraih rahmat dan keberkatan dalam semua
di antara yang tertua di rantau ini, dan di antara aspek kehidupan, sejahtera lagi bahagia di bawah
yang terawal menerima Islam”.49 pemeliharaan Allah.54

50 Ibid.
47Low H., “Selsilah of the Rajas of Bruni” JSBRAS, Juni 51 Lihat Salasilah, lihat pula Pengiran Haji Muhammad,
1880, hlm. 7. Menurut tradisi lisan Brunei menyebutkan hlm. 98.
bahwa setiap penduduk yang akan ke laut dan yang balik 52 Muhammad Pengiran Haji Abd. Rahman,
dari laut disyaratkan membawa dan menenggelamkan batu Kegemialangan Islam di Brunei Darussalam, (Brunei: Kolej
di antara Pulau Chermin dengan Pulau Keingaran. University Perguruan Ugama Seri Begawan, 2012), hlm. 5.
48 Perubahan besar yang terjadi di Brunei setelah 53 Haji Mohammad Jefri bin haji Sabli “Rekonstruksi

dibawah kepemimpinan Sultan-sultan beragama Islam, Sejarah Penghijrahan dan Penempatan Kaum Suku Melayu
maka agama Islam benar-benar jadi pegangan baik pada Brunei”, di Papar” dalam Jejak Kesultanan Brunei di Sabah Jilid
tingkat kepercayaan maupun amalan. Lihat Haji Awang II. (Brunei: Pusat Sejarah Berunei, 2013), hlm. 152.
Yahya bin Haji Ibrahim, Sejarah dan Peranan Institusi-institusi 54 Lihat Kebawah Duli Yang Maha mulia Paduka Seri

Melayu Islam Beraja (Brunei: Pusat dakwah Islamiah, 2000), Baginda Sultan Haji Hassanul Bolkiah Mu‟izzaddin
hlm. 148. Waddaulah ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar „Ali
49Mohammad Pengiran Haji Abd. Rahman, Kegemilangan Saifuddien Sa‟adul Khairi Waddien, Sultan dan Yang Di-
Islam di Brunei Darussalam, (Brunei: Kolej Universiti Pertuan Negara Brunei Darussalam, sempena menyambut
Perguruan Ugama Seri Begawan, 2012), hlm. 3. Perayaan Ulang tahun Hari Kebangsaan Negara Brunei

10
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

Pada fase kegemilangan ini fungsi Sultan utama sang Sultan yang memiliki dua sisi
Negara Brunei Darussalam sebagai Kepala istimewa, yaitu kepemimpinan dan ke‟aliman
Negara, Kepala Pemerintahan dan sebagai (Negarawan yang „Alim) suatu warisan yang telah
pemimpin Hal Iuwal Agama semakin diperjelas. turun temurun sejak Sultan Sharif Ali, seorang
Maka Sultan dikenal sebagai kepala Negara dan „ulama asal Tha-ip dan memiliki garis keturunan
kepala pemerintahan, Sultan juga perfungsi baginda Hasan Bin Ali Radiallahu „Anhu yang
sebagai pemimpin hal Ihwal Agama. diberikan jabatan Sultan dan beliau menjadikan
agama sebagai dasar membangun negara Brunei.
Pertama, Fungsi Sultan Sebagai Pemimpin
Islam di Brunei benar-benar sebagai pegangan
Hal Ihwal Agama. Dalam hal keagamaan, Sultan
bukan sahaja di peringkat kepercayaan bahkan
dibantu oleh Majelis Agama Islam, yang
juga pada peringkat amalan.57
merupakan badan tertinggi keagamaan dalam
Negara yang senantiasa memberikan pandangan Dari segi kepemimpinan, semenjak Sultan
dan nasehat kepada Sultan. Sejalan dengan Haji Hassanal Bolkiah menjadi Sultan, negara
pemerintahan modern Majlis Agama Islam Brunei berkembang dan menjadi sebuah negara
merupakan badan “legislatif”, sementara badan modern di rantau Asia Tenggara. 58 Langkah
“eksekutif”nya adalah Kementerian Hal Ehwal strategis yang beliau lakukan untuk menjadikan
Ugama55. Brunei sebagai negara maju diawali dengan
melakukan rundingan-rundingan dengan
Sejak tahun 1986 Kementerian Hal Ihwal
Kerajaan Inggeris.
Agama telah diangkat oleh Kebawah Duli Yang
Maha Mulia Paduka Sri Baginda Sultan dan Yang Hasil dari perundingan itu pada tahun 1971,
Di Pertuan Negara Brunei Darussalam menjadi Brunei mendapatkan hak sebagai negara yang
sebagai salah satu dari sebuah Kementerian untuk dibantu Kerajaan Inggeris. Pada tahun 1979
dapat menambah efektifnya perkembangan Islam tercipta perjanjian persahabatan dan kerjasama
di Negara Brunei Darussalam. kedua negara, yang butir intinya adalah Kerajaan
Inggeris memberikan status sebuah negara
Karena itu, di bawah Kementerian Hal
merdeka berdaulat dan bertanggung jawab
Ehwal Agama ada beberapa institusi, seperti
sepenuhnya mengenai hal Ihwal dalam negeri dan
Pusat Dakwah Islamiah, Jabatan Hal Ehwal
antar bangsa.59 Kerja keras dengan kebijaksanaan
Syari‟ah, Jabatan Hal Ehwal Masjid, Jabatan
Sultan beserta dukungan rakyat, Brunei dapat
Pengajian Islam, Unit Perundangan Islam, dan
mencapai kemerdekaan penuh pada tanggal 1
lain-lainnya yang masing-masing dengan peranan
Januari 1984 bersamaan 27 Rabiulawal 1404
dan tugas khusus dalam menangani hal ihwal
Hijrah.60
Islam.
Kejayaan Islam di Negara Brunei Darussalam
Institusi penting yang juga turut menangani
zaman pemerintahan Kebawah Duli Yang Maha
hal ihwal agama dari aspek hukum hakam dan
mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanul
kefatwaan adalah Jabatan Mufti Kerajaan yang
Bolkiah Mu‟izzaddin Waddaulah dapat dilihat
berada di bawah Jabatan Perdana Menteri. Selain
pada beberapa aspek seperti pemusnahan hal-hal
itu, juga ada institusi kehakiman syara‟ yang
yang berbau syirik, penetapan syari‟at Islam
dikendalikan oleh Mahkamah Syariah dalam
sebagai Hukum Negara, dan menjadikan Negara
berbagai peringkatnya56.
Brunei Darussalam sebagai Negara Zikir.
Agama Islam adalah agama resmi Negara
Brunei Darussalam. Syariat Islam menjadi
undang-undang Negara. Kejayaan Islam di Brunei
Darussalam sekarang ini tidak lepas dari peran 57 Lihat Dato Seri Utama Awang Mohd. Zain bin Haji
Serudin dalam haji Awang yahya bin Haji Ibrahim, Sejarah
Darussalam yang ke-30 “al Huda” Bil. 132, Desember 2015, dan Peranan Institusi Melayu Islam Beraja, (Brunei: Pusat
hlm. 2 Dakwah Islamiah, 200), hlm. 148.
55 Pengiran Dato Seri Setia Mohammad Pangiran Haji 58 Tasim Bin Haji Abu Bakar, Projeksi Melayu Islam Beraja

Abdurrahman, Kegemilangan Islam di Brunei Darussalam (Kolej Dalam Media Massa. (Brunei: Pusat Sejarah, 2015), hlm. 12.
Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, 2012), hlm. 14. 59 Ibid.
56 Ibid., hlm. 15. 60 Ibid.

11
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

Gagasan keagamaan Sultan selalu muncul mengenai pentadbiran agama Islam masih tetap
seiring dengan pengahayatan dan pengamalan atas dapat diundangkan, seperti :61
ajaran agama Islam. Titah baginda sempena 1. Muhammad Law. Diundangkan sejak 1 Juli
Sambutan Hari Raya Aidil Adha tahun 1428 1912
Hijriah salah satu bukti gagasan keagamaan Sultan
tentang „Negara Zikir‟. Isi titah Sultan 2. Muhammad Marriage and Divorce, diundangkan
menyebutkan: sejak 1 Agustus 1913
Brunei adalah Negara yang selalu bersama-sama 3. Court Enactment. Diundangkan pada 1 Mei
dengan ar-Rahman (Yang Maha Pengasih). Yang 1952, dan
senentiasa berhias dengan zikir dan menjadikannya 4. Undang-undang Majlis Ugama dan Mahkamah-
sebagai rutin kebiasaan. Karena itu Allah pun, mahkamah Kadi. Diundangkan pada 1
dengan rahmatNya, memalingkan kita dari Februari 1956
sebarang kesusahan dan bencana, dari peibagai
anasir yang boleh merusakkan keamanan. Undang-undang keislaman seperti
disebutkan menggambarkan besarnya pengaruh
Refleksi keagamaan seperti tertuang dalam Sultan dan masyarakat Brunei yang cinta Islam,
Titah Sultan menunjukkan pada dua sisi. Pertama, sehingga tidak ada rentang waktu yang
sebagai sebuah Negara, Brunei mendapatkan menunujukkan Negara Brunei bebas dari
anugerah kekayaan melimpah, keamanan Negara, pengamalan Islam. Negara Zikir yang dibangun
dan stabilitas dalam negeri yang sangat kondusif. sekarang ini sebagai bukti semakin cintanya
Kedua, cermin religiusitas pemimpin Islami. Dua masyarakat Brunei terhadap Islam sebagai agama
faktor itu kemudian diwujudkan dalam bentuk rahmatan lil „alamin.
syukur kepada Allah dengan cara menjadikan
Negara Brunei sebagai Negara zikir. Usaha Islamisasi undang-undang di Brunei
Darussalam tidak pernah berhenti sehingga
Upaya Sultan menjadikan Brunei sebagai sampai pada puncak pelaksanaan Islam sebagai
Negara zikir pada hakekatnya adalah refleksi dari falsafah Negara. Rentetan peristiwa di atas
keberagamaan Sultan dan masyarakat Brunei. Al menggambarkan bagaimana proses islamisasi
Qur-an surah al-Baqarah ayat 152 menjadi undang-undang terus berjalan, sampai pada tahun
landasan untuk menjadikan Brunei sebagai 1979 Undang-undang Brunei (Brunei Law)
Negara zikir. Sedangkan anugerah kekayaan diperiksa kesesuainnya dengan Islam. 62 22
melimpah, keamanan Negara, dan stabilitas dalam Oktober 2013 merupakan puncak dari
negeri yang sangat kondusif merupakan dampak pelaksanaan dan tanggung jawab seorang
dari wujud kepatuhan pada petunjuk Allah pemimpin kepada Rabb nya. Hal itu tercermin
Subhanahu wa Ta‟ala. dari Titah Sultan yang menyebutkan:
Inspirasi menjadikan Brunei sebagai Negara “Bersukur dengan 66 tahun keputeraan beta ini,
zikir sesungguhnya bukan hal yang baru, karena dengan segala kesyukuran, yang akan melepaskan
keberkahan negeri sangat dinikmati dan kita semua terutama Raja, dari dituntut oleh Allah
dirasakan masyarakat Brunei sejak dipimpin oleh Subhanahu wa Ta‟ala pada hari Kandila kelak,
Sultan yang beragama Islam. Kesultanan Brunei maka beta dengan nama Allah Yang Maha
yang sudah berjalan lebih kurang dari 6,5 abad Pengasih lagi Maha Pemurah, setelah meneliti dan
dengan 39 Sultan, ternyata mampu mendapat nasihat daripada badan yang berkenan,
mempertahankan nilai-nilai ke-Islaman, walaupun sukacita memaklumkan bahwa beta telah
Negara ini sesungguhnya juga pernah berada di memperkenankan Perintah Kanun Hukum Jenayah
bawah pengaruh Negara Besar. Syariah untuk dilaksanakan di Negara ini, namun
Sebagai contoh pada tahun 1906 – 1959, dalam pada itu, peruntukan sivil atau ta‟zir atau
Negar Brunei Darussalam dijajah Inggeris.
Walaupun Negara Brunei berada di bawah
naungan Negara yang secara notabene 61 Hajah Noor Hira binti Haji Noor Kaseh. Raja
Berdaulah Negara Berkah. Brunei: Pusat Dakwah Islamiyah,
ideologinya berbeda, namun undang-undang 2016), hlm. 15.
62 Ibid. hlm. 16.

12
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

seakan-akan ta‟zir akan terus juga diguna pakai Keinginan untuk selamanya menjadi Negara
mengikuti keperluan.63 Melayu Islam Beraja merupakan harga mati bagi
seluruh komponen masyarakat Brunei
Titah Sultan di atas dari sisi kenegaraan
Darussalam. Sultan dengan semua kaki tangannya
ditetapkan bahwa hukum yang berlaku dalam
dan seluruh komponen masyarakat Brunei
wilayah kesultanan Brunei Darussalam adalah
bersatu padu mengawal semua aspek yang dapat
hukum Islam, Hukum Allah Subhanahu wa
memudarkan pemahaman akan falsafah Negara
Ta‟ala, baik dalam sistem pemerintahan,
yaitu Melayu Islam Beraja.
perundang-undangan dan kehidupan masyaraakat
Brunei Darussalam. Pada awal perkembangannya, Brunei
dinamakan Negara Melayu Beraja, tetapi setelah
Dari sisi lain dapat dilihat bahwa Titah Sultan
agama Islam dibawa masuk dan menjadi
secara jelas menyebutkan bahwa dengan
pegangan dan amalan semua komponen
diberlakukannya Undang-undang Syari‟ah maka
masyarakat Brunei, maka dinamakan Negara
beban dan tanggung jawab seorang pemimpin
Melayu Islam Beraja yang disingkat dengan MIB
atas perintah Allah Subhanahu wa Ta‟ala sudah
karena Raja dan penduduknya telah memeluk
ditunaikan. Tiga tahun sudah hukum Islam
agama Islam.65
ditetapkan sebagai hukum Negara, semua
persoalan jinayah akan diputus berdasar … Konsep Melayu Islam Beraja ini sebenarnya
ketentuan jinayah yang pasti sesuai dengan rasa bukanlah konsep baru, tetapi sudah lahir semenjak
keadilan dan dalam rangka mewujudkan beberapa abad lagi. Ianya tidak lebih daripada
kesejahteraan. menunjukkan bentuk dan corak sebuah Kerajaan
Brunei Darussalam yang tulen: Kerajaan Melayu
Qishash, nyawa bayar nyawa, mencederai
Islam yang Bersultan atau Beraja. Dan sebagai
anggota dibayar dengan kecederaan yang sama,
sifatnya sebuah Kerajaan Islam, maka ia adalah
rajam dan potong tangan adalah bentuk dari
yang terbaik dan yang terunggul serta paling adil
syari‟at hukum Islam. Namun hasil dalam
untuk semua lapisan rakyat dan penduduk di
pelaksanaan peristiwa mengerikan itu belum
Negara ini, sama ada mereka beragama Islam
pernah terbukti. Kesadaran beragama,
ataupun tidak.66
kesejahteraan masyarakat maka hukum yang
didasarkan pada syari‟at Islam benar-benar Tidak ada pertikaian bahwa Brunei adalah
berperan sebagai upaya priventif secara maksimal. sebuah Negara Melayu. Persoalan yang harus
diperjelas menurut Haji Awang Yahya bin Haji
Kedua, Fungsi Sultan Sebagai Kepala
Ibrahim 67 ialah bagaimana sifat dan dan status
Negara dan Kepala Pemerintahan. Fungsi Sultan
kemelayuan dan ketuhanan Melayu itu harus
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan
nampak dalam berbagai aspek baik kuantitas
dalam menjalankan pemerintahannya
maupun kualitas; pada aspek Kebangsaan,
berpedoman kepada falsafah Negara Brunei
Kebahasaan, Politik, Kemasyarakatan, Ilmu
Darussalam yaitu Melayu Islam Beraja disingkat
Pengetahuan, Ekonomi, Sikap dan pandangan
dengan MIB. Maka MIB merupakan falsafah
masa depan.
Negara Brunei Darussalam yang termaktub dalam
Pelembagaan Negeri Brunei 1959.64
Resmi diundangkan melalui titah Kebawah 65 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama
Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Brunei Darussalam
Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu‟izzaddin Negara Melayu Islam Beraja. (Brunei: Pusat Sejarah, 2014),
Waddaulah ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar hlm.1.
66 Lihat Pehin Tuan Imam Dato Paduka Seri Setia
„Ali Saifuddien Sa‟adul Khairi Waddien, Sultan Ustaz Haji Awang Abdul Aziz bin Awang Junid, Islam di
dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam. Brunei, (Brunei: Pusat Sejarah, 1992), hlm. 18.
67 Beliau bergelar Ustaz, Pehin Siraja Dato Paduka Seri
63 Titah Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Setia. Suatu gelaran yang menunjukkan ketinggian
Baginda Sultan dan yang Di-Pertuan Negara Brunei seseorang dalam stratifikasi baik Tradisonal maupun
Darussalam sempena Hari Keputeraan Baginda ke-66 Modern. Lihat Tasim Bin Haji Abu Bakar. 2015. Projeksi,
Tahun pada 15 Julai 2012. Ibid., hlm. 17. hlm. 17-18. lihat Haji Awang Yahya bin Haji Ibrahim.
64 Tasim Bin Haji Abu Bakar. 2015. Projeksi, hlm. 15. 2000. Sejarah dan Peranan, hlm. 142.

13
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

MIB terdiri dari tiga huruf yang sekaligus Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri
melambangkan tiga institusi negara Brunei Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah
Darussalam. Semuanya menjadi bahagian yang Mu‟izzaddin Waddaulah ibni Al-Marhum
mencakup dan menguatkan yang lain. Kalau satu Sultan Haji Omar „Ali Saifuddien Sa‟adul
rukun tidak ada maka yang lain bagi nisbah Khairi Waddien, Sultan dan Yang Di-Pertuan
Brunei tidak akan menjadi. 68 Tiga institusi MIB Negara Brunei Darussalam, semuanya
yaitu MELAYU, ISLAM, BERAJA beragama Islam dan dengan teguh
menyerukan masyarakat berpegang pada ajaran
1. Melayu
Islam sehingga Islam terus berkembang
Hak bangsa Melayu yang terdiri dari tujuh dengan pesat dan harmonis di Negara Brunei
puak jati bangsa Melayu yaitu Brunei, Belait, Darussalam.
Kedayan, Tutong, Dusun, Bisaya dan Murut.
Suatu yang sangat istimewa tentang
Dengan nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu
keislaman di Brunei Darussalam, yaitu Titah
yang dinamik dan dominan menjadi sandaran
Sultan dan dukungan semua komponen
kehidupan beraja, berkeluarga, bermasyarakat,
masyarakat Brunei bahwa mereka hanya
berbangsa dan bernegara serta menjadikan
berpegang pada ajaran Islam yang
Bahasa Melayu bahasa rasmi Negara.69
bersandarkan pada Ahli Sunnah wal Jama‟ah.
Melihat pada fungsinya MIB adalah alat Ajaran ini telah bertapak kokoh di Negara
pemersatu bangsa Brunei Darussalam yang Brunei sejak sekian lama sampai hari ini.71
terdiri dari tujuh puak Melayu tersebut. Puak
Ahli Sunnah Wal Jama‟ah yang
Melayu ini memiliki berbagai persamaan dan
berkembang di alam Melayu dan Brunei
juga terdapat beberapa perbedaan satu sama
khususnya sejak awal. Jika dilihat dari sudut
lain seperti bahasa komunikasi, kepercayaan
fiqh dan ibadah, mereka berpegang dengan
dan adat istiadat. 70 Oleh sebab itu MIB adalah
mazhab Imam Muhammad bin Idris al-Syafi‟i.
tiga komponen yang berpadu secara sempurna,
Sedangkan dari sudut aqidah dan tauhid,
saling berkaitan dan tidak boleh dipisahkan
mereka berpedoman kepada pendekatan Imam
sehingga perbedaan-perbedaan yang terdapat
Abu Hasan Asy‟ariy dan Imam Abu Mansur
pada berbagai puak Melayu Brunei dapat
Maturidiy. Dari segi akhlak tasawuf pula,
dipersatukan dalam ikatan Melayu Islam
mereka ikut panduan Imam Junaid al-
Beraja.
Baghdadi dan Imam Ghazali.
2. Islam
Layaknya sebuah perjuangan, sudah pasti
Kedudukan agama Islam dalam falsafah akan berhadapan dengan tantangan.
Negara Brunei Darussalam adalah agama Tantangan itu datangnya dari dalam maupun
resmi bagi Negara Brunei Darussalam. Perkara dari luar, ada yang berat, sedang dan ada pula
ini dinyatakan dalam pelembagaan Negara. yang ringan. Persoalan seperti ini juga terjadi
Sejak Islamnya raja Brunei pertama dan di Brunei Darussalam seperti dalam bidang
seterusnya sampai sekarang Sultanke 29 aqidah. Melayu Islam Beraja yang didasarkan
pada Ahli Sunnah Wal Jama‟ah dan menjadi
68 Haji Awang Yahya bin Haji Ibrahim, Sejarah dan pegangan dan amalan masyarakat Negara
Peranan Institusi-institusi Melayu Islam Beraja. (Brunei: Pusat Brunei Darussalam, mendapat serangan
Dakwah Islamiah, 2000), hlm. 142. dengan munculnya paham-paham aqidah
69 Tasim Bin Haji Abu Bakar. 2015. Projeksi, hlm. 15.
lainnya dengan dan atas nama agama.
Seperti Malaysia (Rukun Negara), Indonesia (Pancasila) Beberapa paham keagamaan dimaksudkan
serta Negara-negara lain di dunia, Negara Brunei
Darussalam mempunyai dan akan terus mempunyai dasar adalah :72
dan falsafahnya tersendiri iaitu „MIB‟. Lihat Haji Awang
Abdul Aziz bin Awang Junid. 1992. Islam di Brunei, hlm. 18.
70 Puak Bisaya memakai bahasa Bisaya sebagai bahasa 71 Awang Hj Suhaimi bin Hj Gemok. “Media Baru: Isu-
komunikasi di antara mereka, demikian juga suku Murut isu Aqidah dan Cabarannya ke Atas Masyarakat Brunei”.
dengan bahasa Murut, suku Dusun dengan bahasa Dusun. Al-Huda. Disember 2015 M. Bil 132, hlm. 21.
Agama sebahagian suku ini masih ada yang pagan. Tasim 72 Awang Hj Suhaimi bin Hj Gemok “Media Baru: Isu-

Bin Haji Abu Bakar. 2015. Projeksi, hlm. 21 Isu Aqidah dan Cabarannya ke atas Masyarakat Brunei”. Al-

14
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

a. Aliran-aliran kebatinan seperti Isma‟iliyyah, rakyat untuk mentaatinya. Ketaatan itu dapat
al-Qaramithah, al-Mulahiddah, al- berjalan langgeng kerena Sultan adalah orang
Babakiyyah, , al-Muhammirah, at- pertama yang menunjukkan ketaatan kepada
Ta‟limiyyah dan as-Saba‟iyah. Agama, sehingga Sultan terkenal dan dikenali
oleh rakyatnya.
b. Gerakan tasawuf seperti tareqat
Mufarridiyyah, Jemaah al-Arqam, tareqat Menurut Sultan Duli Yang Teramat Mulia
Abd Razak dan ajaran Saihoni bin Tasipan. Paduka Seri Pengiran Muda Haji Al-Muhtadee
Billah terdapat tiga rangkai perkataan: Melayu
c. Ajaran sesat seperti Bahaiyyah, al-Qadiani
Islam Beraja di dalamnya terdapat unsur-unsur
dan Pertubuhan al-Ma‟unah.
dan nilai-nilai positif untuk ketahanan dan
Selain persoalan di atas serangan aqidah kelangsungan Negara Brunei Darussalam.
Ahli Sunnah Wal Jama‟ah datang dari dunia Negeri Brunei adalah negeri Melayu untuk
maya. Hal ini bahagian kawalan Aqidah, orang Melayu dan kepunyaan orang Melayu
Sepanjang tahun 2008 – 2013 Jabatan Hal Brunei. Malah bahasanya adalah bahasa
Ihwal Syari‟ah menemukan 13 kasus, 9 kasus Melayu adalah sebagai satu-satunya alat
merupakan perkara yang perlu mendapatkan perpaduan yang paling efektif. Tanpa bahasa
perhatian karena menyalahi aqidah dan amalan ini maka Brunei tidak akan dikenal sebagai satu
beragama, dan ada 4 kasus faham Wahabi. bangsa yang berdaulat dan beridentitas.74
Kasus-kasus tersebut dikawal Jabatan Hal
Demikian juga “Islam” menurut titah
Ihwal Syari‟ah untuk diselesaikan dan tidak
Baginda ialah agama yang menjamin seluruh
boleh datang ke negara Brunei Darussalam.
kepentingan rakyat dan penduduk Brunei
Betapa perlunya menjaga kemurnian dengan tidak membedakan apa agama, suku
paham Ahli Sunnah Wal Jama‟ah bagi Negara kaum dan keturunan. Pendeknya agama Islam
Brunei Darussalam sehingga pemerintah adalah jaminan keselamatan dan kesejahteraan
memandang perlu membentuk Jabatan Hal untuk semua, karena itu, titah baginda lagi;
Ihwal Syari‟ah untuk mengawal, menjaga dan tidak seorangpun yang perlu takut dan merasa
mengawasi paham Ahli Sunnah Wal Jama‟ah ragu mengenai hal itu.
jangan sampai dikotori atau dirusak oleh
Sementara “Beraja” juga titah Baginda
faham-faham keagamaan yang masuk dari luar
seterusnya; menunjukkan kerajaan Brunei
yang dapat merusak faham Ahli Sunnah wal
bersultan dan Beraja. Institusi ini telah hidup
Jama‟ah yang ada di Brunei Darussalam. Kalau
dan berkembang subur menurut zamannya
perkara tersebut tidah dapat ditangani dengan
yang merupakan wadah yang diterima untuk
baik, maka akan timbul perpecahan
memperpadukan rakyat dan penduduk di
masyarakat Islam yang dahsyat.
bawah satu Negara disamping telah Berjaya
3. Beraja memadu arah dan tujuan Negara dalam
Pemerintah Beraja di mana Sultan selaku kehidupan berbangsa dan bernegara Brunei
pemimpin dan penaung kepada rakyat. Darussalam.
Baginda adalah memegang amanah Allah bagi
menjalankan kuasa tertinggi memerintah
Kesimpulan
Negara.73 Konsep Beraja pada dasarnya adalah
ajaran Islam tentang kepemimpinan. Raja, Dari kajian yang telah disebutkan di atas
Sultan dan kepala pemerintahan dalam bahasa dapat disimpilkan bahwa sejarah perkembangan
Al-Quran disebut ulul amri. Islam di Brunei terjadi secara signifikan dari satu
fase ke fase lainnya. Pada awalnya di fase
Sultan atau ulil amri sesuai kedudukannya
yang disebutkan dalam Al-Quran mengikat
74 Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama

Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, Melayu Islam Beraja Hakikat


Huda. BIL. 132, Desember 2015. (Brunei: Islamic Da‟wah dan Hasrat (Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei,
Center, 2015), hlm. 21 Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015), hlm.
73 Ibid. hlm. 16. xxiii.

15
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

pembentukan kesultanan masih terdapat dua keberkatan, keberkatan inilah yang menjadi kunci
orang Sultan yang belum memeluk agama Islam kegemilangan Islam di Brunei Darussalam.
yaitu Sultan Sang Ali dan cucunya Awang Alak Keberkatan itu datangnya dari dari Allah
Betatar. Kemudian Sang Aji mengudurkan diri Subhanahu wa Ta‟la, dan menganugerahkan
dari takhta kerajaan dan menyerahkannya kepada kepada siapa saja yang dikehendakinya. Di Brunei,
cucundanya Awang Alak Betatar. orang yang membawa keberkatan ialah Sultan
Syarif Ali.
Juga pada masa pemerintahan Awang Alak
Betatar di Brunei, kesultanan Brunei masih Beliau menitahkan peraturan bahwa rakyat
berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit, Brunei tidak dibenarkan makan babi barang siapa
tetapi setelah Pateh Aria Gajah Mada yang yang berbuat demikian akan dihukum bunuh.
terkenal gagah perkasa itu meninggal dunia tahun Dengan pemerintahan yang teratur dan keamanan
1368 M maka keadaan itu dijadikan kesempatan yang terjamin pada masa Sultan Sharif Ali
bagi Awang Alak Betatar memproklamirkan sehingga menjadikan negara Brunei dinamakan
kemerdekaan Brunei dari kerajaan Majapahit. Negara “Darussalam”. Juga peringatan beliau
bahwa sesuatau yang hendak dikerjakan mestilah
Setelah merdeka dari kekuasaan Majapahit
diniatkan kerena Allah dan semata-mata untuk
Awang Alak Betatar memeluk Islam di Johor
mencapai keridhaan-Nya.
yang diperkirakan pada tahun 1368 M itu juga,
kemudian beliau menikah dengan puteri Raja Pada fase kegemilangan ini Sultan Brunei
Johor dan berganti nama dengan Sultan berfungsi; sebagai Kepala Negara, Kepala
Muhammad Shah yang diberikan oleh mertuanya Pemerintahan dan sebagai pemimpin Hal Ihwal
Sultan Johor dan menjadi Sultan Islam pertama di Agama semakin diperjelas. Maka Sultan dikenal
Brunei. sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan,
Sultan juga perfungsi sebagai pemimpin hal Ihwal
Fase pertumbuhan Islam sejalan dengan
Agama.
Islamnya Sultan. Sultan dengan agama yang
dianutnya akan membangun sistem dalam wilayah Dalam hal Ihwal keagamaan, Sultan dibantu
kekuasaannya sejalan dengan agamanya. Maka oleh Majelis Agama Islam, yang merupakan
Islam mulai bertapak dengan kukuhnya di Brunei badan tertinggi keagamaan dalam Negara yang
dan tersebar di kalangan penduduk tempatan senantiasa memberikan pandangan dan nasehat
setelah agama itu dianut oleh Sultan Muhammad kepada Sultan. Sejalan dengan pemerintahan
Shah. modern Majlis Agama Islam merupakan badan
“legislatif”, sementara badan “eksekutif”nya
Tetapi pertumbuhan Islam pada masa ini
adalah Kementerian Hal Ehwal Ugama.
belum berkembang pesat. Usaha yang dilakukan
Sultan masih sangat terbatas pada beberapa hal Dibawah Kementerian Hal Ehwal Agama
tertentu saja seperti melakukan kunjungan dalam ada beberapa institusi, seperti Pusat Dakwah
rangka mempererat persahabatan dengan Islamiah, Jabatan Hal Ehwal Syari‟ah, Jabatan Hal
penduduk muslim di belahan negeri lainnya. Ehwal Masjid, Jabatan Pengajian Islam, Unit
Selain melakukan kunjungan, Islam juga Perundangan Islam, dan lain-lainnya yang masing-
disebarkan oleh kesultanan Brunei dengan cara masing dengan peranan dan tugas khusus dalam
melakukan ikatan pernikahan dan menangani hal ihwal Islam.
penganugerahan alat-alat kebesaran Sultan. Kejayaan Islam di Negara Brunei Darussalam
Dalam hal perkawinan, Sultan Muhammad Shah zaman pemerintahan Kebawah Duli Yang Maha
sendiri telah mempersunting Puteri Johor sebagai mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanul
permaisurinya. Bolkiah Mu‟izzaddin Waddaulah dapat dilihat
Fase perkembangan Islam di Brunei dimulai pada beberapa aspek seperti pemusnahan hal-hal
dari Sultan Sharif Ali, Sultan ke 3 yang diberi yang berbau syirik, penetapan syari‟at Islam
gelar Sultan Berkah dan bertahta pada tahun 1425 sebagai Hukum Negara, dan menjadikan Negara
– 1432 M. Disebut dengan gelar Sultan Berkah Brunei Darussalam sebagai Negara Zikir.
karena yang pertama menjadi kunci kegemilangan
Islam itu ialah berkah. Brunei percaya pada

16
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

Fungsi Sultan sebagai kepala negara dan


kepala pemerintahan dalam menjalankan
pemerintahannya berpedoman kepada falsafah
Negara Brunei Darussalam yaitu Melayu Islam
Beraja disingkat dengan MIB. Maka MIB DAFTAR BACAAN
merupakan falsafah Negara Brunei Darussalam
yang termaktub dalam Pelembagaan Negeri Brunei Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara Dalam Politik
1959. Orde Baru, (Jakkarta : Gema Insani Press,
Saran disusun berdasarkan temuan penelitian 1998)
yang telah dibahas.Saran dapat mengacu pada Awang Abdul Aziz bin Awang Juned, Islam di
tindakan praktis, pengembangan teori baru, Brunei ((Bandar Seri Begawan: Pusat
dan/atau penelitian lanjutan. Sejarah Brunei, Kementerian
Kebudayaan, Belia dan Sukan, 1992)
Awang Mohd. Zain bin Haji Serudin dalam Haji
Awang Yahya bin Haji Ibrahim, Sejarah
dan Peranannya, (Brunei: Pusat Sejarah,
2000)
Awang Yahya bin Haji Ibrahim, Sejarah dan
Peranan Institusi-institusi Melayu Islam Beraja
(Brunei: Pusat dakwah Islamiah, 2000)
Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara
(Jakarta: Yayasan Obor, 1994)
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII M (Bandung: Mizan, 1999)
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos,
1997)
Dato Seri Utama DR. Haji Awang Mohd. Zain
bin Haji Serudin dalam haji Awang Yahya
bin Haji Ibrahim, Sejarah dan Peranan
Institusi Melayu Islam Beraja, (Brunei: Pusat
Dakwah Islamiah, 2000)
Hanafi., Imam., Dkk. Sejarah Islam Asia Tenggara
(Riau: ISAIS UIN Suska Riau, 2006)
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah
(Jakarta: Wacana Ilmu, 1999)
Fatimi, Islam Come to Malaysia (Singapura:
Malaysian Sociological Research Institute
Ltd, 1980)
Hasymy, Sejarah Masuk dann Berkembangnya Islam
di Indonesia, (Bandung: Al-Maarif, 1994)
John Funston (Edt.) Government and Politicsin
Southest Asia (Singapure: ISEAS,
2001)

17
Syamruddin Nasution dan Suhayib: Sejarah Perkembangan Islam...

Muhammad Saedon Awang, Pelaksanaan Dan Kementerian Kebudayaan, Belia dan


Pentadbiran Undang-Undang Islam Di Brunei Sukan, 2014)
Darussalam: Suatu Tinjauan ________________, Sejarah Sultan-Sultan Brunei
Mohammad Jefri bin haji Sabli “Rekonstruksi Menaiki Tahta (Brunei: (Bandar Seri
Sejarah Penghijrahan dan Penempatan Begawan: Pusat Sejarah Brunei,
Kaum Suku Melayu Brunei di Papar” Kementerian Kebudayaan, Belia dan
dalam Jejak Kesultanan Brunei di Sabah Jilid Sukan, 2014)
II. (Brunei: Pusat Sejarah Berunei, 2013) _________________, Rampai Sejarah I: Meniti
Muhammad Pengiran Haji Abd. Rahman, Sejarah Silam (Bandar Seri Begawan: Pusat
Kegemialangan Islam di Brunei Darussalam, Sejarah Brunei, Kementerian
(Brunei: Kolej University Perguruan Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015)
Ugama Seri Begawan, 2012) _________________, Rampai Sejarah II: Melirik
Muhammad Hadi bin Muhammad Melayong. Sejarah Silam (Bandar Seri Begawan: Pusat
Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu‟izzaddin Sejarah Brunei, Kementerian
Waddaulah Penegak Warisan Bangsa Melayu. Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2015)
(Brunei: Pusat Sejarah Brunei, 2007) P.H. Mohammad Abd Rahman, Islam di Brunei
Patrick Louis Amin Sweeney, Silsilah Raja-Raja Darussalam Zaman Inggeris (1774-
Brunei (JMBRAS), Vol. 41, Part 2, 1984) (Brunei: Dewan Bahasa dan
1968) Pustaka Brunei, Kementerian
Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2011)
Pengiran Haji Muhammad bin Pengiran haji
Abdurrahman, Islam di Brunei Darussalam Noor Hira binti Haji Noor Kaseh, Raja Berdaulat
(Brunei Darussalam: Dewan bahasa dan Negara Berkat. (Brunei: Pusat
Pustaka, 2005) Da‟wah Islamiah, 2016)
Pengiran Dato Seri Setia Dr. Haji Mohammad Othman Mohd. Yatim dan Abdul Halim Nasir,
Pangiran Haji Abdurrahman, Kegemilangan Epigrafi Islam Terawal di Nusantara (Kuala
Islam di Brunei Darussalam (Kolej Universiti Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
Perguruan Ugama Seri Begawan, 2012), 1990)
Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Sayed Alwi bin Tahir Al-Haddad, Sejarah
Utama Dr. Haji Awang Mohd Jamil Perekambangan Islam di Timur Jauh
Al-Sufri, Latar Belakang Sejarah Brunei (Jakarta: Maktab Al-Daimi, 1957)
(Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Syed Muhammad Naguib Al-Attas “Preminiraly
Brunei, Kementerian Kebudayaan, Belia Statement on A General Theory of the
dan Sukan, 2000) Islamisation of the Malaya Indonesia
_________________, Tarsilah Brunei Sejarah Archipelago”, 1969
Awal dan Perkembangan Islam (Bandar Seri Syed Muhammad Naguib Al-Attas “Islam Dalam
Begawan: Pusat Sejarah Brunei, Sejarah dan Kebudayaan Melayu”
Kementerian Kebudayaan, Belia dan (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Sukan, 2001) Pustaka, 1971)
_________________, Melayu Islam Beraja Tasim Bin Haji Abu Bakar, Projeksi Melayu Islam
Hakikat dan Hasrat (Bandar Seri Begawan: Beraja Dalam Media Massa (Brunei: Pusat
Pusat Sejarah Brunei, Kementerian Sejarah, 2015)
Kebudayaan, Belia dan Sukan, 2008)
Taufik Abdullah, Sejarah Dan Masyarakat: Lintasan
________________, Brunei Darussalam Negara Historis Islam di Indonesia, (Jakarta:
Melayu Islam Beraja, (Bandar Seri Yayasan Obor Indonesia, 1994)
Begawan: Pusat Sejarah Brunei:
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, Jilid 1 (Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001)

18
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Volume 14, Nomor 01, Juni 2018, pp. 01 – 19

T.W Arnold., Sejarah Dakwah Islam, (terjemahan)


Nawawi Rambe, (Jakarta: Widjaya, 1986)
Wan Husein Azmi, Islam di Malaysia: Kedatangan
dan Perkembangan (Abad 7-20) Tamaddun
Islam di Malaysia (Kuala Lumpur:
Persatuan Sejarah Malaysia, 1980)
Yura Halim dan Jamil Umar, Sejarah Brunei
(Brunei Press: Kuala Belait, 1958)

19

Anda mungkin juga menyukai